cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue " Vol 1, No 1 (2013)" : 8 Documents clear
DIAGNOSIS DAN PENANGANAN OBSTETRIC ANAL SPHINCTER INJURY (OASI) Harry Wijaya Surya, I Gede
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anatomi dari sfingter ani kurang diketahui dan dipahami oleh dokter dan bidan. Sebuah klasifikasi cedera perineum telah diperkenalkan dan protokol untuk reparasi telah diusulkan untuk memfasilitasi diagnosa dan penanganan cedera sfingter ani dengan tepat. Pelatihan khusus merupakan syarat mutlak sebelum melaksanakan reparasi sfingter. Reparasi sfingter harus dilaksanakan atau disupervisi oleh ahli yang berpengalaman dan harus dicatat dengan seksama apa yang ditemukan dan teknik reparasi yang dikerjakan. Follow up dan komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga pasien dan dokter pribadi pasien merupakan hal yang mendasar. Karena seksio sesarea bukan merupakan tindakan tanpa morbiditas dan mortalitas, maka konseling yang tepat mengenai rekomendasi tentang cara persalinan perlu dilakukan berkaitan dengan kehamilan berikutnya.
DISLIPIDEMIA SEBAGAI FAKTOR RESIKO PRE EKLAMPSIA Jembawan, Made Wenata
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Preeklampsia merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnya. Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Sampai saat ini, terdapat empat hipotesa yang diduga berperan dalam terjadinya preeklampsia yaitu 1) iskemia plasenta, 2) very low-density lipoprotein versus toxicity-preventing activity, 3 ) Maladaptasi imun, dan 4 ) faktor genetik. 35 Asam lemak bebas merupakan sumber energi yang penting untuk jaringan yang berasal dari metabolisme trigliserida dan lipoprotein. Setiap lipoprotein terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserid, fosfolipid, dan apoprotein.16 Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam Plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL..5 Pada kondisis patologik ( Preeklamsipsia ) akan terjadi tekanan pada retikulum endoplasma melalui 3 cara : Terjadi iskemia dan hipoksia dapat memicu tekanan pada retikulum endoplasma melalui gangguan homeostatis kalsium, tetapi juga dapat menyebabkan peningkatan generasi spesies oksigen reaktif  ( ROS ) melalui jalur mitikondria. Pelipatan protein merupakan peristiwa oksidatif yang menghasilkan spesies oksigen reaktif. ( ROS ). Beban sekresi tinggi atau usaha berulang kali untuk melipat kembali protein yang gagal melipat dapat mengakibatkan peningkatan konsentrasi ROS intraseluler.Respon protein yang tidak terlipat ( UPR ) dapat mengaktifkan beberapa jalur sinyal inflamasi intraseluler yang sama sebagai tekanan oksidatif. 28,32,38 Tekanan retikulum endoplasma terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara permintaan seluler akan fungsi dan kapasitas retikulum endoplasma. Hal ini dideteksi oleh GRP78 ( BiP ), yang berada pada reseptor di lumen membran . Protein yang gagal melipat bersaing mengikat GRP78, yang melepaskan reseptor sebagai alarm yang mengaktifkan respon protein tidak lipat. Hal ini melibatkan jalur sinyal retikulum endoplasma ke inti yang mengaktifkan kembali aktifitas seluler secara normal. Bantuan lebih dipelukan dengan meningkatkan produksi pendamping untuk mengatasi kemacetan proein yang gagal melipat dan mulai memindahkan mereka. 30,36 Lipogenesis sangat tergantung pada kondisi makanan untuk aktifitas dan dapat dirangsang dengan makan karbahidrat yang tinggi dan dihambat oleh keadaan puasa. SERBP-1c merupakan anggota keluarga SERBP faktror transkripsi, dan respon elemen karbohidrat pengikat protein ( ChREBP ) muncul sebagai faktor transkripsi yang terlibat dalam transkripsi insulin dan glukosa pada ekspresi gen lipogenik di hati. 27 Respon dipicu ketika tiga alarm tekanan  retikulum endoplasma pada membran dikeluarkan GRP78: PERK( Protein kinase retikulum endoplasma ), ATF6? ( Faktor pengaktif transkripsi 6? ), dan IRE1 (inositol yang memerlukan enzim1). PERK fosforilasi inisiasi eukariotik faktor 2? ( elF6?, yang merupakan kunci jalur produksi protein dan mengurangi sintesis protein baru, hal ini memberi waktu untuk memyelesaikan kemacetan pada retikulum endoplasma. . 23,36
KADARLOW DENSITY LIPOPROTEIN SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA PREEKLAMPSIA : STUDI KASUS KONTROL Artana Putra, Wayan
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Sampai saat ini etiologi dan patogenesis preeklampsia masih belum diketahui dengan pasti. Very Low Density Lipoprotein versus Toxicity Preventing Activity salah satu dari empat hipotesis yang diduga berperan terjadinya preeclampsia. Tujuan : Untuk mengetahui risiko Preeklampsia pada peningkatan kadar Low density  lipoprotein pada ibu hamil .   Bahan dan cara kerja :  Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol. Sampel darah 27 kasus kehamilan dengan preeklampsia dan 27 kontrol hamil normal masing – masing sesuai umur ibu, umur kehamilan dan paritas, selanjutnya kadar LDL diperiksa dengan menggunakan chloletest LDL. Analisa data dilakukan dengan uji t-independent. Untuk mengetahui hubungan kadar  LDL terhadap kejadian preeklampsia dipakai uji Chi-Square   Hasil : Diperoleh hasil yang tidak bermakna (p>0,05) rerata umur ibu kelompok preeclampsia sebesar 29,19±6,70, sedangkan  kelompok hamil  normal sebesar 25,67±4,71.  Rerata paritas kelompok preeklampsia adalah 2,30±1,35 dan kelompok hamil normal adalah 1,78±0,85, dan rerata umur kehamilan kelompok preeklampsia adalah 38,44±2,00 dan rerata kelompok hamil normal adalah 39,44±1,40. Berdasarkan hasil analisis dengan uji t-independent didapatkan bahwa karakteristik subjek pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p>0,05). Rerata kadar LDL kelompok preeklampsia sebesar 160,19±37,11 sedangkan rerata kadar LDL kelompok hamil normal sebesar 108,39±26,50 dan berbeda secara bermakna (p<0,05).  Jadi didapatkan bahwa kadar  LDL kelompok preeklampsia lebih tinggi dibandingkan rerata kadar  LDL kelompok hamil normal.  Untuk mengetahui hubungan kadar  LDL terhadap kejadian preeklampsia dipakai uji Chi-Square, sedangkan nilai rasio odds digunakan nilai perbandingan ad/bc, menunjukkan bahwa peningkatan kadar LDL dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia sebesar  18 kali (RO = 17,875; IK 95% = 1,26-151,61; p=0,002).   Kesimpulan:Peningkatan kadar LDL selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia sebesar 18 kali.   Kata Kunci: Preeklampsia, kadar LDL.  
MODIFIKASI INDEKS RISIKO KEGANASAN SEBAGAI MODALITAS DIAGNOSTIK PREOPERATIF UNTUK MEMPREDIKSI KEGANASAN TUMOR OVARIUM : SUATU UJI DIAGNOSTIK Upadana Pemaron, I B
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Kanker ovarium merupakan salah satu penyakit kanker yang banyak dijumpai pada wanita dan sering disebut sebagai “Silent Killer” karena diagnosa baru diketahui setelah penderita sudah memasuki stadium lanjut. Oleh karena itu, deteksi dini untuk mengetahui sejak dini adanya kanker ovarium sangat diperlukan. Kebanyakan mereka yang diketahui kanker ovarium pada stadium awal akan mempunyai harapan hidup yang lebih baik. Akan tetapi pemeriksaan skrining untuk mendeteksi adanya kanker ovarium sejak dini sangat sulit. Bila dilakukan pemeriksaan USG atau tumor marker saja, akurasi untuk memprediksi keganasan tumor ovarium kurang akurat. Diperlukan beberapa kombinasi pemeriksaan untuk bisa mendiagnosa keganasan ovarium. Risk of malignancy Index (RMI) adalah integrasi dari pemeriksaan kadar serum CA125, status menopause penderita, dan temuan ultrasonografi. Dengan cut off value 200, digunakan untuk membedakan antara tumor ovarium yang jinak dan ganas, dengan sensitivitas 87% dan spesifisitas 97%. Dengan melakukan modifikasi dari RMI ini, diharapkan pemeriksaan lebih mudah dan akurasinya sama. Tujuan: untuk mengetahui akurasi Modifikasi Indeks Risiko Keganasan sebagai modalitas diagnostik preoperatif dalam memprediksi keganasan tumor ovarium. Bahan dan cara : Penelitian ini merupakan suatu studi prospektif uji diagnostik. Uji diagnostik yang diuji adalah Modifikasi Indeks Risiko Keganasan sebagai modalitas diagnostik preoperatif untuk memprediksi keganasan tumor ovarium yang dibandingkan dengan hasil pemeriksaan histopatologis sebagai gold standard. Populasi penelitian adalah semua penderita dengan diagnosis tumor ovarium yang datang ke Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP Sanglah Denpasar. Setelah didapatkan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi, dilakukan penghitungan nilai Modifikasi Indeks Risiko Keganasan yaitu dengan formula U (ultrasonografi skor) x M (menopause status) x serum CA125 (U/ml). Kemudian dibandingkan dengan hasil pemeriksaan histopatologis tumor ovarium   Hasil : batas (Cut-Off) nilai Modifikasi Indeks Risiko Keganasan sebagai petanda tumor ganas atau jinak adalah 119. Bila >119 dinyatakan ganas, bila <119 dinyatakan jinak. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa Sensitivitas = 93,33%; Spesifisitas = 95%; Nilai duga positif = 93,33%); Nilai duga negatif = 95%; Rasio Kemungkinan positif = 18,67; Rasio Kemungkinan negatif = 0,07. Kesimpulan : Modifikasi Indeks Risiko Keganasan sebagai modalitas diagnostik preoperatif untuk memprediksi keganasan tumor ovarium mempunyai nilai Sensitivitas sebesar 93,33% dan Spesifisitas sebesar 95%. Bila dibandingkan dengan RMI, nilai sensitivitas lebih tinggi dan nilai spesifisitas hampir sama. Kata kunci : Keganasan tumor ovarium, Modifikasi Indeks Risiko Keganasan, Pemeriksaan histopatologis.
PENDIRIAN KLINIK PERINEUM UNTUK PENANGANAN MASALAH POSTPARTUM Anantasika, AAN.
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah yang muncul pada periode postpartum merupakan bagian yang tak terpisahkan pada perawatan wanita pasca melahirkan. Idealnya, sebuah tim dengan pengalaman dan pengetahuan yang baik memberikan pelayanan kepada para wanita postpartum ini melalui sebuah klinik yang khusus menangani masalah tersebut. Klinik perineum merupakan suatu bentuk tata laksana ideal guna menambah pengetahuan para dokter ahli obstetri, mengembangkan kemampuan, dan menyediakan pelayanan yang komprehensif. Telah dijelaskan model klinik perineum, beserta manfaat dan kekurangannya. Nilai dari keberadaan klinik perineum ini sangatlah baik dan tidak perlu diragukan manfaatnya. Namun bentuk dan pengelolaannya di setiap rumah sakit disesuaikan dengan kemampuan di setiap rumah sakit tersebut dan sangat tergantung pada sumber daya yang ada.
PERAN SITOKIN PADA PREEKLAMPSIA Artana Putra, Wayan
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang merupakan kelainan multifaktorial yang ditandai dengan tekanan darah sistolik ? 140 mmHg atau diastolik ? 90 mmHg pada waktu pasien beristirahat di tempat tidur pada sekurangnya dua kali pengukuran dalam 6 jam, dan proteinuria ? 0,3 gr/24 jam, yang terjadi sesudah umur kehamilan 20 minggu. Preeklampsia adalah penyakit pada kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria sesudah umur kehamilan 20 minggu. Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui Saat ini hipotesis mengenai penyebab dari preeklampsia secara garis besar yaitu: iskemia plasenta, very low-density lipoprotein (VLDL) versus toxicity-preventing activity, preeklampsia sebagai penyakit genetik, dan immune maladaptation.   Sitokin merupakan mediator polipeptida terlarut yang menjaga komunikasi dengan leukosit dan jaringan serta organ lain. Sel endotel selain berfungsi sebagai target sitokin juga merupakan sumber sitokin. Sitokin mengaktivasi endotel melalui pembentukan thrombus dan inflamasi.Pada pembentukan thrombus, sitokin menginduksi aktifitas prokoagulan protein C dan menghambat penghancuran fibrin. Beberapa contoh sitokin yang berperan dalam reaksi imunologi yang terjadi pada pasien preeclampsia, antara lain: Tumor necrosis factor-? (TNF-?), Interleukin-6 (IL-6), IL-Ira, IL-1?, IL-2, IL-4, IL-10, IL-12p40, IL-12p70, IL-18, Chemokine seperti IL-8, IP-10, dan Monocyte chemotactic protein (MCP), Molekul adhesi seperti VCAM-1 dan ICAM-1.  
SKRINING DAN DIAGNOSIS THALASEMIA DALAM KEHAMILAN Wiradnyana, A A G P
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Talasemia merupakan defek genetik yang disebabkan oleh penurunan kecepatan sintesis atau  kemampuan  produksi satu  atau  lebih rantai globin ? atau ? ataupun rantai globin lainnya sehingga terjadi delesi total atau parsial gen globin dan substitusi, delesi atau insersi nukleotida.Sebagian besar kelainan hemoglobin dan jenis talasemia merupakan hasil kelainan mutasi pada gamet yang terjadi pada replikasi DNA.Ketidakseimbangan sintesis rantai alpha atau rantai non alpha, khususnya kekurangan sintesis rantai  ? akan menyebabkan kurangnya pembentukan Hb.Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkanmaka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.Terdapat banyak varian  talasemia namun yang tersering adalah talasemia ? dan ?. Rekomendasi teknik dan metode laboratorium diagnosis talasemiadi Indonesia yaitu dilakukan pemeriksaan MCV dan MCH digunakan untuk uji saring awal. Dengan nilai batas (cut-off) yang digunakan untuk uji saring awal adalah MCV< 80 fL dan MCH < 27 pg. Pemeriksaan feritin digunakan untuk menyingkirkan diagnosis anemia defisiensi besi yang memberikan hasil positif palsu pada diagnosis talasemia. Pemeriksaan Hb typing dengan elektroforesis otomatis memberikan nilai diagnostik yang akurat dengan angka spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi.Bila tidak ada metode otomatis maka dapat digunakan metode manual kuantitatif antara lain mengukur kadar Hb A2 dengan mikrokolom kromatografi, Hb F dengan metode Betke denaturasi 2 menit serta penentuan fraksi Hb varian dengan elektroforesis cara manual. Pemeriksaan analisis DNA digunakan untuk diagnosis prenatal.Teknik dan metode uji saring talasemia di Indonesia disesuaikan dengan ketersediaan sarana, prasarana dan sumber daya manusia. Program  pencegahan  talasemia harus dilakukan untuk mengurangi jumlah pasien talasemia di Indonesia karena dari sisi biaya pencegahan talasemia membutuhkan lebih sedikit biaya daripada  terapi  pasien  talasemia, sementara dari sisi pasien talasemia akan menyebabkan tumbuh kembang tidak optimal. Kebijakan, strategi dan pelaksanaan program pencegahan talasemia diIndonesia harus meliputi kegiatan edukasi, skrining, konseling dan registrasi dengan memerhatikan faktor sosioetikolegal. Skrining dilakukan terhadap anggota keluarga pengidap talasemia (retrospektif).Skrining pranatal dilakukan terhadap ibu hamil pada saat kunjungan pertama. Skrining prakonsepsi dilakukan terhadap pasangan yang sudah menikah dan berencana mempunyai anak. Skrining pranikah dilakukan terhadap individu/pasangan yang akan menikah. Individu yang teridentifikasi talasemia (karier/intermedia/mayor) selanjutnya dirujuk ke spesialis penyakit dalam (usia> 18 tahun), spesialis anak (usia ? 18 tahun) atau spesialis obstetri ginekologi (pada ibu hamil).
UPAYA PENCEGAHAN PROLAPS ORGAN PANGGUL Megadhana, Wayan
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prolaps organ panggul (POP) adalah turunnya organ – organ yang mengisi daerah panggul yaitu: uterus, kandung kemih dan rektum, dari posisi anatomis yang normal masuk ke vagina atau sebagian sekitar 2% sampai menonjol keluar dari vagina. Prevalensi prolaps organ panggul secara epidemiologi berkisar 30 – 45% pada wanita usia diatas 50 tahun atau dengan status pascamenopause. Prolpas organ panggul dapat dibagi menurut tipenya, yaitu: prolaps uterus, prolaps dinding anterior vagina yaitu kandung kemih (sistokel) dan prolaps dinding posterior vagina yaitu rektum (rektokel). Kekuatan organ panggul terletak pada sistem penyokong organ panggul yang terdiri dari fasia endopelvis, otot levator ani (puborektalis, pubokoksigeus dan iliokoksigeus), ligamentum sakrouterina, ligamentum kardinal dan badan perineum atau perineal body.Penyebab terjadinya POP bersifat kompleks dan multifaktorial. Adapun faktor penyebabnya meliputi: demografi (usia, status pascamenopause), obstetri (paritas, persalinan pervaginam, instrumentasi pervaginam), operasi daerah pelvis (histerektomi, operasi POP), gangguan pencernaan (konstipasi kronik), gangguan jaringan penyokong (Ehlers-Danlos/Benign joint, hypermobility syndrome, Marfan syndrome). pola hidup (obesitas, merokok, penyakit gangguan pernafasan, olahraga yang berlebihan), genetik (riwayat keluarga, kulit putih). Kendati demikian faktor utama penyebab POP sampai saat ini disebabkan persalinan pervaginam dimana terjadi trauma pada otot – otot dasar panggul (muscle trauma) berupa peregangan maksimal dan penekanan keberadaan bayi dan cedera pada persyarafan (neuropathy injury) baik saat mengandung maupun saat persalinan dengan tindakan mengedan. Upaya pencegahan menjadi jawaban utama untuk mencegah terjadinya POP, ini dikarenakan biaya operasi POP sangat besar, memerlukan tenaga yang profesional serta rekurensi POP cukup besar sekitar 13% pasien akan kembali dioperasi dalam 5 tahun kemudian. Adapun upaya pencegahan dapat berupa perencanaan sectio cesarea pada pasien yang memiliki indikasi, mengurangi berat badan dengan menjalani pola hidup sehat karena dengan berat badan ideal maka akan mengurangi tekanan dan trauma pada otot dasar panggul, melakukan secara teratur senam Kegel untuk memperkuat otot dasar panggul dan pemberian terapi Hormone Replacement Therapy (HRT) berupa estrogen dan konjugasinya yang akan memperkuat ligament, otot dan mukosa vagina. Ada beberapa bentuk sediaan yang dapat digunakan terutama yang sesuai dengan kenyamanan penggunanya.

Page 1 of 1 | Total Record : 8