cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 02161192     EISSN : 25414054     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (J.Pascapanen) memuat artikel primer yang bersumber dari hasil penelitian pascapanen pertanian. Jurnal ini diterbitkan secara periodik dua kali dalam setahun oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian" : 6 Documents clear
Analisis Mutu dan Penerimaan Konsumen Terhadap Permen Tablet Dengan Formulasi Konsentrasi Pengisi, Pemanis dan Gambir Sari Intan Kailaku; Faqih Udin; Chilwan Pandji; nFN Amos
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n1.2005.34-40

Abstract

Gambir berkhasiat untuk menguatkan gigi dan gusi yang secara tradisional dikenal sebagai campuran makan sirih. Manfaat ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memanfaatkan gambir dalam produk perm en atau kembang gula. Permen tablet dipilih karena memiliki karakteristik rasa segar, tidak terlalu manis, dan umumnya rendah kalori, sehingga tidak bertolak belakang dengan manfaat dan karakter istik gambir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula terbaik dalam pembuatan permen tablet dengan penambahan gambir. Bahan-bahan yang digunakan antara lain amilum (pengisi dan pengikat), sakarin (pemanis), magnesium stearat (pelicin), gambir, peppermint oil, penambah rasa strawberry dan pewarna makanan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Faktor yang digunakan adalah rasio pemanis dengan pengisi dengan tiga taraf, yaitu 3,5 : 96,S (A I); 5,5 : 94,S (A2); dan 8 : 92 (A3). Faktor kedua adalah penambahan gambir dengan tiga taraf, yaitu 3% (B I), 5% (B2) dan 7% (B3). Formula terbaik yang dihasilkan dalam penelitian adalah A I B I (rasio pemanis dengan pengisi 3,5 : 96,S dan pen am bah an gambir 3%). Formula ini memiliki spesifikasi produk dengan kadar air 2,6S%, kadar abu 2,07%; nilai kekerasan 4,475 mmllO dtkJSO g. Pad a uji organoleptik panel is memberikan nilai yang tinggi masing-masing pada parameter rasa dan warna, tekstur, dan aroma. Quality analysis and consumers preference on tablet candy with formulations of filler, sweetener and gambierTraditionally, gambier, which is healthyful for teeth and gums, is wellknown as a mixture for betel chew. It is proper to develop this benefit into a candy product. Tablet candy (compressed-tablet lozenges) was chosen because it is not too sweet, fresh, and has low calorie. These characteristics are not contradictive with gambier's characteristics and benefit. The objective of this research is to discover the best formula in the making of gambier lozenge tablet candy. Materials used were amylum (filler and binder), saccharine (sweetener), magnesium stearic (lubricant), gambier, peppermint oil, strawberry flavor, and coloring agent (food grade). This research was conducted using the design experimental used was complete random factorial design with two factors and three replicates. The factor of the ratio between sweetener and filler consists of three levels, namely: 3.5 : 96.5 (AI), 5.5 : 94.5 (A2), and 8 : 92 (A3). The second factor was the quantity of gambier used in the formula (w/w), consisted of three levels, namely: 3% (B I), 5% (B2), and 7% (83). The best formula resulted from this research was A I B I (3% gambier (wI w) with 3.5 : 96.5 ratio of sweetener and filler). The specification of product resulted from this formula was: moisture content 2.65%; ash content 2.07%; and 4.475 mmllO sec/50 g hardness value. Result of hedonic test showed that panels gave high rank for Al 8 I on taste, color, texture and aroma.
Efektivitas Lilin Penolak Lalat (Repelen) Dengan Bahan Aktif Limbah Penyulingan Minyak Nilam Sri Yuliani; Sri Usmiati; Nanan Nurdjannah
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n1.2005.1-10

Abstract

Telah dilakukan uji efektivitas lilin dari ekstrak limbah penyulingan minyak nilam di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor dan di Laboratorium Entomologi FKH-IPB, Bogor. Penelitian menggunakan limbah penyulingan minyak nilam yang kemudian diekstrak menggunakan pelarut metanol 1:4. Ekstrak limbah tersebut diformulasikan menjadi 9 formula lilin dengan kombinasi bahan aktif sebagai berikut; a) ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dan minyak sereh wangi (1: 1) dengan konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50%. b) ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dan minyak cengkeh (1: 1) dengan konsentrasi 12,5, 25%, dan 50%. c) minyak sereh wangi (25%). d) minyak cengkeh (25%). e) Lilin tanpa bahan aktif (kontrol). Selanjutnya dilakukan uji efektivitas terhadap day a tolak (repelen) lalat menggunakan udang busuk 12 jam, pengujian menggunakan 25 ekor lalat umur 2-5 hari kenyang air gula. Pengamatan dilakukan setiap menit dengan menghitung jumlah hinggapan lalat ke udang tiap menitnya sampai menit ke-60, pengamatan dilakukan dengan menggunakan glass chamber. Hasil pengujian efektivitas lilin terhadap lalat rumah menunjukkan bahwa formula 113 dengan kombinasi bahan aktif ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dengan minyak cengkeh (konsentrasi 50%), merupakan formula paling optimal dibandingkan dengan formula lainnya dengan daya tolak sebesar 87,6% pada menit ke 10 dan 100% pada menit ke 60. The Effectiveness of repellent candle with the extract solution of patchouly distillation waste as the active componentThe effectiveness of repellent candle was examined at laboratory of Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research and Development and Entomology Laboratory of VeterinaryFaculty of Bogor Agricultural University. Patchouly distillation waste was extracted using methanol with ratio of 1:4 and then formulated into 9 formulas of candle. The combination of active compound in the formula were: (a) mixing of patchouly distillation waste and citronella oil (I: I) with of 12.5%; 25% and 50% concentration; (b) mixing of patchouly distillation waste and clove oil (1:1) with 12.5%; 25% and 50% concentration; (c) citronella oil (25%); (d) clove oil (25%) and (e) without active compound as control. The effectiveness determination of repellent activity on flies was conducted using 12 hours decayed shrimp. The trial was using 25 flies 2-5 days age which already fully fed with sugar solution. The observation was conducted every minute in glass chamber by counting flies which lied on the decayed shrimps, for the period of 60 minutes. The results showed that the optimum formula was combination of active compound of distillation waste from patchouly and clove oil (concentration 50%) with 87.6% repellent activity at the tenth minutes and 100% at the sixtieth minutes.
Pengayaan Tepung Kedelai Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Bahan Baku Tepung Terigu Yang Disubstitusi Tepung Garut nFN Widaningrum; Sri Widowati; Soewarno T. Soekarto
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n1.2005.41-48

Abstract

Selama ini terigu yang digunakan di Indonesia seluruhnya diimpor dari luar negeri. Total impor terigu dari Januari hingga Desember 2003 mencapai 344,2 ribu ton atau senilai US$ 75,4 juta yang setara dengan Rp 677,9 milyar. Eksplorasi sumberdaya karbohidrat lokal dapat dilakukan dalam rangka menghemat devisa. Alternatif umbi-umbian yang dapat mensubstitusi terigu dalam banyak penggunaan diantaranya yaitu umbi garut, dengan mengubah bentuknya terlebih dahulu menjadi tepung. Penelitian ini bertujuan untuk membuat mie basah substitusi 20% tepung garut yang diperkaya kandungan proteinnya dengan tepung kedelai. Penelitian ini didahului dengan pembuatan tepung garut dan tepung kedelai, kemudian dilakukan anal isis sifat fisiko kimianya. Penambahan tepung kedelai dilakukan pada taraf 0; 5; 10; dan 15%. Penambahan tepung kedelai terbukti dapat meningkatkan kandungan protein dan memperbaiki warna mie basah dari terigu dengan substitusi tepung garut 20%. Penambahan 15% tepung kedelai ke dalam formula tepung komposit 20% tepung garut menghasilkan peningkatan kandungan protein dan lemak tetapi menurunkan kandungan karbohidrat. Uji deskripsi yang dilakukan terhadap warna, tekstur, aroma dan rasa mie basah dengan penambahan tepung kedelai menunjukkan bahwa panelis masih menyukai dan dapat menerima mie basah dari terigu substitusi 20% tepung garut sampai tingkat penambahan tepung kedelai 10%. Mie tersebut mengandung air 27,4%; abu 0,7%; protein 9,7%; lemak 10,1%; serat kasar 3,4% dan karbohidrat 52,2%. Berdasarkan uji organoleptik deskripsi termasuk sifat fisiko kimianya, produk ini telah memenuhi persyaratan SNI untuk mie basah yaitu SNI 01-2987-1992. Soybean Flour Enrichment in Wet Noodle Made of Wheat Flour Substituted with Arrowroot FlourIndonesian has been importing wheat flour for domestic consumption for a long time. The total import of wheat flour from January to December 2003 was 344,200 tons equal to US$ 75.4 million (Rp 677.9 billion). The exploration of local carbohydrate resources is a choice to preserve the foreign currency deposit. One alternative of crops which could substitute wheat flour in many usages is arrowroot tuber, by processing it to flour. The aim of this research was to increase protein content in wet noodle by enriching soybean flour into wet noodle which made of 20% of arrowroot flour and 80% of wheat flour. Soybean flour was added in 0; 5; 10; and 15% concentration. This research was initiated by producing of arrowroot and soybean flours, then analyzing their physico-chemical characteristics. The result showed that addition of soybean flour was proven increasing protein content and improving the colour of wet noodle. The description test which applied 'to texture, colour, odor and taste of wet noodle showed that panelists still accepted wet noodle made of wheat flour substituted with 20% of arrowroot flour with addition 10% of soybean flour. This product contents 27.4% of moisture; 0.7% of ash; 9.7% of protein; 10.1 % of fat%, 3.4% of crude fiber and 52.2% of carbohydrate. Based on description test including its physico-chemical characteristics, this product has fulfill the requirement of wet noode standard of SNI 01-2987-1992.
Pengaruh Konsentrasi Penambahan Pektinase dan Kondisi Inkubasi Terhadap Rendemen dan Mutu Jus Mangga Kuini (Mangifera odorata Griff) Evi Savitri Iriani; E. Gumbira Said; Ani Suryani; nFN Setyadjit
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n1.2005.11-17

Abstract

Kuini merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak terdapat di Indonesia, yang memiliki aroma khas, penampilan warna yang menarik serta kandungan vitamin A, C dan serat yang tinggi. Untuk mengurangi serat tersebut biasanya ditambahkan pektinase dalam proses pembuatan jus kuini. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi, waktu dan suhu inkubasi terhadap perubahan rendemen dan karakteristik mutu jus kuini. Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian pada bulan Juli 2003-Juni 2004. Kuini dari Bogor dan sekitarnya dihancurkan kemudian ditambahkan pektinase. Waktu inkubasi pada penelitian pendahuluan berkisar 0-180 menit. Pada penelitian utama digunakan rancangan percobaan rancangan acak faktorial dengan faktor (I) konsentrasi :0, 500,750 dan 1000 ppm, faktor (2) suhu inkubasi : 45° C dan 55° C dengan tiga kali ulangan. Waktu inkubasi yang digunakan adalah 60 menit karena berdasarkan penelitian pendahuluan dapat memberikan rendemen tertinggi. Parameter yang diamati meliputi peru bah an rendemen, pH, total padatan terlarut, kekentalan, kadar gula pereduksi, total asam dan vitamin C serta komponen volatil penyusun flavor kuini. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pektinase dan suhu inkubasi maka rendemen juga semakin bertambah. Interaksi konsentrasi pektinase 1000 ppm pad a suhu inkubasi 55° C memberikan rendemen tertinggi sebesar 94%. Hasil anal isis menunjukkan bahwa penambahan pektinase berpengaruh nyata terhadap perubahan pH, total padatan terlarut dan kekentalan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan gula pereduksi, total asam tertitrasi dan kadar vitamin C. Pektinase juga berpengaruh terhadap perubahan profil kromatogram dari flavor jus kuini, makin tinggi konsentrasi pektinase yang ditambahkan, maka komponen monoterpen seperti a-pinene dan myrcene akan berkurang. Effects of pectinase concentration and incubation condition on yields and quality of kuini mango juice (Mangifera odorata Griff)Kuini is kind of fruit found abundant in Indonesia that have exotic flavor and attractive color. Kuini also have high vitamin A and C as well as fibre. To reduce the fibre, pectinase was added to produce kuini mango juice. The study was conducted to discover how concentration, time and temperature of pectinase affected yields and quality changes of mango juices. The research was carried out at Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research and Development (ICAPRD) from July 2003 to June 2004. Mangoes from Bogor, West Java were mashed and the pulp was reacted with pectinase. The incubation times applied were 0 to 180 minutes at preliminary research. One hour incubation time was able to give the best result in juice yields, therefore 60 minute was used at the main research. Design experiment used at the main research was randomized factorial design with factor (1) pectinase concentration: 0, 500, 750 and 1000 ppm and factor (2) temperature: 45° and 55° C with three replications. Parameter analyzed were yields, pH, total soluble solid (TSS), viscosity, reduction sugar, titratable acidity, ascorbic acid and volatile component of kuini. Pectinase of 1000 ppm at Sso C gave the highest juice yields of 94 percent compared to 83 percent at 0 ppm. There were significant changes in pH, TSS and viscosity of kuini juice, but not in the reducing sugar, total titratable acidity and vitamin C. Pectinase changed the flavor profile of kuini juice. The higher pectinase added could reduce monoterpene components such as a-pinene and myrcene.
Pengaruh Cara Ekstraksi dan Musim Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga Melati nFN Suyanti; Sulusi Prabawati; nFN Yulianingsih; nFN Setyadjit; Astu Unadi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n1.2005.18-23

Abstract

Pengaruh cara ekstraksi dan musim terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati. Bunga melati selama ini hanya digunakan sebagai bunga rampai, bunga sesaji, dekorasi dan pewangi teh. Namun sebenarnya bunga melati mcmpunyai potensi untuk dibuat minyak bunga alami. Minyak melati merupakan bah an untuk industri kosmetik, parfum, farmasi, sabun dan produk yang berbau wangi lainnya. Selama ini kebutuhan industry dalam negeri di impor dari Negara penghasil minyak bunga dengan harga yang cukup mahal, Pcnelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi ekstraksi minyak mclati yang dapat menghasilkan rendemen dan mutu yang tinggi. Bunga melati gambir (Jasminum officinale) asal Purbalingga, Jawa Tengah diproses menjadi minyak melati menggunakan metode ekstraksi dengan pclarut heksan. Perlakuan yang diuji adalah ekstraksi satu tahap, ekstraksi dua tahap, dan pencucian ampas, yang dilakukan pad a musim hujan dan musim kemarau. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bunga melati gambir dengan cara esktraksi satu tahap adalah yang paling baik dengan rendemen absolute yang dihasilkan tertinggi (0,15-0,17%). Absolute yang dihasilkan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan musim hujan, terbanyak diperoleh pada bulan September (0,19%) dengan mutu absolute lebih baik yang ditunjukkan dengan total komponen yang lebih tinggi. Absolute melati hasil ekstraksi memiliki indek bias 1,45-1,46; bilangan asam 9,60-11,80; bilangan ester 129,07-130,73 dengan komponen kimia utama adalah benzyl acetate (6,74-7,90%), benzyl benzoate 2,58- 4, II %), cis jasmone (8,49-9,53%), linalool (3,59-5,40%), methyl jasmonate (0,81-0,86%), serta beberapa senyawa lainnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan proses ekstraksi bunga melati agar menghasilkan rendemen min yak yang tinggi . The effect of extraction method and season on the yield and quality of jasmine absoluteUtilization of jasmine flower was limited. Traditionally, the flower is used for ritual offerings, decoration and tea fragrance. Through extraction, jasmine flower could produce jasmine oil which was useful for perfume, soap, medicine, other fragrant product, and aromatherapy. Jasmine absolute for that purposes have been imported with high price. This research aimed at finding out the optimum extraction technology: higher yield and quality of absolute and maximum solvent recovery. Fresh flower of Jasminum officinale harvested at Purbalingga regency, Central Java, were extracted using hexane. Randomized Block Design was used as experimental design on the study and the treatments were: one stages of extraction, two stage of extraction, and leaching of the waste flower continued by extraction of fresh flower conducted at rainy and dry season. The results showed that, one stage of extraction was the best treatment. The highest yield of absolute was of 0.15-0.17%. The absolute yield produced in dry season were higher than that of rainy season and characterized by good quality due to higher total component. The refractive index was 1.45-1.46, acid number 9.60-11.80 ester number 129.07-130.73 the essential oil composition were benzyl acetate (6.74-7.90%), benzyl benzoate (2.58-4.11%), cis-jasmone (8.49-9.53%), methyl jasmonate (0.81-0.86%), linalool (3.59-5.40%). The result of this study could be used as an appropriate method for jasmine oil extraction.
Optimasi Komposisi Kardanol Dari Minyak Kulit Mete Sebagai Subtitusi Fenol Dalam Formulasi Perekat Fenol Formaldehida nFN Risfaheri; Tun Tedja Irawadi; M. Anwar Nur; IIlah Sailah; Zainal Alim Mas'ud; Meika S. Rusli
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n1.2005.24-33

Abstract

Minyak kulit biji mete merupakan hasil samping dari pengolahan kacang mete, mengandung senyawa fenolik terutama kardanol. Penelitian ini bertujuan mendapatkan komposisi kardanol yang optimum sebagai substitusi fenol dalam formulasi perekat fenol formaldehida. Pelaksanaan penelitian dibagi atas beberapa tahap, yaitu (l) optimasi komposisi mol senyawa fenolik, nisbah mol senyawa fenolik terhadap formaldehida, dan lama reaksi (2) optimasi komposisi mol senyawa fenolik dan pH reaksi, dan (3) analisis struktur resin perekat dengan FTIR (Fourier Transform infrared Spectroscopy). Formulasi perekat yang optimum diperoleh dengan komposisi senyawa fenolik (I mol kardanol : I mol fenol), nisbah mol formaldehida terhadap senyawa fenolik (1,5 : 1,0). Kondisi optimum pembuatan perekat dicapai pada reaksi polikondensasi pH 10 dan berlangsung selama I jam. Kardanol dapat menggantikan fenol sebanyak 70 % dalam fonnulasi perekat fenol formaldehida. Perekat tersebut menghasilkan keteguhan rekat kayu lapis dalam keadaan kering dan basah (setelah direbus selama 72 jam) rata-rata 15,36 kg/em? dan 13,61 kg/em'. Persyaratan keteguhan rekat untuk perekat fenol formaldehida menurut Standar Nasional Indonesia 06-4567-1998, yaitu minimum 10 kg/em! (hasil uji dalam keadaan kering) dan 8 kg/em' (hasil uji dalam keadaan basah). Terjadi sinergis antara kardanol dan fenol pada reaksinya dengan formaldehida, sehingga reaksi formaldehida dengan kardanol tidak hanya pada cincin aromatiknya tetapi juga terjadi pad a rantai samping tidak jenuh (CIS) dari kardanol, sehingga meningkatkan keteguhan rekat kayu lapis. Optimation of cardanol composition from. cashew-nut shell liquid as phenol subtitute in phenol formaldehyde adhesives formulationThe cashew nut shell liquid is a by product obtained from the cashew nut processing, contains phenolics compound mainly cardanol. The objective of the research was to find out the optimum cardanol composition as phenol subtitute in phenol formaldehyde adhesives formulation. The experiment was carried out in several stages as followed: (I) optimation of mole composition of the phenolics and mole ratio of the phenolics to formaldehyde, and reaction time; (2) optimation of mole composition of the phenolics and pH reaction; and (3) the resin structure analysis using FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy). The optimum formulation of adhesive synthesis as followed: the composition of phenol portion (I mole cardanol : I mole phenol), the mole ratio of formaldehyde to total phenol (1.5 : 1,0). The optimum condition of polycondensation reaction was achieved at pH 10 for I hour. Cardanol could substitute phenol as much as 70 % in the fenol formaldehyde adhesives formulation. The average of the bond strength of plywood produced using the adhesives in dry and wet condition (after boiled 72 hours) was 15.36 kg/em? and 13.61 kg/em! respectively. Requirement of the bond strength in Indonesian National Standard 06-4567-1998 is minimum 10 kg/em? (the result test on dry condition) and 8 kg/em- (the result test on wet condition). There are synergism of cardanol and phenol in reaction with formaldehyde, so therefore reaction of formaldehyde and cardanol did not only happen at the aromatics ring but also at unsaturated chain CIS of cardanol which caused an increase in the bond strength of plywood.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2005 2005


Filter By Issues
All Issue Vol 18, No 3 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 3 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 3 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Journal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Pascapanen Pertanian Vol 8, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 2 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 2 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 1, No 1 (2004): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian More Issue