cover
Contact Name
Fatma Wati
Contact Email
sajaratununiflor1980@gmail.com
Phone
+6281337006311
Journal Mail Official
sajaratununiflor1980@gmail.com
Editorial Address
Jalan Sam Ratulangi Kelurahan Paupire, Kab. Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 85311
Location
Kab. ende,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
Sajaratun
Published by Universitas Flores
ISSN : -     EISSN : 28098293     DOI : https://doi.org/10.37478/sajaratun
Core Subject : Education, Social,
Jurnal Sajaratun ini dulu diterbitkan pertama kali bulan Mei 2016 dengan nama Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Program Studi Pendidikan Sejarah UNIFLOR dan diterbitkan 2 kali setahun dalam bulan Mei dan November. Sekarang akan diterbitkan dengan nama SAJARATUN dan terbit pada bulan Juni dan Desember.
Articles 65 Documents
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PASCA MELETUSNYA GUNUNG ILE LEWOTOLOK TAHUN 2020 DI DESA JONTONA KECAMATAN ILE APE TIMUR KABUPATEN LEMBATA Margareta Daten; Anita Anita; Yohanes Yakobus Werang Kean
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2426

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Jontona Kecamatan Ile Ape Timur Kabupaten Lembata pasca meletusnya gunung Ile Lewotolok tahun 2020. Teori yang digunakan adalah teori sosial ekonomi yang dikemukakan oleh Sismondi, dan teori solidaritas sosial dikemukakan oleh Emile Durkheim. Teori Sismondi menjelaskan bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai maklukh sosial manusia tidak bisa dipisahkan dengan orang lain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa:observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam teknik analisis data dalam penelitian ini diawali pengumpulan data, reduksi data, pemaparan data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa Jontona pasca meletusnya gunung Ile Lewotolok dalam kehidupan sehari-hari sampai saat ini masih dalam kondisi belum membaik karena gunungnya masih dalam vase erupsi, sehingga masyarakat desa Jontona masih dalam vase kewaspadaan terhadap gunung tersebut. Dalam memecahkan masalah kehidupan sosial ekonomi yang ada di Desa Jontona pasca bencana belum dilakukan secara total mengingat rasa tromatik yang masih menghantui setiap orang sehingga sampai saat ini masyarakat dalam keadaan waspada ketika musim hujan mereka harus mengungsi ke tempat yang aman mengingat sisa sisa larva dari gunung yang akan menyebabkan banjir badang. Peran pemerintah dalam mengatasi masalah meletusnya Gunung api Ile Lewotolok. Yang pertama berupa memberikan sosialisasi kepada masyarakat bagaimana cara menghindar atau antisipasi bila terjadinya bencana secara tiba-tiba. Yang kedua pemerintah memberikan sumbangan beupa beras, pakayan, obat-obatan dan uang yang dapat membantu untuk memperbaiki perekonomian mereka.
IDENTIFIKASI KATEGORI MAKANAN TABU PADA KAUM PEREMPUAN SUKU WALING (ANALISIS ETNOGRAFIS DI DESA DESA NGAMPANG MAS KECAMATAN BORONG KABUPATEN MANGGARAI TIMUR) Vilomena Sanung; Marianus Ola Kenoba; Karolus Charlaes Bego
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2427

Abstract

Permasalahan pokok yang diajukan dalam penelitian ini adalah:Apa saja jenis makanan yang ditabukan bagi kaum perempuan suku Waling?. Tujuan Penelitian ini yakni untuk mengetahui jenis makanan yang ditabukan bagi kaum perempuan suku Waling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupaobservasi, wawancara, dan dokumentasi. Sementara itu, teknik analisis data dalam penelitian ini diawali dengan pengumpulan data, reduksi data (data reduction), pemaparan data (display data) dan penarikan kesimpulan. Temuan penting penelitian lapangan menunjukan bahwa masyarakat suku Waling memiliki sistem keyakinan adat yang berasal dari para leluhur. Sistem keyakinan ini diwariskan secara turun-temutun.Salah satu sistem keyakinan yang diwariskan itu berupa pantangan makanan yang wajib dijalankan oleh kaum perempuan suku Waling. Secara umum dalam sistem adat istiadat orang Manggarai,hang helang tidak boleh dimakan oleh kaum perempuan.Jika kaum perempuan suku Waling makan makanan sesajian yang harusnya dikhususkan bagi arwah nenek-moyang, maka diyakini akan terjadi sesuatu yang buruk. Misalnya, apabila kaum perempuan suku Waling makan makanan yang ditabukan bagi mereka, maka subyek bersangkutan bisa menjadi orang yang tidak bisa berbicara atau bisu.
WURUMANA SEBAGAI REPRESENTASI KEARIFAN LOKAL SUKU LIO DALAM UPACARA PERKAWINAN DI DESA MA’UBASA TIMUR KECAMATAN NDORI KABUPATEN ENDE Umriyah Handayani Muamalyah; Hasti Sulaiman; Josef Kusi
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2430

Abstract

Permasalahan yang diangkat peneliti adalah Bagaimana proses pelaksanaan Wurumana sebagai representasi kearifan lokal Suku Lio dalam upacara perkawinan di Desa Ma’ubasa Timur Kecamatan Ndori Kabupaten Ende? Mengapa Wurumana sebagai representasi kearifan lokal suku Lio dalam upacara perkawinan di Desa Ma’ubasa Timur Kecamatan Ndori Kabupaten Ende?. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Pendekatannya deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan:pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penyimpulan dan penarik kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pelaksanaan Wurumana ada 7 tahap yaitu (1) Pai Kunu (undang keluarga), (2) Deki Wurumana (penyampaian Wurumana), (3) Bou Mondo (kumpul keluaga), (4) Nelu Nika (penetapan hari perkawinan), (5) Akad nikah, (6) Mbana Tu (mengantar kedua mempelai dari rumah perempuan ke rumah laki-laki), (7) Tu Regu No’o Pata (mengantar beras, sarung, dan baju Ende Lio). Wurumana sebagai representasi kearifan lokal suku Lio dalam upacara perkawinan karena merupakan warisan nenek moyang dari dulu yang membantu perekonomian keluarga dan mempererat tali silaturahmi. Wurumana dalam ahli warisnya/ gen sangat dihormati, disantuni karena pada dasarnya manusia memiliki jiwa sosial dan tidak ada satu manusiapun yang tidak membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
TRANSFORMASI KEPERCAYAAN TRADISIONAL MARAPU MENJADI AGAMA ISLAM DI ARUBARA KELURAHAN TETANDARA, KECAMATAN ENDE SELATAN, KABUPATEN ENDE Mainal Gani; Samingan Samingan; Damianus R. Sumbi Wasa
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2431

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana sejarah kepercayaan tradisional Marapu di Arubara? 2) Bagaimana latarbelakang transformasi kepercayaan Marapu di Arubara? 3) Bagaimana perkembangan agama Islam di Arubara? Penelitian ini bertujuan untuk: 1) untuk mengetahui bagaimana sejarah kepercayaan tradisional Marapu 2) untuk mengetahui bagaimana latarbelakang transformasi kepercayaan Marapu di Arubara 3) bagaimana perkembangan agama Islam di Arubara. Penelitian menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif sedangkan pendekatan yang digunakan yaitu etnografi dan teknik penggumpulan yang digunakan ialah teknik observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, transformasi kepercayaan tradisional Marapu terjadi di Kampung Arubara dengan adanya beberapa faktor penyebab seperti faktor dakwah/ syi’ar agama, perdagang dan pernikahan. Selain dari ketiga faktor utama ada faktor pendukung yang memperkuat terjadinya transformasi kepercayaan seperti faktor sosial, ekonomi dan hukum. Transformasi kepercayaan tradisional Marapu menjadi agama Islam di Arubara Kelurahan Tetandara Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende ini terjadi karena adanya konflik perebutan lahan tanah milik masyarakat Sumba. Perebutan lahan tanah inilah yang mengakibatkan terjadinya peperangan antara masyarakat Sumba dengan kepala suku. Akibat terjadinya perebutan lahan ini maka sebagian masyarakat Sumba memilih meninggalkan tempat asalnya (Sumba) dan mencari tempat baru yaitu Arubara. Perkembangan agama Islam di Arubara terjadi sejak kedatangan Abdul Gani ( seorang ulama) yang berasal dari Mbongawani. Kedatangan beliau di Arubara membawa pengaruh besar karena mengajarkan tata cara sholat dan membaca al-qur’an serta beliau juga yang pertama kali mendirikan masjid dan menjadi imam pertama.
MAKNA JOTO SEBAGAI NILAI BUDAYA KEARIFAN LOKAL SUKU API LEDU DI DESA WOLOLELU KECAMATAN MAUPONGGO KABUPATEN NAGEKEO Kristina Fania Co'o; Maria Gorety Djandon; Josef Kusi
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2432

Abstract

Permasalahan yang diangkat peneliti adalah Apa makna Joto sebagai nilai budaya kearifan lokal Suku Api Ledu di Desa Wololelu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo? Apa fungsi Joto sebagai nilai budaya kearifan lokal Suku Api Ledu di Desa Wololelu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo?.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebudayaan yang digagas oleh Prof. M. Djojodigeno yang menegaskan bahwa kebudayaan “atau budaya” adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.Cipta yang artinya bawa kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengelamannya, Karsa yang berarti kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal “sangkan paran”. Sedangkan rasa yang berarti kerinduan manusia akan keindahan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.Penelitian ini dilakukan di Desa Wololelu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo. Subjek yang dipilih adalah anggota suku Api Ledu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adala teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan : reduksi data, penyajian data, penyimpulan dan verifikasi serta kesimpulan akhir. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa makna Joto dibagi menjadi dua bagia yaitu makna estetika dan makna budaya. Sedangkan fungsi Joto dibagi menjadi tiga bagian yaitu fungsi religi, fungsi solidaritas dan fungsi persatuan.Makna peneliti menyimpulkan bawa Joto sebagai dasar atau pondasi dan sebagai simbol dalam suku yang dimana terdapat aturan-aturan yang sudah disepakati bersama melalui musyawarah bersama sehingga terjalin hubungan yang harmonis dalam suku.
FUNGSI RITUS GEWU DALAM TATA BERLADANG TRADISIONAL PADA MASYARAKAT DESA TENDAKINDE KECAMATAN WOLOWAE KABUPATEN NAGEKEO Benediktus Sepu; Nong Hoban; Josef Kusi
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2442

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa fungsi ritual Gewu di Desa Tendakinde Kecamatan Wolowae Kabupaten Nagekeo?.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi ritus Gewu di Desa Tendakinde Kecamatan Wolowae Kabupaten Nagekeo. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitaif dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut: observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, panarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa fungsi ritus Gewu adalah (a) Fungsi religi: menunjukan bahwa masyarakat Tendakinde yakin dan percaya kepada wujud tertinggi (Dewa Rheta) dan leluhur (Ghae Rhade) yang telah memberi rejeki bagi masyarakat terhadap hasil panennya. (b) Fungsi persatuan: Kehadiran warga suku menyukseskan ritus Gewu merupakan ungkapan rasa persatuan dan kesatuan warga suku. (c) Fungsi solidaritas: Keterlibatan masyarakat dalam mengambil bagian pada saat upacara tu pa’a (sesajian) merupakan ungkapan atas kebersamaan. (d) Fungsi budaya: Pelaksanaan ritus Gewu seperti tu pa’a (acara sesajian) dan hiburan misalnya siram menyiram antara laki-laki dan perempuan sebagai tanda syukuratas hasil panen yang melimpah.
RITUAL “KELAS” DESA WEJANG NENDONG KECAMATAN POCORANAKA TIMUR KABUPATEN MANGGARAI TIMUR (KAJIAN BUDAYA KENDURI KEMATIAN DALAM ADAT MANGGARAI) Hendi Oval Sugianto; Yosef Tomi Roe; Fatma Wati
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2488

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana proses pelaksanaan ritual Kelas pada masyarakat Desa Wejang Nendong Kecamatan Poco Ranaka Timur Kabupaten Manggarai Timur, 2) Apakah manfaat dan pentingnya melaksanakan ritual kelas dalam sistem budaya Manggarai khususnya pada Masyarakat Desa Wejang Nendong, Kecamatan Pocoranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses ritual Kelas di masyarakat Desa Wejang Nendong Kecamatan Poco Ranaka Timur Kabupaten Manggarai Timur dan Untuk mengetahui manfaat dan pentingnya ritual Kelas dalam sistem budaya Manggarai kususnyua di Desa Wejang Nendong, Kecamatan Pocoranaka Timur. Penelitian ini dikategorikan dalam model penelitiaan kualitatif deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang berusaha mendapatkan pengetahuan yang didasarkan pada data-data primer dan sekunder. subjek penelitian ini adalah Tua Teno Tua Golo, dan Tua Kilo sebagai informan kunci 3 (tiga) orang dan tokoh masyarakat (3 orang) sebagai informan pendukung. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) pengumpulan data, 2) data reduction (mereduksi data), 3) data display 4) conciusion (verifikasi) Hasil penelitian menunjukan bahwa: Ritual Kelas (kenduri kematian) terdiri dari tiga bagian yaitu: sebelum pelaksanaan ritual Kelas, upaca Kelas berlangsung, akhir dari ritual Kelas. Tahap awal sebelum ritual Kelas yaitu pertemuan seluruh kepala keluarga one (keluarga dalam/keluarga yang mau melaksanakan ritual Kelas). tahap yang kedua yaitu sidang latang anak wina (tanggungan pihak perempuan), dan tombo kamping anak rona (berbicara dengan pihak pemberi gadis) tahap yang ketiga yaitu pelaksanaan ritua Kelas dan tahap yang terakir yaitu wali anak rona (mmbayar semua benda yng diantar oleh pihak anak rona dengan uang yang jumlahya melebhi harga nominal benda tersebut) dan weit (ungkapa terima kasih berupa beras dan daging). Ritual Kelas penting dilakukan, karena sebagai bentuk penghormatan terakir kepada leluhur. Selain penghrmatan, upacara kelas juga sebagai ungkapan permohonan maaf kepada leluhur karena sewaktu hidup bersama, secara sadar atau tidak sadar kita melakukan kesalahan. Masyarakat desa Wejang Nendong meyakini dengan melaksanakan ritual ini mereka akn diberkati oleh leluhur dan diberikan penghasilan yang secukupnya.
HISTORY PERSAHABATAN TIMUR DAN BARAT: SOEKARNO DAN JOHN FITZGERAL KENNEDY Samingan Samingan
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2624

Abstract

Dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana perjalanan persahabatan Soekarno dengan John F. Kennedy. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana persahabatan antara Soekarno dengan John F. Kennedy. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah karena penelitian berbasis sejarah. Dalam penelitian sejarah ada beberapa beberapa yang harus dilalui di antaranya, yaitu heuristik, kritik sumber, interprestasi dan historiografi atau penulisan sejarah. Adapun hasil dalam penelitian ini yaitu bahwa inti persahabatan antara Soekarno dan Kennedy pada dasarnya adalah upaya untuk memperkuat hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat. Meskipun keduanya memiliki perbedaan ideologi dan kepentingan nasional yang berbeda, namun mereka berhasil menjalin hubungan diplomatik yang baik dan saling menghormati. Kennedy mengakui pentingnya Indonesia sebagai negara yang berperan penting dalam hubungan Amerika Serikat dengan Asia Tenggara, sementara Soekarno melihat hubungan dengan Amerika Serikat sebagai kunci penting dalam memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persabatan antara Soekarno dengan John F. Kennedy pada dasarnya memiliki tujuan kepentingan politik tapi saling menguntungkan antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
PEMBELAJARAN IPS (SEJARAH) BERBASIS PANGAN LOKAL UWI SEBAGAI LOCAL WISDOM DALAM MASYARAKAT ETNIS BAJAWA Fransiskus X. Rema
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8 No 1 (2023): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v8i1.2814

Abstract

Pangan lokal adalah makanan yang tersedia di daerah tertentu sebagai makanan khas yang dikonsumsi secara turun temurun bahkan menjadi makanan identitas daerah yang sangat unik dalam pengolahan ataupun cara mengkonsumsinya bahkan disakralkan karena eksistensinya. Pangan lokal menjadi identitas daerah yang juga disakralkan oleh suatu komunitas pengikut budaya di suatu wilayah. Salah satu daerah yang memiliki kekhasan tersebut adalah komunitas masyarakat Bajawa yang sampai saat ini masih memegang teguh keyakinan bahwa umbi atau uwi adalah makanan yang sangat disakralkan sehingga penyebutan disertai keagungan akan bahan pangan ini dapat terlihat dalam aktivitas ritual yang dilakukan dalam periode tertentu yaitu dalam upacara Reba sebagai bagian dari keseluruhan upacara dimaksud. Maksud dan tujuan dari tulisan ini adalah mengingatkan kembali memori kolektif akan pangan lokal sebagai bagian dari kecintaan generasi penerus terutama siswa sekolah untuk mencintai pangan lokal melalui pembelajaran yang diakomodir oleh guru pendidikan sejarah yang kemudian diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran sejarah di kelas dengan materi atau topik yang relevan dengan materi sejarah dengan demikian kebermaknaan dalam pembelajaran yang berkearifan lokal dapat tercapai terinspirasi dari kekhasan pangan lokal.
PEREMPUAN PENGRAJIN TENUN IKAT MOTIF KULIT ULAR (ULA KULIKENG) SEBAGAI PENJAGA NILAI KEARIFAN LOKAL DI DESA LEWOKLUOK KECAMATAN DEMON PAGONG KABUPATEN FLORES TIMUR Yohana Seku Abe; Samingan Samingan; Fatma Wati
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 8 No 1 (2023): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v8i1.2848

Abstract

kaum perempuan pengrajin tenun ikat dalam mempertahankan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng)?, 2). Bagaimana proses pembuatan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng)? dan 3). Nilai-nilai kearifan lokal mana saja yang dipersentasikan di dalam tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng)? Tujuan yang mau dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya kaum perempuan pengrajin tenun ikat dalam mempertahankan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng), untuk mengetahui proses pembuatan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng) dan untuk mengetahui nilai-nilai kearifan lokal yang dipersentasikan dalam tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng) di Desa Lewokluok. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi, dengan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Hasil penelitian lapangan memperlihatkan bahwa upaya kaum perempuan dalam mempertahankan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng) sebagai berikut:1). Membentuk kelompok tenun ikat. 2). Memperkenalkan tenun ikat pada festival budaya. 3). Sanggar tenun ikat dalam keluarga. 4). Pendidikan di sekolah dalam pelajaran mulok. Setelah itu proses pembuatan tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng) sebagai berikut: 1). Pelepasan biji kapas dari kapas. 2). Penghalusan atau pelemasan kapas. 3). Penggulungan kapas. 4). Memintal kapas. 5). Menggulung benang. 6). Merentangkan benang. 7). Mengikat benang untuk menentukan motif. 8). Pencelupan benang ke pewarna. 9). Menjemur benang yang sudah diwarnai. 10). Membuka ikatan motif. 11). Menggelar benang untuk menyusun dan merapikan motif. 12). Menenun. 13). Menggabungkan kedua sisi kain. 14). Pemasangan siput kecil sebagai hiasan. 15). Hasil. Selanjutnya nilai-nilai kearifan lokal yang dipersentasikan di dalam tenun ikat motif kulit ular (ula kulikeng) sebagai berikut: 1). Nilai sosial. 2). Nilai budaya. 3). Nilai ekonomi. 4). Nilai agama. 5). Nilai estetika.