cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
chiefeditor.amj@gmail.com
Editorial Address
Gedung Rumah Sakit Pendidikan Unpad/Pamitran Unpad (Teaching Hospital Building) Faculty of Medicine Unpad, 3rd Floor Jl. Prof. Eyckman No. 38, Bandung, 40161, Indonesia
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Althea Medical Journal
ISSN : -     EISSN : 23374330     DOI : 10.15850/amj
Core Subject : Health,
Althea Medical Journal (AMJ) is a peer reviewed electronic scientific publication journal which is published every 3 months (March, June, September, and December). Althea Medical Journal publishes articles related to research in biomedical sciences, clinical medicine, family-community medicine, and public health.
Arjuna Subject : -
Articles 985 Documents
Gastroprotective Effect of Carrot (Daucus carota L.) Juice in Rat Models Jiin, Wong Hui; Hidayat, Eva M.; Lukman, Kiki A.
Althea Medical Journa Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Althea Medical Journa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.043 KB)

Abstract

Background: Gastritis has become one of the very common gastrointestinal tract disorders in clinical practice. One of the factors causing gastritis is the prolonged intake of nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) which is commonly adopted by people suffering pain. The NSAIDs such as aspirin cause loss of mucosal integrity resulting in gastric mucosa inflamation. Carrot (Daucus carota L.) has long been used as a traditional medicine for various ailments. The presence of flavonoids and carotenoids in carrot is associated with gastroprotective effect. Methods: The present study was undertaken to determine the gastroprotective effect of 4.08 g carrot juice administered by feeding tube on the hydrochloric acid (HCL) concentration in the stomach in aspirin-induced Wistar-strain rats. This was a laboratory experimental study performed at the Pharmacology Laboratory Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran, Bandung Indonesia in October 2012. The parameter used HCL Concentration determined by titration method. Results: The result of carrot juice consumption together with aspirin shows a statistically significant reduction in HCL concentration in the stomach (p<0.05). The result was also significant when compared with another medication, Misoprostol. Conclusion: Carrot juice extract possesses gastroprotective effect when consumed with aspirin and thus support the use of carrot as an alternative treatment. [AMJ.2014;1(1):35–9]Keywords: Aspirin, Carrot juice extract, gastroprotective, HCL concentrationEfek Perlindungan Lambung dengan Jus Wortel  (Daucus carota L.) pada TikusLatar belakang: Gastritis merupakan salah satu kelainan pada saluran pencernaan yang sering ditemui. Salah satu penyebab dari gastritis adalah pemakaian nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) dalam waktu lama dan biasanya digunakan oleh orang yang menderita sakit. Obat-obatan NSAID seperti aspirin dapat menyebabkan integritas mukosa menghilang dan terjadinya inflamasi pada mukosa lambung. Wortel (Daucus carota L.) merupakan tanaman tradisional yang sudah banyak digunakan untuk berbagai macam penyakit. Flavonoid dan carotenoid yang ada pada wortel memiliki efek perlindungan terhadap lambung.    Metode: Penelitian dilakukan untuk menentukan  efek perlindungan lambung dengan jus wortel pada konsentrasi HCL dalam lambung tikus yang diinduksi dengan aspirin. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia pada bulan Oktober 2012. Parameter yang digunakan adalah konsentrasi HCL yang ditentukan dengan metode titrasi.Hasil: Hasil dari penggunaan jus wortel bersama dengan aspirin menunjukkan penurunan konsentrasi HCL yang signifikan pada lambung (p<0.05). Hasil ini juga signifikan bila dibandingkan dengan medikasi lain yaitu, Misoprostol.Simpulan: Ekstrak jus wortel memiliki efek perlindungan lambung ketika digunakan dengan aspirin dan hal ini mendukung wortel sebagai pengobatan alternatif.Kata kunci: Aspirin, jus wortel, efek perlindungan lambung, konsentrasi HCL
Salmonella sp. and Shigella sp.in House Flies in Jatinangor Poravi, Reemarachna; Sadeli, Ramlan; Fitrasanti, Berlian Isnia; Sudigdoadi, Sunaryati
Althea Medical Journa Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Althea Medical Journa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.886 KB)

Abstract

Background: Diarrhea is a common problem in Indonesia and mostly caused by pathogenic bacteria such as Salmonella sp. and Shigella sp., transmitted by house flies. The incidence of acute diarrhea has been rising over the years. The aim of this study is to determine if Salmonella sp. and Shigella sp. can be found in house flies in Jatinangor.Methods: A descriptive study was done, involving 20 samples of house flies caught from houses and street vendors in Jatinangor during the period of March 2012 to January 2013. Bacteria were isolated from house flies and identified using various biochemical tests.Results: Shigella sp. was isolated from 5% of the house flies caught in Jatinangor. The house flies caught from the street vendors revealed a higher percentage of bacteria than those caught from houses.Conclusion: Only Shigella sp. can be isolated from house flies in Jatinangor. However, a small percentage of Shigella sp. was also found from the house flies captured around Jatinangor. [AMJ.2014;1(1):17–20]Keywords: house flies, Salmonella sp., Shigella sp.Salmonella sp. dan Shigella sp. pada Lalat Rumah di JatinangorLatar Belakang: Di Indonesia, diare merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi dan sebagian besar disebabkan oleh bakteri pathogen seperti Salmonella sp. and Shigella sp yang terdapat pada lalat rumah. Angka kejadian diare akut terus meningkat dari tahun ke tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bakteri Salmonella sp. dan Shigella sp. pada lalat rumah di Jatinangor.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang melibatkan 20 sampel lalat rumah yang ditangkap dari rumah dan pedagang kaki lima (PKL) di Jatinangor selama periode Maret 2012–Januari 2013. Bakteri diisolasi dari lalat rumah dan diidentifikasi dengan menggunakan berbagai tes biokimia.Hasil: Shigella sp. diisolasi dari 5 % lalat rumah yang tertangkap di Jatinangor . Lalat rumah yang ditangkap dari PKL mempunyai persentase yang lebih tinggi daripada bakteri yang ditangkap dari rumah.Simpulan: Hanya Shigella sp. yang dapat diisolasi dari lalat rumah di Jatinangor. Sebagian kecil dari Shigella sp. juga ditemukan dari lalat rumah yang ditangkap di sekitar Jatinangor.Kata kunci: lalat rumah , Salmonella sp , Shigella sp
Nutritional Status of Schizophrenic Patients Attending Outpatient Department of Psychiatry in Dr.Hasan Sadikin Hospital Maisyarah, Tiara Aulia; Nugraha, Gaga Irawan; Lidyana, Lynna
Althea Medical Journa Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Althea Medical Journa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.342 KB)

Abstract

Background: Currently, schizophrenia is associated with many health problems due to weight changes caused by lifestyle changes and consumption of antipsychotic drugs (APDs). Nutritional status assessment is needed in order to lower the comorbidity through early detection of risk factors.Methods: This descriptive cross-sectional study involved 94 schizophrenic patients selected using consecutive sampling in October 2012 in Psychiatry Outpatient Department, Dr. Hasan Sadikin General Hospital, Bandung. An anthropometric measurement was verified (body mass index and waist circumference), physical activity level, type of antipsychotic drugs (APDs) used and duration of treatment acquired from medical records. Results: Among the subjects, 29.8% were 28–37 years old, with 69.1% males and 30.9% females. Most of them suffered from paranoid schizophrenia (71.3%). The body mass index (BMI) of 46.8% subjects were normal, 45.74% were overweight, whereas 7.45% were underweight. Male subjects mostly had smaller waist circumference (78%) compared to females who were dominantly above normal (52%). Physical activity levels were mostly sedentary (76%). Single typical APD were dominantly prescribed (46%). Subjects with normal BMI were mostly found among single typical APDs prescribers (53.5%), whereas the majority of atypical APDs users were overweight (61.9%). A total of 63% subjects had been prescribed APDs for 1–5 years, dominated by subjects with normal body mass index (78%). Conclusions: The majority of study subjects (46.8%) were found normal in terms of the body mass index. Male subjects mostly had normal waist circumference (78%) while females have a higher risk with measurement above normal as a more dominant finding (52%). [AMJ.2014;1(1):40–7]Keywords: Nutritional Status, Pscychiatry, SchizophreniaStatus Gizi Pasien Skizofrenia di Departemen Psikiatri Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin BandungLatar Belakang: Saat ini Skizofrenia merupakan suatu penyakit mental dengan komorbiditas yang tinggi akibat perubahan gaya hidup, faktor predisposisi, dan dampak mengonsumsi obat antipsikotik yang membuat penderita kerap mengalami perubahan berat badan. Oleh karena itu, diperlukan deteksi dini perubahan berat badan pada pasien skizofrenia sebagai pertimbangan penyusunan tatalaksana yang komprehensif.Metode: Studi deskriptif potong lintang ini dilakukan untuk mengetahui status gizi pasien skizofrenia di Klinik Rawat Jalan Departemen Psikiatri Sub Bagian Dewasa Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar pinggang dilakukan pada 94 pasien skizofrenia dewasa. Wawancara mengenai pekerjaan juga dilakukan untuk mengetahui tingkat aktifitas fisik, riwayat pengobatan responden didapatkan melalui rekam medis.Hasil: Dari 94 responden  (65 pria dan 29 wanita) mayoritas berusia 28–37 tahun (29.8%). Sebanyak 46.8% responden memiliki IMT normal, 45.74% responden adalah overweight, dan 7.45%  termasuk dalam kategori underweight. Responden  pria memiliki ukuran lingkar pinggang yang mayoritas normal (78%), sedangkan wanita sebagian besar memiliki ukuran lingkar pinggang di atas normal (52%). Tingkat aktifitas fisik responden rata-rata tergolong ringan (67%). Kebanyakan responden diberikan obat antipsikotik tipikal tunggal (46%) dan sebanyak 63% telah mengonsumsi obat antipsikotik selama 0–5 tahun. Simpulan:  Mayoritas   responden   memiliki  IMT  yang normal dengan  ukuran lingkar pinggang wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria.Kata Kunci: Status Gizi, Psikiatri, Skizofrenia
Isolation and Identification of Pathogenic Fungi from Air Conditioners in Tutorial Rooms of the Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran Govindasamy, Gowre; Husin, Usep Abdullah; Syukriani, Yoni Fuadah; Sudigdoadi, Sunarjati; Mulyana, Yanti
Althea Medical Journa Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Althea Medical Journa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.12 KB)

Abstract

Background: Awareness about health problems caused by air conditioner is very important. Thus, it is crucial to have knowledge about proper maintenance of air conditioner. At the Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, air conditioners are used in every tutorial rooms. This study was performed to provide adequate information on the fungi, such as Aspergillus, Penicillium and Mucor, found in air conditioners.Methods: A descriptive laboratory study was used to identify the presence and the type of pathogenic fungi from air conditioners in tutorial rooms. Thirty-four samples were collected from the air outlet grille of the air conditioners and cultured on Sabouraud agar at 27°C for 2 weeks. Fungi presence were then identified microscopicallyResults: The results showed that the majority of air conditioners in tutorial rooms of the Faculty of Medicine, University Padjadjaran contained many types of fungus that grew in Sabouraud agar. From 34 samples, thirty two samples were positive and 2 samples were negative. Various fungus have been identified, those were Penicillium (37.5%), Aspergillus (25%), Mucor (2.5%) and unidentified (35%)Conclusions : The majority of air conditioners in tutorial rooms of the Faculty of Medicine, University Padjadjaran contained many types of opportunistic fungus. [AMJ.2014;1(1):21–4]Keywords : Air conditioner, Aspergillus, fungi, Mucor, Penicillium Isolasi dan Identifikasi Jamur Patogen dari Pendingin Udara di Kamar Tutorial dari Fakultas Kedokteran, Universitas PadjadjaranLatar Belakang: Kesadaran tentang masalah kesehatan yang disebabkan oleh pendingin udara sangat penting. Dengan demikian , sangat penting untuk memiliki pengetahuan tentang perawatan yang tepat dari pendingin udara. Di Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, pendingin udara digunakan di setiap kamar tutorial . Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi yang memadai tentang jamur, seperti Aspergillus, Penicillium dan Mucor, yang ditemukan di pendingin udara. Metode: Sebuah studi laboratorium deskriptif digunakan untuk mengevaluasi keberadaan dan jenis jamur patogen dari pendingin udara di kamar tutorial. Tiga puluh empat sampel dikumpulkan dari kisi-kisi pendingin udara dan dikultur pada Sabouraud agar pada 27 °C selama 2 minggu. Pertumbuhan jamur kemudian diidentifikasi secara mikroskopis.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sebagian besar pendingin udara di ruang tutorial Fakultas Kedokteran Universitas Padjajdjaran terdapat banyak jamur yang dapat tumbuh di Sabaroaud agar, 32 hasil positif dan 2 hasil negatif untuk pertumbuhan jamur . Jamur yang tumbuh adalah Penicillium (37,5%, Aspergillus (25%), Mucor (2,5%) dan tidak teridentifikasi (35%).Simpulan : Sebagian besar pendingin udara di ruang tutorial Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Jatinangor menunjukkan adanya pertumbuhan jamur oportunistikKata kunci : Aspergillus, jamur , Mucor , Penicillium, pendingin udara
Soursop Leaves (Annona muricata Folium) on Mice (Mus musculus) Fetus Suryani, Yunita; Sitorus, Truly Deti Rose; Irianti, Setyorini
Althea Medical Journa Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Althea Medical Journa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.889 KB)

Abstract

Background: Soursop leaf ethanol extract (Annona muricata (L) Folium) contains acetogenins which are cytotoxic and have the ability to halt cell growth. This study aimed to understand whether acetogenins have teratogenic effects on mice fetus (Mus musculus).Methods: This study was performed at the Pharmacology and Therapy Laboratory of the Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, Bandung, between October and November 2012. The study  was an experimental laboratory study  utilizing 27 pregnant mice which were divided into 3 groups. The first group was the negative control, the second was given soursop leaf ethanol extract at pre-implantation phase (day 1 to 5) and the third had the extract provided in the organogenesis phase (day 6 to 15). Laparotomy was performed on the 19th day of pregnancy. The parameters used were the number of implantation, the number of live and dead or resorbed fetus, the weight and length of the fetus, as well as the macroscopic external morphology abnormalities. The data gained from test subjects were compared to those of the control group. The statistical test used was the normality tes with the Kolmogorov-Smirnov method which was then followed by T-test or Mann-Whitney statistical tests.Results: The experiment exhibited significant differences in the weight and length of the fetus (p-value 0.000), proving that soursop leaf ethanol extract could inhibit intrauterine growth. Aside from that, external morphological abnormalities such as hemorrhage on the head, face, neck, back, forelimbs, hindlimbs, and microcephaly were also found.Conclusion: The soursop leaf ethanol extract (Annona muricata (L) Folium) has a teratogenic effect on mouse (Mus musculus) fetus. [AMJ.2014;1(1):48–53]Key words: Acetogenins, Soursop leaf ethanol extract, TeratogenicEfek Teratogenik Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata Folium) terhadap Fetus Mencit (Mus musculus) Latar belakang: Ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata Folium) mengandung senyawa aktif Acetogenins yang bersifat sitotoksik atau dapat menghambat pertumbuhan sel. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek teratogenik Acetogenins terhadap fetus mencit (Mus musculus).Metode: Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadaran periode Oktober–November 2012. Penelitian bersifat eksperimental laboratorik dengan metode sampel acak menggunakan 27 ekor mencit hamil yang dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok 1 sebagai kontrol negatif, kelompok 2 diberikan ekstrak etanol daun sirsak pada masa praimplantasi (hari ke-1 sampai ke-5), dan kelompok 3 menerima ekstrak pada masa organogenesis (hari ke-6 sampai ke-15). Laparotomi dilakukan pada hari ke-19 kehamilan. Parameter yang digunakan berupa jumlah hasil implantasi, jumlah fetus hidup, jumlah fetus mati atau resorbsi, berat dan panjang badan fetus, serta abnormalitas morfologi eksternal fetus yang dinilai secara makroskopis. Data yang didapat pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Uji statistik yang digunakan adalah uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan dilanjutkan dengan uji T- atau Mann-Whitney.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan pada berat dan panjang fetus mencit (nilai p 0,000), sehingga ekstrak etanol daun sirsak terbukti menghambat pertumbuhan intrauteri. Selain itu ditemukan juga kelainan morfologi eksternal seperti perdarahan pada kepala, wajah, leher, punggung, tangan, kaki, dan mikrosefali.Simpulan: Ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata Folium) memiliki efek teratogenik terhadap fetus mencit (Mus musculus).Kata kunci: Acetogenins, ekstrak etanol daun sirsak, teratogenik
Correlation between Hemoglobin Level, Attention and Working Memory Scores Indrina, Jannatin Aliya; Ong, Anam; Prajitno, Ihrul Prianza
Althea Medical Journa Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Althea Medical Journa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.404 KB)

Abstract

Background: Attention and working memory functions have important roles in daily activities. Normal level of hemoglobin is required for optimum attention and working memory functions. This study aims to analyze the correlation between hemoglobin level, attention, and working memory scores in medical students who attended Atlas Medical Pioneer (AMP) Basic Program XXI.Methods: The total population sample for this cross-sectional study included 27 males and 19 females. The hemoglobin level was meassured by using cyanmethemoglobin method. Digit Symbol Test, Digit Span Forward and Backward Test, Trail Making Test A and B, and Stroop Test were used to assess attention and working memory scores. The study was conducted from September to November 2012 in Jatinangor campus of the Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran and Clinical Pathology Laboratory of Dr. Hasan Sadikin General Hospital. The correlation analysis was performed using computer.Results: The correlation between hemoglobin level in males and attention on Trail Making Test A score was (r=0.144) (p=0.474). While the correlations with theTrail-Making Test B and Stroop Test scores were (r=0.332) (0.091), and (r=-0.320) (p=-0.103), respectively. For females, the correlations with the Trail Making Test A, Trail Making Test B, and Stroop Test scores were (r=0.121) (p=0.622), (r=-0.232) (p=0.338), and (r=0.137) (p=0.576), respectively. Meanwhile, the correlation between hemoglobin level and the working memory on Digit Symbol Test, Digit Span Forward Test, and Digit Span Backward Test scores for-males were (r=0.256) (p=0.197), (r=0.419) (p=0.029), and (r=0.113) (p=0.576), respectively. For-females, the same correlations were (r=0.412) (p=0.080), (r=-0.299) (p=0.213), and (r=-0.028) (p=0.909), respectively. The only test that showed statistically significant result was Digit Span Forward Test in males.Conclusions: There is evident of weak correlation between hemoglobin level, attention, and working memory scores in medical students who attended AMP Basic Program XXI. This may be due to the confounding factors affecting attention and working memory as well as a small sample size. [AMJ.2014;1(1):1–5]Keywords: attention score, hemoglobin level, working memory scoreKorelasi antara Kadar Hemoglobin, Pencapaian Skor Atensi, dan Skor Memori KerjaLatar Belakang: Fungsi atensi dan memori kerja memiliki peranan penting dalam aktivitas sehari-hari. Kadar hemoglobin yang normal dibutuhkan untuk mencapai fungsi atensi dan memori kerja yang optimal. Penelitian bertujuan untuk menganalisis korelasi antara kadar hemoglobin, skor atensi, dan memori kerja pada mahasiswa kedokteran yang mengikuti Pendidikan Dasar XXI Atlas Medical Pioneer (AMP).Metode: Studi potong lintang dengan jumlah sampel 46 orang, terdiri atas 27 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Perhitungan kadar hemoglobin menggunakan metode cyanmethemoglobin. Digit Symbol Test, Digit Span Forward dan Backward Test, Trail Making Test A dan B, dan Stroop Test digunakan untuk menilai skor atensi dan memori kerja. Penelitian dilaksanakan dari bulan September–November 2012 di Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Jatinangor dan Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin. Analisis korelasi menggunakan komputer.Hasil: Korelasi antara kadar hemoglobin laki-laki dengan skor atensi pada Trail Making Test A (r=0,144) (p=0,474), Trail Making Test B (r=0,332) (0,091), dan Stroop Test (r=-0,320) (p=-0,103). Pada perempuan hasil Trail Making Test A (r=0,121) (p=0,622), Trail Making Test B (r=-0,232) (p=0,338), dan Stroop Test (r=0,137) (p=0,576). Hasil korelasi antara kadar hemoglobin laki-laki dengan skor memori kerja pada Digit Symbol Test (r=0,256) (p=0,197), Digit Span Forward Test (r=0,419) (p=0,029), dan-Digit Span Backward Test (r=0,113) (p=0,576). Pada perempuan hasil Digit Symbol Test (r=0,412) (p=0,080), Digit Span Forward Test (r=-0,299) (p=0,213), dan Digit Span Backward Test (r=-0,028) (p=0,909). Tes yang memiliki nilai signifikan hanya Digit Span Forward Test pada laki-laki.Simpulan: Terdapat korelasi lemah antara kadar hemoglobin, atensi, dan memori kerja pada mahasiswa yang mengikuti Pendidikan Dasar XXI AMP. Hal ini dapat terjadi karena confounding factor yang dapat memengaruhi atensi dan memori kerja seseorang serta jumlah sampel penelitian yang sedikit.Kata kunci: kadar hemoglobin, skor atensi, skor memori kerja
Effects of Bengkoang (Pachyrhizus erosus (L) Urb Juice in Hampering Blood Glucose in Rat Models Widyarman, Adrian Dwiputra; Nurdiamah, Emma; Soetedjo, Nanny Natalia Muliani
Althea Medical Journa Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Althea Medical Journa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.313 KB)

Abstract

Background : The prevalence of diabetes mellitus in Indonesia tends to increase and is predicted to reach 21.3 millions in 2030. Bengkoang (Pachyrhizus erosus (L) Urb. is one of the traditional medicine frequently used in diabetes treatment.The objective of this study is to assess the effectiveness of bengkoang juice in hampering blood glucose increase. Methods : Fourty alloxan-induced diabetic Wistar rats were used in this study. After 16 hours of fasting, the blood glucose was measured using glucometer EasyTouch Blood Glucose/Cholesterol/Uric Acid Multi-Function Monitoring System. The positive control group was given 7 ml of distilled water and 50% glucose solution with 2.5 g/kg dosage while the study group were given 7 ml of bengkoang juice and 50% glucose solution with 2.5 g/kg dosage. Blood glucose was re-checked after 2 hours. This procedure was performed in October 2012.The results were analyzed using Student’s T-test with α = 0.05.Results: The result shows a significant difference in blood glucose increase between the control and study groups with a score of 121.11 mg/dL and 324.45 mg/dL respectively. This result shows that bengkoang juice increases blood glucose level in Wistar rats.Conclusions: In conclusion, bengkoang (Pachyrhizus erosus (L) Urb. juice has no effect in hampering the blood glucose level increase in Wistar rats. [AMJ.2014;1(1):25–9]Keywords: Alloxan, blood glucose, diabetes mellitus, Pachyrhizus erosus (L) Urb. Pengaruh Bengkoang (Pachyrhizus erosus (L) Urb Juice dalam Menghambat Glukosa Darah pada TikusLatar Belakang: Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia cenderung meningkat dan diperkirakan mencapai 21,3 juta pada tahun 2030. Bengkoang (Pachyrhizus erosus ( L ) Urb adalah salah satu obat tradisional yang sering digunakan untuk pengobatan diabetes. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas jus bengkoang dalam menghambat peningkatan glukosa darah.Metode: Empat puluh tikus Wistar yang telah diinduksi diabetes aloksan digunakan dalam penelitian ini. Setelah 16 jam puasa, glukosa darah diukur dengan menggunakan glucometer Glukosa Darah EasyTouch / Kolesterol / Asam Urat Monitoring System Multi- Function . Kelompok kontrol positif diberi 7 ml air suling dan larutan glukosa 50 % dengan 2,5 g / kg dosis sedangkan kelompok studi diberi 7 ml jus bengkoang dan larutan glukosa 50 % dengan 2,5 g / kg dosis . Glukosa darah diperiksa kembali setelah 2 jam. Prosedur ini dilakukan pada hasil Oktober 2012 dianalisis menggunakan T -test Student dengan α = 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam peningkatan glukosa darah antara kelompok kontrol dan kelompok studi dengan skor 121.11 mg / dL dan 324,45 mg / dL masing-masing . Hasil ini menunjukkan bahwa jus bengkoang meningkatkan kadar glukosa darah pada tikus Wistar .Simpulan: Bengkoang ( Pachyrhizus erosus ( L ) Urb jus tidak berpengaruh dalam menghambat kenaikan kadar glukosa darah pada tikus Wistar .Kata kunci: Aloksan , glukosa darah , diabetes mellitus , Pachyrhizus erosus ( L ) Urb.
Effect of Topical Application of Binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] Leaf Paste in Wound Healing Process in Mice a/p Gurcharan Singh, Gurwinder Kaur; Utami, Novi Vicahyani; Usman, Hermin Aminah
Althea Medical Journa Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Althea Medical Journa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.093 KB)

Abstract

Background: Wound caused by trauma poses challenging daily clinical problems for physicians in hospitals and other health services. It has high risk for mortality and morbidity. Binahong [Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis] plant originates from China and can be found abundantly in Indonesia. The objective of this research is to investigate the effect of topical application of Binahong leaf paste on wound healing process.Methods: A laboratory experimental study was conducted at the Pharmacology Laboratory, Universitas Padjadjaran, from October to December 2012 by using 27 Mus Muscularis mice which were divided into 3 groups: group 1 (sodium chloride 0.9%), group 2 (Binahong) and group 3 (povidone iodine 5%). Binahong leaves were crushed and were mixed with water to make a paste. The application was given for 12 days. On day zero, 1.0 cm2 of wound was incised at the back of the mice, and further on day 1, 4, 8 and 12, the percentage of wound contraction was measured. The data was analyzed using Mann-Whitney test.Results: The study indicated that the percentage of wound contraction in group 2 on day 4 (1.17%), day 8 (23.7%) and day 12 (76.14%) is the highest among all groups. The result showed that the comparison between binahong and NaCl was highly significant on day 12, p= 0.001 (p < 0.05) and the data for comparison between Binahong and povidone iodine on day 12 was significant with p= 0.003 (p < 0.05).Conclusions: Topical application of Binahong leaf paste shows better result in wound healing process of Mus muscularis mice. From this study it can be concluded that binahong promotes wound healing and can be used for home remedies for wound care and as an alternative traditional way to treat wound.[AMJ.2014;1(1):6–11]Keywords: Binahong [Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis], povidone iodine, wound healingEfek Aplikasi pasta daun Binahong [AnrederaCordifolia (Ten.) Steenis] secara topikal dalam proses penyembuhan luka pada tikus jenis MusmuscularisLatar Belakang: Luka yang disebabkan oleh trauma menjadi masalah klinis yang menantang bagi para dokter di rumah sakit maupun bagi petugas kesehatan lainnya dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Luka yang timbul tersebut memiliki risiko yang tinggi terhadap mortalitas dan morbiditas. Tanaman Binahong [AnrederaCordifolia (Ten.) Steenis] berasal dari Cina dan banyak ditemukan di Indonesia. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui efek dari aplikasi pasta daun Binahong secara topikal terhadap proses penyembuhan luka.Metode: Penelitian eksperimental ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Universitas Padjadjaran, mulai Oktober–Desember 2012, menggunakan tikus jenis MusMuscularis sebanyak 27 ekor, dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok 1 (natrium klorida 0,9%), kelompok 2 (pasta daun Binahong) dan kelompok 3 (povidone iodine 5%). Daun Binahong dihancurkan dan ditambahkan sedikit air sehingga menjadi bentuk pasta. Perlakuan diberikan selama 12 hari. Pada hari 0 dilakukan insisi pada punggung tikus untuk membuat luka sebesar 1,0 cm2. Persentase kontraksi luka akan dinilai pada hari ke-1, 4, 8, dan 12. Kontraksi luka adalah pengurangan luas pada area luka. Hasil penilaian tersebut akan dibandingkan pada tiap kelompok untuk melihat efektivitas aplikasi topikal pasta daun Binahong. Data akan dianalisis dengan uji Mann-Whitney.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kontraksi luka kelompok 2 pada hari ke-4 (1,17%), hari ke-8 (23,7%), dan hari ke-12 (76,14%) adalah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Hasil juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan antara perbandingan Binahong dan natrium klorida pada hari ke-12, dengan p=0,001 (p<0,05). Perbandingan antara Binahong dan povidone iodine pada hari ke-12 juga menunjukkan hasil signifikan dengan p=0,003 (p<0,05).Simpulan: Aplikasi pasta daun Binahong secara topikal menunjukkan hasil yang lebih baik dalam proses penyembuhan luka pada tikus jenis Musmuscularis. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Binahong mempercepat penyembuhan luka serta dapat digunakan untuk perawatan luka di rumah dan sebagai cara alternatif yang bersifat tradisional untuk mengobati luka.Kata kunci: Binahong [AnrederaCordifolia (Ten.) Steenis], penyembuhan luka, povidone iodine
Effect of Cucumis sativus L on Glucose Absorption through Intestinal Mucosal Membrane of Wistar Rat Models Amalia, Fitri; Surialaga, Samsudin; Rachmayati, Sylvia
Althea Medical Journa Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Althea Medical Journa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.91 KB)

Abstract

Background: The Cucumis sativus L has been used in traditional medicine for several conditions, with one of them being diabetes mellitus. The purpose of this experiment is to observe the anti-hyperglycemic effect of Cucumis sativus L on glucose absorption through the intestinal mucosal membrane of Wistar rats.Methods: The research was conducted on September–November 2012 at Biochemistry Laboratory, Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran. Using in situ perfusion method, the rat’s epithelial mucosa in the intestine was bathed in a simple glucose solution in control, and bathed in glucose and Cucumis sativus L infusion in treatment. After admission, a sample was taken from the digestive tract and the glucose level was measured through a spectrophotometer.Result: There is no significant difference in the absorption of control and treatment solution.Conclusion: The Cucumis sativus L does not have any significant effect on the glucose absorption through the intestinal mucosal membrane. Further studies are still needed to reveal the antihyperglycemic mechanism of Cucumis sativus L.[AMJ.2014;1(1):30–4]Keywords: Antihyperglycemic effect, Cucumis sativus L (Cucumber), Diabetes mellitus, Glucose absorption Pengaruh Cucumis sativus L pada Penyerapan Glukosa melalui usus mukosa Membran Tikus WistarLatar Belakang: Buah timun (Cucumis sativus Linn.) telah dipercaya sebagai obat tradisional beberapa penyakit, salah satunya adalah diabetes melitus. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efek antihiperglikemi buah timun terhadap transpor glukosa melalui sel epitel mukosa usus halus tikus wistar.Metode: Dengan menggunakan metode perfusi in situ, usus halus tikus dialiri larutan glukosa selama 60 menit untuk kontrol dan larutan glukosa yang telah diberi infusa timun selama 60 menit untuk perlakuan. Sampel yang diambil berupa cairan yang dialirkan ke usus pengambilan dilakukan pada menit ke 0, 15, 30, 45, 60, kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa dengan menggunakan spektofotometri. Penelitian ini dilakukan pada September–November 2012 di Laboratorium Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas PadjadjaranHasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara penyerapan glukosa pada larutan kontrol dengan larutan perlakuan.Simpulan: Cucumis sativus L tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan glukosa melalui membran mukosa usus. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui mekanisme anti hyperglycemic Cucumis sativus L.Kata kunci: Cucumis sativus L (Cucumber), diabetes mellitus, efek antihyperglycemic, penyerapan glukosa
Success Rate of Phacoemulsification for Cataract in Patients with High-Degree Myopia in National Eye Center Cicendo Eye Hospital Bandung, Indonesia Budiman, Nadia Khairina; Knoch, Andrew Maximilian; Susanti, Yuni
Althea Medical Journa Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Althea Medical Journa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.369 KB)

Abstract

Background: Phacoemulsification is one of the procedures performed in cataract with high-degree myopia patients. Patients with high-degree myopia have a higher risk for postoperative complications due to phacoemulsification which affects their visual acuity. These patients also have higher manifest refraction compared to cataract without high-degree myopia. This study aims to evaluate the success rate of phacoemulsification for cataract in patients with high-degree myopia in National Eye Center, Cicendo Eye Hospital Bandung, Indonesia.Methods: A descriptive study was performed by collecting data from medical records on phacoemulsification in cataract patients with high-degree myopia at the National Eye Center, Cicendo Eye Hospital, during January–December 2011. There were 79 cases out of 136 cases that met the inclusion criterias, those were cataract patients with high-degree myopia who underwent phacoemulsification and patients who did regular follow up visits. Data were analyzed using computer. Results: The results showed that from 79 cases, 44(55.7%) cases involved female patients. Visual acuity after phacoemulsfication increased gradually at 1–2 months follow-up. Eighty one percent cases have been corrected at best with a visual acuity of higher than 6/18. No intraoperative complication occurred in 96.2% of the cases but 3.8% cases had zonular dialysis and vitreous prolaps as intraoperative complication. Meanwhile, corneal edema as postoperative complications occurred in 58.3% of the patients. A total of 17 (21.5%) cases had manifested refraction more than ±2.00 diopter.Conclusions: Phacoemulsification in cataract with high-degree myopia resulted in good visual acuity and minimal complications. However, extreme manifest refraction still occurs in several patients [AMJ.2014;1(1):12–6]Keywords: cataract, high-degree myopia, phacoemulsification Tingkat Keberhasilan Fakoemulsifikasi pada Penderita Katarak yang Disertai Miopia Tinggi di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung, IndonesiaLatar Belakang: Miopia tinggi diketahui berhubungan dengan terjadinya katarak. Kasus-kasus tersebut memiliki risiko komplikasi fakoemulsifikasi yang lebih tinggi dibandingkan katarak biasa dan dapat memengaruhi tajam penglihatan serta kualitas hidup pasien sehingga dibutuhkan evaluasi mengenai tingkat keberhasilan fakoemulsifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tajam penglihatan pascabedah, komplikasi,dan refraksi manifes pada penderita katarak disertai miopia tinggi yang menjalani prosedur fakoemulsifikasi.Metode: Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan pengambilan data sekunder dari rekam medis di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo pada Januari–Desember tahun 2011. Ada 79 kasus dari 136 kasus yang memenuhi kriteria inklusi yaitu penderita katarak dengan derajat miopia tinggi yang menjalani fakoemulsifikasi dan rutin datang berobat. Data diolah menggunakan program komputer.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tajam penglihatan tanpa koreksi 1 hari pascabedah fakoemulsifikasi pada 49,4% kasus dibawah 6/60 yang berangsur membaik pada kunjungan 1–2 bulan. Sebanyak 81,0% kasus memiliki tajam penglihatan dengan koreksi terbaik diatas 6/18. Terdapat 96,2% kasus yang tidak mengalami komplikasi intrabedah. Edema kornea sebagai komplikasi 1 hari pascabedah fakoemulsifikasi cukup banyak terjadi yaitu sebanyak 45,6%. Pada penelitian ini didapatkan refraksi manifes dengan rentang -12.00 sampai +10.00 dioptri, 78,5% berada dalam rentang ±2.00.Simpulan: Prosedur pada katarak miopia tinggi menunjukkan hasil penglihatan yang baik dan komplikasi minimal , tetapi pada katarak yang disertai miopia tinggi masih terdapat pasien yang memiliki refraksi manifes yang cukup berat.Kata kunci: Fakoemulsifikasi, katarak, miopia tinggi

Page 1 of 99 | Total Record : 985