cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Syifa al-Qulub : Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik
ISSN : 25406445     EISSN : 25406453     DOI : -
Core Subject : Health,
Syifa al-Qulub adalah Jurnal Prodi Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Terbit enam bulan sekali (Januari dan Juli). Materi yang dipublikasikan merupakan hasil kajian dan penelitian. Jurnal Syifa al-Qulub memiliki tujuan memperluas wawasan, paradigma, konsep dan teori dibidang Tasawuf, Psikoterapi dan Konseling perspektif Islami dan Sufi.
Arjuna Subject : -
Articles 101 Documents
SPIRITUALITAS DALAM MUHAMMADIYAH Iu Rusliana
Syifa al-Qulub Vol 1, No 1 (2016): Juli, Syifa al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v1i1.3158

Abstract

Actually, Muhammadiyah is not anti-spirituality and sufism. However, its founder, KH Ahmad Dahlan like to use the term akhlaq despite sufism. It is caused that for him, sufism did not originate from the Quran and the Prophetic Tradition. Beside that, sufism is also identical with the implementation of religious teaching based on the guides of sufis and mursyids that are nearer to the superstitions, heresies and myths. Essencially, according to Mukti Ali, Muhammadiyah has implemented what is called sufism in the form of high social akhlaq. Theoritically, the spirituality of Muhammadiyah is nearer to modern sufism of Buya Hamka.
Peran Film Ayat-Ayat Cinta 2 Terhadap Prilaku Etika Islam pada Remaja Muhammad Wahyuda
Syifa al-Qulub Vol 3, No 1 (2018): Juli, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i1.3140

Abstract

Pada era globalisasi faktor media massa sangat mudah mempengaruhi prilaku remaja saat ini, sayangnya faktor media massa sangat rentan disisipi nilai amoral dan budaya negatif. Nyaris film yang ditayangkan dibioskop sangat berperan pada pola pikir yang dapat merubah prilaku remaja saat ini. Film religi pun berkembang, salah satunya film Ayat-ayat Cinta 2 karya Guntur Soeharjanto produksi MD picture. Untuk mengetahui peran film Ayat-ayat Cinta 2 terhadap prilaku etika Islam para remaja, maka penulis meneliti siswa di SMP Plus Al-Ghifari Bandung. Dalam penelitian ini, sampel diambil dari siswa-siswi yang telah nonton bersama film Ayat-Ayat Cinta 2 di Metro Indah Mall Bandung. Dari keseluruhan siswa-siswi, sampel yang saya lakukan hanya kepada siswa-siswi kelas dua saja. Dengan asumsi kelas tersebut mewakili kelas satu dan kelas tiga. Dari jumlah keseluruhan siswa kelas dua sebanyak 200 orang, dengan perhitungan yang mengacu pada perhitungan sampel menurut Suharsimi Arikunto, yaitu: (10 x 200) : 100 = 20. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampelnya adalah 20 orang
MEMBACA PIKIRAN MANUSIA: ANALISIS SISI NEGATIF PIKIRAN MANUSIA KAITANNYA DENGAN PENYAKIT TUBUH mulyana mulyana
Syifa al-Qulub Vol 1, No 1 (2016): Juli, Syifa al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v1i1.3159

Abstract

Human mind is the first source for health, and the sickness of body is originated from his own mind. What is mean by this mind? Thinking positively will cause human body to be health, and thinking negatively will cause human body to be sick.
Terapi Kecanduan Rokok dengan Menggunakan Metode Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Dian Siti Nurjanah
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.3536

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya aktifitas merokok dikalangan para remaja sudah tidak bisa di hindarkan lagi, ada yang merokok di usia yang masih muda yaitu 10 tahun (Aditama, 2006). Perilaku kecanduan di kalangan remaja mengalami peningkatan (Riska Rosita, 2012) seringkali kita melihat pemandangan siswa yang merokok di sekitar kita. Mereka secara sembunyi sembungi atau terang terangan merokok dan banyak di jumpai di sekolah, di warung- warung tempat mereka jajan, tempat nongkrong bersama teman-temannya, di kampus, di pasar, bahkan di rumah. Aktifitas remaja lebih banyak dilakukan di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, kalau dilihat pengaruh teman sebaya itu lebih besar dibandingkan dengan pengaruh dari keluarga, jika ada teman sebayanya merokok maka dapat di pastikan remaja dan mahasiswa tersebut juga merokok karna kesempatan untuk diterima oleh kelompoknya lebih besar (Hurlock, Elizabeth B. 1980).Dilihat dari segi kesehatan merokok yang berasal dari logam berat yang berbahaya (Sitepoe 9, 2000) adalah penyumbang terbesar terhadap berbagai penyakit yang bisa mengakibatkan kematian, Penyakit tersebut antara lain adalah kanker mulut, esophagus, paru, pancreas, faring, laring dan kandung kemih. Juga ditemukan berbagai penyakit paru lainnya, seperti penyakit paru obstruktif kronis, penyakit pembuluh darah, dan jantung coroner, gangguan kehamilan, impotensi dan sebagainya (Davison, Gerald D. 2010). Apalagi perilaku merokok disertai dengan minuman keras (Nurrahmah, 2014). Di Amerika sebanyak 701 kematian akibat merokok pertahun (M. Ayus Astoni & Mohammad Zulkarnain 1998) dan di Indonesia diperkirakan 70 % kematian akibat merokok (Detik Health, Desember 2003).Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan semi eksperimental. Dengan mengujicobakan model terapi SEFT pada remaja dan mahasiswa yang kecanduan merokok. Sumber data adalah Remaja pada tingkat SMP dan SMU di Sekolah Yayasan Al- Ghifari Bandung.Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses terapi kecanduan rokok dengan menggunakan metode Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), untuk mengetahui hasil dari terapinya terhadap remaja yang merokok sebagai solusi pada Remaja yang masih melakukan kebiasaan merokok untuk memberikan terapi alternative yang sudah kecanduan Merokok dan untuk mengetahui apa saja kendala dalam proses penyembuhan dari kecanduan merokoknya.Hasil pembahasan menunjukan bahwa Terapi Kecanduan Merokok dengan menggunakan Metode Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yaitu dengan tiga cara Set Up, Tune In dan Tapping serta dengan Spiritualitas dari Yakin Khusyuk, Ikhlas, Pasrah dan Syukur (YKIPS) di Kalangan Remaja dapat ditanggulangi dan dapat disembuhkan dengan menggunakan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yang dilakukan sekitar 10 menit sampai 1 jam dengan reaksi rasa mual, muntah, mulut terasa pahit, pusing, batuk – batuk dan tidak enak. Kendala yang dihadapi dalam terapi SEFT adalah kalau tidak ada motivasi ingin berhenti dari kecanduan merokok biasanya setelah beberapa hari kembali lagi merokok walaupun rasanya sudah tidak enak, tetapi kalau keinginan ingin berhenti kuat bisa sembuh secara permanen.
Khalwat dalam Mengendalikan Emosi Putri Fajriah Aini; Rifki Rosyad
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.4321

Abstract

Perkelahian, pembunuhan  dan kriminalitas lainnya merupakan tanda dari emosi yang tidak terkendali. Emosi tersebut menyebabkan ketidakseimbangan hormonal dalam tubuh dan memunculkan ketegangan psikis. Salah satu metode yang ditempuh dalam mengendalikan emosi adalah dengan melaksanakan khalwat. Yaitu proses meditasi dan dzikir dengan kehadiran hati selama sepuluh hari atau lebih, tanpa banyak makan dan bicara salah satunya di Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengamalan khalwat pada Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, bagaimana pengalaman jama’ah dalam mengikuti khalwat dan pengaruhnya  terhadap pengendalian emosi jama’ah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan observasi partisipan serta konsep triangulasi. Sumber datanya adalah 12 orang jama’ah aktif. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa : (1) Khalwat menurut Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah adalah menyepi agar dapat beribadah dengan khusyu dan sempurna. Kegiatan yang dilakukan jama’ah selama khalwat, diantaranya : (a) Mandi Taubat (b) Dawamul Wudhu (c) Salat sunat wudhu, Salat sunat taubat, dan Salat sunat hajat suluk (d) Salat berjama’ah di awal waktu (e) Dzikir munfarid (f) Dzikir berjama’ah (g) Mengurangi berkata-kata (h) Mengurangi tidur (i) Mengurangi makan (j) Tidak memakan makanan yang berunsur hewani (2) . Pengalaman emosi yang dirasakan jama’ah setelah mengikuti tarekat lebih mengarah kepada ketenangan, emosi menjadi terkontrol, lebih rajin beribadah, selalu bersyukur, sabar, berpikir positif, dan ingin berbuat baik kepada sesama makhluk Allah.  (3) Hasil yang dirasakan jama’ah setelah mengikuti suluk yaitu bisa mengendalikan amarah, rendah hati, empati, menghargai orang lain, berpikir positif, pembawaan diri lebih tenang,berbicara seperlunya, makan dan tidur secukupnya, selalu muhasabah diri dan selalu mendapat ketenagan hati.
Kepemimpinan Sunan Gunung Djati: Tinjauan Filsafat Etika dan Nilai-Nilai Al-Qur’an M. Solahudin; Dodo Widarda
Syifa al-Qulub Vol 4, No 1 (2019): Juli, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v4i1.5245

Abstract

Di satu sisi, kepemimpinan Sunan Gunung Djati mengusung konsep Tauhidullah (syi’ar Islam), sedang di sisi lain, dalam masa kepemimpinannya, kelangsungan budaya lokal dan budaya dari agama lama pada saat itu, sangatlah kental pada masyarakat. Bahkan cenderung digunakan oleh Sunan dalam syi’arnya di masa kepemimpinannya. Maka, kemurnian dan ketidak murniannya dapat ditinjau dengan menggunakan filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an.   Adapun tujuan penelitian ini yaitu, untuk membangun sebuah konsep kepemimpinan Sunan  Gunung Djati, baik dalam tinjauan Filsafat Etika, dan Nilai-Nilai al-Qur’an, serta bagaimana pendekatan filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an terhadap petatah-petitih Sunan Gunung DjatiPenelitian ini juga, bertolak dari sebuah pemikiran bahwa kepemimpinan Sunan Gunung Djati dalam tinjauan filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an, jika diaplikasikan dalam kehidupan manusia, terlebih bila disinergikan dengan perkembangan kehidupan masyarakat saat ini yang demikian kompleks dan heterogen, diasumsikan dapat menjadi satu alternatif model kepemimpinan bagi kehidupan masyarakat. Sebaliknya, bila kepemimpinan Sunan Gunung Djati tidak bersinergi dengan konsep filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an, maka perpecahan dan kehancuran kerukunan umat beragama akan terjadi, yang pada akhirnya akan berdampak negatif bagi kelangsungan kehidupan masyarakat beragama itu sendiri.  Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu, metode Penelitian Filsafat yang digabung dengan metode Penelitian al-Qur’an. Kehadiran kepemimpimpinan Sunan Gunung Djati lewat rentang hidupnya yang sangat panjang (1448-1568) termasuk ketika menjadi Raja-Pandhita di Kesultanan Cirebon, dikaji melalui refleksi filosofis untuk menemukan aspek transendental dari petatah-petitihnya dan kemudian didukung juga dengan pendekatan ayat-ayat al-Qur’an yang relevan dengan kepemimpinannya. Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan metode studi kepustakaan (library research). Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian eksploratif, karena bertujuan menggali model penelitian kepemimpinan Sunan Gunung Djati dengan menelusuri filsafat etika dan nilai-nilai al-Qur’an. Sedangkan pada penyajian datanya, penelitian ini bersifat analitis kritis dan analitis eksploratif.Jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, pertama, berdasarkan pendekatan nilai-nilai al-Qur’an, kepemimpinan Sunan Gunung Djati merepresentasikan karakteristik dari seorang raja, sekaligus juga ulama. Hal itu tidak hanya menyangkut dimensi hidup yang profan, tapi juga terkait dengan realitas hidup yang lebih tinggi berdasarkan visi eskatologis, dengan inti paling utamanya adalah pada moralitas atau ketinggian akhlak, sebagaimana misi yang dibawa oleh Rasulullah. Kedua, etika kepemimpinan Sunan Gunung Djati, merupakan bentuk nilai-nilai universal yang bisa menjadi orientasi etis bagi kehidupan manusia. Ketiga, berdasarkan pendekatan filsafat etika serta nilai-nilai al-Qur’an, petatah-petitih Sunan Gunung Djati, walaupun disampaikan dalam bahasa Cirebon, namun dari sisi kandungannya, merupakan refleksi dari kedalaman nilai-nilai al-Qur’an, dan dalam konteks Indonesia, selaras dengan nilai falsafah Pancasila.
Upaya Peningkatan Moral Prespektif Wihdatul Wujud Ibnu Arabi Abdul Wasik; Alfiyah Laila Afiyatin
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.4320

Abstract

Pada era ini ada sejumlah orang yang mengerti agama akan tetapi ia tidak menjalakan agama semestinya. Terbukti dengan adanya kasus  Ketua Yayasan Ponpes menyetubuhi santrinya. Selain itu terjadi pula kasus Pimpinan Ponpes kirim Calon TKI ilegal dan belum lagi kasus kosupsi yang dilakukan para pemimpin bangsa. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti tentang konsep Wihdatul Wujud Ibnu Arabi dalam meningkatkan moral, wihdatul wujud adalah tingkat ketauhidan  tertinggi yakni bersatunya manusia dengan Tuhan, dan Ibnu Arabi merupakan tokoh termashur  dalam konsep Wihdatul Wujud.  Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yang bersifat eksploratif.  Kesepurnaan moral terdapat dalam konsep Insan kamil Ibnu Arabi, manusia sempurna dari segi pengetahuan serta wujudnya, dan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan moralitas adalah dengan cara meningkatkan komponen-komponen yang ada, seperti; komponen afektif,  kognitif moralitas, dan perilaku, ketika tiga komponen tersebut baik, maka moralitas akan baik.
Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui Pembelajaran dengan Penerapan Nilai Agama, Kognitif, dan Sosial-Emosional: Studi Deskriptif Penelitian di Raudhatul Athfal Al-Ihsan Cibiru Hilir Ulfi Fitri Damayanti; solihin solihin
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.4322

Abstract

Pengembangan kecerdasan sejak usia dini merupakan hal yang sangat penting dilakukan karena anak merupakan generasi penerus. Raudhatul Athfal (RA) Al-Ihsan dalam setiap pembelajarannya mengarahkan pada pengembangan kecerdasan spiritual siswanya. Fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya lewat penelitian ini adalah “Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui Pembelajaran Dengan Penerapan Nilai Agama, Kognitif, dan Sosial-Emosional.” Kecerdasan spiritual harus ditanamkan sejak usia dini, karena pada usia ini merupakan masa golden age yaitu masa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai baik pada anak yang kemudian akan tertanam pada jiwanya sampai dewasa kelak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pembelajaran agama, kognitif, dan sosial-emosional yang diterapkan di RA Al-Ihsan sebagai sarana pengembangan kecerdasan spiritual anak, dan untuk mengetahui perkembangan spiritual yang dicapai setelah anak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan nilai agama, kognitif, dan sosial emosional di RA Al-Ihsan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan metode analisa kualitatif dengan cara penyajian datas, reduksi data, dan mengambil kesimpulan. Pengembangan kecerdasan spiritual ini dilakukan dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan segala aspek agama, kognitif, dan sosial-emosional perkembangan anak usia dini. Metode yang digunakan dalam pengembangan kecerdasan spiritual ini yaitu metode bercerita, metode sosiodrama, metode outclass/karyawisata, metode tanya jawab, metode praktek, metode sosial, dan metode pembiasaan. Dari semua metode tersebut ada beberapa metode yang belum efektif diterapkan pada anak, karena dunia anak usia dini merupakan usia bermain maka fokus anak terhadap pembelajaran masih terbatas, namun metode tersebut harus terus diterapkan sehingga perlahan-lahan
Pola Makan dan Dampaknya Terhadap Kondisi Psikologis dan Spiritualitas Olvia Nursaadah; Abdul Wasik
Syifa al-Qulub Vol 4, No 1 (2019): Juli, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v4i1.5250

Abstract

This research is based on the background that dietary habit does not only have an impact on physical health, but also effects non-physical conditions. This study aims to know  the impact of dietary habit on non-physical conditions, namely psychological & spirituality, on TQN practicing santri in Suryalaya Islamic Boarding School and for non-practicing tarekat students. The research method used is a mixed method with explanatory sequential strategies, taking and processing quantitative data first then deepened through qualitative interviews. The results of this study indicate that the dietary habit applied by the TQN practicing santri in the Suryalaya Islamic Boarding School is higher in the Sufi dietary pattern applied, while the dietary habit adopted by non TQN non-practicing students is relatively more balanced between the modern diet and Sufi diet. The impact of the diet applied by the TQN practicing santri on psychological and spiritual conditions is 2% and 6.7%. While the impact of dietary habit applied by non-practicing TQN students on psychological and spiritual conditions was 4.6% and 22.6%. The conclusion of this study is that the impact of diet on psychological and spiritual conditions in non-practicing TQN students has an impact of 4.6% & 22.6%, the qualitative results explain the value of alturism and negative emotions that affect psychological and spirituality conditions of diet. While the impact of the diet on psychological and spirituality conditions in the TQN practicing santri has an impact of 6.7% & 2%, the qualitative results explain the value of alturism and positive emotions that most influence the psychological & spirituality conditions of the diet. 
Konsep Cinta (Studi Banding Pemikiran Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan Erich Fromm) Melati Puspita Loka; Erba Rozalina Yulianti
Syifa al-Qulub Vol 3, No 2 (2019): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i2.4323

Abstract

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan Erich Fromm merupakan tokoh yang membahas tentang cinta secara mendetail sesuai dengan latar belakangnya masing-masing, psikologi dan tasawuf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep cinta menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, konsep cinta menurut Erich Fromm, serta mengetahui persamaan dan perbedaan kedua tokoh mengenai konsep cinta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah study literature yang bersifat komparatif kualitatif. Langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah hermeneutik, content analys, dan komparatif. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa cinta adalah menghapus segala sesuatu di dalam hati kecuali yang dicintai. Cinta adalah kekuatan aktif yang bersemayam dalam diri yang sanggup merobohkan dinding pembatas antara manusia dengan sesamanya, serta merupakan kesatuan dengan sesamanya tanpa meleburkan integritas dan keunikan setiap individu. Ibnu Qayyim membagi cinta menjadi empat, yaitu cinta kepada Allah, mencintai yang dicintai Allah, cinta untuk Allah dan karena Allah, serta cinta terhadap hal lain selain Allah. Sedangkan Erich Fromm membaginya ke dalam lima objek, yaitu cinta sesama, cinta ibu, cinta erotis, cinta diri, dan cinta kepada Allah. Persamaan yang diperoleh adalah kedua tokoh tersebut membahas cinta dengan lebih manusiawi serta berpendapat bahwa cinta adalah unsur utama di alam semesta yang paling penting untuk kehidupan manusia, karena tanpa cinta manusia akan mengarungi kehidupan yang gelap dan penuh derita. Adapun perbedaan yang diperoleh yaitu terdapat dalam faktor penyebab cinta. Ibnu Qayyim berpendapat bahwa faktor penyebab timbulnya cinta adalah berasal dari hal-hal yang bersifat positif. Sedangkan Fromm berpendapat bahwa faktor timbulnya cinta berasal dari manusia yang mengalami alienasi serta isolasi di kehidupannya.

Page 4 of 11 | Total Record : 101