cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan" : 11 Documents clear
NATURAL AND SYNTHETIC ANTIMICROBIALS AGENT FOR TEXTILE: A REVIEW Try Purwanti; Nissa Nurfajrin Solihat; Widya Fatriasari; Deded Sarip Nawaw
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i2.7081

Abstract

Raising public health awareness of personal hygiene, particularly in the context of the Covid-19 situation, has increased the research on antimicrobial textiles, not only for medical devices but also for daily wear. Textiles, particularly natural-based fibers, have a large surface area that can retain moisture for microorganism growth, resulting in a pathogenic effect on the user. As a result of the high demand for natural-based textiles, various approaches to applying antimicrobial agents to natural fabrics have been investigated. Any antimicrobial treatments used in textiles must be human-safe, effective against pathogenic microbial, and resistant to non-pathogenic microbial in skin. Antimicrobial agents are classified into two types: natural and synthetic. Both types have certain advantage and disadvantage, but they have the same crucial parameters such as antimicrobial agent concentration, bacterium species, and finishing procedures to improve durability and efficacy. This paper discusses the use of natural and synthetic antimicrobial agents on natural fiber, with natural antimicrobials including lignin, chitosan, and tannin, and synthetic antimicrobials including metal, organic, and inorganic compounds. The application method of them on fabrics is also presented.
PROSES PRODUKSI KATALIS CaO/γ-Al2O3 DENGAN METODE IMPREGNASI DALAM PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA Andi Suryanto; Wahyuni Wahyuni
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i2.7127

Abstract

 Abstrak Biodiesel merupakan energi alternatif pengganti bahan bakar solar pada mesin diesel. Biodiesel diproduksi melalui reaksi transesterifikasi dari minyak nabati. Biodiesel dari minyak nabati merupakan energi baru terbarukan dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh katalis CaO/γ-Al2O3 terhadap perolehan biodiesel. Pembuatan biodiesel menggunakan katalis padatan CaO/γ-Al2O3 yang diproduksi dengan metode impregnasi dan dikarakterisasi dengan uji XRD dan SEM. Hasil uji XRD menunjukkan adanya gumpalan yang menempel padat sudut 29,57 dan 43,34 O serta hasil uji morfologi CaO mempunyai butiran yang hampir sama dengan ukuran partikel 5,844 µm. Perolehan yield metil ester dengan bahan baku minyak kelapa pada ratio mol 1:9 konsentrasi katalis 2,5% dengan waktu reaksi 3 menit pemanasan microwave sebesar 35%. Biodiesel dikarakterisasi dengan nilai viskositas 2,6 mm/s2 , densitas 0,86 gr/mL dan nilai angka asam. Karakteristik biodiesel yang dihasilkan telah memenuhi standar SNI. 
KANDUNGAN ASAM AMINO DAN ASAM LEMAK KAKAO BUBUK TIDAK FERMENTASI DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN UAP PANAS SUHU RENDAH Melia Ariyanti; Rosniati Rosniati; Medan Yumas; Wahyuni Wahyuni; Dwi Indriana
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i2.7052

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan asam amino dan asam lemak pada kakao bubuk yang tidak difermentasi dengan perlakuan penyangraian uap panas suhu rendah. Metode penelitian eksperimen teknologi proses pengolahan bubuk kakao kaya flavonoid dengan perlakuan metode blanching dengan steaming (uap panas), pengeringan biji kakao, dan penyangraian (roasting) menggunakan metode Low Temperature Short Time. Bahan baku yang digunakan yaitu buah kakao berasal dari Kab. Bantaeng Sulawesi Selatan. Parameter yang dianalisis yaitu kandungan asam amino dan asam lemak kakao bubuk yang disangrai dan tidak disangrai, dibandingkan dengan biji kakao kering menggunakan metode kromatografi gas dan LCMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak tertinggi pada biji kakao kering yaitu Metil Oktadekanoat (32,16%), pada kakao bubuk tidak disangrai dan disangrai yaitu Cis-9-Oleic Metil Ester (31,56%). Sedangkan asam amino tertinggi pada biji kakao kering yaitu L-Arginin (1,13%). L-Lisin sebagai asam amino tertinggi pada kakao bubuk tidak disangrai dan disangrai masing-masing sebesar 6,76% dan 4,8%. Untuk jenis asam amino terendah pada biji dan bubuk kakao yaitu L-Sistein pada biji kakao kering (0,001%), kakao bubuk tidak sangrai (0,07%) dan kakao bubuk disangrai (0,06%).
KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH YANG DIHASILKAN DARI BERBAGAI WAKTU PENYULINGAN Justus Elisa Loppies; Rahmad Wahyudi; Ardiansyah Ardiansyah; Endang Sri Rejeki; Aulia Winaldi
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i2.7489

Abstract

Kualitas minyak atsiri daun cengkih merupakan indikator keberhasilan dalam proses penyulingan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas minyak atsiri daun cengkih yang dihasilkan dari berbagai waktu penyulingan. Metode observasi digunakan untuk menjelaskan spesifikasi minyak atsiri daun cengkih yang dihasilkan selama penyulingan 2, 4, 6 dan 8 jam. Spesifikasi yang diukur meliputi: warna, bau, kelarutan dalam etanol, kadar eugenol, dan ß-caryophyllene. Hasil penelitian menunjukkan minyak atsiri yang dihasilkan pada penyulingan dengan waktu 2 jam sesuai SNI 06-2387-2006. Waktu optimum untuk pelepasan minyak atsiri dari simplisia daun cengkih adalah 2–4 jam, dengan kadar eugenol 34,01–86,33%. Kriteria atsiri yang diperoleh yaitu berwarna kuning, bau khas minyak cengkih, kelarutan dalam etanol 1:2, eugenol 34,01–86,33% dan ß-caryophyllene 8,15–46,58%. Pelepasan eugenol dari simplisia bahan menjadi berkurang dan tidak efektif pada penyulingan 6–8 jam. Hasil penelitian ini menjadi rujukan untuk penggolongan kualitas minyak atsiri berdasarkan lama waktu penyulingan.  
FERMENTASI BIJI KAKAO MENGGUNAKAN KOTAK DARI KULIT SAPI KERING Anwardi Harun Rustam Effendi
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i2.7161

Abstract

ABSTRAK: Kulit sapi memiliki sifat fisik yang sangat baik sehingga akan berpengaruh terhadap proses fermentasi biji kakao. Penggunaan kulit sapi sebagai kotak fermentasi berkaitan dengan sifat bahan yang dapat mengendalikan perubahan suhu secara ekstrim. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan suhu dan indeks fermentasi selama proses fermentasi menggunakan kotak dari kulit sapi dan kotak kayu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dan analisis dengan perlakuan jenis kotak fermentasi yang berbeda (kotak kulit sapi kering, kotak kayu dan Styrofoam). Proses fermentasi dilakukan selama 5 hari, selanjutnya biji kakao dikeringkan kemudian dianalisa parameter uji yaitu indeks fermentasi dan perubahan suhu selama proses fermnetasi. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa fermentasi biji kakao menggunakan kotak dari kulit sapi 5 hari menunjukan hasil yang terbaik ditandai suhu selama proses fermentasi yaitu naik lebih cepat dibandingkan suhu fermentasi menggunakan kotak dari kayu yaitu 35°C pada hari kedua sedangkan hari ke-tiga dan Ke-empat suhu fermentasi konstan 45°C. Untuk indeks fermentasi biji kakao kotak fermentasi dari kulit sapi kering adalah 0,96 sedangkan indeks fermentasi biji kakao kotak fermentasi dari kayu adalah 0,94.  Kata kunci: fermentasi, biji  kakao, kulit sapi, indeks fermentasi
MODEL PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI COCO FIBER DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Meilizar - Meilizar
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i2.7529

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu model pengembangan agroindustri cocofiber di Kabupaten Padang Pariaman. Besarnya angka ketersediaan sabut kelapa yang tidak termanfaatkan di Kabupaten Padang Pariaman menjadi salah satu faktor pendorong untuk mengembangkan agroindustri cocofiber. Dalam pengembangan agroindustri cocofiber ada beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan yaitu: penentuan strategi pengembangan agroindustri cocofiber, pemilihan sumber bahan baku, penentuan lokasi potensial, model perencanaan produksi dan analisis kelayakan finansial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dapat dikembangkan berdasarkan analisis SWOT adalah melalui integrasi horizontal dimana agroindustri cocofiber bekerja sama dengan industri pengolahan kelapa sebagai sumber pasokan sabut kelapa. Analisis pemilihan sumber bahan baku dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) menyatakan IKM Kopra sebagai sumber bahan baku yang terpilih. Kecamatan Sungai Limau menjadi lokasi pabrik terpilih berdasarkan metode gravity location model. Berdasarkan analisis finansial dan perencanaan produksi didapatkan total ongkos produksi sebesar Rp46.410.337 dengan NPV sebesar Rp96.693.192, IRR sebesar 11,2%, B/C Ratio sebesar 1,4406, BEP sebesar 137.975 kg, dan PBP selama 4 tahun 0 bulan 9 hari dan keputusan pengembangan agroindustri cocofiber adalah layak untuk dijalankan.
KARAKTERISTIK KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN SIFAT ORGANOLEPTIK MILK CHOCOLATE ANALOG DARI BIJI KAKAO TANPA FERMENTASI (UNFERMENTED) DENGAN PENAMBAHAN CRUDE STEARIN DAN POLIFENOL Rosniati Kasim; Kalsum Kalsum; Jamilah Jamilah; khaerunnisa khaerunnisa
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i2.7156

Abstract

 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia, mikrobiologi, dan sifat organoleptik milk chocolate yang dibuat dari biji kakao tanpa fermentasi dengan penambahan crude stearin dan polifenol. Penelitian ini terdiri dari 8 perlakuan yaitu CA0T (CBS 25%), CA0P (CBS 25% dan polifenol 0,2%), CA1T (crude stearin 2,5% dan CBS 22,5%), CA1P (crude stearin 2,5%, CBS 22,5%, dan polifenol 0,2%), CA2T (crude stearin 5% dan CBS 20%), CA2P (crude stearin 5%, CBS 20%, dan polifenol 0,2%), CA3T (crude stearin 10% dan CBS 15%), dan CA3P (crude stearin 10%, CBS 15%, dan polifenol 0,2%). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan analisis data secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan CA2P menghasilkan produk milk chocolate yang terbaik di antara semua perlakuan lainnya dengan karakteristik kadar air 6,8%, polifenol 0,305%, asam lemak bebas, 1,26%, angka lempeng total 0,31x102 koloni/g, sedangkan hasil uji organoleptik panelis rata-rata menyukai aroma, rasa, tekstur, dan penampakan dengan nilai numerik masing-masing 3,45; 3,56; 3,65; dan 3,70. Penambahan crude stearin 5%, CBS 20%, dan polifenol 0,2% menghasilkan milk chocolate analog dengan karakteristik kimia, mikrobiologi, dan sifat organoleptik yang terbaik diantara semua perlakuan
KARAKTERISTIK MUTU DAN MASA SIMPAN SARI BUAH JERUK MANIS DARI SELAYAR DAN MALANGKE Sitti Ramlah; Kalsum Kalsum; Medan Yumas
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i2.7187

Abstract

Abstrak : Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui karakteristik mutu dan masa simpan sari buah jeruk manis Selayar dan Malangke. Bahan baku yang digunakan adalah  jeruk manis Selayar dan Malangke, bahan penolong  gula sukrosa, CMC, asam sitrat dan natrium benzoat. Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu; Penelitian Pendahuluan dan Penelitian Lanjutan. Penelitian pendahuluan untuk mendapatkan proses dan formula yang tepat. Penelitian Lanjutan menggunakan perlakuan Asal jeruk manis, yaitu Selayar dan Malangke, Konsentrasi natrium benzoate, yaitu; 0, 0,03, 0,06 %,  Lama Penyimpanan yaitu; 0, 1, 2, 3, 4, 5 minggu. Penelitian ini menggunakan metode  eksperimen dan analisis data secara deskriptif.  Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sari buah jeruk manis Selayar mempunyai karakteristik mengandung  kadar gula  22,40 - 28,20 %,  vitamin C  8,42 -  9,93 %,  pH  4,0 - 4,9 , sedangkan  sari buah jeruk manis Malangke mengandung kadar gula 28,25 - 34,60 %, kadar vitamin C 3,52 - 4,92 %, pH 3,8 -4,6. Penggunaan 0,06% natrium benzoate dapat memperpanjang masa simpan  sari buah jeruk manis Selayar dan Malangke hingga lama penyimpanan 5 minggu dan mempunyai rasa yang disukai panelis serta kandungan ALT yang memenuhi syarat mutu untuk minuman sari buah SNI 3719-2014.Kata kunci : Jeruk manis, sari buah, Selayar, Malangke, karakteristik.
KOMPOSISI KIMIA, POTENSI ANTIOKSIDAN DAN ANTIMIKROBA SERTA MANFAAT KESEHATAN TEH PUTIH Nurul Azizah Choiriyah; Arya Putra Sundjaja
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i2.6689

Abstract

Teh putih merupakan jenis teh yang melibatkan proses paling sederhana dibandingkan jenis teh lainnya karena tidak melibatkan oksidasi enzimatis dan fermentasi. Teh putih mengandung berbagai senyawa kimia yang berfungsi sebagai antioksidan dan antimikroba sehingga memiliki berbagai macam efek terhadap kesehatan. Senyawa kimia juga berfungsi sebagai pembentuk flavor. Tujuan dari review ini adalah mengulas kandungan kimia teh putih yang berkontribusi terhadap pembentuk flavor, potensi antioksidan, antimikroba dan manfaat kesehatan. Senyawa yang berkontribusi terhadap pembentuk rasa pada teh putih diantaranya katekin, asam amino, kafein dan theasinensin. Terdapat 16 senyawa aktif aroma pada teh putih sebagai berikut kamfena, linalool, trans-β-damascenone, 2-hexanone, benzeneacetaldehyde, safranal, 3-hexanol, cis-linalool oxide, trans-linalool-oxide, hotrienol, geraniol, benzil alkohol, αterpineol, trans-β-ionone, indol dan fenil etil alkohol. Antioksidan pada teh putih diantaranya polifenol, katekin, tanin dan flavonoid. Manfaat kesehatan teh putih diantaranya untuk meregulasi metabolisme lipid, antidiabetes, anti proliferasi dan menjaga kepadatan tulang.  Kata kunci: antioksidan, antimikroba, flavor, teh putih
PEMBUATAN BIOBRIKET DARI SERASAH DAN AMPAS KOPI SERTA PENAMBAHAN LIMBAH BUBUK KAKAO SEBAGAI PENGAROMA Achmad Hadiasyah; Alimuddin Hamzah Assegaf; Farid Samawi
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i2.7101

Abstract

Serasah memiliki nilai kalori sebesar 6180,41 kal/g (Naparin dkk, 2019) dan ampas kopi memiliki nilai kalori sebesar 4713 kal/g (Kusuma et al, 2017), merupakan contoh jenis sampah organik yang bisa di manfaatkan sebagai sumber energi alternatif dalam bentuk biobriket. Biobriket adalah kumpulan arang dari biomassa yang telah terkarbonisasi. Selain untuk mendapatkan komposisi yang tepat antara serasah dan ampas kopi yang memenuhi syarat mutu sesuai SNI 01-6235-2000, Penelitian ini juga fokus pada peningkatan mutu biobriket dari segi aroma yang khas dengan penambahan limbah bubuk kakao. Penelitian ini menggunakan desain percobaan faktorial dengan perlakuan komposisi serasah masing-masing 90%,70%, 50% serta komposisi ampas kopi masing-masing10%,30% dan 50%. Hasil penelitian menunjukkan kadar air yakni 6,59% -7,88%, kadar abu yakni 6,81% -8,01%, kadar zat terbang yakni 40,20%-41,88%, kadar karbon terikat yakni 43,57%-44,91% dan nilai kalori yakni 5000,84 cal/g – 5031,78 cal/g. Penerimaan panelis terhadap aroma perlakuan 90% serasah dan 10% ampas kopi ialah 6 40%) suka; 8(53%) cukup suka; 1(7%) tidak suka ; perlakuan 70% serasah dan 30% ampas kopi ialah 7 (47%) suka; 7(46%) cukup suka; 1(7%) tidak suka; perlakuan 50% serasah dan 50% ampas kopi ialah 7(47%) suka; 8(53%) cukup suka. Perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah perlakuan 90% serasah dan 10% ampas kopi.

Page 1 of 2 | Total Record : 11