cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Management of Aquatic Resources Journal (Maquares)
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 27216233     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Management of Aquatic Resources diterbitkan oleh Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Sumberdaya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Jurnal Management of Aquatic Resources menerima artikel-artikel mengenai bidang perikanan, manajemen sumberdaya perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 21 Documents
Search results for , issue "Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015" : 21 Documents clear
HUBUNGAN ANTARA TEKSTUR VERTIKAL SEDIMEN DENGAN BAHAN ORGANIK DAN KEANEKARAGAMAN MAKROBENTOS DI MUARA SUNGAI TUNTANG MORODEMAK Winarto, Kharisma Aji; Muskananfola, Max Rudolf; Purnomo, Pujiono Wahyu
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.139 KB)

Abstract

Perairan Morodemak merupakan daerah muara yang diduga mengalami perubahan kondisi ekologi perairan disebabkan karena pengaruh sedimentasi dan masukkan bahan organik yang berasal dari akumulasi aktivitas masyarakat. Makrobentos merupakan salah satu hewan yang dapat dijadikan indikator. Hewan ini sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya sehingga akan berpengaruh terhadap komposisi dan distribusinya. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui tekstur vertikal sedimen dan kandungan bahan organik serta keanekaragaman makrobentos di Muara Sungai Tuntang, Morodemak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, pengambilan sampel dilakukan di 8 titik sampling di sekitar muara. Pengambilan sampel meliputi sedimen dasar perairan dan makrobentos, kemudian dilakukan analisa di laboratorium. Hasil penelitian dari 8 titik sampling di Muara Sungai Tuntang, Modrodemak struktur sedimen mempunyai kriteria lumpur dan liat. Kandungan bahan organik pada lapísan atas berkisar antara 5,36 – 8,16%, lapisan tengah berkisar antara 4,7 – 9,06%, dan lapisan bawah antara 4,13 – 8,58%. Keanekaragaman makrobentos dari 8 titik sampling ditemukan sebanyak 10 spesies dari 3 kelas yang termasuk dalam 2 filum yaitu moluska (5 spesies) dan polychaeta (5 spesies). Nilai kelimpahan makrobentos pada seluruh pengambilan sampel berkisar antara 0 – 1232 idividu/m2. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0 – 1,33. Indeks keseragaman 0 – 1. Parameter kualitas perairan menunjukkan variasi dan dinamika yang masih dalam toleran dan mendukung kehidupan makrobentos. Morodemak waters is an estuary area which is suspected of changing ecological water conditions due to the influence of sedimentation and organic matter that enter from the accumulation of society activities. Makrobentos is one of the animals that can be used as an indicator. These organisms are very sensitive to changes of water quality where they live that will affect their composition and distribution. This research was conducted with the purpose of knowing the vertical structure of sediment and organic matter content as well as diversity of makrobentos in the estuary of Tuntang, Morodemak. The methods of this research is descriptive, sampling was performed in 8 sampling points around the estuary. Sampling includes the bottom sediment and makrobentos, then analyzed in the laboratory. The results of the 8 sampling points in Tuntang estuary Modrodemak, sedimentary structures has mud and clay criteria. The content of organic matter in the upper layer ranges between 5,36 to 8,16%, the middle layer ranges from 4,7 to 9,06%, and the bottom layer between 4,13 to 8,58%. Diversity of makrobentos of 8 sampling points are found as many as 10 species of 3 classes included in the phylum mollusk 2 (5 species) and Polychaeta (5 species). The abundance values of Makrobentos across all samples ranged from 0 – 1232 ind/m2. Diversity index ranged from 0 – 1,33. Uniformity index of 0 - 1. Water quality parameters showed variations and dynamics which are still in a tolerant and support makrobentos life.
BEBAN KERJA OSMOTIK DAN SIFAT PERTUMBUHAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forskal) YANG DIBUDIDAYA PADA TAMBAK TRADISIONAL DI DESA MOROSARI DAN DESA TAMBAKBULUSAN KABUPATEN DEMAK Budiasti, Richa Rizki; Anggoro, Sutrisno; Djuwito, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.656 KB)

Abstract

Kabupaten Demak merupakan salah satu wilayah di Jawa Tengah sebagai penghasil ikan Bandeng. Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) memiliki beberapa keunggulan yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan, dapat dibudidayakan di air payau, laut dan air tawar. Penelitian bertujuan untuk mengkaji nilai tingkat kerja osmotik (TKO), pola osmoregulasi serta sifat pertumbuhan dan faktor kondisi ikan Bandeng. Penelitian menggunakan metode studi kasus yang bersifat deskriptif dengan teknik sampling purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan setiap satu minggu sekali selama 4 minggu. Pengambilan sampel osmolaritas (media dan darah) dilakukan pada minggu pertama dan minggu keempat. Sampel ikan yang digunakan sebanyak 100 ekor untuk analisis hubungan panjang berat dan 3 ekor untuk mengetahui osmolaritas (media dan darah). Uji independent-Samples t test digunakan untuk mengetahui perbedaan TKO antara kedua tambak. Hasil yang diperoleh menunjukkan rata-rata TKO ikan Bandeng di desa Morosari dengan rata – rata salinitas 28 o/oo sebesar 235,26 mOsm/l H2O dan di desa Tambakbulusan dengan rata – rata salinitas 14 – 20 o/oo sebesar 173,875 mOsm/l H2O. Terdapat perbedaan TKO yang sangat signifikan (p< 0,01)  antara ikan Bandeng pada tambak tradisional di desa Morosari dengan desa Tambakbulusan. Ikan Bandeng di Morosari memiliki pola osmoregulasi hipoosmotik dan hiperosmotik di Tambakbulusan. Pertumbuhan ikan Bandeng pada tambak tradisional di desa Morosari dan desa Tambakbulusan bersifat allometrik positif dengan nilai b pada masing – masing tambak sebesar 3,232 dan 3,562. Faktor kondisi (Kn) ikan Bandeng pada tambak tradisional di desa Morosari sebesar 1,02 dan desa Tambakbulusan sebesar  1,06 yang berarti bahwa badan ikan kurus atau kurang montok. Demak regency is one region in Central Java as a producer of Milkfish. Milkfish (Chanos chanos Forskal) had speciality consists of resistant to environmental changes, can be cultivated in brackish water, marine and freshwater. This research was purposed to examine value of  the osmotic work levels, osmoregulation pattern, growth characteristic, and the factor of Milkfish condition that is cultivated in the traditional brackishwater ponds at Morosari village and Tambakbulusan Village. The research methods of descriptive case studies and sampling method with purposive sampling. Taking sample is conducted every once week for four week. Taking media osmolarity and sample of blood osmolarity is conducted in the first week and fourth week. Fish sample that was used as much as 100 heads for analyzing the relationship between lenght-weight and 3 heads to know the value of media osmolarity and sample of blood osmolarity. The study of independent-Samples t test is used to know the differences of the osmotic work level  between both fishponds. The result that is got shows the average of the osmotic work level at Morosari with range salinity 28 o/oo as much as  235,26 mOsm/l H2O and at Tambakbulusan with range salinity 14 – 20 o/oo as much as 173,875 mOsm/l H2O. There were differences of the osmotic work level that was so significance (p<0,01) between fishpond at Morosari and Tambakbulusan Villages. Milkfish at Morosari has osmoregulation hypoosmotic pattern and hyperosmotic at Tambakbulusan. The growth of Milkfish in fishpond at Morosari and Tambakbulusan Villages had the characteristic of positive allometric with b value in each fishponds as much as 3,232 and 3,562. The condition factor of Milkfish in fishpond at Morosari village as much as 1,02 and at Tambakbulusan village as much as 1,06 that was means the body of thin fish or less-fat.
ANALISA FUNGSI EKOSISTEM AREA PERLINDUNGAN LAUT (APL) DI TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU Febrianti, Mutia Ismi; Purwanti, Frida; Hartoko, Agus
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.403 KB)

Abstract

Area Perlindungan Laut (APL) adalah suatu area yang terdiri dari berbagai habitat, keberadaannya dilindungi dan dikelola dengan sistem zonasi. Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) dalam wilayahnya memiliki beberapa titik APL yang tersebar di Kelurahan Pulau Harapan, Pulau Kelapa, Pulau Panggang, Pulau Tidung dan sisanya dikelola oleh masyarakat Pulau Pari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi biofisik dan keanekaragaman hayati APL, tingkat pemahaman, persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap APL dan fungsi ekosistem APL. Metode penelitian adalah deskriptif yang bersifat studi kasus dengan observasi lapangan di dua wilayah APL, yaitu APL Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Harapan. Pengambilan data berupa aspek ekologi dan aspek sosial. Hasil penelitian menunjukkan kondisi APL Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Harapan dalam tingkat oligosaprobik dan keanekaragaman biota APL Kelurahan Pulau Panggang lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Harapan. APL Kelurahan Pulau Panggang memiliki 18 genera terumbu karang dan 8 genera ikan karang sedangkan APL Kelurahan Pulau Harapan memiliki 5 genera terumbu karang dan 6 genera ikan karang. Tingkat pemahaman masyarakat 61% tidak paham akan fungsi dibentuknya APL, 53% masyarakat menyatakan bahwa wilayah konservasi penting keberadaannya dan 58% masyarakat tidak pernah berpartisipasi dalam pengelolaan APL. Fungsi ekosistem APL sudah berjalan dengan baik, sesuai dengan tujuan dibentuknya APL. Marine Protected Area (MPA) was defined as an area consisting of varieties habitats, where its existence should be protected and managed within zoning systems. In the Kepulauan Seribu National park (TNKpS) area have some APL points spread at the Harapan island, Kelapa island, Panggang island, Tidung island and the rest managed by The Pari island community. The research aimed to know the state of biophysical and biodiversity of MPA, the level of understanding, perception and public participation toward MPA and functions of the MPA ecosystem. The research method was descriptive by case study through a field observation in two MPA region, namely MPA Panggang island and Harapan island. Data collecting in the form of ecological and social aspects. The result showed that condition of MPA in the Panggang island and Harapan island were the level of oligosaprobic and the diversity of biota, at the MPA Panggang island was higher than Harapan island. MPA Panggang island have 18 genera of coral reefs and 8 genera of coral fishes while MPA Harapan island have 5 genera of coral reefs and 6 genera of coral fishes. The Level of public understanding was 61% do not understand function of the MPA establishment, 53% of the people said that the conservation area were important and 58% people never be participated in the management of MPA.The function of the MPA ecosystem has been running well in accordance with the purpose of MPA establisment.
ANALISIS KESUBURAN PERAIRAN SEKITAR MUARA SUNGAI TUNTANG, MORODEMAK BERDASARKAN HUBUNGAN ANTARA NILAI PRODUKTIVITAS PRIMER DENGAN NO3 dan PO4 Purba, Devi Kristi; Purnomo, Pujiono Wahyu; Muskananfola, Max Rudolf
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.696 KB)

Abstract

Produktivitas primer merupakan deskripsi kuantitatif yang menyatakan kesuburan perairan, juga pemanfaatan konsentrasi unsur hara yang terdapat di dalam suatu badan air melalui laju pembentukan senyawa-senyawa organik. Nutrien sangat dibutuhkan oleh fitoplankton untuk perkembangannya dalam jumlah besar maupun dalam jumlah yang relatif kecil. Setiap unsur hara mempunyai fungsi khusus pada pertumbuhan dan kepadatan tanpa mengesampingkan pengaruh kondisi lingkungan. Unsur P dan N sangat penting untuk pembentukan protein. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan ortofosfat dan nitrat di sekitar muara sungai Tuntang; dan mengetahui hubungan antara ortofosfat, nitrat dan produktivitas perairan di muara sungai Tuntang, Morodemak.Penelitian ini dilakukan di 7 lokasi sampling perairan sekitar muara sungai Tuntang, Morodemak dan berlangsung antara 22 dan 29 Mei 2014. Pada penelitian ini diukur nilai kandungan nitrat dan ortofosfat serta nilai produktivitas primer. Analisis perbedaan kedalaman nitrat dan ortofosfat menggunakan uji chi-kuadrat.Nilai kandungan nitrat di lapisan permukaan berkisar antara 0.6– 1.6 mg/L dan lapisan dasar berkisar antara 0.6 – 2.5 mg/L. Nilai kandungan ortofosfat di lapisan permukaan berkisar antara 0.1 – 0.24 mg/L dan lapisan dasar berkisar antara 0.17 – 0.48 mg/L. Nilai produktivitas perairan berkisar antara 112.608 – 319.056 mg/C/m3/hari sehingga lingkungan muara dikategorikan mesotrofik.Terdapat hubungan kuadratik antara nitrat, fosfat dan produktivitas primer, diketahui NO3 optimum terjadi pada kadar 1.12 mg/l dan PO4 optimum terjadi pada kadar 0.168 mg/l. Primary produtivity is a quantitative description that stated tropic water status as well as the utilization of nutrients in waters through formation rate of organic matters from anorganic matters. Nutrients are needed by phytoplankton to grow  in large as well as relatively small number. Every nutrients has a special function in phytoplankton growth and density without exclusionthe influence of environmental conditions. N and P are very important element to the formation of proteins. The purpose of this study wereto determine the orthoposphate and nitrate content in the Tuntang river estuary; and to determine the relationship of nitrate, orthoposphate and water productivity in Tuntang river estuary, Morodemak. The study was conducted at 7 locations in the Tuntang river estuary, Morodemak on 22 and 29 May 2014. In this study, nitrate and orthoposphate values were measured and the value of primary productivity. Analysis of differences in the depth of nitrateand phosphate using the chi-square test.The value of  nitrate content in the surface layer ranged between 0.6 – 1.6 mg/L and the bottom layer ranged between 0.6 – 2.5 mg/L.  The value of theorthophospate contentin the surface layer ranged between 0.1 – 0.24 mg/L and the bottom range between 0.17 – 0.48 mg/L. The value of waters productivity ranging between 112.608 – 319.056 mg/C/m3/day therefore it was as categorized as mesotrophik. There are quadratic relationship between nitrate, orthoposphate and productivity primer , and optimum nitrate value on 1.12 mg/l and orthoposphate value on 0.168 mg/l.
PERBANDINGAN PENERIMAAN NELAYAN YANG MENANGKAP RAJUNGAN DENGAN BUBU DAN ARAD DI BETAHWALANG, DEMAK Hapsari, Maretha Tristi; Ghofar, Abdul; Wijayanto, Dian
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.835 KB)

Abstract

Usaha penangkapan ikan merupakan kegiatan ekonomi yang dipengaruhi oleh faktor produksi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Usaha penangkapan dikatakan berhasil apabila mendapatkan keuntungan yang maksimal bagi pelaku usahanya. Bubu lipat dan jaring arad adalah alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan Betahwalang untuk menangkap rajungan. Rajungan merupakan komoditi perikanan yang memiliki nilai jual tinggi, baik sebagai komoditi lokal maupun komoditi ekspor. Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk menganalisa pendapatan, biaya dan keuntungan usaha penangkapan rajungan, dan menganalisa tingkat kelayakan finansial usaha penangkapan rajungan dengan alat tangkap bubu lipat dan jaring arad di Perairan Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengambilan sampel snowball sampling. Model analisis data menggunakan analisis kelayakan usaha dengan menggunakan beberapa indikator diantaranya NPV, B/C Ratio, IRR, dan Payback Period. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan usaha penangkapan yakni nilai rata-rata NPV pada alat tangkap jaring arad Rp 100.577.288 dan alat tangkap bubu lipat  Rp 837.586.870. Rata-rata nilai  IRR pada alat tangkap jaring arad 60% dan pada alat tangkap bubu lipat tidak teridentifikasi nilai IRRnya. Rata-rata nilai B/C rasio pada alat tangkap jaring arad 0,07 dan pada alat tangkap bubu lipat 0,50. Pengembalian modal pada alat tangkap jaring arad dengan nilai PP selama 2,5 tahun dan pada alat tangkap bubu lipat  0,5 tahun atau  6 bulan. Fishery is an economic activity resulte from production factor which aimed to gain profit. Fishery can be categorized as successful if the fisherman can gain the maximum profit. Trap and (arad) mini trawl are fishing gear used by fishermen to catch blue swimming crab in Betahwalang. Blue swimming crab is commodity of fisheries with high economic value, either for local and export. The purposes of this research are analyzing the income, expense and profit, and analyze the financial feasibility of trap and mini trawl in Demak. The methods were used descriptive qualitative and quantitative. Sampling method used snowball sampling. The research used variables of business feasibility included NPV, B/C Ratio, IRR, and Payback Period. The avarage value of NPV (arad) mini trawl was Rp 100,577,288 NPV trap fishing gear was Rp 837,586,870. the average value of  IRR  was 60 % (arad) mini trawl gear and trap gear was not identified of the value IRR trap and the average value of Benefit and Cost Ratio of (arad) mini trawl and trap ware 0.07 and 0.50 for each. The average payback period was 2.5 year for (arad) mini trawl and trap was 0.5 year or 6 month.
JENIS TEKSTUR TANAH DAN BAHAN ORGANIK PADA HABITAT KERANG AIR TAWAR (FAMILI: UNIONIDAE) DI RAWA PENING Heriyani, Meliyana; Subiyanto, -; Suprapto, Djoko
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.193 KB)

Abstract

Rawa Pening merupakan danau air tawar di Jawa Tengah yang memiliki potensi sumberdaya perikanan beragam, diantaranya kerang air tawar. Kerang air tawar biasanya digunakan untuk makanan ternak dan dikonsumsi masyarakat. Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis kerang air tawar, jenis tekstur tanah dan kandungan bahan organik pada habitat kerang air tawar di perairan Rawa Pening. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni–Juli 2014. Metode penelitian menggunakan metode studi kasus, sementara data menggunakan analisis deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sistematis sampling. Lokasi penelitian di Tambak Rejo, Bejalen, Asinan dan Sumurup yang merupakan tempat nelayan mencari kerang air tawar. Pengambilan sampel substrat dasar menggunakan satu kuadran transek berukuran 1x1 metersecara acak dengan bantuan pralon sebagai modifikasi Ekman. Sampling dilakukan pada 4 lokasi dengan 6 stasiun pada masing-masing lokasi. Hasil penelitian didapat dua jenis kerang air tawar yaitu Anodonta sp. dan Unio sp. dengan jumlah 191 ekor dan 349 ekor. Tekstur tanah pada habitat kerang air tawar ini terdiri dari tiga fraksi yaitu pasir 0,98%, lempung 46,67% dan liat 52,81%. Fraksi substrat yang mendominasi adalah liat. Rerata kandungan bahan organik pada habitat kerang air tawar berkisar 12,59% - 19,50%. Rawa Pening is a freshwater lake located in the Central Java which has various fisheries resources, including freshwater clam. The clam is often used as animal feed and also consumed by local people. The purpose of this research were to determine the kind of freshwater clam, soil texture and organic matter content in the freshwater clam habitat in Rawa Pening. This research was conducted on June to July 2014. The method used in this research was case study, while data was analysed descriptively. Systematic sampling was used to collect samples. The locations selected were Tambak Rejo, Bejalen, Asinan and Sumurup, was an area where fishermen colecting the clam. Samples of substrate was collecting randomly by 1 x 1 m2 transect quadrants at each station and supported by a modified Ekman (pipe). Sampling was conducted at 4 locations and located each consist of six stations. The result shows that, two genus of freshwater clam were collected, they were Anodonta sp. and Unio sp. and the number of both clam were 191 and 349, respectively. The kind of soil texture at the freshwater clam habitat of Anodonta sp. and Unio sp. consists of three fractions, sand 0,98%, loam 46,67% and clay 52,81%. The substrated was dominated by clay. The average of the organic matter in the freshwater clam habitat of both clam was ranging from 12,59% to 19,50%.
ASPEK BIOLOGI PERIKANAN CEPHALOPODA PELAGIK YANG DIDARATKAN DI TPI TAMBAKLOROK SEMARANG Perangin-angin, Helfiana Tiuriska; Afiati, Norma; Solichin, Anhar
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.042 KB)

Abstract

Sampai saat ini, seluruh produksi Cumi-cumi di Indonesia berasal dari hasil tangkapan di alam. Produksi cumi-cumi harus dijaga kelestariannya, maka dari itu upaya penangkapan harus diperhatikan, sehingga stok cumi-cumi di alam tetap terjaga Upaya pengamatan tentang studi hubungan panjang berat, faktor kondisi, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad dan fekunditas diharapkan dapat menjadi gambaran upaya yang seharusnya dilakukan untuk menjaga kelestarian sumberdaya tersebut. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara acak (random sampling) yaitu pengambilan sampel secara sistematik pada suatu populasi yang homogen. Variabel yang diukur dalam penelitian meliputi panjang mantel cumi-cumi, berat total cumi-cumi, berat gonad, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, faktor kondisi dan fekunditas. Hubungan panjang berat Photololigo chinensis selama penelitian bersifat Allometrik. Angka b pada empat kali sampling < 3 maka bersifat allometrik negatif dengan nilai faktor kondisi (Kn) 1,02 menunjukkan bentuk bersifat kurus. Tingkat kematangan gonad P. chinensis jantan pada hasil keseluruhan sampling didominasi oleh TKG I dan III dan TKG P. chinensis betina pada hasil keseluruhan sampling didominasi oleh TKG I dan IV. P. chinensis memiliki fekunditas yang cukup besar karena jumlah telurnya berkisar butir 10.010-20.365. The entire production ot the squids in  Indonesian until now is derived from catching on seas. Therefore the production of squids must be considered kept as such not to stock on nature, so stock squids on nature stay awake. Research about lenght-weight relationship, condition factor, visual maturity stages, gonadosomatic index and fecundity hopely can be done stock from that resources. Methods of sampling what used in this research is random sampling, this systematically sampling on one homogeny populate. Variable measured in research such as lenght-weight relationship, condition factor, maturity stages, gonadosomatic index, and  fecundity. Lenght-weight relationship during research. Lenght-weight relationship Photololigo chinensis is Allometric. The value of b for research < 3 then is allometric negatif  with value of condition factor (Kn) 1,02 to describe a thin body. Maturity stages male P. chinensis on the overall sampling dominated by maturity stages I and III, whole Maturity stages female P. chinensis on the overall sampling dominated by maturity stages I and IV. P. chinensis having fecundity large enough since the number of 10.010-20.365
STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MANGROVE DI PULAU KEMUJAN, KARIMUNJAWA Simanjuntak, Susi Watina; Suryanto, Agung; Wijayanto, Dian
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.081 KB)

Abstract

Pulau Kemujan memiliki ekosistem mangrove yang relatif bagus sehingga dikembangkan menjadi objek wisata. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan wisata mangrove serta mengembangkan strategi pengembangan wisata mangrove di Pulau Kemujan. Penelitian dilakukan bulan Mei – Juni 2014 di zona pemanfaatan wisata mangrove (tracking mangrove), Pulau Kemujan, Karimunjawa. Metode yang dilakukan adalah observasi dan survey lapangan dengan menyebar kuisioner dan wawancara kepada 100 responden yang terdiri dari wisatawan dan key person (dinas BTNJK, Kecamatan, Kelurahan). Data kuisioner diolah dengan menggunakan analisis SWOT, analisis Tingkat Manfaat dan Kondisi Sekarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi pengembangan wisata mangrove di Pulau Kemujan adalah SDA (kondisi ekologi hutan mangrove), SDM (tenaga kerja, kualitas SDM dalam menangani wisatawan, pengetahuan mengenai pariwisata konservasi), dan infrastruktur pariwisata mangrove (fasilitas tracking mangrove), sedangkan faktor eksternal yaitu wisatawan, regulasi hukum, infrastruktur pendukung, sosial-budaya, kuliner, objek wisata lain yang berhubungan dengan objek wisata mangrove, keamanan lokasi wisata mangrove, dan kemajuan teknologi. Strategi pengembangan wisata mangrove yang diprioritaskan di kawasan wisata mangrove (tracking mangrove) adalah pengembangan promosi wisata mangrove, pengembangan bandar udara dan souvenir khas daerah, pengembangan paket wisata mangrove dan non-mangrove, pengembangan infrastruktur energi, pengembanagan kuliner, pengembangan sumberdaya manusia, peningkatan infrastruktur penunjang (kesehatan, transportasi, komunikasi), pengembangan pariwisata konservasi mangrove, mitigasi, dan juga pengembangan perbankan. Kemujan island has relatively good mangrove ecosystem for ecotourism development. The purpose of this study is to identify the internal and external factors that influence the development of tourism and to develop strategies for mangrove tourism management in Kemujan Island. This study was conducted from May to June 2014 in mangrove tourism zone (tracking mangrove), Kemujan island. The methods of this study are observations and survey with questionnaires and interviews spread to 100 respondents consists of tourists and key persons (Goverment: BTNKJ Karimunjawa national park office, District, Sub-District). Questionnaire data were processed using SWOT analysis, analysis of benefits level and present condition. The results showed that the internal factors that influence the development of mangrove tourism on the island Kemujan are Natural Resources (ecological conditions of the mangrove), Human Resources (employee, quality of human resources to deal with tourists and knowledge about conservation tourism), and mangrove tourism infrastructure (tracking mangrove facility), while external factors are tourists, regulation and law, infrastructure support, socio-cultural, culinary, other attraction related mangrove tourism, mangrove site security and technological advances. Development strategy for mangrove tourism be priority of promotion in tracking mangrove is promotion mangrove tourism development, airport development, special souvenirs, mangrove and non-mangrove tour packages development, energy infrastructure development, culinary attraction, human resources development, improvement infrastructure support (health, transport, communication), mangrove conservation tourism development, mitigation development, as well as banking system development.
ANALISIS BIOEKONOMI PERIKANAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN DEMAK Laksmi, Lidya Dewintha; Ghofar, Abdul; Wijayanto, Dian
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.814 KB)

Abstract

Rajungan merupakan hasil komoditi perikanan yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi, baik sebagai komoditi lokal maupun komoditi ekspor. Desa Betahwalang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah merupakan pusat pendaratan rajungan dari berbagai wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi biomassa, Maximum Sustainable Yield (MSY) dan pemanfaatan nilai ekonomi rajungan level MSY di Kabupaten Demak. Metode yang digunakan adalah metode swept area untuk menentukan biomassa dari rajungan dan wawancara dengan nelayan arad untuk menentukan pemanfaatan nilai ekonomi. Pengumpulan data MSY diperoleh dari 6 kali trip penangkapan dan pengumpulan data pemanfaatan nilai ekonomi diperoleh dari wawancara terhadap 30 nelayan arad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa dan MSY rajungan di Desa Betahwalang masing-masing yaitu 23,5 ton dengan nilai ekonomi sebesar Rp. 305.141.586/tahun. Hali ini bahwa perairan Demak telah mengalami fully exploited. Blue swimming crab is a commodity that has a very high price value, both as local and export commodities of fisheries. Betahwalang Village located in Demak, Central Java, is the center of the blue swimming crab fishery landings of various regions. The purposes of this study are to estimate the biomass, Maximum Sustainable Yield (MSY) and the utilization of the economic value of MSY level blue swimming crab in Demak. The methods of research were swept area method to determine of blue swimming crab biomass and interview with mini trawl fishermen for the utilization of the economic value. MSY collecting data got by 6 trips of small crab fishing and utilization of the economic value collecting data got by interview with 30 mini trawl fishermen. The results showed that biomass and MSY were 23,5 tons and utilization of economic value was Rp. 305.141.586/year. It was that Demak waters have experienced fully exploited.
PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN Spirulina platensis PADA TEMPERATUR YANG BERBEDA DALAM SKALA LABORATORIUM Bangun, Harina Hutami; Hutabarat, Sahala; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.492 KB)

Abstract

Spirulina platensis merupakan jenis alga hijau biru yang sering dijumpai sebagai pakan alami untuk usaha pembenihan. S. platensis memiliki dinding sel yang tipis serta inti tidak berselaput, membuat benih ikan mampu mencerna S. platensis dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap laju pertumbuhan S. platensis dan menentukan temperatur terbaik yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan. Penelitian dilaksanakan Bulan Juni 2014 di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metodologi eksperimental dan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap. Kultur S. platensis di laboratorium meliputi sterilisasi alat dan bahan, persiapan air media dan menghitung jumlah awal bibit. Perlakuan pada media uji dengan membedakan temperatur air media yaitu 25°C, 30°C dan 35°C dan masing-masing dilakukan tiga kali pengulangan. Kultur dilakukan menggunakan stoples kaca volume 3000 ml dengan kepadatan awal 10.000 unit/ml. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan S. platensis pada temperatur 30°C dan temperatur 35°C memiliki pola yang hampir sama. Temperatur 25°C laju pertumbuhan S. platensis menunjukkan peningkatan dari awal kultur hingga hari keenam. Temperatur 25°C merupakan temperatur terbaik untuk pertumbuhan S. platensis yang ditunjukkan pada hasil uji Post Hoc Duncan. Hasil uji ANOVA diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000 (Sig. < 0,05) yang berarti temperatur berpengaruh terhadap kepadatan S. platensis. Spirulina platensis is a type of blue-green algae are often found as a natural feed for hatchery operations. S. platensis has a thin cell walls and the core is not webbed, making fish seed is able to digest S. platensis properly. The purpose of this study was to determine the effect of temperature on the rate of growth of S. platensis and determine the best temperature which can increase the growth rate.This study used an experimental methodology and experimental design with a completely randomized design. S. platensis culture in the laboratory include the sterilization of equipment and materials, preparation of media water and count the number of initial inoculant. Treatment in the test medium with media differentiate water temperature 25° C, 30° C and 35° C, and each performed with three replications. The culture was done by using a glass jar volume of 3000 ml and the initial density of each sample was 10,000 units / ml. The results showed a similar pattern of growth of S. platensis at 30 ° C and a temperature of 35 ° C. Temperature of 25 ° C of S. platensis showed an increase from the beginning until the sixth day of culture. Temperature of 25 ° C is the best temperature for growth of S. Platensis that shown in the results of Duncan's Post Hoc test. The results of ANOVA test known that the significant value of 0.000 (Sig. <0.05) which means that the temperature has effect to the density of S. Platensis.

Page 1 of 3 | Total Record : 21