cover
Contact Name
Fatma Wati
Contact Email
sajaratununiflor1980@gmail.com
Phone
+6281337006311
Journal Mail Official
sajaratununiflor1980@gmail.com
Editorial Address
Jalan Sam Ratulangi Kelurahan Paupire, Kab. Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 85311
Location
Kab. ende,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
Sajaratun
Published by Universitas Flores
ISSN : -     EISSN : 28098293     DOI : https://doi.org/10.37478/sajaratun
Core Subject : Education, Social,
Jurnal Sajaratun ini dulu diterbitkan pertama kali bulan Mei 2016 dengan nama Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Program Studi Pendidikan Sejarah UNIFLOR dan diterbitkan 2 kali setahun dalam bulan Mei dan November. Sekarang akan diterbitkan dengan nama SAJARATUN dan terbit pada bulan Juni dan Desember.
Articles 65 Documents
DINAMIKA MASYARAKAT NELAYAN GURITA DI KAMPUNG ARUBARA KELURAHAN TETANDARA KECAMATAN ENDE SELATAN KABUPATEN ENDE Azizah Hanafiah; Josef Kusi; Karolus Charlaes Bego
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1957

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Dinamika Masyarakat Nelayan Gurita di Kampung Arubara Kelurahan Tetandara Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dinamika Masyarakat Nelayan Gurita di Kampung Arubara Kelurahan Tetandara Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan teknik dan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi, Wawancara, Dokumentasi. Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Reduksi Data, Pengumpulan Data, Penarikan Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap gurita oleh masyarakat arubara mengalami perkembangan sesuai kemajuan jaman. Pada masa yang lalu nelayan gurita menggunakan anak panah dan ganco. Seiring perkembangan waktu masyarakat membuat alat tangkap gurita berupa pocong atau menggunakan beberapa alat tangkap menggunakan kain berupa gurita tiruan untuk menjadi umpan gurita. Alat tangkap berupa kain oleh komunitas gurita sering disebut pocong-pocong.
MAKNA SYAIR LAGU PADA TARIAN GAWI DALAM UPACARA SYUKURAN PANEN DI DESA NDUARIA KECAMATAN KELIMUTU KABUPATEN ENDE Maria Velisitas Tidha; Dentiana Rero; Hasti Sulaiman
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1958

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa makna syair lagu pada tarian Gawi dalam upacara syukuran panen di desa Nduaria Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui makna syair lagu pada tarian Gawi dalam upacara syukuran panen di desa Nduaria Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende. Teori yang digunakan adalah teori estetika yang dikemukakan oleh Sutrisino menjelaskan bahwa melalui tubuh dengan geraknya, termasuk mulut yang berucap atau gerak tangan dan kaki, manusia mengungkapkan siapa dia “sejatinya” siapa dirinya. Melalui tubuh yang berekspresi entah lewat mulut atau tangan yang berkarya, manusia mau menampilkan kehendaknya, pikirannya dan rasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarian Gawi sangat berarti bagi masyarakat desa Nduaria karena mengandung pesan-pesan moral yang membawa dampak perubahan tingkah masyarakat desa Nduaria itu sendiri. Syair lagu pada tarian Gawi bermakna religius, makna persatuan, makna sosiologis, makna kebersamaan, makna pengharapan akan keberhasilan. Peneliti menyimpulkan bahwa tarian Gawi merupakan suatu rangkaian dari upacara syukuran panen yang dilaksanakan setiap tahun dalam bulan Oktober. Dalam syair lagu pada tarian Gawi ini menggambarkan tentang kisah nenek moyang yang sedang memanen padi di ladang dengan cara tradisional.
PEMANFAATAN SAO ENDA SEBAGAI CAGAR BUDAYA SELALEJO DI DESA SELALEJO TIMUR KECAMATAN MAUPONGGO KABUPATEN NAGEKEO Magdalena Noe; Fransiskus Xaverius Rema; Bonaventura R. Seto Se
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1959

Abstract

Kabupaten Nagekeo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan Sa’o Enda sebagai Cagar Budaya Selalejo di Desa Selalejo Timur Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian sebanyak lima orang yang terdiri dari informan kunci satu orang dan informan pendukung empat orang.Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.Teknik analisis data dalam penelitian ini melalui tahapanya itu: 1) Pengumpulan data, 2) Reduksi data, 3) Pemaparan data, 4) Penarikan kesimpulan. Hasil penelitian:Masyarakat Selalejo menganggap rumah adat Sa’o Enda sebagai cerminan kehidupan yang bersifat profan dan sakral, sehingga segala norma yang mengikatnya menjadi suatu kesepakatan yang harus diwajibakan dalam ritual atau upacara adat. Di dalam rumah adat Sa’o Enda juga terdapat simbol-simbol yang mengandung makna tersendiri bagi masyarakat adat Selalejo. Adapun teori yang digunakan untuk mendeskripsikan pemanfaatan Sa’o Enda sebagai Cagar Budaya Selalejo di Desa Selalejo Timur yaitu teori antropogi simbolik yang digagaskan oleh Geertz. Geetz menjelaskan bahwa teori simbolik memandang kebudayaan sebagai suatu sistem simbol yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang membutuhkan interpretasi terhadap makna dari simbol yang ada. Kesimpulannya dari penelitian ini adalah bahwa Sa’o Enda merupakan salah satu warisan budaya yang dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka dan sebagai tempat pelaksanaan ritual adat.
RITUAL REKA WUUN DI DESA RIANGKEMIE KECAMATAN ILE MANDIRI KABUPATEN FLORES TIMUR Fransiskus Bala Molan; Thomas Geba; Yohanes Yakobus Werang Kean
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1960

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pelaksanaan Ritual Reka Wu’un ? dan apa fungsi sosial Reka Wu’un ?. Teori Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Adalah Teori fungsional struktural yang digagaskan oleh Emile Durkheim. Tujuan yang mau dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan ritual Reka Wu’un di Desa Riangkemie Kecamatan Ile Mandiri Kabupaten Flores Timur. Metode penelitian ini adalah kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data berupa, reduksi data, pemaparan data, penarikan kesimpulan. Berdasarkan data hasil penelitian dilapangan, dapat ditarik kesimpulan ritual adat Reka Wu’un merupakan ritual syukuran hasil panen yang dilaksanakan oleh sub suku Wolan dan Welan setiap tahun.
DUA BAPU KEPERCAYAAN KEPADA ROH NENEK MOYANG DENGAN PEMBERIAN SESAJIAN PADA UPACARA ADAT DI DESA SOKORIA KECAMATAN NDONA TIMUR KABUPATEN ENDE Rosdiana Deno; Yosef Tomi Roe; Samingan Samingan
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1961

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud ritual Du’a Bapu bagi penghormatan pada Du’a Ngg’e yang dilaksanakan didalam rumah adat Sa’o Nggua terhadap masyarakat adat di Desa Sokoria.Tujuan dalam penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: Untuk mengetahui wujud ritual Du’a Bapu bagi penghormatan pada Du’a Nga’e yang dilaksanakan didalam rumah adat Sa’o Nggua terhadap masyarakat adat Desa Sokoria. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif untuk mengumpulkan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola penerapan Du’a Bapu sebagai wujud penghormatan bagi Du’a Ngga’e pada masyarakat adat Desa Sokoria Kecamatan Ndona Timur, Kabupaten Ende merupakan wujud kepercayaan masyarakat kepada roh nenek moyang yang telah meninggal dunia pada jaman dulu. Du’a Bapu memiliki makna sebagai tempat peletakan sesajian bagi arwah atau roh nenek moyang yang telah meninggal dunia. Tua adat berkuasa atas seluruh wilayah kekuasaan atas tanah ulayat, pemimpin seremonial adat, serta menyelesaikan segala persoalan yang melanggar hukum adat dan nilai adat istiadat. Masyarakat merupakan tokoh panutan dan sebagai sandaran hidup bagi semua masyarakat adat seperti fai walu ana kalo. Peneliti menyimpulkan disimpulkan bahwa Du’a Bapu yaitu roh nenek moyang yang dipercaya oleh masyarakat Sokoria sebagai tempat tinggal para leluhur sehingga Du’a Bapu ini di jaga dan dianggap sangat sakral.
KEBIASAAN BO BEDIL PADA SAAT ORANG MENINGGAL DUNIA DI DESA GOLO WEDONG KECAMATAN KUWUS BARAT KABUPATEN MANGGARAI BARAT Pius Hadino Atul; Yosef Dentis; Maria Gorety Djandon
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.1962

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana asal-usul kebiasaan bo bedil pada saat orang meninggal dunia? (2) Apa persepsi tua adat tentang perubahan dalam tradisi bo bedil pada saat orang meninggal dunia? Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui asal-usul kebiasaan bo bedil pada saat orang meninggal dunia (2) mengetahui persepsi tua adat tentang perubahan dalam tradisi bo bedil pada saat orang meninggal dunia.Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif, metode pengumpulan data menggunakan teknik: (1) Wawancara (2) Dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, pemaparan data, dan penarikan kesimpulan. Sesuai dengan fokusnya, maka yang menjadi subjek penelitian ini terdiri dari informan kunci daninforman pendukung, yang terdiri dari Tua golo, Tua tembongsekaligusTua teno, dan informan pendukung dari warga Desa Golo Wedong.Hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi bo bedil pertama kali ada sejak zaman penjajahan dan persepsi tua adat mengenai perubahan dalam tradisi bo bedil, bahwa perubahan itu terjadi karena perkembangan zaman yang semakin pesat dengan munculnya teknologi baru untuk memudahkan segala kegiatan manusia.
RITUAL KAI AWU DALAM TATA BERLADANG TRADISIONAL DI LANDOKURA DESA KURULIMBU SELATAN KECAMATAN NDONA TIMUR - KABUPATEN ENDE Imelda Ina; Thomas Geba; Fatma Wati
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 1 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i1.2030

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk dan apa makna ritual Kai Awu dalam tataberladang tradisional di Lanadokura Desa Kurulimbu Selatan Kecamatan Ndona Timur Kabupaten Ende. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan mengungkapkan makna ritual Kai Awu dalam tata berladang tradisional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui: observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk analisis data penelitigunakan model interaktifmelaluitahapan: pengumpulan data, reduksi data, display data, danverifikasi. /kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di LandokuraDesaKurulimbu sangat yakin dan percaya kepada wujud tertinggi (Du,a Lulu Wula Ngga,e Ghale Wena Tana) dan leluhur yang akan memberi hasil berlimpah dan dijauhkan dari segala bencana dan malapetaka. Ritual Kai Awu bermakna solidaritas yakni dapat menciptakan rasa persaudaraan dan kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat.
THE EFFECTIVENES OF USING HAND PUPPET IN TEACHING SPEAKING Suciati Faradilla Arafiah Moka; Sayid Ma'rifatulloh
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2409

Abstract

In this study, the researcher attaches several research problems. Before the treatment, students' ability to speak was still lacking because students were still studying speaking lessons in the usual way, such as only explaining the material and practicing speaking without media. After the treatment, the students' abilities were further improved because they were taught speaking lessons by practicing using the Hand Puppet media. There was a significant difference, namely the increasing ability of students. Students are more straightforward in speaking when using the Hand Puppet media. Researchers used the pre-experimental method to obtain score data. Researchers conducted a normality test to find out whether the data was normal or not. Based on the normality test of the data that has been carried out by the researchers, it shows that sig. 2-tailed is 0.200 meaning that the data is normally distributed, followed by a simple paired t-test. based on the Testing of Hypothesis Terms, If the value of t is sig. <0.05, Ha is accepted and H0 is rejected. on the simple paired t-test calculation, the data shows sig. (2-tail) 0.000. The data is smaller than 0.05, meaning that H0 is rejected and Ha is accepted.
MOTIF ANAK PUTUS SEKOLAH YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL (STUDI KASUS) DI KELURAHAN EKASAPTA KECAMATAN LARANTUKA KABUPATEN FLORES TIMUR Suryani Tajriah; Maria Gorety Djandon; Hasti Sulaiman
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2413

Abstract

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1) Apakah yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal? 2) Apakah dampak negatif yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sktor informal? 3) Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal? Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui faktor penyebab anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal 2) untuk mengetahui dampak negatif yang menyebabkan anak putus sekolah yang bekerja pada sektor informal, 3) untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah anak putus sekolah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) pengumpulan data, 2) reduksi data 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: faktor penyebab anak berhenti sekolah adalah rendahnya SDM, kurangnya motivasi, minat yang rendah, lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat serta kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak. Penyebab anak meninggalkan bangku sekolah adalah kesadaran pendidikan, ekonomi yang rendah, sehingga anak-anak rela meninggalkan bangku sekolah guna membantu perekonomian keluarga dengan mencari pekerjaan sebagai sopir angkot, kenek, nelayan, penjual ikan bahkan ada yang merantau di luar negeri. Dampak anak putus sekolah yaitu dampak negatif seperti mabuk-mabukan, mencuri, bermain judi, duduk nongkrong seharian, membuat keributan bahkan menikah di usia sekolah. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kelurahan Ekasapta yaitu sosialisasi antara anak dan orang tua tentang pentingnya pendidikan serta mengadakan sekolah paket A. Sedangkan dari pihak sekolah SDN Kampung Baru sudah mengadakan program bimbingan prestasi serta mengadakan sosialisasi yang dilakukan oleh guru-guru SDN Kampung Baru di Kelurahan Ekasapta saat proses belajar mengajar serta saat ceramah ataupun setelah upacara bendera.
ARSITEKTUR RUMAH ADAT KLAN LEIN DAN FUNGSINYA SEBAGAI BENTUK KEARIFAN LOKAL BAGI MASYARAKAT DESA LITE KECAMATAN ADONARA TENGAH KABUPATEN FLORES TIMUR Nini Sari Kolo; Samingan Samingan; Anita Anita
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 7 No 2 (2022): Sajaratun
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v7i2.2420

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana Arsitektur Rumah Adat Klan Lein. (2) Bagaimana Fungsi Rumah Adat Klan Lein. (3) Bagaimana makna Rumah Adat Klan Lein. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui Arsitektur Rumah Adat Klan Lein dan Fungsinya sebagai bentuk kearifan lokal bagi masyarakat Lite Kecamatan Adonara Tengah Kabupaten Flores Timur. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian data kualitatif data-datanya berupa kata-kata yang di peroleh melalui berbagai sumber. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara: (a) Observasi, (b) Wawancara, (c) Dokumentasi. Teknik analisis data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa arsitektur rumah adat Klan Lein terdapat tiga komponen yaitu (1) sejarah rumah adat Klan Lein yang perlu dilestarikan oleh generasi-generasi penerusnya berkaitan dengan semua ritual atau dalam pembuatan rumah adat klan lein tersebut. (2) bentuk arsitektur dari rumah adat Klan Lein seperti: arsitektur dari alang-alang, arsitektur dari Tanduk Kerbau, arsitektur dari tujuh batang bambu, arsitektur dari batu alam, dan arsitektur dari Tali koli. Rumah adat Klan Lein bagi masyarakat Klan Lein tidak sekedar menjadi rumah tradisional biasa, tetapi menyimpan sekian banyak makna : (1) Wujud tertinggi hadir : masyarakat Klan Lein mengakui adanya Rerawulan Tana Ekan yang mendiami rumah adat Klan Lein. (2) persekutuan dengan leluhur : masyarakat klan Lein mengingat kepada sang pewaris atau para leluhur. (3) Relasi sesama setiap kegiatan menjalankan ritual adat budaya, semua warga keturunan Klan Lein (kakak adik) hadir dalam satu persekutuan adat. (4) Persatuan dengan alam semesta :rumah adat Klan Lein menjadi salah satu sarana penghubung antara manusia (Masyarakat Klan Lein) dengan alam semesta.