cover
Contact Name
Ardan Samman
Contact Email
ardansamman@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
j.kelautantropis@gmail.com
Editorial Address
m,m,m,m
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Journal of Fisheries & Marine
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 20855842     EISSN : 25280759     DOI : https://doi.org/10.20473/jipk.v16i1.44436
Core Subject : Science,
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (JIPK; English: Scientific Journal of Fisheries and Marine) ISSN International Centre | ISSN:2528-0759 (Online) | ISSN: 2085-5842 (Print) JIPK is a peer-reviewed and open access biannually (April and November) that published by the Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga. The aim of JIPK is to publish exciting, empirical research, recent science development, and high-quality science that addresses fundamental questions in fisheries and marine. JIPK only accepts manuscripts written in full English and processes submitted original script related of scope to fisheries and marine science and not being published by other publishers. We publish four categories of papers; 1) Original research papers, 2) Critical review articles, 3) Short communications, and, 4) Special Issue on applied or scientific research relevant to freshwater, brackish and marine environments. This journal gives readers the state of art of the theory and its applications of all aspects of fisheries and marine science. The scope of this journal includes, but is not limited to the research results of: Aquaculture, Fish Diseases, Marine science, Oceanography, Aquatic resources management, Fisheries product technology, Fish capture, technology, Fishery agribusiness, Fishery biotechnology/molecular genetics, Fish health management. JIPK has been indexed in Scopus, DOAJ, Sinta 1, Dimensions, Crossref, and others indexing. This journal has been accredited as a 1st Grade Scientific Journal (Sinta 1) by the Ministry of Research, Technology, and Higher Education of Indonesia since 8 December 2020.
Articles 480 Documents
Efektifitas Ekstrak Immersi Spirulina platensis sebagai Imununostimulan terhadap Jumlah Splenik Melanomacrophage Center (MMC) pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) yang diinfeksi Aeromonas hydrophila [Effectiveness of Spirulina platensis Extract Immersion as Immunostimulant To Number of Splenic Melanomacrophage Centers in Gouramy Fish (Osphronemus gouramy) Infected with Aeromonas hydrophila] Iga Wahyu Aditya; Arimbi Arimbi
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 2 (2017): Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v9i2.7638

Abstract

                                                   AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek imunostimulan dari ekstrak Spirulina platensis terhadap penurunan jumlah melanomakrofag limpa pada penyakit bakteri yang disebabkan Aeromonas hydrophila. Metode penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. 20 ekor ikan gurami dengan berat 20-30 gram secara acak dibagi kedalam 5 grup perlakuan yaitu P0-, P0+, P1, P2 dan P3. Grup yang digunakan sebagai control (P0-), grup yang diinfeksi 106ml-1Aeromonas hydrophila (P0+) dan grup yang diberikan air dengan ekstrak Spirulina platensis 200, 400 dan 600 mg/L dan diinfeksi dengan 106 ml/L Aeromonas hydrophila. Setelah 1 minggu adaptasi, perlakuan P1, P2 and P3 diberikan ekstrak Spirulina platensis pada hari 1 dan hari ke 7 dan di infeksi 106ml/L Aeromonas hydrophila. Setelah 4 hari infeksi, seluruh ikan gurami di eutanasi untuk mendapatkan data. Data dianalisis dengan menggunakan metode Kruskal Wallis. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antar perlakuan dengan jumlah melanomakrofag center (MMC). Hal ini membuktikan bahwa Perlakuan P2 dan P3adalah dosis efektif dimana kedua perlakuan tersbut menunjukkan banyaknya jumlah melanomacrophage centers (MMC).                                                        AbstractThe purpose of this study was to determine the effect of immunostimulants from Spirulina platensis extract on decreasing the number of splenic melanomacrophages in bacterial diseases caused by Aeromonas hydrophila. The method of this research is laboratory experimental with 5 treatments and 4 replications. 20 gourami fish weighing 20-30 grams were randomly divided into 5 treatment groups namely P0-, P0 +, P1, P2 and P3. The group used as control (P0-), the group infected with 106ml-1 Aeromonas hydrophila (P0 +) and the group given water with Spirulina platensis extract 200, 400 and 600 mg L-1 and infected with 106 ml/L Aeromonas hydrophila. After 1 weeks of adaptation, treatments P1, P2 and P3 were given Spirulina platensis extract on day 1 and day 7 and in infection with 106ml-1Aeromonas hydrophila. After 4 days of infection, all gouramy is euthanized to obtain data. Data were analyzed using the Kruskal Wallis method. This study showed a significant difference (p <0.05) between treatments with the number of melanomacrophages center (MMC). This proves that the P2 and P3 treatments are effective doses where both treatments show the large number of melanomacrophage centers (MMC).
Potensi Sedasi Minyak Atsiri Daun Bandotan (Ageratum conyzoides) terhadap Ikan Koi (Cyprinus carpio) [Sedation Potential Essential Oil of Bandotan Leaf (Ageratum conyzoides) to Koi Fish (Cyprinus carpio)] Laksmi Sulmartiwi; Boedi Setya Rahardja; Ade Wahyu Pratama
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 2 (2017): Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v9i2.7639

Abstract

                                                              AbstrakTransportasi ikan berhubungan dengan metode pembiusan. Pembiusan ini dilakukan untuk menurunkan metabolisme atau keaktifan (sedative). Metabolisme yang tinggi selama transportasi dapat diminimalkan dengan menggunakan metode imotilisasi. Dengan suhu atau senyawa metabolik, bahan antimetabolik alami yang dapat digunakan adalah tanaman bandotan (Ageratum conyzoides). Bandotan merupakan tanaman obat yang mengandung minyak atsiri dan saponin (Kardono, 2003). Pada bidang perikanan, untuk mengurangi stres pada ikan dan juga digunakan menenangkan serta penurunan keaktifan (sedative) atau obat analgesik yang digunakan pada hewan vertebrata (Neiffer and Stamper, 2009). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui potensi sedasi pemberian minyak atsiri daun bandotan terhadap ikan koi (Cyprinus carpio). Hasil analisis varian (ANAVA) menunjukkan bahwa setiap perlakuan minyak atsiri daun bandotan memberikan pengaruh terhadap waktu pingsan, waktu pulih sadar dan tachiventilasi (p<0,05). Rentang waktu pingsan tercepat pada perlakuan I saat menit ke- 27-30 dan rentang waktu pingsan terlama pada perlakuan D saat menit ke- 55. Rentang waktu pulih sadar tercepat pada perlakuan D saat menit ke- 5 dan rentang waktu pulih sadar terlama pada perlakuan I saat menit ke- 15-18. Rata-rata tachiventilasi tertinggi pada perlakuan A pada pengamatan menit ke- 60 (810 bit/5 menit) dan terendah pada I (343 bit/5 menit) pada pengamatan menit ke- 60. Berdasarkan pengukuran kualitas air yaitu suhu air antara 29-31o C, oksigen terlarut 6 ppm, pH berkisar 8-8,3 dan amoniak 0,02-0,27 mg/l.                                                                  AbstractTransportation of fish associated with the method of anesthesia. Anesthesia is done to decrease metabolism or liveliness (sedative). A high metabolism during transport can be minimized by using imotilisasi. Imotilisasi can be done by using a low temperature or chemical or natural metabolic compounds (Soedibya and Pramono, 2006). Antimetabolic natural ingredients that can be used is a plant bandotan (Ageratum conyzoides). Bandotan is a medicinal plant that contains essential oils and saponins (Kardono, 2003). In the field of fisheries, to reduce stress on the fish and also used a calming as well as a decrease in the activity (sedative) or analgesic drugs used in vertebrate animals (Neiffer and Stamper, 2009). The purpose of this study to determine the potential for sedation administration bandotan leaf essential oil to the koi (Cyprinus carpio). Results of analysis of variance (ANOVA) showed that each treatment bandotan leaf essential oil to give effect to the time unconscious, conscious and tachiventilasi recovery time (p<0.05). Range fastest time in treatment I fainted while 27-30 minutes and the longest time span in treatment D fainted while 55 minute span of the fastest recovering conscious at the time of treatment D 5 minutes and recovered aware longest time span in treatment I while 15-18 minutes. The highest average tachiventilasi on treatment A on the 60 minute observation (810 bits / 5 min) and the lowest in the I (343 bits / 5 min) on minute 60 observation. Based on the measurement of water quality is the water temperature between 29-31o C, dissolved oxygen is 6 ppm, pH ranged from 8 to 8.3 and ammonia 0.02 to 0.27 mg / l
Prevalensi dan Derajat Infestasi Ektoparasit pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif dan Tradisional di Kabupaten Gresik [ Prevalence and Degrees of Infestation Ectoparasite on White Shrimp (Litopenaeus vannamei) in Intensive and Extensive Cultivation System in Gresik] Gunanti Mahasri; Hari Suprapto; Abyan Farras
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 2 (2017): Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v9i2.7640

Abstract

                                                          AbstrakUdang putih (Litopenaeus vannamei) adalah komoditas unggulan budidaya yang memiliki harga yang signifikan pada pasar di seluruh dunia. Sepenuhnya permintaan udang, perlu perhatian serius dalam pembenihan vaname, dengan bertujuan untuk mendapatkan panen maksimal dan dapat memenuhi kebutuhan pasar. Tujuan penelitian ini untuk menentukan prevalensi dan derajat infestasi, serta mengetahui perbedaan prevalensi dan derajat infestasi ektoparasit pada udang vaname sistem intensif dan tradisional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu metode pengamatan sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta dan sifat populasi atau pada wilayah tertentu. Prevalensi ektoparasit yang menyerang udang putih di budidaya intensif 57,5% dan budidaya tradisional 56,6% dan dalam kategori sering (sering kali) tingkat infestasi rata - rata yang menginfeksi vaname putih dalam budidaya intensif adalah 76,56 (berat), sedangkan di budidaya tradisional adalah 43,78 (sedang). Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara prevalensi budidaya intensif dan tradisional (p> 0,05), terdapat perbedaan tingkat infestasi ektoparasit antara prevalensi budidaya intensif dan tradisional                                                             Abstract White shrimp (Litopenaeus vannamei) is a species of cultivation and have important value in the worldwide market.Tofully a demand of shrimp, need for serious treatment in prawn hatchery vaname, with the aim that gets the maximum harvest and can fulfill a need market. The aims of this research to determine the prevalence and degree of infestation, as well as know the difference prevalence and degree of infestation ectoparasite on shrimps vaname which are in intensive and extensive cultivation. The method used in this study using survey methods, that is methods to make observation systematical, factual, and accurate about the fact and the nature of the population or to a definite region. The prevalence of ectoparasite that infests white shrimp in intensive cultivation is 57,5% and in traditional cultivation is 56,6% and in category frequently (often times). The average degree of infestation that infects white vaname in intensive cultivation is 76,56 (heavy), while in the traditional cultivation is 43,78 (medium). The results analysis of the data show that there is no difference between the prevalence of intensive and traditional cultivation (p > 0,05), there was difference infestation degree of ectoparasite between the prevalence of intensive and traditional cultivation.
Kajian Potensi Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L) terhadap Immunitas Non Spesifik Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) [Potential Study of Papaya Leaf Extract (Carica papaya l) against Non-Specific Immunity of Lithopenaeus vannamei] Mona monica; Wardiyanto Wardiyanto; Oktora susanti
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 2 (2017): Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v9i2.7641

Abstract

                                                           AbstrakDalam berbudidaya udang vaname terdapat kendala yang harus dihadapi, salah satunya adalah serangan penyakit. Upaya pencegahan dan penanggulangan dapat berupa pemberian imunostimulan menggunakan ekstrak daun pepaya yang diaplikasikan dengan cara perendaman. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap imunitas non spesifik udang vaname (Litopenaeus vannamei). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli-agustus dengan menggunakan empat perlakuan yang diterapkan yaitu perlakuan A (0 mg/l ekstrak daun pepaya), B (10 mg/l ekstrak daun pepaya), C (20 mg/l ekstrak daun pepaya), dan D (30 mg/l ekstrak daun pepaya). Parameter yang diuji yaitu total hemocyte count, aktivitas fagositosis, indeks fagositosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya sebagai imunostimulan dapat meningkatkan respon imun udang vaname. Konsentrasi terbaik yaitu 30 mg/l.                                                              AbstractIn the activity of cultivating shrimp, there are some obstacles that must be faced such as diseases attack. One of the efforts that we can do as the prevention and solve the problem in shrimp that us through the giving of immunostimulant using papaya leaf extract which applicated with dipping method. This research aimed to study the effect of papaya leaf extract against the nonspecific immunity of vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei). This research was carried out in July-August which applied with 4 treatments, treatment A (0 mg/l papaya leaf extract), B ( 10 mg/l papaya leaf extract), C (20 mg/l papaya leaf extract), and D (30 mg/l papaya leaf extract). The parameters used in this research were total hemocyte count, phagocytosis activity, and phagocytosis index. The result showed that papaya leaf extract as immunostimulant can improve the immune response of vannamei shrimp. The treatment with 30 mg/l is the best concentration.
Perubahan Histopatologi Jaringan Kulit Ikan Komet (Carassius auratus auratus) Akibat Infestasi Argulus Japonicus [Histopathological Change of Comet Fish (Carassius auratus auratus) Skin Tissues Caused Argulus japonicus] Renita Efa Ratna Sari; Wahju Tjahjaningsih; Kismiyati Kismiyati
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i1.8202

Abstract

AbstrakEktoparasit merupakan salah satu penyebab menurunnya nilai jual komoditas ikan hias di Indonesia. Infestasi tingkat akut A. japonicus dapat mengakibatkan kematian dan kerugian ekonomi bagi pembudidaya. Penetrasi stylet ektoparasit Argulus dapat menyebabkan kerusakan yang cukup besar dengan memecah konsistensi jaringan dan dapat menimbulkan iritasi pada kulit ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui perubahan atau kelainan pada tingkat jaringan yang disebabkan oleh ektoparasit A. japonicus pada jaringan kulit ikan komet. Variabel yang diamati adalah perubahan patologi anatomi dan perubahan histopatologi jaringan kulit ikan komet akibat infestasi A. japonicus. Skoring dilakukan untuk menentukan derajat kerusakan histopatologi jaringan kulit ikan komet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infestasi A. japonicus mengakibatkan perubahan hemoragi, erosi epitel epidermis, infiltrasi sel radang, kongesti, dan ballooning degeneration pada jaringan kulit ikan komet. Derajat infestasi ektoparasit A. japonicus berbanding lurus dengan tingkat kerusakan jaringan kulit ikan komet. Jenis kerusakan jaringan tidak menunjukkan hubungan yang linear dengan derajat infestasi A. japonicusAbstractAcute infestation of A. japonicus can give occasion death and economic loss to farmers. Stylet penetration of ectoparasites A. japonicus caused considerable damage by breaking consistency of fish tissue and skin irritation. The purpose of this research was ascertain the level of comet fish skin tissues changes or abnormalities caused by ectoparasites A. japonicus. The variables observed in this study is the anatomic pathology and histopathological changes in the skin tissue of fish comet due to A. japonicus infestation. Scoring is done to determine the level of comet fish histopathology skin tissues damage. The results showed that the infestation of A. japonicus provide an overview histopathological changes inflammation, epidermis erotion, congestion, ballooning degeneration, and haemorrhage in comet fish skin tissues. Infestation level of ectoparasites A. japonicus is directly proportional with the level of comet fish tissue damages. Type of tissue damage does not have linear relationship with the level of A. japonicus infestation.  
Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Proteolitik yang Berasosiasi dengan Lamun Enhalus acoroides di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur [Isolation and Characterization Proteolytic Bacteria which is Associated with Sea Grass (Enhalus acoroides) in Bama Beach, Baluran National Park, Situbondo, East Java]. Rachmat Rizaldi; Woro Hastuti Setyantini; Sudarno Sudarno
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i1.8314

Abstract

AbstrakLamun adalah tumbuhan sejati yang hidup di perairan pantai yang kurang dimanfaatkan dalam bidang perikanan, selain sebagai bioindikator kualitas air laut. Beberapa mikroorganisme yang berasosiasi dengan lamun Enhalus acoroides antara lain benthos, kapang, bakteri dan plankton. Bakteri proteolitik merupakan bakteri yang mampu menghasilkan enzim protease. Enzim perotese merupakan enzim yang paling banyak digunakan dalam kehidupan. Bakteri merupakan sumber enzim yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan tanaman dan hewan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis isolat bakteri proteolitik yang berasosiasi dengan lamun Enhalus acoroides di Taman Nasional Baluran, Situbondo. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan dianalisis secara deskriptif dengan bantuan tabel dan gambar. Hasil yang peroleh menunjukkan bahwa terdapat 12 isolat bakteri yang berasosisasi dengan lamun Enhalus acoroides. Terdapat empat isolat yang tergolong sebagai bakteri proteolitik karena mampu mendagradasi kasein dalam media TSA + 2% NaCL yang ditambah 1 % susu skim, tampak dari pembentukan zona bening. Pengamatan morfologi koloni dan sel serta pengujian biokimia dari keempat isolat (EA-1, EA-2, EA-9 dan EA-10) terdapat kesamaan karakteristik dengan empat genus bakteri berturut-turut yaitu Staphylococcus sp., Plesiomonas shigeloides, Bacillus sp., Pseudomonas sp.AbstractSeagrass is a true living plants underutilized coastal waters in the field of fisheries, as well as bio-indicators of the quality of sea water. Some microorganisms associated with seagrass Enhalus acoroides among others benthos, fungi, bacteria and plankton. Proteolytic bacteria are bacteria that are capable of producing the enzyme protease. Protease enzyme is an enzyme that is most widely used in life. Bacteria are a source of enzymes that are most widely used compared to plants and animals. The purpose of this study was to determine the type of proteolytic bacterial isolates associated with seagrass Enhalus acoroides in Baluran National Park, Situbondo. This study used survey method with descriptive analysis with tables and figures. The results obtained that there are 12 bacterial isolates associated with seagrass Enhalus acoroides. There are four isolates were classified as proteolytic bacteria because it can degrade casein in TSA media + 2 % NaCL plus 1% skim milk which is evidenced by the formation of clear zones. Observations colony morphology and cells, as well as testing of Biochemistry of the four isolates (EA-1, EA-2, EA-9 and EA-10), were obtained, with similar characteristics to the four genera of bacteria in a row as follows Staphylococcus sp., Plesiomonas shigeloides, Bacillus sp., Pseudomonas sp. 
Analisis Nilai Tambah Olahan Ikan Peperek (Leiognathus equulus ) Menjadi Ikan Peperek Crispy Menggunakan Metode Value Engineering [Value Added Analysis of Peperek Fish (Leiognathus equulus) Being Peperek Crispy Fish Using Value Engineering Method] Mardiana Rosita; Khoirul Hidayat; Iffan Maflahah
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i1.8367

Abstract

AbstrakIkan peperek merupakan salah satu jenis ikan demersal yang biasa hidup di dasar perairan. Data statistik perikanan tangkap tahun 2015 menunjukkan ikan peperek berkontribusi besar dengan urutan kelima dari 33 jenis ikan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tambah yang diberikan dari pengolahan ikan peperek crispy. Metode yang digunakan yaitu metode value engineering dengan pencarian atlernatif dari beberapa tahap informasi, tahap kreatif, tahap analisis, tahap pengembangan dan tahap rekomendasi. Hasil yang diperoleh dari analisis metode value engineering untuk produk ikan peperek crispy yaitu terdapat lima alternatif meliputi: Alternatif 1 dengan rasa balado, kemasan plastik PP, ukuran ikan sedang dan berat bersih 100–125 gram. Alternatif 2 dengan rasa original, kemasan plastik PP, ukuran ikan sedang dan berat bersih 100–125 gram. Alternatif 3 dengan rasa manis, kemasan plastik PP, ukuran ikan sedang dan berat bersih 100–125 gram. Alternatif 4 dengan rasa balado, kemasan plastik PP, ukuran ikan sedang dan berat bersih 125–150 gram dan Alternatif 5 dengan rasa balado, kemasan toples, ukuran ikan sedang dan berat bersih 100–125 gram. Desain alternatif terpilih dengan menggunakan metode value engineering yaitu alternatif ke 2. Nilai tambah produk ikan peperek crispy adalah Rp. 3.732 per kemasan dengan tingkat keuntungan sebesar 37,32% per kemasan dengan berat 100–125 gram. Abstract Peperek fish is one of the demersal fish species that usually lives in the bottom of the waters, which contributes greatly to the fifth order of 33 other fish species. This study aims to determine the added value provided by the processing of peperek fish crispy. Value engineering method was used to determine alternative method of processing. Several stages were employed namely creative, analysis, development, and recommendation phase. The results obtained from the analysis of value engineering methods for crispy peperek fish products were five alternatives: Alternative 1 was fish crispy with balado flavor, PP plastic packaging, medium fish size and net weight 100-125 gram. Alternative 2 was fish crispy with original taste, PP plastic packaging, medium fish size and net weight 100-125 gram. Alternative 3 was fish crispy with sweet taste, PP plastic packaging, medium fish size and net weight 100 - 125 gram. Alternative 4 was fish crispy with balado flavor, PP plastic packaging, medium fish size and net weight 125-150 gram and Alternative 5 was fish crispy with balado flavor, jar packaging, medium fish size and net weight 100-125 gram. The chosen alternative by value engineering method was the 2nd alternative. The added value of crispy peperek fish in this alternative product was Rp. 3,732 per pack with a profit rate of 37.32% per package weighing 100-125 gram. 
Studi Pertumbuhan Populasi Spirulina sp. pada Skala Kultur yang Berbeda [Study of Spirulina sp. Population Growth in The Different Culture Scale] Nanik Retno Buwono; Raden Qonitah Nurhasanah
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i1.8516

Abstract

AbstrakSalah satu mikroalga yang berpotensi untuk dikembangkan dan banyak terdapat di perairan Indonesia adalah Spirulina sp. Kultur Spirulina sp. sebagai upaya peningkatan produksi dapat dilakukan dalam skala laboratorium dan skala semi massal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan populasi Spirulina sp dan perbandingan kualitas media air kultur pada skala kultur yang berbeda yaitu skala laboratorium dan skala semi massal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan parameter yang diukur yaitu kepadatan sel dari mikroalga dan parameter kualitas air meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, nitrat dan orthofosfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kultur pakan alami Spirulina sp. skala laboratorium berlangsung selama 15 hari sedangkan pada skala semi massal adalah 15-30 hari. Kepadatan awal sel Spirulina sp. skala laboratorium yaitu 15.229 unit/ml dan skala semi massal 28.417 unit/ml. Puncak kepadatan populasi sel Spirulina sp. skala laboratorium terjadi pada hari ke-8 yaitu 181.963 unit/ml, sedangkan untuk skala semi massal masih terus mengalami peningkatan jumlah kepadatan sel pada hari ke-15 sebanyak 295.317 unit/ml. Hasil kualitas air yang diperoleh pada kultur Spirulina sp. skala laboratorium maupun skala semi massal masih menunjang pertumbuhan mikroalga Spirulina sp. secara optimal. AbstractOne of the potential microalgae that have the potential to be developed and widely available in Indonesian waters is Spirulina sp. Spirulina sp. culture as an effort to increase production can be done in laboratory scale and semi-mass scale. The purpose of this research was to determine the population growth of Spirulina sp. and comparison the water of media culture at different culture scale i.e laboratory scale and semi-mass scale. The method used in this research is experimental method with parameters  measured i.e cell density of microalgae and also water quality parameters include temperature, pH, dissolved oxygen, nitrate and orthophosphate. The results showed that the growth of Spirulina sp. culture on the laboratory scale lasts for 15 days while on the semi-mass scale is 15-30 days. The initial cell ensity of Spirulina sp. on the laboratory scale is 15.229 units/ml and on the semi-mass scale is 28.417 units/ml. The peak cell population density Spirulina sp. on the laboratory scale occurred on the 8th day of 181.963 units/ml, while for the semi-mass scale still continues to increase the number of cell density on the 15th day of 295,317 units / ml. The quality of water obtained at Spirulina sp. laboratory scale culture and semi-mass scale still support the growth of Spirulina sp. microalgae optimally.
Pengaruh Penambahan Beeswax Sebagai Plasticizer Terhadap Karakteristik Fisik Edible Film Kitosan [The Effect of Using Beeswax as Plasticizer Against Physical Characteristics of Chitosan Edible Film] Sabrina Dhimas Putri Nabila; Rahayu Kusdarwati; Agustono Agustono
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i1.8518

Abstract

AbstrakEdible film kitosan merupakan kemasan primer biodegradable yang dapat dimakan berbentuk lapisan tipis dan transparan. Edible film kitosan bersifat rapuh dan kurang fleksibel sehingga perlu ditambahkan plasticizer beeswax. Beeswax atau lilin lebah bersifat ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi tubuh manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui film berbahan dasar kitosan dengan beeswax sebagai plasticizer dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan edible film serta mengetahui pengaruh penambahan plasticizer beeswax terhadap karakteristik fisik edible film kitosan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penambahan konsentrasi beeswax yang berbeda yakni 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan dan plasticizer beeswax dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan edible film. Beeswax sebagai plasticizer memberikan pengaruh terhadap karakteristik fisik edible film kitosan. Nilai ketebalan pada edible film yang terbentuk bekisar antara 0,012-0,36 mm, kuat tarik antara 13,72 - 47,53kgf/cm2 dan persen pemanjangan antara 3,34 – 7,44 %. Peningkatan konsentrasi plasticizer beeswax menurunkan kuat tarik namun di sisi lain dapat meningkatkan nilai ketebalan dan nilai persen pemanjangan. AbstractEdible film of chitosan is the primary packaging of edible-shaped that biodegradable, thin and transparent. Edible film of chitosan are brittle and less flexible so that needs to be added plasticizer beeswax. Beeswax or beeswax is environmentally friendly and not harmful to the human body. The purpose of this research is to determine the film made from chitosan with beeswax as the plasticizer can serve as the ingredient edible film and figure out the influence of the addition of the plasticizer beeswax against physical characteristics of chitosanedible film. The results showed that chitosan and plasticizer beeswax can be used as material for edible films. Beeswax give influence on the physical characteristics of the edible film. The value of the thickness on edible film between 0.012-0.36 mm, tensile strength between 13.72-47.53 kgf/cm2 and percent of elongation 3.34 – 7.44%. The increased concentration of plasticizer beeswax lose strong pull but on the other hand can increase the value of the thickness and percent elongation
Uji Proximat Daging Ikan Lele yang Dibudidayakan dengan Perbedaan Manajemen Kualitas Air dan Pakan [Test Proximat Meat Catfish Cultivated with Differences Water and Feed Quality Management] Arif Bimantara
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i1.8541

Abstract

                                                    AbstrakIkan lele merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang popular di Indonesia. Permintaan pasar akan jenis ikan ini yang semakin bertambah menyebabkan pembudidaya lele menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui hasil uji proksimat daging ikan lele yang dibudidayakan dengan manajemen kualitas air dan pakan yang berbeda meliputi kandungan protein, lemak, air dan abu. Sampel didapatkan dari lima pembudidaya ikan lele yang menggunakan metode pemeliharaan yang berbeda yaitu (1) L1 : pemberian pakan daging ayam dengan pergantian air 3 -5 hari sekali; (2) L2 : pemberian pakan pelet dicampur dengan bahan herbal, penambahan probiotik pada air budidaya dan dilakukan pergantian air setiap hari; (3) L3 : pakan kombinasi pelet dan daging ayam dengan pergantian air 3-5 hari sekali; (4) L4 : pakan pelet tanpa pergantian air; (5) L5 : pakan pelet dicampur multivatimin komersial, penambahan probiotik pada air budidaya dan dilakukan pergantian air 3-5 hari sekali. Daging ikan lele L1 memiliki kandungan air (67,1%) dan protein (14,6%) paling rendah walaupun memiliki kandungan lemak (5,6%) tertinggi dibandingkan sampel perlakuan lain, sedangkan sampel L2 memiliki kandungan protein tertinggi sebesar 17,4% sekaligus memiliki kadar abu paling rendah diantara sampel lainnya sebesar 0,4%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa manajemen kualitas air dan pakan mempengaruhi hasil uji proksimat daging ikan lele yang dibudidayakan.                                                         AbstractCatfish is one of the most popular aquaculture commodities in Indonesia. The increasing market demand for this fish caused the catfish farmers to apply various methods to improve the quality and quantity of its product. This study aimed to assess the proximate test results of catfish meat cultured in different water quality and feeding management for the parameters protein, fat, water, and ash content. The samples were obtained from five catfish farmers using different culture methods, namely (1) L1: chicken meat feeding with water exchange every 3-5 days; (2) L2: pellets feeding mixed with herbs, probiotics addition to culture water and daily water exchange; (3) L3: combination of pellets and chicken meat feeding with water exchange every 3-5 days; (4) L4: pellets feeding with no water exchange; (5) L5: commercial multivatimin mixed with pellets feeding, probiotics addition to culture water and water exchange every 3-5 days. The L1 catfish meat has the lowest water (67,1%) and protein (14,6%) content, although it has the highest fat content (5,6%) compared to other treatments, while the L2 sample has the highest protein content of 17,4 % as well as the lowest as content among other samples of 0.4%. These results indicate that water quality and feeding management affect the proximate test results of cultured catfish meat.

Page 2 of 48 | Total Record : 480


Filter by Year

2009 2024


Filter By Issues
All Issue 2024: JIPK VOLUME 16 ISSUE 2 YEAR 2024 (NOVEMBER 2024, ISSUE IN PROGRESS) 2024: IN PRESS ISSUE (JUST ACCEPTED MANUSCRIPT, 2024) Vol. 16 No. 1 (2024): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 15 No. 2 (2023): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 15 No. 1 (2023): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 14 No. 2 (2022): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 14 No. 1 (2022): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 13 No. 2 (2021): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 13 No. 1 (2021): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 12 No. 2 (2020): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 12 No. 1 (2020): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 11 No. 2 (2019): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 11 No. 1 (2019): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan Vol. 9 No. 2 (2017): Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 1 (2017): Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 8 No. 2 (2016): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 8 No. 1 (2016): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 7 No. 2 (2015): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 7 No. 1 (2015): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 6 No. 2 (2014): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 6 No. 1 (2014): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 5 No. 2 (2013): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 5 No. 1 (2013): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 4 No. 2 (2012): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 4 No. 1 (2012): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 3 No. 2 (2011): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 3 No. 1 (2011): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 2 No. 2 (2010): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 2 No. 1 (2010): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 1 No. 2 (2009): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 1 No. 1 (2009): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN More Issue