cover
Contact Name
Ardan Samman
Contact Email
ardansamman@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
j.kelautantropis@gmail.com
Editorial Address
m,m,m,m
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Journal of Fisheries & Marine
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 20855842     EISSN : 25280759     DOI : https://doi.org/10.20473/jipk.v16i1.44436
Core Subject : Science,
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (JIPK; English: Scientific Journal of Fisheries and Marine) ISSN International Centre | ISSN:2528-0759 (Online) | ISSN: 2085-5842 (Print) JIPK is a peer-reviewed and open access biannually (April and November) that published by the Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga. The aim of JIPK is to publish exciting, empirical research, recent science development, and high-quality science that addresses fundamental questions in fisheries and marine. JIPK only accepts manuscripts written in full English and processes submitted original script related of scope to fisheries and marine science and not being published by other publishers. We publish four categories of papers; 1) Original research papers, 2) Critical review articles, 3) Short communications, and, 4) Special Issue on applied or scientific research relevant to freshwater, brackish and marine environments. This journal gives readers the state of art of the theory and its applications of all aspects of fisheries and marine science. The scope of this journal includes, but is not limited to the research results of: Aquaculture, Fish Diseases, Marine science, Oceanography, Aquatic resources management, Fisheries product technology, Fish capture, technology, Fishery agribusiness, Fishery biotechnology/molecular genetics, Fish health management. JIPK has been indexed in Scopus, DOAJ, Sinta 1, Dimensions, Crossref, and others indexing. This journal has been accredited as a 1st Grade Scientific Journal (Sinta 1) by the Ministry of Research, Technology, and Higher Education of Indonesia since 8 December 2020.
Articles 480 Documents
Identifikasi Bakteri Endofit Mangrove Api-Api Putih (Avicennia marina) Penghasil Enzim L-asparaginase [Identification of Mangrove Endophyte Bacteria of Api-Api Putih (Avicennia marina) as Producing L-asparaginase Enzyme] Asep Awaludin Prihanto; Alifatul Fatchiyah; Hartati Kartikaningsih; Ken Audia Pradarameswari
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i2.10467

Abstract

Enzim L-asparaginase (E.C 3.5.1.1) adalah protein tetramer yang termasuk dalam kelompok keluarga amidohydrolases homolog. ). L-asparaginase secara selektif menghidrolisis L-aspargin (L-Asn) menjadi amonia (NH3) dan asam aspartat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan spesies bakteri penghasil enzim L-asparaginase yang diisolasi dari mangrove Avicennia marina yang berasal dari Pantai Bajul Mati, Malang, Jawa Timur, Indonesia. Penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yaitu pengambilan dan preparasi sampel, skrining L-asparaginase, dan identifikasi menggunakan uji mycrobact system. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat dengan aktivitas enzim L-asparaginase terbesar adalah isolat DAM6 yang berasal dari daun Avicennia marina. Isolat DAM6 adalah bakteri merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil, bentuk koloni oval, tepi koloni tidak rata dan elevansi cembung. Berdasarkan analisis microbact,  isolat DAM6 adalah bakteri spesies Pseudomonas aeruginosa.                                               AbstractThe L-asparaginase enzyme (E.C 3.5.1.1) is a tetramer protein belonging to the family group of amidohydrolases. L-asparaginase selectively hydrolyzes L-aspargin (L-Asn) to ammonia (NH3) and aspartic acid. This study aims to obtain species of L-asparaginase enzyme producing bacteria isolated from Avicennia marina mangroves from Bajul Mati Beach, Malang, East Java, Indonesia. This research carried out several stages such as took and prepared samples, screened L-asparaginase, and identified using the mycrobact system test. The results showed that the isolates with the largest L-asparaginase enzyme activity were DAM6 and it was originated from the leaves of Avicennia marina. DAM6 isolate is a gram-negative with an oval shape, uneven edges, and convex elevation. Based on microbact analysis, DAM6 isolates are Pseudomonas aeruginosa.
Pertumbuhan dan Biomasa Spirulina sp. dalam Media Pupuk sebagai Bahan Pangan Fungsional Oto Prasadi
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i2.10497

Abstract

AbstrakSpirulina sp. merupakan mikro organisme mikro alga yang memiliki kandungan nutrisi lengkap, sehingga Spirulina sp. memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan atau kelimpahan, berat basah dan berat kering dari Spirulina sp. dalam media pupuk hasil campuran pupuk urea, pupuk zwavelzure amoniak (ZA), dan pupuk triple super phosphate (TSP) dengan membandingkan pada pupuk kontrol dengan standar pada media conwy sebagai langkah alternatif dalam meminimalkan biaya kulturisasi Spirulina sp. sebagai bahan pangan fungsional dalam skala laboratoris. Berdasarkan hasil penelitian, kepadatan spirulina sp. mengalami fase lambat (lagfase) dengan kenaikkan populasi rata-rata 781,5 unit/ml pada hari pertama sampai hari ketiga. Fase percepatan (eksponensial fase) dengan kenaikkan populasi rata-rata 3576,5 unit/ml pada hari keempat sampai hari kelima. Fase perlambatan dengan kenaikkan populasi rata-rata 595,25 unit/ml pada hari keenam sampai hari ketujuh. Dan fluktuatif pada hari kedelapan sampai hari kesembilan, sedangkan berat basah dan berat kering dari Spirulina sp. di hari ketiga sampai dengan hari kelima mengalami peningkatan yang signifikan, sedangkan berat basah dan berat kering di hari-hari berikutnya mengalami fluktuatif peningkatan dan penurunan.Adanya penurunan pertumbuhan dan biomassa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantarannya, berkurangnya nutrien dalam media, berkurangnya intensitas cahaya karena penanguan sendiri, kompetisi yang semakin besar dalam mendapatkan nutrient, ruang hidup dan cahaya.Makanan fungsional yang mengandung protein tinggi salah satunnya adalah yang terbuat dari microalgae Spirulina sp. microalgae ini tidak hanya bertindak sebagai sumber protein tunggal, tetapi juga sumber karotenoid, klorofil, serta sumber mikronutrien.AbstractSpirulina sp. is a microalgae microorganism that has complete nutritional contents, Spirulina sp. has a great potential to be used as a functional food ingredient. This study aimed to determine the density or abundance, wet and dry weight of Spirulina sp. in fertilizer ingredients resulting from a mixture of urea fertilizer, zwavelzure ammonia (ZA) fertilizer, and triple superphosphate fertilizer (TSP) by comparing the control fertilizers with standards on conwey media an alternative step in minimizing the cost of culturing Spirulina sp. as a functional food ingredient in a laboratory scale. Based on the results of the study, the density of Spirulina sp. experienced a lag phase with an average population increase of 781.5 units/ml on the first day until the third day. Acceleration phase (exponential phase) with an average population increased of 3576.5 units/ml on the fourth day until the fifth day. The deceleration phase with an average population increased of 595.25 units/ml on the sixth day until the seventh day. And fluctuating on the eighth day to the ninth day, while the wet weight and dry weight of Spirulina sp. on the third day until the fifth day experienced a significant increase, while the wet weight and dry weight in the following days experienced a fluctuating increase and decrease. The decrease in growth and biomass could be caused by several factors, i.e., reduction of nutrient ingredients, reduced light intensity due to self-drying, greater competition in obtaining nutrients, living space and light. Functional foods that contained high protein one of them are those made from microalgae Spirulina sp. This microalga did not only act as a single protein source, but also a source of carotenoids, chlorophyll, and micronutrient sources 
Analisis Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) pada Kepiting Bakau (Scylla sp.) di Sungai Wonorejo, Surabaya [Analysis of Heavy Metal Copper (Cu) Content on Mud Crab (Scylla sp.) at Wonorejo River, Surabaya] Boedi Setya Rahardja; Adriana Monica Sahidu; Fani Fariedah
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i2.10499

Abstract

AbstrakPerairan Wonorejo merupakan salah satu daerah penghasil kepiting bakau di Surabaya. Namun perairan ini berpotensi mengalami pencemaran logam berat akibat aktivitas yang ada di daratan. Tembaga (Cu) merupakan salah satu jenis logam berat yang mencemari perairan Wonorejo dan jika dalam jumlah besar menyebabkan kerusakan hati organisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi logam berat tembaga pada kepiting bakau dan mengetahui keamanan pangan hasil tangkapan kepiting bakau di Sungai Wonorejo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2018 dengan pengambilan sampel di tiga stasiun dengan waktu setiap minggu selama tiga kali. Analisis logam berat tembaga (Cu) pada kepiting bakau (Scylla sp.), air dan sedimen dilakukan di Laboratorium Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Metode penelitian menggunakan metode observasi yang dilakukan di perairan dan tambak di Wonorejo Surabaya. Sampel daging kepiting bakau, air dan sedimen diuji menggunakan alat Atomic Absoption Spectrophotometry (AAS). Hasil kandungan kadar logam berat tembaga (Cu) pada kepiting bakau di Sungai Wonorejo pada stasiun 1 dan 2 yaitu 0,008 mg/kg dan pada stasiun 3 yaitu 0,002 mg/kg dimana nilai kadar ini masih berada di bawah ambang batas baku mutu logam berat Cu pada kepiting yaitu 20 mg/kg.AbstractWonorejo river as one area in Surabaya that has produce mud crab and potentially has heavy metal pollution caused by human activities. Copper (Cu) is on the heavy metals that pollute in the waters Wonorejo. Copper in large quantities can damage the liver. This research was conducted in April 2018 samples taken at three stations. Analysis of heavy metals copper (Cu) in samples of water, sediment, and meat of mud crab (Scylla sp.) is done in Laboratory Nutrition Department of Public Health, Universitas Airlangga. Other research methods of observation methods conducted in coastal areas and pond.Wonorejo Surabaya. Heavy metal testing of copper in samples of water, sediment, and meat of mud crab use Absorption Atomic Spectrophotometry (AAS). Results Cu content of heavy metal levels in the meat of mud crab in the Wonorejo river for site 1 and 2 was 0,008 mg/kg and for site 3 was 0,002 mg/kg. This shows the copper content in the meat of mud crab is under the allowable quality standards for copper of 20 mg/kg.
Penambahan Asam Amino Taurin pada Pakan Buatan terhadap Peningkatan Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Kerapu Cantik (Epinephelus fuscoguttatus í— Epinephelus microdon) [Addition of Amino Taurine Acid to Artificial Feed on Increased Growth and Survival Rate of Cantik grouper Seed (Epinephelus fuscoguttatus í— Epinephelus microdon)] Nizar Afiansyah Loekman; Woro Hastuti Satyantini; Akhmad Taufiq Mukti
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i2.10504

Abstract

AbstrakKerapu cantik merupakan kerapu hibrid hasil persilangan antara betina kerapu macan dan jantan kerapu batik. Salah satu permasalahan dalam pembenihan kerapu cantik secara umum, yaitu pertumbuhan stadia awal benih kerapu cantik yang lambat. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menambahkan taurin pada pakan buatan untuk meningkatkan pertumbuhan benih ikan kerapu cantik.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan taurin pada pakan buatan terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan kerapu cantik. Penelitian ini menggunakan metode RAL dengan tiga perlakuan, yaitu pemberian pakan buatan dengan kadar taurin 0% (P1), 0,5% (P2) dan 1% (P3) yang diberikan pada benih ikan kerapu cantik dan masing-masing perlakuan diulang enam kali. Hasil pemeliharaan selama 45 hari menunjukkan bahwa penambahan taurin sebesar 1% pada pakan buatan memberikan pertumbuhan tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya dan berbeda nyata (p<0,05). Penambahan taurin 1% pada pakan buatan tidak memberikan hasil sintasan yang berbeda dengan kontrol (taurin 0%). AbstractCantik grouper is hybrid grouper, it is the results of a crossover between females tiger grouper and males batik grouper. One of the problems in breeding cantik grouper in common is the growth of early stadia juvenile cantik grouper is slow. This problem could be solved by added taurine in the feed to increase the growth of juvenile cantik grouper. The purpose of this research is to find the influence of the addition of taurine in the feed on the growth and survival rate of juvenile cantik grouper. This research used completely randomized design (CRD) method with three treatments, which is giving taurine to feed with 0 % (P1), 0.5 % (P2) and 1 % (P3) concentration given to the juvenile cantik groupers and the treatment has been repeated six times. The results of breeding for 45 days showed that the addition of 1 % taurine in feed give the highest growth than other treatment and differs markedly ( p<0.05 ). The addition of 1% taurine gives no different result with the control variable (0% taurine).
Profil Terumbu Karang Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Indonesia [Coral Reef Profile of Kangean Island, Sumenep District, Indonesia] Apri Arisandi; Badrud Tamam; Achmad Fauzan
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i2.10516

Abstract

Abstrak Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting, karena menjadi sumber kehidupan bagi biota laut.  Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data berupa persentase penutupan karang hidup, lifeform dan jumlah karang.  Kelimpahan ikan karang dan kondisi perairan kepulauan yang terdapat ekosistem terumbu karang bisa menjadi dasar untuk mendukung kesesuaian suatu kawasan menjadi objek ekowisata bahari.  Penelitian dilaksanakan pada bulan juli-Agustus dan dilakukan menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT), sepanjang 50 meter sejajar garis pantai pada kedalaman 3 dan 10 meter. Persentase penutupan karang mengacu kepada lifeform dan data ikan karang diambil menggunakan metode pencacahan langsung (visual census).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tutupan karang berada pada kisaran 60-73% yang artinya kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Kangean adalah baik, dan merupakan habitat yang nyaman bagi ikan-ikan karang seperti spesies Apogon sp., Chelmon sp., Chaetodon sp., Lethrinus sp., dan Cheilodipterus sp. AbstractCoral reef ecosystems are part of an important marine ecosystem because they are a source of life for marine biota. This study was aimed to collect data in the form of a percentage of live coral cover, lifeform and number of corals. The abundance of reef fish and the condition of island waters that have coral reef ecosystems can be the basis for supporting the suitability of an area to become an object of marine ecotourism. The study was conducted in July-August and was carried out using the Line Intercept Transect (LIT) method, along 50 meters parallel to the coastline at depths of 3 and 10 meters. The percentage of coral cover refers to the lifeform and data on reef fish are taken using the visual census method. The results showed that the percentage of coral cover was in the range of 60-73%, which means that the condition of the coral reef ecosystem in Kangean Island is good, and is a comfortable habitat for reef fish such as the species Apogon sp., Chelmon sp., Chaetodon sp., Lethrinus sp., and Cheilodipterus sp.
Daya Antibakteri Ekstrak Daun Api-Api (Avicennia alba) terhadap Vibrio harveyi Penyebab Vibriosis secara Invitro [In Vitro Antibacteria Activity of Api-Api (Avicennia alba) Leave Extract Against Vibrio harveyi Causes Vibriosis] Zurica Melati Fitri; Kismiyati Kismiyati; Ahmad Shofy Mubarak
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i2.10527

Abstract

AbstrakBudidaya udang dihadapkan pada berbagai kendala penyakit yang timbul dan  dapat menyebabkan kematian masal pada larva udang windu, salah satunya  vibriosis yang   disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyi.   Zat antibakteri yaitu : flavonoid, saponin dan tanin terbukti dapat membunuh beberapa bakteri patogen.  Daun api – api Avicennia alba mengandung zat anti bakteri sehingga berpotensi digunakan untuk membunuh bakteri Vibrio harveyi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum ekstrak daun api-api (Avicennia alba) dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi. Penelitian ini  mengunakan metode eksperimental dengan  perlakuan konsentrasi ekstrak daun api-api (Avicennia alba) sebesar  100%, 90% 80%, 70%, 60%, 50%, 40%. 30%, 20%, 10%, 0%.  Parameter yang diamati  dalam penelitian ini  adalah Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan pertumbuhan koloni  pada uji Minimum Bacteria Concentration (MBC).  Hasil penelitian menunjukan bahwa pada  konsentrasi 60% ekstrak daun Avicennia alba dapat menghambat pertumbuhan  V.harveyi. Sedangkan pada konsentrasi 90% ekstrak daun Avicennia alba menyebabkan  bakteri V.harveyi terbunuh.   AbstractShrimp culture has various obstacles such as the emergence of diseases that can cause deaths in tiger shrimp larvae such as vibriosis caused by Vibrio harveyi. Some antibacterial substances such as flavonoid, saponin, and tannin inhibit and kill several pathogenic bacteria. Avicennia alba leaves contain anti-bacterial substances that have the potential to be used to kill Vibrio harveyi bacteria. This study aimed to determine the minimum concentration of Avicennia alba leaves extract for inhibiting and kill the growth of Vibrio harveyi. This study used an experimental method, using  Avicennia alba leaves extract concentration treatment of 100%, 90% 80%, 70%, 60%, 50%, 40%. 30%, 20%, 10%, 0%. The parameters observed in this study were the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and bacteria colony growth in Minimum Bacteria Concentration (MBC) test. The results showed that at a concentration of 60% Avicennia alba leaves extract could inhibit the growth of V.harveyi. While at a concentration of 90% Avicennia alba leaves extract, Vibrio harveyi bacteria was killed. 
Cover and Front Matters Cover and Front Matters
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i2.10629

Abstract

Back meter Back meter
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v10i2.10630

Abstract

Occurrence of Pedunculate Barnacle, Octolasmis spp. in Blue Swimming Crab, Portunus pelagicus [Tingkat Kejadian Pedunculate Barnacle, Octolasmis spp. pada Rajungan, Portunus pelagicus] Marina hasan; Mohd Fazrul Hisam Abd Aziz; Kismiyati Kismiyati; Sri Subekti; Mohd Ihwan Zakariah
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 (2019): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v11i1.10635

Abstract

AbstractBarnacles are symbiont and harm to the crabs when they are in large numbers. They will affect the respiration, normal activity and growth of the crabs. The prevalence, mean intensity and identification of pedunculate barnacle, Octolasmis spp. on blue swimming crab, Portunus pelagicus from the coastal area of Kuala Terengganu were studied. The site specificity of the different species of Octolasmis attached was examined. The crabs were measured and weight. The crabs were euthanized by put in ice until no movement. The Octolasmis were observed from the surfaces and gills or brachial chamber. The Octolasmis were observed from each gill. The prevalence and mean intensity was calculated. The Octolasmis were preserved in 70% alcohol and mounting using glycerine jelly to make the permanent slide. A total of all 13 crabs were infested by four species of Octolasmis which is 218 Octolasmis angulata, 191 Octolasmis warwickii, 16 Octolasmis tridens and 218 Octolasmis lowei. Octolasmis angulate showed the highest prevalence (84.62%) and lowest prevalence was O. lowei (23.08%) and O. warwickii (23.08%). The barnacles were attached to the gill, carapace, abdomen and also walking legs. Barnacle occurred most frequently on the gill part by having 371 (57.70%) barnacles compared to other areas, 272 (42.30%) barnacles. The distributions of barnacle in this study suggest distal areas are more susceptible in infestation by Octolasmis spp. However, they did not show site specificity on the gill areas because it depends on the water current.AbstrakBarnacle (teritip) adalah simbion yang dalam jumlah besar akan membahayakan kepiting. Teritip tersebut berpengaruh pada pernapasan, aktivitas normal dan pertumbuhan kepiting. Prevalensi, intensitas rata-rata dan identifikasi pedunculate barnacle, Octolasmis spp. pada rajungan, Portunus pelagicus dari daerah pesisir Kuala Terengganu telah diteliti. Kekhasan lokasi dari berbagai spesies Octolasmis telah diperiksa. Kepiting telah diukur dan ditimbang. Kepiting dieuthanasi dengan cara dimasukkan kedalam es sampai tidak bergerak. Octolasmis diamati dari permukaan tubuh dan insang (branchial chamber). Octolasmis diamati pada tiap insang. Prevalensi dan intensitas rata-rata dihitung. Octolasmis diawetkan dalam alcohol 70 % dan mounting menggunakan Jeli gliserin untuk membuat slide permanen. Semua kepiting 13 ekor telah terinfestasi oleh empat spesies Octolasmis, yaitu 218 Octolasmis angulata, 191 Octolasmis warwickii, 16 Octolasmis tridens dan 218 Octolasmis lowei. Octolasmis angulate menunjukkan prevalensi paling tinggi (84,62%) dan prevalensi paling rendah adalah O. lowei (23,08%) dan O. warwickii(23,08%). Teritip menyerang insang, karapas, abdomen dan juga kaki jalan.Teritip paling sering ditemukan pada bagian insang 371 ekor (57,70%) dibandingkan pada bagian lain, 272 ekor (42,30%). Distribusi teritip pada penelitian ini menunjukkan bahwa bagian distal lebih rentan mengalami infestasi Octolasmis spp. Namun, teritip tidak menunjukkan kekhasan lokasi pada daerah insang bergantung pada arus air.
Karakteristik Lingkungan dan Kondisi Fauna Makrobentik Di Kawasan Reboisasi Mangrove Pulau Pramuka, Panggang, dan Karya, Kepulauan Seribu, Indonesia [Environmental Characteristics and Conditions of Macrobentic Fauna in the Mangrove Reforestation Area of Pramuka, Panggang, and Karya Island, Seribu Islands, Indonesia] Syahrial Syahrial; Neneng Purwanti; Herlina Adelina Meria Uli Sagala; Nur Atikah; Yulina Sari; Bayu Oktavian; Novhitasari Simbolon
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 1 (2019): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v11i1.10770

Abstract

AbstrakKajian karakteristik lingkungan dan kondisi fauna makrobentik di kawasan reboisasi mangrove Pulau Pramuka, Panggang dan Karya, Kabupaten Kepulauan Seribu telah dilakukan pada bulan April 2014. Kajian ini bertujuan sebagai data dasar dalam pengelolaan mangrove di Indonesia khsususnya pasca penanaman mangrove. Pengukuran karakteristik lingkungan dilakukan dengan cara insitu, sedangkan pengumpulan fauna makrobentik dengan membuat transek garis dan plot yang ditarik dari titik acuan (tegakan mangrove terluar) dan tegak lurus garis pantai sampai ke daratan. Hasil kajian memperlihatkan bahwa karakteristik lingkungan yang diukur tidak begitu berbeda antar stasiun dan juga tidak melebihi baku mutu untuk kehidupan biota laut. Sebanyak 6 spesies fauna makrobentik telah ditemukan dengan kepadatan yang bervariasi. Kepadatan tertingginya berada di Stasiun 3 (05.00 ind/m2) dan terendahnya di Stasiun 1 (02.00 ind/m2). Selain itu, fauna makrobentik Atilia (Columbella) scripta, Metopograpsus latifrons, Littoraria scabra, Saccostrea cucculata dan Cardisoma carnifex berasosiasi atau berkaitan erat dengan stasiun yang bersubstrat lanau maupun pasir. Selanjutnya parameter kualitas air yang paling menentukan distribusi dan kepadatan fauna makrobentik di kawasan reboisasi mangrove Pulau Pramuka, Panggang, dan Karya, Kabupaten Kepulauan Seribu adalah pH. AbstractThe study of the environmental characteristics and conditions of macrobenthic fauna in the mangrove reforestation area of Pramuka, Panggang, Karya, and the Seribu Islands was carried out in April 2014. This study aims at the basic data in mangrove management in Indonesia, especially after mangrove planting. Measurement of environmental characteristics is carried out by in-situ methods while collecting macrobenthic fauna by making line transects and plots drawn from the reference point (outermost mangrove stands) and perpendicular to the coastline to the mainland. The results of the study show that the measured environmental characteristics are not very different between stations and also do not exceed the quality standards for marine life. A total of 6 macrobenthic fauna species have been found with varying densities. The highest density is at Station 3 (05.00 ind/m2) and the lowest is at Station 1 (02.00 ind/m2). In addition, the macrobenthic fauna Atilic (Columbella) scripta, Metopograpsus latifrons, Littoraria scabra, Saccostrea cucculata and Cardisoma carnifex are associated or closely related to silt or sand substrates. Furthermore, the water quality parameters that most determine the distribution and density of macrobenthic fauna in the mangrove reforestation area of Pulau Pramuka, Panggang and Karya Seribu Islands District are pH.

Page 4 of 48 | Total Record : 480


Filter by Year

2009 2024


Filter By Issues
All Issue 2024: JIPK VOLUME 16 ISSUE 2 YEAR 2024 (NOVEMBER 2024, ISSUE IN PROGRESS) 2024: IN PRESS ISSUE (JUST ACCEPTED MANUSCRIPT, 2024) Vol. 16 No. 1 (2024): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 15 No. 2 (2023): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 15 No. 1 (2023): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 14 No. 2 (2022): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 14 No. 1 (2022): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 13 No. 2 (2021): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 13 No. 1 (2021): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 12 No. 2 (2020): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 12 No. 1 (2020): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 11 No. 2 (2019): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 11 No. 1 (2019): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan Vol. 9 No. 2 (2017): Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 1 (2017): Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 8 No. 2 (2016): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 8 No. 1 (2016): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 7 No. 2 (2015): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 7 No. 1 (2015): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 6 No. 2 (2014): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 6 No. 1 (2014): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 5 No. 2 (2013): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 5 No. 1 (2013): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 4 No. 2 (2012): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 4 No. 1 (2012): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 3 No. 2 (2011): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 3 No. 1 (2011): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 2 No. 2 (2010): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 2 No. 1 (2010): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 1 No. 2 (2009): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN Vol. 1 No. 1 (2009): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN More Issue