cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Mediator
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 294 Documents
Peningkatan Peran dan Performan Inovator untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia Pedesaan Suryana, Asep
Mediator Vol 2, No 1 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The methodology used in this study was survey. Interview and observation were executed on 100 respondents (innovaators) in Kabupaten Bandung, selected randomly. The unit sampling was 50 respondents on rural area, and 50 respondents on urban area. The result of the study showed that: in the general, there was not significantly different between rural and urban areas in factors of human resources deveopment for innovators’ role and performance; all of respondents needed training and education program in leadership, effective communication, enterpreneurships, management of organization, skill of agriculture, skills of breeding, technology, rural economics, and human resources development; the man or institution hoped by respondents to involve in the program were agriculture instructure, nonformal organizations (non government organization), and university; on cognitive domain: respodents in rural area preferred science and skills of agriculture, breeds, and simple technology, whereas respondents in urban area preferred managerial and startegic aspects, like science of enterpreneurship, human resources development, leadership, and rural economics.
Participatory Approach to Indonesian Rural Development in the Era of Reformation Venus, Antar
Mediator Vol 2, No 1 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The approach used by the government for developing society both rural and urban for the last 30 years has been the mobilization approach with top-down communication patterns. This approach does not give a space to the people to participate in the development process. When people become critical and aware of their own rights, a democratic participation approach to the development is needed. Such an approach, called the participatory development approach, is assumed to be able to give a space to the people to participate and to decide what are the best for themselves. The implementation of this approach in Indonesia is appropriate due to the reason that such an approach is in accordance with the principle of social justice.
Telaah Buku Sobur, Alex
Mediator Vol 2, No 1 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hari-hari Terakhir Sebuah RezimJudul: Pers dalam “Revolusi Mei” Runtuhnya Sebuah Hegemoni;Editor: Dedy N. Hidayat, Effendi Gazali, Harsono Suwardi, Ishadi S.K.;Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta;Tahun terbit: 2000; Tebal: xii + 465 halaman;Harga Rp 45.000.
Posmodernisme dan Ekstasi Komunikasi Piliang, Yasraf Amir
Mediator Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Model komunikasi posmodern yang dibangun berdasarkan paradigma simulasi (simulation), banalitas (banality), dan kecepatan (speed), telah menimbulkan tantangan yang serius pada konsep ‘komunikasi’ itu sendiri. Komunikasi yang dituntut berlangsung dalam tempo perubahan dan pertukaran yang tinggi—sebagai logika kapitalisme lanjut—telah menyebabkan terperangkapnya komunikasi dan bahasa di dalam mekanisme kecepatan. Logika kecepatan telah memusatkan kesadaran komunikator pada mekanisme medium, sehingga menjauhkan mereka dari makna (meaning) di balik komunikasi itu sendiri. Komunikasi kemudian digiring ke arah ‘pendangkalan bahasa’, banalitas dan simulakrum, yaitu lebih diutamakannya efekefek permukaan dan provokasi bahasa, ketimbang makna, tujuan dan kebenaran. Yang tercipta adalah bentuk ‘komunikasi skizofrenik’, yaitu bentuk komunikasi yang di dalamnya terjadi kegalauan bahasa, tanda, dan kode, yang menuju pada relativitas makna yang radikal. Model komunikasi posmodern, justru menerima kegalauan, ketidakpastian dan relativitas bahasa sebagai sebuah keniscayaan di dalam dunia yang semakin dibentuk oleh kecepatan.
Membangun TV Publik Mulyana, Deddy
Mediator Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kehadiran televisi swasta tidak lebih sebagai penggembira yang melanggengkan budaya hedonistik lewat peran mereka sebagai agen-agen metropolis. Padahal, sudah saatnya Indonesia memiliki TV publik yang difungsikan menjadi wahana bagi masyarakat memperdebatkan urgensi permasalahan sehari-hari. Dalam perspektif multibudaya, urgensi kehadiran TV publik di Indonesia terasa semakin penting mengingat banyaknya masalah konflik antaretnis yang diakibatkan oleh prasangka-prasangka dan perbedaan kultural antaretnis yang tidak terkomunikasikan dengan baik. Sementara menanti kehadiran TV publik, TV swasta yang sudah ada hendaknya mengintensifkan peran mereka sebagai pemersatu bangsa, sembari runtuhnya mitos-mitos sentralistik yang melekatkan peran penting bangsa ini hanya pada satu suku saja.
Badan Regulasi Penyiaran: Sebuah Kontroversi Malik, Dedy Djamaluddin
Mediator Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendirian badan penyiaran senantiasa menimbulkan gejolak, sebagaimana kebebasan pers disikapi dengan kontroversi di tengah masyarakat. Persoalannya di sini adalah bagaimana menemukan model regulasi penyiaran yang demokratis. Model yang demokratis bertumpu pada pemberian peluang yang sama kepada setiap warganegara untuk memperoleh akses informasi dari khalayak dan dari sudut pelaku, terdiri dari kepemilikan publik, swasta, dan komunitas lokal. Di Indonesia, terjadi tarik-menarik kepentingan terhadap badan regulator penyiaranyang akan dibentuk. Secara kategorik, ada dua kecenderungan yang saling berbeda dalam menyikapi empat isu kunci regulator: siapa yang berwenang mengatur, bagaimana pertanggungjawaban badan regulator, siapa yang berhak memberi izin frekuensi, bolehtidaknya intervensi pemerintah. Kecenderungan dalam merespon empat isu kunci tersebut diwakili oleh dua kubu: Masyarakat Pers dan Penyiaran Indonesia (MPPI) yang bersifat progresif-liberalistik dan Departemen Perhubungan yang bersifat konservatif. Di antara kedua pandangan yang saling berhadapan itu, muncul mazhab ketiga yang cenderung moderat. Pijakan berpikirnya didasarkan pada harmoni dan rasionalitas yang realistik.
Wanita dan Abad Baru Sensualisme Media Ibrahim, Idi Subandy
Mediator Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wacana tentang wanita di era cyberspace tidak terlepas dari bahasa media yang merepresentasikan realitas wanita dalam kerangka yang telah diagendakan. Wacana ini merentang mulai dari diskusi seputar perpindahan dari “kekerasan domestik” ke “kekerasan simbolik” yang lekat dengan kehidupan wanita, seksualitas di ruang maya (cyberspace dan cyberporn), serta migrasi simbolik para artis sebagai wujud perburuan popularitas dalam kebudayaan pop. Wacana kekerasan simbolik menghadirkan pemajangan atau display tubuh wanita sebagai objek tontonan untuk memenuhi hasrat laki-laki, dan sebagai objek imajinasi serta fantasi seksual laki-laki. Ini terkait dengan wacana seksualitas di ruang maya yang menawarkan kebebasan tanpa batas untuk berpartisipasi dalam segala bentuk, sehingga terjadi pergeseran ke arah hypersexuality yang sulit diterima akal sehat karena sudah terlalu melebihi kondisi normal. Pada perburuan popularitas dalam kebudayaan pop, terdapat kecenderungan di antara para artis wanita untuk mengadakan semacam ‘migrasi simbolik’ — pergantian atau perpindahan simbol-simbol yang dikenakan seseorang untuk menjaga citra dirinya di mata orang lain. Dalam perspektif inilah perubahan tatanan simbolik dan budaya citra dikritisi sebagai sebuah siasat atau trik yang beroperasi di balik logika kapitalisme untuk bertahan dalam arus percepatan citra — dan bukannya suatu perwujudan dari pencerahan jiwa.
Wajah Perempuan dalam Media Massa Arifin, Nurul
Mediator Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wanita di Indonesia dipersepsi sebagaimana budaya patriarki melabelkannya. Yaitu, sebagai pemuas laki-laki. Seperti itulah wajah perempuan dalam media massa di Indonesia. Wanita adalah penggerak roda kapitalisme media massa. Ia dianggap objek dari sebuah mesin operasional industri media, cenderung menjadi objek fetish, objek peneguhan pola kerja patriarki, objek seksis, objek pelecehan dan kekerasan. Dengan kekuatan pengaruhnya ,media massa di Indonesia membentuk dan menampilkan realitas tersendiri tentang wanita – sebuah realitas yang, sayangnya, tanpa disertai sensitivitas gender—dalam berbagai gaya penyajian. Akibatnya, cita-cita untuk mengeluarkan wanita Indonesia dari subordinasi peran domestiknya masih sulit terjangkau. Dalam hal ini, media massa semestinya mengintensifkan tugas menyosialisasikan kesetaraan gender, karena bagaimanapun media massa memiliki peran sebagai agen sosial.
The Image of Public Relations in Indonesia 2001: Myth and Reality in Multicultural Approach Syam, Nina Winangsih
Mediator Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In global environment, understanding and managing multiculturalism mean recognizing similarities and differences among various cultures and use this cultural diversity to achieve one’s goal. Therefore, it is important to study the impact of cultural contrast upon some practical aspects such as: language; method of communication; cultural as well as management cultures. Culture influences the way in which people interact with one method and has direct impact upon communication patterns. If communication patterns are influenced by culture differences, it is important for public relations managers to be aware of individual behavior. The myth and reality of the Indonesian culture in its unique pluralistic characteristics known as “Bhinneka Tunggal Ika” (Unity through Diversity) represent the Asian society. Dreaming upon the traditional Asian and uniquely Indonesian cultural values, the Indonesian managers of 2001 appear to be successfully working within the cultural boundaries of Asian and Western corporate values. This paper discusses the relationship between cultural and Public Relations practice in Indonesia embracing the trend of 2001—focused on image and possible cultural sensitivity building by means of blending the Asian and Western values to create a synergeticorganizations in practicing Public Relations At 21st centuries.
Konsep Marketing Public Relations di Tengah Pasar Global Priyatna, Soeganda
Mediator Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seringkali terjadi perusahaan kita (Indonesia) terhalang masuk pasar dunia, bukan karena pasarnya yang menolak, tetapi adanya kelompok penghalang yang disebut blocking Stakeholders. Negara-negara maju yang kapitalistik itu akan berusaha untuk menghambat produk negara sedang berkembang (Dunia Ketiga), memasuki pasar global dengan berbagai dalih mengendalikan pasar. Melihat fenomena di atas, sudah selayaknya digencarkannya kegiatan Marketing Public Relations, untuk produk, perusahaan, dan negara kita (Indonesia) menyertai usaha-usaha diplomatik (orientasi politik) yang selama ini dilakukan. Sudah saatnya pula seorang pejabat khusus di setiap kedutaan (KBRI) di mancanegara yang bertugas secara cermat, akurat dan efektif menangani kegiatan Public Relations yang terkait langsung dengan masalah-masalah marketing bagi produk-produk Indonesia di pasar global.

Page 4 of 30 | Total Record : 294