cover
Contact Name
Assyifa Junitasari
Contact Email
assyifajunitasari@uinsgd.ac.id
Phone
+6281287749909
Journal Mail Official
alkimiya@uinsgd.ac.id
Editorial Address
Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology Building, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, A.H. Nasution Street No. 105 Bandung 40614
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
al Kimiya : Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
ISSN : 24071897     EISSN : 24071927     DOI : http://doi.org/10.15575/ak
The scope of al Kimiya Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan s publication included general studies and special studies The general studies are pure chemistry in general and in specific fields as follows Study of inorganic organic and biochemical substances materials that have traditionally been successively entered into studies of inorganic chemistry organic chemistry and biochemistry. Some examples of specific topics from the study of these substances are bioanorganic bioorganic organometallic heterogeneous catalysts transition metal chemistry and coordination chemistry (complex) metabolism enzymology natural material chemistry and solids. Study of the physical and chemical properties of matter and their changes that have traditionally entered into the study of physical chemistry. Some examples of specific topics from this study are reaction kinetics and mechanisms surface chemistry polymers dyes, thermo dynamics chemistry theoretical chemistry and computation membrane catalysis radiochemistry electrochemistry photochemistry and spectroscopy. Experimental studies and chemical instrumentation that have traditionally entered into analytic chemistry studies. Some examples of specific topics from this study are spectroscopy microscopy and chromatography. Specific studies that can be raised in the publication of al-Kimiya in general are as follows Study of applied chemistry in the field of food. Some examples of specific topics from this study are proteins lipids carbohydrates vitamins minerals enzymes additives food coloring agents and food chemical technologies related to these topics. Study of applied chemistry in the energy field. Some examples of specific topics from this study are photochemistry cell chemistry fuel biomass petroleum and natural gas fuels renewable chemical energy sources and chemical energy conversion Study of applied chemistry in the field of environment. Some examples of specific topics from this study are soil chemistry aquatic chemistry atmospheric chemistry green chemistry toxicology and water treatment. Pure chemistry studies as well as applied in the problem of local wisdom. This study was inspired by the lack of habits traditions in local tribe customs or culture related to the use of substances from nature. Back to Nature can be the ultimate term to describe the contribution of culture to modern traditions that are more prudent in managing nature. Pure and applied chemistry studies to understand the universality values of Islam rahmatan lil alamin.
Articles 113 Documents
Peel-Off Mask Formulation for Facial Skin Protection Made from Active Carbon Quantum Dots From Rice Washing Water Abdul Gani; Muhammad Nazar; Dinda Lisma Restiana
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 11, No 1 (2024): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v11i1.36475

Abstract

Excessive exposure to ultraviolet (UV) rays can damage facial skin. Carbon Quantum Dots (CQDs) are active ingredients that can be formulated into peel-off masks needed to protect facial skin from UV exposure. This research aims to formulate a peel-off mask as facial skin protection made from the active ingredient CQDs from rice washing water, test the characteristics, and determine user responses to the product. The mask formulation is divided into five versions, namely F0 (without CQDs), F1, F2, and F3 (with CQDs added at concentrations of 2%, 4%, and 6%, respectively), and F+ (with added vitamin C). The resulting formulations were tested through physical tests, fluorescence using a UV lamp, and UV blocking tests. The test results for the five mask formulas showed a pH range of 4.5-5.6, stability over three weeks of storage, drying time within 27-30 minutes, homogeneity, viscosity ranging from 12,810-18,430 cPs, and spreadability ranging from 5.4-6.6 cm. The results of the organoleptic test using the one-way ANOVA test show that variations in mask formulas do not have a significantly effect on preferences for color, smell, texture, and general preferences. The results of the fluorescence test showed that there was luminescence in formulas F1, F2, and F3. UV blocking properties in the wavelength range 290-320 nm are shown in the formulas F1, F2, F3, and F+. Based on these tests, it can be concluded that the peel-off mask formulation with CQDs from rice wash water successfully produced a good peel-off mask product with a high SPF value, especially in formula F3.
Sintesis Membran Komposit PVDF-Zeolit untuk Penghilangan Metilen Biru Ervin Tri Suryandari
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 6, No 2 (2019): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v6i2.6491

Abstract

Metilen  biru  (MB)  merupakan  zat warna  kation  yang sering  digunakan  dalam industri tekstil, karena harganya yang ekonomis dan mudah diperoleh. Dalam pewarnaan, senyawa ini hanya digunakan sekitar 5% sedangkan sisanya 95% akan dibuang sebagai limbah. Keberadaannya di lingkungan menurunkan kualitas air dan kenaikan BOD (Biological Oxygen Demand)  sehingga  dapat merusak keseimbangan  ekosistem  lingkungan. Metilen biru tidak termasuk zat warna toksik, tetapi dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan  beberapa efek yang berbahaya seperti jika tertelan  dapat menyebabkan kesulitan bernafas, menimbulkan sensasi terbakar dalam mulut, mual, muntah, dan diare. Jika terpapar dalam jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan nyeri di dada dan perut, sakit kepala, keringat berlebihan. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan limbah metilen biru yang tepat. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan membran komposit poliviniliden fluorida (PVDF)–Zeolit. Penambahan zeolit ke dalam membran PVDF diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membran. Proses pembuatan membran menggunakan metode inversi fasa. Larutan PVDF 20% larutan PVDF (b/v) dalam N,N-dimetilformamida (DMF) sebagai pelarut dan air suling sebagai non-pelarut. Sedangkan membran komposit PVDF-Zeolit dibuat dengan menambahka zeolit sebesar 20% (b/b) ke dalam larutan PVDF. Membran yang diperoleh kemudian dikarakterisasi dengan FTIR, SEM, dan ditentukan nilai permeabilitasnya. Berdasarkan citra SEM, membran PVDF bersifat berpori dan penambahan zeolit ke dalam membran PVDF membuat membran menjadi semakin berpori. Membran komposit PVDF-Zeolit memiliki ketebalan yang lebih tipis daripada membran PVDF biasa sehingga proses pemisahan pada membran komposit bisa terjadi lebih cepat. Proses pemisahan metilen biru menggunakan kedua membran diuji berdasarkan penentuan nilai persen rejeksi pada pH 3, 4, 5, dan 6. Hasil menunjukkan kedua membran memiliki nilai persen rejeksi optimum pada pH 5 yaitu sebesar 76,45% dengan nilai permeabilitas sebesar 8,921 Lm-2h-1bar-1 pada membran PVDF, dan 82,65% dengan nilai permeabilitas 19,197 Lm-2h-1bar-1 pada membran komposit PVDF-Zeolit.
Sintesis Sabun Cair Berbahan Minyak Zaitun, Zeolit, dan Bentonit untuk Aplikasi Hand Hygiene Annisa Ayu Pratiwi; Dede Suhendar; Asep Supriadin
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 8, No 2 (2021): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v8i2.14853

Abstract

Tangan merupakan salah satu media yang berpotensi untuk menyebarkan mikroorganisme ke dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan infeksi. Dalam Islam mencuci tangan termasuk ke dalam urgensi thaharah. Sabun pembersih tangan dengan zat aktif antibakteri diketahui efektif dalam membersihkan tangan dari kotoran dan bakteri. Tanah liat bentonit dan zeolit dipilih sebagai dua bahan aktif alami dalam sintesis sabun cair pembersih tangan karena daya adsorpsi yang tinggi dan diharapkan mampu bekerja dalam mengangkat kotoran dan sebagai agen penghambat bakteri.  Minyak zaitun digunakan sebagai sumber asam lemak dalam membuat sabun. Diketahui minyak zaitun memiliki aktivitas antibakteri karena mengandung senyawa tirosol dan hidroksitirosol. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut dilakukan pembuatan sabun cair dengan variasi formula sabun cair (SC): bentonit: zeolit di antaranya 1:1:0 (F1), 1:0:1 (F2), 1:1:1 (F3), 1:2:0 (F4) dan 1:0:2 (F5). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan aktif zeolit dan bentonit secara individual maupun bersama-sama (1:1) tidak menunjukkan aktivitas antibakteri, sementara untuk bahan aktif dengan dua kali konsentrasi menunjukkan efek sinergis dan daya hambat minimum dari zeolit (22,08 mm) dan tanah liat bentonit (21,10 mm) terhadap aktivitas antibakteri. Sementara itu hasil uji kriteria mutu menunjukkan seluruh formula sabun memiliki nilai pH dan total bahan aktif yang telah memenuhi syarat mutu SNI 2588:2017. Pada pengujian bahan tak larut dalam etanol menunjukkan bahwa semua formula sabun melebihi standar yang telah ditentukan (maks. 0,5% b/b) di antaranya mulai dari 8,42 hingga 10,12% (b/b). Pengujian kadar alkali bebas menunjukkan hanya sabun F5 yang nilainya melebihi standar (maks. 0,05% b/b) yaitu sebesar 0,10% (b/b). Pada uji daya bersih, sabun F3 memberikan efek paling tinggi sebesar 74,96% (b/b). Untuk uji pengamatan terhadap kenampakan fisik sabun, terjadi perubahan terhadap sabun F3, F4, dan F5 pada hari ke-14. Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa sabun cair dengan formula yang telah disebutkan dapat menghasilkan sifat antibakteri melalui penambahan bahan aktif zeolit dan bentonit dengan perbandingan SC: bentonit: zeolit yaitu 1:2:0 (F4) dan 1:0:2 (F5).
Effect of Synthesis Condition on Degree of Deacetylation of Chitosan from Shrimp Waste for Smart Film Applications Muhammad Reza; Jauhairiyah Gailani; Tria Susanti; Syarifa Aminatuz Zuhro; Achmad Sjaifullah; Busroni Busroni; Istiqomah Rahmawati
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 11, No 1 (2024): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v11i1.30933

Abstract

Shrimp is an Indonesian’s export commodity with high economic value increasing every year. Usually, shrimps are exported in the form of frozen shrimp without shells, heads, tails, and entrails. It resulted in the accumulation of shrimp waste leading to the increasing environmental pollution. Shrimp waste contains high contents of chitin which can be processed to a chitosan owing several benefits. The purpose of this study is to determine the optimum condition of the synthesis of chitosan from chitin isolated by the autolysis method. The deproteination was carried out by soaking the shrimp waste in an acidic solution (pH 2 – 3) for 10 d. The demineralization process was done by reacting the deproteinated solids in a hydrochloric acid solution at pH 0 – 1 for 24 h. Parameters varied in this study time (1 – 3 h), chitin to NaOH ratio (1:10 – 1:30 (w/v)), and temperature (60 – 120℃). The higher all parameters used, the higher the obtained degree of deacetylation (DD) which is in the range of 18.35±1.13 to 48.6±0.51%. On the other hand, the obtained yield decreased from 50.66±1.98% to 47.78±0.81%. The optimum condition was obtained at a synthesis temperature of 120℃, chitin to NaOH ratio of 1:20 g/mL, and time of 3 h producing chitosan with DD of 54.25 ± 2.27%, and yield of 47.7 ± 0.65%. Chitosan synthesized using optimum conditions produced a relatively homogeneous thin film. Polyaniline was then introduced to the film to obtain a smart film prototype. This smart film was able to detect the pH changes proven by the change in its color. The smart film also could be potentially used as a “smart pack” for detecting product decay which releases ammonia gas.
Potensi Penggunaan Tempurung Kelapa sebagai Adsorben Ion Logam Fe(III) Neng Mastiani; Vina Amalia; Tina Dewi Rosahdi
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 5, No 1 (2018): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v5i1.3731

Abstract

Besi merupakan logam yang paling banyak sekali ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kandungan besi berlebihan di dalam air dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan dalam jumlah yang tinggi dapat bersifat sebagai racun bagi tubuh. Pada penelitian ini dipelajari potensi penggunaan tempurung kelapa sebagai adsorben ion logam Fe(III). Adsorben dari bahan tempurung kelapa disiapkan pada berbagai metode perlakuan awal, yaitu (1) tanpa perlakuan; (2) tanpa lignin (delignisasi); (3) diarangkan; (4) dikalsinasi pada suhu 400°C; dan (5) dikalsinasi pada suhu 600°C. Selanjutnya dari masing-masing perlakuan dibagi menjadi dua bagian untuk diaktivasi dan tidak diaktivasi dengan aktivator yang digunakan yaitu NaOH. Konsentrasi ion logam Fe(III) setelah adsorpsi dianalisis menggunakan AAS. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan konsentrasi logam yaitu  pada suhu 600oC, tanpa aktivasi dengan efisiensi 100% dan kapasitas adsorpsi sebesar 0,93 mg/g. Berdasarkan hasil penelitian tempurung kelapa efektif digunakan sebagai adsorben untuk penurunan logam besi pada  larutan Fe(III) dari konsentrasi awal sebesar 10 ppm menjadi 0 ppm maka ion logam Fe pada larutan Fe(III)  10 ppm sudah terserap oleh adsorben tempurung kelapa.
Pemanfaatan Limbah Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Bahan Baku Biodiesel Nila Tanyela Berghuis; Prillizya D'Ura Tamako; Asep Supriadin
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 6, No 1 (2019): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v6i1.4597

Abstract

Biji alpukat merupakan limbah pangan yang mengandung minyak nabati. Salah satu pemanfaatan minyak nabati adalah biodiesel. Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dikarenakan dapat menurunkan emisi jika dibandingkan dengan minyak diesel. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan biji alpukat sebagai bahan baku sintesis biodiesel serta karakterisasinya. Sintesis biodiesel dilakukan melalui reaksi esterifikasi minyak biji alpukat menggunakan pelarut metanol dengan perbandingan massa 1:20 disertai dengan penambahan katalis asam dan melalui reaksi transesterifikasi menggunakan pelarut metanol dengan perbandingan massa 1:6 dan disertai katalis basa, dengan konsentrasi katalis yang digunakan sebesar 2,5% dari bobot minyak. Karakterisasi dilakukan dengan analisis spektrofotometer FTIR yang menunjukkan adanya gugus fungsi ester yang merupakan karakteristik dari biodiesel hasil sintesis dengan melihat adanya ikatan C-O pada pada bilangan gelombang 1244,09 cm-1 dan ikatan C=O pada bilangan gelombang 1737,86 cm-1. Selain itu dilakukan juga analisis gas chromatography (GC) yang menunjukkan kandungan minyak terbanyak yang berhasil terekstrak dari biji alpukat, yaitu senyawa metil ester oleat dengan waktu retensi 20,618 menit. Pada tahap akhir dilakukan pengujian spesifikasi terhadap biodiesel yang dihasilkan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 04-7182-2006 yang telah ditetapkan, yang menunjukkan angka asam sebesar 0,4 mg NaOH/g, massa jenis sebesar 679,335 kg/m3 dan viskositas kinematik sebesar 4,980 mm2/s pada 40ºC, dan warna nyala api biru kemerahan dan tidak berasap yang lebih baik dibandingkan dengan solar.
Pemanfaatan Limbah Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) dan Ampas Tebu (Sugarcane bagasse) sebagai Adsorben pada Pemurnian Minyak Jelantah Hulqi Mila Haili; Sulistiyana Sulistiyana; Edi M. Jayadi
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 8, No 1 (2021): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v8i1.11685

Abstract

Minyak jelantah merupakan minyak yang sudah mengalami kerusakan akibat digunakan secara berulang kali dan tidak baik untuk kesehatan apabila dikonsumsi, oleh karena itu diperlukan pemurnian menggunakan adsorben. Adsorben yang digunakan pada penelitian ini adalah serbuk kulit bawang merah dan ampas tebu. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh variasi perbandingan massa adsorben ampas tebu (At) dan kulit bawang merah (Kbm) terhadap karakteristik fisikokimia minyak jelantah yang telah dimurnikan. Adsorben ampas tebu dan kulit bawang merah dikeringkan terlebih dahulu kemudian diayak dengan ukuran 100 mesh, setelah itu dilanjutkan dengan proses adsorpsi yang diawali dengan memanaskan sampel minyak jelantah 100 g sampai dengan suhu 700C, kemudian menambahkan 10 g adsorben dengan variasi perbandingan massa At:Kbm= 0:10; 2,5:7,5; 5:5; 7,5:2,5; 10:0  yang diaduk konstan dengan magnetik stirer selama 30 menit. Filtrasi dan analisa warna, bau, bilangan peroksida dan bilangan asam dilakukan pada minyak yang telah diadsorpsi. Hasil terbaik berdasarkan SNI minyak goreng 3741:2013 untuk uji warna (normal), bilangan asam (maksimal 0,6 mg NaOH/g) dan bilangan peroksida (maksimal 10 mek O2/kg) terdapat pada perbandingan massa At:Kbm= 0:10 dengan hasil warna normal seperti minyak goreng baru, bilangan asam sebesar 0,4820 mg NaOH/g dan bilangan peroksidanya adalah 0,00 mek O2/kg. Uji bau (normal) dengan hasil terbaik terdapat pada perbandingan massa At:Kbm= 7,5:2,5 dengan bau normal seperti minyak goreng  baru.
Effect of Liquid Smoke from Pyrolysis of Durian Skin and Etanol Extract of Orange Peel as Bio Hand Sanitizer Muh Arman; Hijrah Amaliah Azis; Shinta Basri; Faqih Naufal
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 10, No 2 (2023): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v10i2.25460

Abstract

Liquid smoke resulting from pyrolysis of durian skin has antibacterial potential which is used as a basic ingredient for making bio hand sanitizer. Durian skin is difficult to degrade because it contains high levels of lignin, cellulose, and hemicellulose compounds, so with the use of durian skin, it is expert that it will be able to reduce durian skin waste. Bio hand sanitizer is formulated with essential oils to reduce the pungent aroma of smoke. This study aims to determine the antibacterial activity and characteristics of the durian skin liquid smoke bio hand sanitizer. This study used the Completely Randomized Design (CRD) method, with a comparison between durian peel liquid smoke and orange peel extract and the addition of 10 mL NaOH (1:3, 1:1,57, 1:1, and 3:1). The results of research based on characteristic tests obtained pH values of 4.81-7.36, viscosity 1392-3664 cps. Formula E (3:1) emerged as the best sample through organoleptic tests on each bio hand sanitizer preparation formula. It exhibited a yellow color, a runny texture, and a smoky aroma with the mixture. The antibacterial test demonstrated that the bio hand sanitizer preparation possessed antibacterial activity, and the resistance diameter for the test bacteria S. Aureus and E. Coli ranged from 21.51 to 31.14 mm
Isolasi dan Karakterisasi Amilase dari Biji Durian (Durio sp.) Lela Sri Wahyuni; Tina Dewi Rosahdi; Asep Supriadin
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 2, No 1 (2015): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v2i1.348

Abstract

ABSTRAKAmilase merupakan enzim yang mampu menghidrolisis ikatan glikosidik dalam molekul pati. Amilase berasal dari berbagai sumber yaitu, mikroorganisme, tumbuhan, dan manusia. Penggunaan biji durian sebagai sumber amilase merupakan bentuk pemanfaatan limbah. Biji durian dipilih sebagai sumber amilase karena mengandung amilum. Karbohidrat yang terdapat pada biji durian memungkinkan adanya amilase. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi amilase dari biji durian. Amilase diekstraksi dengan buffer fosfat 50 mM (pH 7,5). Amilase difraksinasi dengan metode salting out menggunakan (NH4)2SO4 dan dimurnikan dengan metode didialisis. Aktivitas amilase dari biji durian (Durio sp.) ditentukan dengan menggunakan metode Fuwa dan konsentrasi protein diukur dengan metode Bradford. Aktivitas spesifik yang paling tinggi diperoleh pada tingkat kejenuhan 60% sebesar 1959,75 U/mg. pH optimum amilase berada pada pH 6 sedangkan suhu optimumnya berada pada suhu 40 ºC.
Efek Larvasida Hasil Fraksinasi Ekstrak N-Heksana Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) Terhadap Larva Aedes aegypti Lina Yulianti; Asep Supriadin; Tina Dewi Rosahdi
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 4, No 1 (2017): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v4i1.5082

Abstract

Tumbuhan kirinyuh (Chromolaena odorata L.) telah dikenal masyarakat sebagai gulma yang digunakan untuk obat tradisional. Tumbuhan dari famili Asteraceae ini mengandung terpenoid dan steroid yang bersifat larvasida. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam tumbuhan kirinyuh (Chromolaena odorata L.)  diduga dapat memberikan efek larvasida terhadap Aedes aegypti, sehingga dilakukan ekstraksi dan fraksinasi terhadap daun kirinyuh (Chromolaena odorata L.) untuk pengujian larvasida. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi menggunakan n-heksana, ekstrak yang didapat difraksinasi menggunakan metode KVC, KKG, KLT dan hasil fraksinasi (B2-G3) diidentifikasi dengan FTIR. Pengujian larvasida terhadap Aedes aegypti dilakukan pada hasil ekstraksi (Crude) dan fraksi B2-G3 sebagai sampel uji. Data mortalitas Aedes aegypti dianalisis probit dengan SPSS 16,00 untuk menentukan nilai LC50 selama 72 jam. Sampel uji dikategorikan toksik jika menunjukkan nilai LC50< 1000 ppm. Hasil analisis probit menunjukkan nilai LC50 fraksi B2-G3 adalah 738,938 ppm yang menunjukkan fraksi tersebut berpotensi sebagai larvasida terhadap Aedes aegypti. Sedangkan nilai LC50 dari ekstrak n-heksana (Crude) adalah 16358,825 ppm yang menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana dari daun kirinyuh (Chromolaena odorata L.) tidak berpotensi sebagai larvasida terhadap Aedes aegypti.

Page 6 of 12 | Total Record : 113