cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 02161192     EISSN : 25414054     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (J.Pascapanen) memuat artikel primer yang bersumber dari hasil penelitian pascapanen pertanian. Jurnal ini diterbitkan secara periodik dua kali dalam setahun oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Arjuna Subject : -
Articles 258 Documents
PRODUKSI ENZIM SELULASE OLEH AKTINOMISET MENGGUNAKAN FROND SAGU Sumarni Nompo; Anja Meryandini; Titi Candra Sunarti
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v16n2.2019.80-89

Abstract

Fround Sagu adalah pucuk batang sagu yang masih dibungkus oleh pelepah dan tidak diamnfaatkan oleh industri pengolahan sagu. Fround sagu memiliki kandungan serat dengan kandungan selulosa yang tinggi serta berpotensi dijadikan bahan baku untuk produksi selulase. Enzim selulase diproduksi melalui kultivasi substrat cair frond sagu oleh Aktinomiset. Subtart berupa tepung sagu dan ampas frond sagu, diinokulasi oleh isolat HJ4 (3b) dan HJ5 (4b). Kedua isolat diremajakan dalam medium ISP-4 selama 5 hari, kemudian diinokulasikan ke dalam media tepung frond sagu dan ampas frond dan diinkubasi dalam shaker pada suhu runag selama 9 hari. Kedua isolat Aktinomiset mampu menghasilkan enzim selulase pada kedua substrat dan metode kultivasi. Isolat HJ4 (3b) dan HJ4 (5b) pada perlakuan kultivasi substrat padat ampas frond sagu menghasilkan aktivitas spesifik yaitu endoglukase (CMCase) tertinggi yaitu 0.314 U mg-1 dan 0.294 U mg-1 dan aktivitas spesifik enzim eksoglukanase (FPase) yaitu 0.269 U mg-1 dan 0.258 U mg-1, sedangkan pada perlakuan kultivasi substat padat menggunakan tepung frond sagu dihasilkan aktivitas spesifik endoglukanase masing-masing sebesar 0.258 U mg-1 dan 0.254 U mg-1 serta aktivitas spesifik eksoglukanase 0.205 U mg-1 dan 0.198 U mg-1. Production of Cellulase Enzyme by Actinomycet Using Sago FrondSago frond is the upper part of sago trunk which is still wrapped by leaflet, and is not used by the sago processing industry. Sago frond contains fiber with high cellulose content that could potentially be used by as raw material for cellulase production. Cellulase enzymes were produced through both solid-state and submerged cultivation of sago frond by Actinomicycetes. Two substrates, sago frond flour and pulp of sago fronds, were inoculated by isolate HJ4 (3b) and HJ4 (5b). Both isolates were rejuvenated in Sp-4 medium for 5 days, then were inoculated into substrate of frond flour and hampas, and were incubated in a shaker at room temperature for 9 days. Both Actinomycetes isolates were able to produce cellulase enzymes by using both substrates and cultivation methods. The isolates of HJ4 (3b) and HJ4 (5b) by using pulp and solid-state cultivation produced the highest endoglucanase (CMCase) specific activity of 0.294 U mg-1 and 0.276 U mg-1 and exoglucanase (FPase) substrate specific activity os 0.252 U mg-1 and 0.241 U mg-1, while in the solid-state cultivation and by using sago fronds flour resulted in specific endoglucanase activities which were 0.242 U mg-1 and 0.238 U mg-1 and exoglucanase specific activities 0.192 U mg-1 and 0.185 U mg-1, respectively.
FORMULASI ROTI BEBAS GLUTEN BERBASIS TEPUNG SORGUM DENGAN PENAMBHAAN PATI GARUT DAN GUM ARAB Zakia Maulida; Nur Aini; Budi Sustriawan; Juni Sumarmono
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v16n2.2019.90-98

Abstract

Tepung sorgum tidak memilikki gluten sehingga tidak bisa dibuat menjadi orti yang memiliki tekstur baik. Untuk dapat menghasilakn roti sorgum dengan tekstur yang baik perlu bahan pembentuk sebagai pengganti gluten. Penambahan pati garut akan mengakibatkan gelatinisasi mampu memerangkap gelembung udara serta memfasilitasi retensi gas selama fermentasi. Gum arab memiliki kemampuan meniru sifat viskoelastis gluten. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menentukan proporsi pati garut dan gum arab yang optimum dalam pembuatan roti sorgum; 2) memperlajari sifat fisik, kimia, dan sensori roti. Rancangan percobaan menggunakan Response Surface Methodology dengan dua faktor yakni pati garut (25-40%) dan gum arab (1-5%). Variabel yang diamati meliputi volume spesifik, hardness, cohesiveness, kadar air, abu, karbohidrat, protein, lemak, serta karakteristik sensori (warna, aroma, tekstur, rasa, dan kesukaan). Formula optimum roti berbasis sorgum yakni dengan proporsi pati garut 40% dan gum arab 5 %. Karakteristik formula optimum roti sorgum adalah volume spesifik 342,76 cm3; hardness 0,34 N; cohesiveness 1,31; kadar air 49,62%, kadar abu 0,74 %, kadar karbohidrat 40,45%, kadar protein 6,22%, dan kadar lemak 2,97%. Karakteristik sensori (warna putih sedikit keabuan, aroma khas roti agak kuat, tekstur pori agak seragam, rasa khas roti agak kuat dan tingkat kesukaan netral). Karakter ini hampir sama dengan roti dari terigu sehingga dapat digunakan sebagai pangan alternatif bagi orang yang intoleran terhadap gluten. Gluten Free Bread Formulation Based on Sorghum Flour with Addition of Arabic Garut and Gum StarchThe gluten-free bread formula from sorghum requires the formation of a gluten substitute so that bread has desire characteristics. During baking, starch granules of arrowroot gelatinize and have ability to trap air bubbles, facilitating gas retention during fermentation. Arabic gum has the ability to mimic the viscoelastic properties of gluten. The objectives of this study were 1) determining the optimum proportion of arrowroot starch and Arabic gum in sorghum-based gluten-free bread making; 2) knowing the physical, chemical, and sensory properties of bread. The experimental design in this study used Response Surface Methodology with two factors is arrowroot starch (25-40%) and arabic gum (1-5%). The variables observed were specific volume, hardness, cohesiveness, moisture, ash content, carbohydrate, protein, fat, and sensory characteristics (color, aroma, texture, taste, and preference). The optimum formula for sorghum bread is 40% proportion of arrowroot starch and 5% of Arabic gum addition. The characteristic of bread were specific volume 342.76 cm3, hardness 0,34 N, cohesiveness 1.31; 49,62% moisture content, 0.74% ash content, carbohydrate levels of 40.45% protein content of 6.22% and fat content of 2.97% and sensory characteristics (slightly grayish white, distinctive strong bread aroma, rather unifrom pore texture, distinctive strong bread flavor and neutral level of preference). This character is almost the same as wheat bread so tahat it can be used as an alternative for people who are intolerant of gluten.
PENAMBAHAN ENKAPSULAN DALAM PROSES PEMBUATAN YOGHURT POWDER PROBIOTIK DENGAN METODE SPRAY DRYING Juniawati Sahib; nFN Miskiyah; Ayu Kusuma
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v16n2.2019.56-63

Abstract

Yoghurt merupakan salah satu produk olahan susu yang memiliki umur simpan yang relatif singkat yaitu 2-3 minggu pada suhu dingin.  Kondisi penyimpanan yoghurt pada suhu dingin membatasi distribusi yoghurt. Pengolahan yoghurt powder merupakan salah satu alternatif yang dilakukan untuk mempertahankan kualitas yoghurt selama proses distribusi dan penyimpanan.  Pengeringan yoghurt menggunakan metode spray drying dengan teknik enkapsulasi mampu menghasilkan yoghurt powder dengan karakteristik kimia dan mikrobiologi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bahan pengkapsul terbaik yang dapat digunakan dalam pembuatan yoghurt powder susu sapi dan susu kambing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa susu skim merupakan bahan enkapsulan yang paling baik dalam pembuatan yoghurt powder susu sapi dan susu kambing karena menghasilkan nilai gizi yang lebih tinggi dan dapat mempertahankan viabilitas bakteri asam laktat selama proses pengeringan. Nilai gizi yoghurt powder susu sapi kadar protein 24,25 %, kadar lemak  5,74% dan calcium 8,22 ppm. Nilai gizi yoghurt susu kambing kadar protein 26,89 %, kadar lemak  8,21 % dan calcium 9,60 ppm.  Penurunan total viabilitas bakteri asam laktat yoghurt powder dengan bahan enkapsulan susu skim lebih rendah dibandingkan dengan gum arab dan maltodekstrin. Yoghurt powder susu sapi mengandung total BAL sebesar 12,23 log CFU/g atau turun sekitar 4,01 log sedangkan yoghurt powder susu kambing mengandung total BAL 12,54 log CFU/g atau turun 4,5 log. Encapsulation in yogurt powder processing with spray drying menthodYogurt is one of dairy products with relatively short shelf life, 2-3 weeks in cold temperatures. Conditions for storing yogurt in cold temperatures limit the distribution of yogurt. Processing of yogurt powder is an alternative way to maintain the quality of yogurt during distribution and storage. Drying yoghurt using spray drying method with encapsulation technique is able to produce yogurt powder with good chemical and microbiological characterics. This study aims to determine the best encapsulating material that can be used in making cow milk yogurt powder and goat milk yogurt powder. The experiment was set up in compeletely randomized design with basic materials (cow milk and goat milk) and encapsulant (maltodextrin, arabic gum and skim) as treatments and repeated three times. The results showed that skim was the best encapsulant in making cow milk and goat milk yogurt powder because it produced higher nutritional value and could maintain the viability of lactic acid bacteria during the drying process. Nutritional value of cow milk yogurt are protein content 24.25%, fat content 5.74% and calcium 8.22 ppm. Nutritional value of goat milk yogurt are protein content 26.89%, fat content 8.21% and calcium 9.60 ppm. Decrease in total viability of lactic acid bacteria yogurt powder with skim lower than arab gum and meltodextrin. Cow milk yogurt powder contains total lactic acid bacteria 12.54 log CFU/g go or decrease 4.5 log.
OPTIMASI PEMBUATAN MI DARI TEPUNG JAGUNG PRAGELATINISASI Nur Aini; Budi Sustriawan; nFN Masrukhi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v16n2.2019.99-109

Abstract

Pragelatinisasi merupakan metode modifikasi yang dapat diterapkan untuk tepung jagung sehingga diharapkan dapat mempermudah pada proses pembuatan mi. Suhu gelatinisasi berbeda-beda bagi tiap jenis pati, dan untuk mencapai suju gelatinisasi tersebut tiap bahan memerlukan waktu yang berbeda. Setiap bahan juga membutuhkan penambhan air yang tepat agar dapat mengalam gelatinisasi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari kombinasi wkatu dan suhu pemasakan serta jumlah air yang ditambhakan untuk suspensi tepung jagung pragelatinisasi yang mempunyai respon maksimum terhadap kadar karbohidrat, kadar pengembangan dan tingkat penerimaan mi jagung; (2) mengetahui karakter fisiokimia dan organoleptik mi jagung pada formula optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ondisi pragelatinisasi optimal pada tepung jagung untuk pembuatan mi adalah selama pemasakan 7 menit waktu pemasakan, suhu 71C dan volume air 13% b/v. Mi jagung formula optimal memiliki kadar air 62,61%; kadar abu 0,322% bb; kadar lemak 1,37% bb; kadar protein total 4,18% bb; kadar karbohidrat 31,51% bb; daya pengembangan mi 16,67%; warna 2,5 9kuning keputihan); aroma 3,9 (tidak khas tepung); tekstur (2,5) (agak kenyal); rasa 2,6 (agak gurih); dan tingkat kesukaan keseluruhan 2,8 (suka). mi jagung ini masih memerlukan perbaikan proses untuk menurunkan kadar air yang tinggi, supaya memenuhi SNI 01-2987-1992. Pragelatinization is a modification method that can be applied for corn flour so that it can simplify the application for noodles. The temperature of gelatinization varies for each type of starch, and to reach the gelatinization temperature each ingredient needs different time. Each ingredient also needs the precise amount of water to get gelatinization. The object of this research are (1) to study the combination of cooking time and temperature and the amount of water needed for the suspension of pragelatinized corn flour which has a maximum response to carbohydrate levels, swelling power and preference of corn noodles; (2) to study the physicochemical and sensory characters of corn noodles in the optimal formula. The results showed that the optimal pregelatinization condition in corn flour for the production of noodles was during 7 minutes cooking time, temperature 71oC and volume of water 13% b / v. The optimal formula for corn noodles has a water content of 62.61%; ash content 0.322% bb; fat content 1.37% bb; total protein content 4.18% bb; carbohydrate levels 31.51% bb; power of development of noodles 16.67%; color 2.5 (whitish yellow); aroma 3,9 (not typical flour); texture 2.5 (slightly springy); flavor 2,6 (rather umami); and preference level 2.8. The corn noodles still need to improve the process to reduce the high water content so that they have not fulfilled Indonesian Nasional Standard 01-2987-1992.
RANCANGAN PROSES PRODUKSI FRUIT LEATHER BERBASIS PISANG SKALA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) KAPASITAS 50KG/HARI Muhamad Kurniadi; Asep Nurhikmat; Annisa Kusumaningrum; Aldicky Faizal Amri; Dini Ariani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v16n2.2019.64-72

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangan proses produksi fruit leather berbasis pisang skala UKM kapasitas 50 kg/hari.  Metode penelitian yang digunakan pada tahap pertama adalah melakukan formulasi pisang dengan variasi jenis buah yaitu  F1 (pisang /mangga), F2 (Pisang /nanas) dan F3 (pisang/sirsak) serta dilakukan pengujian kimia, mikrobiologi dan sensoris. Simulasi analisis kelayakan usaha dengan menggunakan kriteria kelayakan  yaitu tingkat keuntungan, Benefit Cost Rasio (BCR ), IRR, NP, Break Event Point dan penentuan tata letak peralatan proses produksi. Data  yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya  diolah dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula terpilih adalah F1 (pisang/mangga) mempunyai karakteristik kimia yang meliputi kadar air 18,00 %, vitamin C 115,80 mg/100g,serat pangan2,98%,pektin 12,80%, gula reduksi 12,65%, Aw 0,521 dan kuat tarik 6,37 N serta paling disukai panelis. Hasil simulasi kelayakan usaha  fruit leather berbasis pisang skala UKM kapasitas 50 kg per hari layak dikembangkan, karena memenuhi kriteria kelayakan usaha yaitu : BCR  1,20; BEP (Rp) 35.111.358,57,-; BEP (unit) 5852, NPV 240.255.699,13, IRR 11,57% , rencana usaha produksi Fruit Leather lebih sensitif terhadap skenario penurunan pendapatan daripada kenaikan biaya. Tata letak peralatan produksi menggunakan bentuk U (U shape). Fruit Leather Production Process Design Based On Middle Small Scale Business Scale (UKM) Capacity 50 Kg/ DayThe aim of this research was to study about desain process of fruit leather production based on banana in home industry scale 50kg/day. The first step was formulated fruit leather based ono banana with varians of fruits i.e. F1 (banana.mango), F2 (banana/pineapple) and F3 (banana/soursop) then analyzed their characteristics (chemical, microbiology and sensory). Business properness analysis simulation used income level, Benefit Cost Ratio (BCR), IRR, NP, Break Event Point and production layout had been done. The data results presented in table and descriptive analyzed. The results showed that selected formula and most preferred and most by panelists was F1 (banana/mango) with water content 18%, vitamin C 115.8 mg/100g, fiber 2.98%, pectin 12.8%, reduction sugra 12.65%, water activity 0.521 and tensile strength of 6.37 N. Simulation results of business properness were BCR 1.20; BEP (Rp) 35.111.358,57; BEP (unit) 5852 NPV 240.255.699,13; IRR 11,57%. Layout of fruit leather production used U shape preferable.
Pengaruh Perlakuan pH dan Suhu Terhadap Sifat Fisikokimia Mocaf (Modified Cassava Flour) nurud diniyah; Pradiska Gita Vindy Ganesha; Achmad Subagio
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v16n3.2019.147-158

Abstract

Peningkatan sifat fungsional pati dapat dilakukan dengan mengubah struktur pati menjadi lebih banyak pada bagian amorf dengan cara perlakuan fermentasi pada umbi singkong terlebih dahulu sehingga dihasilkan Mocaf. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan karakteristik pati Mocaf dengan perlakuan panas dan pengaturan tingkat keasaman (pH) agar dapat digunaan dalam aplikasi yang lebih luas. Perlakuan dalam penelitian ini meliputi variasi suhu pemanasan (60, 70, 80, 90, dan 120 °C) dan pH (3, 4, 5, 6, dan 7) dan diulang sebanyak 3 kali dengan parameter pengukuran meliputi daya kembang, kelarutan, kekeruhan, viskositas pasta, bentuk granula pati, dan sineresis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu pemanasan mempengaruhi nilai daya kembang, kelarutan, viskositas, bentuk granula pati, dan sineresis Mocaf, tetapi menyebabkan penurunan tingkat kekeruhan. Sedangkan penambahan asam dapat mempengaruhi viskositas dan granula pati Mocaf. Effect of pH and Temperature Treatment on Physicochemical Properties of Mocaf (Modiffied Cassava Flour) The changes in the starch’s structure to amorphous can increase the functional characteristics of starch using the fermentation process of cassava to be known as Mocaf. The aim of this study was to determine the physicochemical properties of Mocaf’s starch due to temperature and pH processing. Treatment in this research including various of temperature (60, 70, 80, 90, and 120 °C) dan pH (3, 4, 5, 6, dan 7) in three replications with analysis of swelling power, solubility, viscosity, starch granule, and syneresis. The results of this study indicate that the heating temperature affects the value of swelling power, solubility, viscosity, starch granule, and syneresis of Mocaf, but it causes a decrease of Mocaf’s turbidity. The addition of acid may affect the viscosity and granules of Mocaf’s starch.
Pengaruh Edible Coating Pati Singkong Terhadap Kualitas dan Umur Simpan Buah Pisang Tongka Langit Priscillia Picauly; Gilian Tetelepta
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v16n3.2019.110-115

Abstract

Buah pisang Tongka Langit adalah salah satu jenis buah lokal di Maluku yang memiliki potensi yang baik untuk kesehatan namun umur simpannya pendek. Umur simpan buah dapat diperpanjang dengan menggunakan edible coating. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi pati ubi kayu yang terbaik dalam pelapisan buah pisang Tongka Langit, dan mengamati perubahan fisik dan kimia selama penyimpanan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan konsentrasi pati ubi kayu (1%, 3%, dan 5%) dan ulangan sebanyak tiga kali. Data dianalisis dengan analisis ragam dan diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Parameter yang diamati yaitu kekerasan, susut bobot, total padatan terlarut dan vitamin A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pati ubi kayu berpengaruh terhadap kekerasan, susut bobot, total padatan terlarut dan vitamin A. Pada penelitian ini, konsentrasi pati 3% yang terbaik karena mampu menghambat penurunan nilai kekerasan, kenaikan nilai susut bobot dan total padatan terlarut, serta mempertahankan nilai vitamin A sehingga dapat digunakan untuk memperpanjang umur simpan pisang Tongka Langit. The Effect of Cassava Starch Edibel Coating on Quality and Shelf Life of Tongka Langit BananaTongka Langit banana is one of the local fruit in Maluku which has a good potential for human health, however has short shelf life. Use of edible coating to extend the shelf life of fruit. The aim of this research was to find out the best coating for Tongka Langit banana used different concentration of cassava starch, and observed physical and chemical changes on banana Tongka Langit characteristics during storage. This study used Completely Randomized Design (CRD) with the cassava starch concentration (1%, 3%, 5%) as treatment and repeated three times. Data analyzed by analysis of variance (ANOVA) and tested signification by Tukey.  The parameter observed during the storage were hardness, weight loss, total soluble solids, and vitamin A. The result showed that the concentration of cassava starch significantly affect on hardness, weight loss, total soluble solid, and vitamin A of Tongka Langit banana. The best in this research is cassava starch concentration 3% be able to inhibit decrease of hardness, increase of weight loss and total soluble solid, and integrity vitamin A value so it can be used to extend the shelf life of Tongka Langit banana.
KARAKTERISTIK DAN POTENSI PENGGUNAAN IRIDIATOR MERAH PUTIH UNTUK PENANGANAN PRODUK PANGAN HASIL PERTANIAN Ari Satmoko; Hyundianto Arif Gunawan; Bonang Sigit Trenggono; nFN Mujiono
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v15n3.2018.155-163

Abstract

Iradiator gamma, yang diberi nama iriradiator Merah Putih, telah selesai dibangun dan diisi dengan sumber Cobalt-60 dengan kapasitas sekitar 300 kCi. Dirancang untuk multiguna, iriadiator ini harus dapat menyediakan berbagai dosis serap dari rendah hingga tinggi. Sistem kontrol mengijinkan 4 opsi kombinasi rak-rak sumber dengan opsi aktivitas terkceil adalah 41,2 kCi. Di dalam bungker, produk akan menjalani mekanisme laluan iradiasi dengan tujuan agar mendapatkan dosis serap iradiasi yang beragam. Bungker menyediakan 72 posisi iradiasi. Di setiap posisi iradiasi, gerakan produk dapat dihentikan untuk jeda waktu tertentu menyesuaikan dosis serap iradiasi yang diinginkan. Waktu minimum bagi produk menyelesaikan menkanisme laluan iradiasi adalah 78,5 menit. Pengujian dosis dosimetri menunjukkan bahwa laju dosis serap opsi pengoperasiaan aktivitas sumber terkecil adalah 0,22 kGy per jam. Rasio Dmaks/Dmin bergantung pada densitas produk. Untuk densitas 0,2, 0,4, dan 0,6 g/cm3, rasio keseragaman dosis masing-masing adalah 1,54, 1,65, dan 1,71. Kombinasi karakterisasi mekanik dan dosimetri mengantarkan pada dosis serap minimum yang mungkin diperoleh sebesar 0,29 kGy. Dengan batasan minimum ini, segala tujuan iradiasi yang membutuhkan lebih besar dari dosis tersebut sangat dimungkinkan menggunakan iradiator Merah Putih seperti untuk karantina buah segar, pengawetan biji-biji serelia, buah-buahan kering, dan lain-lain. Permasalahan kapasitas produk juga menjadi bahan pertimbangan. Kapasitas produksi iradiasi bergantung berbagai parameter seperti dosis serap iradiasi yang diinginkan dan densitas produk, serta parameter operasional lainnya. Jika dibutuhkan dosis serap iradiasi Gy dan densitas produk 0,4 gr/cm3, maka kapasitas produksinya adalah 3,17 ton/jam atau 76 ton/hari. Kapasitas dapat berubah bila parameter iradiator juga berubah. Characterisation and Potential use of Irradiator Red and White for Handling Food Product Agricultural.A gamma irrdiator called Irradiator Merah Putih, has been contructed and loaded with Cobalt-60 sources having a total activity of about 300 kCi. Designed for multipurposes, the irriditor should be able to provide low-to-high absorbed doses. The control system allows 4 options for combination of source racks with the smallest activity option is 41.2 kCi. Inside the irridiator bunker, the product to be irradiated will undergo an irridiation source pass mechanism in order to obetain uniform irradition absorbed dose. The bunker provides as many as 72 irradiation positions. At its position, the product maybe stopped for certain period of delight adjusting the desired irradition dose. The minimum time for the product to complete the source pass mechanism is 78.5 minutes. The dosimetry test showed that the absorbed dose rate for the smallest source activy operation was 0.22 kGy/hr. The Dmax/Dmin ratio depend on the product densitiy. For densities 0.2, 0.4, and 0.6 g/cm3, the dose uniformity ratios were respectively 1.54, 1.65, and 1.71. The combination of both mechanical and dosimetry characterization leads to a minimum absorbed dose of 0.29 kGy. With this minimum restriction, any irradiation objective requiring greater than that dose is posible using the irradiator Merah Putih such as for fresh fruit, quarantine, presservation of ceral grains, dried fruits,and others. The irradiator’s throughput is also considered. The irradiation capasity depends on various parameters such as the desired irradiation absorbed dose and the density of thr product as well as other operational paramters. If a 400 Gy of irradiation of absorbed dose is required for a product with the density of 0.4 g/cm3, its production capacity is about 3.17 ton/h or 76 ton/day. The capasity may change when irradiator operational parameters are also change.
Karakterisasi Sifat Fisikokimia, Sensori, Dan Fungsional Nasi Instan Dari Beras Amilosa Rendah kirana sanggrami sasmitaloka; Sri Widowati; Ermi Sukasih
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v17n1.2020.1-14

Abstract

Gaya hidup masyarakat di zaman modern dituntut untuk bergerak cepat termasuk dalam menyiapkan makanan. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif proses untuk mempercepat pengolahan beras dengan tetap mempertahankan nilai gizinya. Beras amilosa rendah memerlukan waktu pemasakan yang cepat dengan tekstur yang pulen sehingga cocok digunakan sebagai bahan baku nasi instan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik fisikokimia, sensori, dan fungsionalnya nasi instan dari beras amilosa rendah. Bahan baku yang digunakan adalah beras Sintanur. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan perlakuan suhu pembekuan (-4oC dan -20oC) dan waktu pembekuan (12, 18, dan 24 jam), diulang empat kali. Proses produksi nasi instan menggunakan beras kadar amilosa rendah terdiri dari perendaman dalam larutan natrium sitrat 5% (1:2), pencucian, pengaronan, pemasakan menggunakan rice cooker, pendinginan pada suhu -20oC selama 24 jam, thawing, dan pengeringan. Hasil analisa ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa suhu pembekuan, waktu pembekuan, dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap karakteristik fisikokimia dan fungsional. Nasi instan memiliki karakteristik waktu rehidrasi 3,19 menit, densitas kamba 0,50 g/ml, rendemen 96,80%, daya serap air 48,73% dan volume pengembangan 154,99%. Nasi instan mengandung kadar air 12,39%, kadar abu 0,67% (bk), kadar lemak 0,18% (bk), kadar protein 0,88% (bk), kadar karbohidrat 90,28% (bk), kadar amilosa 17,28%, dan daya cerna pati 62,37%. Hasil uji sensori menunjukkan bahwa berdasarkan uji kruskal-wallis (p>5%) panelis menyukai warna, rasa, tekstur, aroma, dan penampakan nasi instan pada perlakuan pembekuan suhu -20oC selama 24 jam.Characterization of Physicochemical, sensory, and fungtional Properties of instant rice from low amylose rice.In the modern lifestyle people are required to move quickly, including in preparing food. Therefore, alternative processes should be sought to accelerate rice processing while maintaining its nutritional value. This research aimed to produce instant rice using low amylose content with their physicochemical, sensory, and functional characteristics. Raw material used was Sintanur rice. The experiment was conducted in complete randomized design of factorial with treatments of freezing temperature (-20 and -4oC) and duration (12, 18, and 24 hour), with four replications. The results of analysis of variance (ANOVA) showed that between freezing temperature and duration were significantly different of their physicochemical and functional characteristics (p<0.05). Instant rice production process using low amylose rice consist of soaking in 5% sodium citrate solution (1: 2), washing, staining, cooking using a rice cooker, freezing at -20oC for 24 hours, thawing, and drying. Characteristics of instant rice produced were rehydration time of 3.19 minutes, bulk density of 0,50 g/ml, yield of 96,80%, water absorption of 48,73%, and volume expansion of 154,99%. This product contained of 12,39% moisture, 0,67% ash (db), 0,18% fat (db), 0,88% protein (db), 90,28% carbohydrate (db), 17,28 amylose, and 62,37% starch digestibility.  Sensory test results showed that the panelists liked the color, taste, texture, aroma, and appearance of instant rice.
Aplikasi Ekstrak Kesumba (Bixa Orellanna. L) Sebagai Sumber Pewarna dan Antioksidan Alami Isti Handayani; nFN Sujiman
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v16n3.2019.137-146

Abstract

Kesumba (Bixa orellana L.) telah digunakan sebagai pewarna alami di banyak industri, tetapi penggunaan dalam makanan tradisional Indonesia belum banyak digunakan. Penelitian ini mengkaji aplikasi ekstrak kesumba sebagai sumber pewarna dan antioksidan alami pada getuk singkong. Ekstraksi dilakukan dengan metode sokletasi menggunakan tiga jenis pelarut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh jenis pelarut dan konsentrasi ekstrak kesumba terhadap warna, total karotenoid, total fenol dan FFA getuk singkong. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah heksana (non polar), kloroform (semi-polar) dan etanol (polar) pada konsentrasi ekstrak 1%; 2%; dan 3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak heksana 3% yang diukur menggunakan kamus warna Munsell dan secara sensorik menghasilkan warna oranye dengan nilai Hue: 7.5 YR (Yellow Red = merah kekuningan); Value: 7, dan kroma: 10, serta menghasilkan tingkat kesukaan paling tinggi. Peningkatan konsentrasi ekstrak yang ditambahkan menghasilkan peningkatan kroma (intensitas warna). Kadar karotenoid tertinggi (0,33 mg / g), dihasilkan pada penambahan ekstrak heksana 2% dan kadar fenol total tertinggi (38,95 mg / 100 g) dihasilkan ekstrak heksana 3%. Asam lemak bebas terendah (0,15%) dihasilkan pada penambahan ekstrak heksana 1% walaupun tidak ada bedanya dengan penambahan ekstrak kloroform 1%. Application of Kesumba Extract (Bixa orellanna. L)as Anaural Colorant and Antioxidant in Cassava GetukKesumba (Bixa orellana L.) has been used as natural colourant in many industries. However its usage for Indonesian tranditional foods is still limeted. This study examined aplication of kesumba extract as natural colourant as well as antioxidants sources on getuk cassava. The extraction was performed throught soxhletation method using three types of solvents. This research aimed to evaluate the influence of solvent types and concentrations of the extract to colour, total carotenoid, total phenol and FFA of getuk cassava. This research was designed using a randomized block design (RBD). Solvents used for extraction were hexane (non polar), chloroform (semi-polar) and ethanol (polar) and the concentration of the extracts 1%; 2%; and 3%.  The results showed that 3% of hexane, measured using the Munsell Color resulted in an orange colour (hue: 7,5 YR; value: 7, chroma:10), as well as sensory test, which obtained the most preference by the panelists. Increasing the extract concentration yielded in enhance of chroma (colour intensity). The 2% of hexane extract produced the highest levels of carotenoids (0.33 mg/g), while the highest levels of total phenols (38.95 mg/100 g) was treated from 3% of hexane extract. The lowest of free fatty acids (0.15%) was obtained at 1% of hexane extract although no differentces to 1% of chloroform extract.

Filter by Year

2004 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 18, No 3 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 3 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 3 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Journal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 2 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 2 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 1, No 1 (2004): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian More Issue