cover
Contact Name
Yuli Widiyastuti
Contact Email
ywidiyasis@gmail.com
Phone
+628122581132
Journal Mail Official
jurnal.toi@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Jl. Raya Lawu No.11, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
ISSN : 1979897X     EISSN : 23548797     DOI : https://doi.org/10.22435/jtoi.v12i2
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia is a journal developed to disseminate and discuss the scientific literature and other research on the development of health in Indonesian medicinal plant, includes : ethnobotany and ethnopharmacology; conservation, cultivation and post-harvest; molecular biology and biotechnology; phytochemistry; pharmacology. This journal is intended as a medium for communication among stake holders on health research such as researchers, educators, students, practitioners of Health Office, Department of Health, Public Health Service center, as well as the general public who have an interest in the matter. The journal is trying to meet the growing need to study health.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia" : 5 Documents clear
EFEK FRAKSI AIR EKSTRAK UMBI BIDARA UPAS (Merremia mammosa (LOUR.)) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA TIKUS DIABETES Gusfita Trisna Ayu Putri; Elly Nurus Sakinah
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i1.1116

Abstract

ABSTRACT The data showed that 63.10% of Indonesian people choose self-medication, and 21.41% of them take traditional medicine and only 3.96% of them take an other treatments. North Sumatra is one of the province which have a variety of medicinal plants. In the year of 2000 until 2006 there was an increasing of the traditional medicine utilization that reach of 23.10%. This fact showed that traditional medicinal plants have a pivotal role in improving the economy of North Sumatra Province. This study aims to determine: (1) the development of traditional medicinal plant production, (2) the form of consumption of traditional medicinal plants, (3) the trade of traditional medicinal plants in North Sumatra, (4) the relationship between the exchange rate and the amount of exports of traditional medicinal plants. The research was carried out by literature study and quantitative approach study. The population and sample study was the people who use medicinal plant and traditional medicine in the North Sumatera Province. The study also used secondary data from various sources related to the use of traditional medicinal plants. The results of the study revealed that (1) Production of traditional medicinal plants (jahe, laos, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temulawak, temukunci, cucumber, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto and lidah buaya) in North Sumatra Province from 2013-2017 were very fluctuatif (2) Consumption of traditional medicinal plants in the North Sumatra province from 2013-2017 has increased to meet the demand of the pharmaceutical industry, traditional medicine industry and microbusiness of traditional medicine, (3) traditional medicinal plants trading in North Sumatra Province carried out between districts, provinces and international (export) (4) there is no relationship between international trade in medicinal plants with the exchange rate of the rupiah. Keywords: traditional medicinal plants, trade, consumption, exchange rates, exports ABSTRAK Data menyebutkan bahwa 63,10% masyarakat Indonesia memilih pengobatan sendiri, dimana 21,41% diantaranya melakukan pengobatan tradisional dan 3,96% melakukan pengobatan lain. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penghasil aneka ragam tanaman obat tradisional. Dalam kurun waktu 6 tahun dari tahun 2000 sampai 2006, terjadi peningkatan penggunaan obat tradisional sebanyak 23,10 %. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tanaman obat tradisional memiliki potensi yang kuat dalam meningkatkan perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perkembangan produksi tanaman obat tradisional, (2) bentuk konsumsi tanaman obat tradisional, (3) perdagangan tanaman obat tradisional di Sumatera Utara dan (4) hubungan antara nilai kurs dengan jumlah ekspor tanaman obat tradisional. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dan analisis kuantitatif. Populasi dan sampel penelitian merupakan masyarakat yang melakukan pengobatan secara tradisional di berbagai kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan juga menggunakan data sekunder dari berbagai sumber terkait penggunaan tanaman obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produksi tanaman obat tradisional (jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temulawak, temukunci, dringgo, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto dan lidah buaya) di Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017 (2) Konsumsi tanaman obat tradisional di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun 2013-2017 dan konsumsi dilakukan dalam bentuk ramuan oleh masyarakat serta dijadikan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, industri tanaman obat tradisional dan usaha mikro tanaman obat tradisional, (3) perdagangan tanaman obat tradisional di provinsi Sumatera Utara dilakukan antar kabupaten, provinsi sampai level internasional (ekspor) (4) tidak ada hubungan antara perdagangan tanaman obat secara internasional dengan nilai kurs rupiah. Kata kunci: tanaman obat tradisional, perdagangan, konsumsi, kurs, ekspor
PEMANFAATAN TANAMAN OBAT OLEH MASYARAKAT SUKU MELAYU DI KABUPATEN SAMBAS Resky Nanda Pranaka; Fathul Yusro; Indah Budiastutik
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i1.1887

Abstract

ABSTRACT Medicinal plant was used to solve the health problems by community both for prevention and medication. The medicinal plants utilization has a pivotal role on the sustainability and biodiversity of plants. Sambas Regency of West Kalimantan is dominated mostly by Malay ethnicity. They have different perspective in medicinal plants utilization, using a system of religion and belief that is continuously handed down from generation to generation. The study aims to analyze the patterns of medicinal plants utilization, plant use values, the degree of community approval, the most important plant species and to analyze the influence of socio-economic factors in the utilization of traditional medicinal plants, especially the Malay ethnic community in Sambas Regency. The study was conducted in Teluk Keramat Subdistrict (Sungai Serabek village, Sungai Baru village) and Tekarang (Sempadian village) where 80% of the population knew the use of medicinal plants. The data was collected by interview and observation to the head of the family or housewife with a purposive sampling technique. The data was analyzed using botany indexes i.e. Use Value (UV), Informant Consensus Factor (ICF), Fidelity Level (FL), and socio-economic factors using Chi Square test. The highest ICF value of 233 species for 103 groups of diseases, namely smallpox (1), promoting the brain (1), ear pain (1), and appendicitis (1). The highest value of FL are 81 species. The highest values of UV ​​is sirih (0,4926), follow by kunyit (0,3312), sirsak (0,3185), bawang merah (0,2994), kalimao (0,2972), jahe merah (0,2314), kumis kucing (0,1996), saudagar (0,1911), jambu biji putih (0,1614), mengkudu (0,1486), pegagan (0,1338), kencur (0,1253), cocor bebek (0,1253), cengkodok (0,1168), and sirih merah (0,1040). The socio-economic factors that influence the utilization of traditional medicinal plants are gender, age, and religion. Keywords: Sambas regency, melayu ethnic, medicinal plants ABSTRAK Pemanfaatan tanaman obat merupakan salah satu solusi masalah kesehatan dimasyarakat baik untuk pencegahan maupun pengobatan. Penggunaan tanaman obat berdampak besar terhadap kelestarian dan keanekaragaman hayati tumbuhan. Kabupaten Sambas merupakan wilayah di Kalimantan Barat yang sebagian besar masyarakatnya ber-etnis (Suku) Melayu. Mereka memanfaatkan tumbuhan obat dengan cara pandang yang berbeda yakni menggunakan sistem religi dan keyakinan yang terus-menerus dan turun-temurun.. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola pemanfaatan tumbuhan obat, nilai guna tumbuhan, derajat persetujuan masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan obat, dan jenis tumbuhan yang paling penting serta menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan tanaman obat tradisional khususnya masyarakat suku melayu Kabupaten Sambas. Penelitian dilakukan pada Kecamatan Teluk Keramat (desa Sungai Serabek, desa Sungai Baru) dan Kecamatan Tekarang (desa Sempadian) yang secara persentase 80% mengetahui penggunaan tumbuhan obat. Proses pengambilan sampel adalah melalui wawancara dan observasi dengan informan Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan beberapa indeks seperti Use Value, Informant Consensus Factor, dan Fidelity Level, sedangkan sosial ekonomi faktor dianalisis menggunakan Chi Square test. Nilai ICF tertinggi dari 233 spesies untuk 103 kelompok penyakit yakni cacar, keremut (1), mencerdaskan otak (1), sakit telinga (1), dan usus buntu (1). Nilai FL tertinggi (100%) sebanyak 81 spesies. Nilai UV tertinggi adalah sirih (0,4926), diikuti oleh kunyit (0,3312), sirsak (0,3185), bawang merah (0,2994), kalimao (0,2972), jahe merah (0,2314), kumis kucing (0,1996), saudagar (0,1911), jambu biji putih (0,1614), mengkudu (0,1486), pegagan (0,1338), kencur (0,1253), cocor bebek (0,1253), cengkodok (0,1168), dan sirih merah (0,1040). Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh dalam pemanfaatan tanaman obat tradisional adalah jenis kelamin, umur, dan agama.
EKSPLORASI ANTIOKSIDAN TUMBUHAN OBAT YANG BERASAL DARI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA INDONESIA Ari Nurwijayanto; Mohammad Na’iem; Atus Syahbudin; Subagus Wahyuono
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i1.1983

Abstract

ABSTRACT Mount Merapi National Park (MMNP) has known for its high biodiversity. However, exploration related to the potential for antioxidant activity of the medicinal plants in this region is still very limited. Therefore, the aim of this research was to explore of medicinal plants from MMNP and to evaluate the antioxidant activity of the plants. The research began with the collection and identification the medicinal plants to determine the scientific names. Then, plants that have been identified, are dried, mashed and macerated with ethanol (96%). The ethanol extract were evaluated for antioxidant activity using 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH) to determine the IC50 value and compared with positive control (ascorbic acid). The results of this exploration were obtained 50 plant species which have been identified its scientific names and classified into 16 families. The largest distribution of plant species was belongs to the family Poaceae, followed by Asteraceae and Rubiaceae. Antioxidant activity assay of the medicinal plant resulted three plant species with IC50 values ​​less then 6 ppm, i.e. Melastoma malabathricum, Phyllanthus urinaria, and Clidemia hirta. The alkaloid compound detected in M. malabathricum expected to be a potential antioxidant compound. This information can be used as a basic data for developing alternative sources of antioxidants and as an new drug raw materials. Keywords: medicinal plants, Merapi Volcano National Park, antioxidants, DPPH ABSTRAK Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) telah lama dikenal dengan keanekaragaman hayatinya yang tinggi. Akan tetapi, eksplorasi terkait potensi aktivitas antioksidan pada koleksi tumbuhan obat di wilayah tersebut masih sangat terbatas. Fakta tersebut yang mendasari tujuan dari penelitian ini, yaitu eksplorasi potensi aktivitas antioksidan tumbuhan yang berasal dari TNGM. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan dan identifikasi nama ilmiah tumbuhan obat yang tumbuh di wilayah tersebut. Tumbuhan yang telah teridentifikasi kemudian dikeringkan, dihaluskan dan dimaserasi dengan etanol (96%). Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antioksidannya melalui penentuan penangkapan radikal bebas menggunakan 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH) dengan menentukan nilai IC50-nya dan dibandingkan dengan kontrol positif (asam askorbat). Hasil dari kegiatan eksplorasi ini diperoleh 50 spesies tumbuhan yang telah berhasil diidentifikasi nama ilmiahnya dan digolongkan menjadi 16 famili. Distribusi spesies tumbuhan terbesar termasuk dalam famili Poaceae, diikuti Asteraceae dan Rubiaceae. Pengujian aktivitas antioksidan pada 50 sampel tumbuhan diperoleh tiga spesies tumbuhan dengan nilai IC50 kurang dari 6 ppm, yaitu Melastoma malabathricum, Phyllanthus urinaria, dan Clidemia hirta. Kandungan alkaloid yang terdeteksi pada M. malabathricum, diduga sebagai senyawa antioksidan yang sangat potensial. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengembangan sumber antioksidan alternatif untuk inovasi bahan baku obat baru.
PERMINTAAN DAN PENAWARAN TANAMAN OBAT TRADISIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA Rahmad Syukur Siregar; Rika Ampuh Hadiguna; Insannul Kamil; Novizar Nazir; Nofialdi Nofialdi
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i1.2037

Abstract

ABSTRACT Medicinal plants are plants that can be used as raw materials for traditional medicine, which if it consumed will increase immunity. Indonesian medicinal plants have a high contribution to world drug production. North Sumatra is one of the provinces producing a variety of traditional medicinal plants. There are 63.10% of Indonesian people choose self-medication and there are 21.41% of them take traditional medicine and 3.96% do other treatments. In less than 6 years from 2000 to 2006 there was an increase of the traditional medicine utilization reach of 23.10%. This fact shows that traditional medicinal plants have a strong potential in improving the economy of North Sumatra Province. This study aims to determine (1) the development of traditional medicinal plant production, (2) the form of consumption of traditional medicinal plants, (3) the trade of traditional medicinal plants in North Sumatra, (4) the relationship between the exchange rate and the amount of exports of traditional medicinal plants. The research was carried out by literature study and quantitative approach study. The population and sample study was the people who use medicinal plant and traditional medicine in the province of Sumatra. The study also used secondary data from various sources about the use of traditional medicinal plants. The results of the study revealed that (1) Production of traditional medicinal plants (ginger, galangal, kencur, turmeric, lempuyang, temulawak, temuireng, temulawak, temukunci, cucumber, cardamom, Noni, crown of the gods, kejibeling, bitter and aloe vera) in North Sumatra Province from 2013-2017 were very fluctuatif (2) Consumption of traditional medicinal plants in the North Sumatra province from 2013-2017 has increased and the consumption was vary as follows of: traditional medicine ingredients and as raw material for the pharmaceutical industry, industry of traditional medicinal plants and microbusiness of medicinal plants traditional, (3) trade in traditional medicinal plants in the province of North Sumatra carried out between districts, provinces and international (export) (4) There is no relationship between international trade in medicinal plants with the exchange rate of the rupiah. Keywords: traditional medicinal plants, trade, consumption, exchange rates, exports ABSTRAK Tanaman obat merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional, yang bila dikonsumsi akan meningkatkan kekebalan tubuh. Tanaman obat Indonesia memiliki kontribusi yang tinggi terhadap produksi obat dunia. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penghasil aneka ragam tanaman obat tradisional. Data menyebutkan bahwa 63,10% masyarakat Indonesia memilih pengobatan sendiri, sebanyak 21,41% melakukan pengobatan tradisional dan 3,96% melakukan pengobatan lain. Dalam kurun waktu 6 tahun dari tahun 2000 sampai 2006 terjadi peningkatan penggunaan obat tradisional sebanyak 23,10%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tanaman obat tradisional memiliki potensi yang kuat dalam meningkatkan perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perkembangan produksi tanaman obat tradisional, (2) bentuk konsumsi tanaman obat tradisional, (3) perdagangan tanaman obat tradisional di Sumatera Utara dan (4) hubungan antara nilai kurs dengan jumlah ekspor tanaman obat tradisional. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dan kuantitatif. Populasi dan sampel penelitian merupakan masyarakat yang melakukan pengobatan secara tradisional di berbagai kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan juga menggunakan data sekunder dari berbagai sumber terkait penggunaan tanaman obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produksi tanaman obat tradisional (jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temulawak, temukunci, dringgo, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto dan lidah buaya) di Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017 (2) Konsumsi tanaman obat tradisional di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun 2013-2017 dan konsumsi dilakukan dalam bentuk ramuan oleh masyarakat serta dijadikan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, industri tanaman obat tradisional dan usaha mikro tanaman obat tradisional, (3) perdagangan tanaman obat tradisional di provinsi Sumatera Utara dilakukan antar kabupaten, provinsi dan internasional (ekspor) (4) Tidak ada hubungan antara perdagangan tanaman obat secara internasional dengan nilai kurs rupiah. Kata kunci: tanaman obat tradisional, perdagangan, konsumsi, kurs, ekspor
MANFAAT EKSTRAK ETANOL DAUN REMEK DAGING (Hemigraphis colorata W. Bull) TERHADAP LUKA BAKAR PADA TIKUS Lusi Putri Dwita; Vera Ladeska; Aisyah Ramadhani; Dwi Rahma Augusta; Retno Tri Saufia
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i1.2823

Abstract

ABSTRACT Remek daging (Hemigraphis colorata W.Bull) have been studied and used traditionally for wound healing. This study aimed to determine the effect of topical application of remek daging leaves ethanolic extract 70% on the burn wound. The animals used for this study were 30 rats, divided into five groups, namely 20, 10, 5% remek daging extract ointment, negative control (vaseline flavum), and positive control (silver sulfadiazine 1%). Histology observations were held on days 3, 7, and 14 after burn wound induction. Histological observations showed an increase number of macrophages, fibroblasts, collagen density, and re-epithelialization in the extract ointment group significantly compare to the negative control (p <0.05). The application of ointment extract 20% to the rats showed comparable results to silver sulfadiazine 1% (p> 0.05). It can be concluded that remek daging ointment extract can accelerate the healing of burn wounds with the best results at a concentration of 20%. Keywords: Hemigraphis colorata, burns, macrophages, fibroblasts, collagen. ABSTRAK Remek daging (Hemigraphis colorata W.Bull) telah diteliti dan digunakan untuk penyembuhan luka secara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol 70% daun remek daging secara topikal pada luka bakar tikus putih. Hewan yang digunakan adalah 30 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok salep ekstrak daun remek daging 20, 10, 5% (%b/b), kontrol negatif (vaselin flavum) dan kontrol positif (silver sulfadiazine 1% (%b/b)). Pengamatan secara histologi dilakukan pada hari ke 3, 7 dan 14 setelah induksi luka bakar. Pengamatan histologi menunjukkan peningkatan jumlah makrofag, jumlah fibroblas, kepadatan kolagen dan ketebalan re-epitelisasi pada kelompok salep ekstrak daun remek daging secara signifikan dibandingkan kontrol negatif (p<0,05). Tikus yang diberikan perlakuan salep ekstrak 20% menunjukkan hasil sebanding dengan silver sulfadiazin 1% (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa salep ekstrak daun remek daging dapat mempercepat penyembuhan luka bakar dengan hasil terbaik pada konsentrasi 20%. Kata kunci: Hemigraphis colorata, luka bakar, makrofag, fibroblas, kolagen.

Page 1 of 1 | Total Record : 5