cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY" : 20 Documents clear
Hari Pasaran Legi dan Tindakan Sosial Ekonomi Masyarakat di Pasar Tradisional Sari, Ayu Ratna; Rini, Hartati Sulistyo
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena sosial ekonomi menarik di Pasar Tawangsari, bahwa pasar tersebut menjadi “istimewa” di hari Pasaran Legi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tindakan sosial ekonomi masyarakat di Pasar Tawangsari pada hari Pasaran Legi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori Tindakan Sosial Max Weber digunakan untuk menganalisis penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa para pedagang melakukan berbagai tindakan sosial yang dapat disebut sebagai tindakan rasionalitas intstrumental dan tindakan rasionalitas berorientasi nilai, sedangkan pengunjung melakukan tindakan tradisional dan tindakan rasionalitas berorientasi nilai. The background of this research is the existence of interesting socio-economic phenomena in Tawangsari Market, that the market became "special" on Pasaran Legi. The purpose of this study was to find out the socio-economic actions of the community at Tawangsari Market on Pasaran Legi. This study uses qualitative methods using observation, interview and documentation techniques. The theory of Max Weber's Social Action was used to analyze this research. The results of the study show that traders carry out various social actions which can be referred to as actions of internal rationality and values oriented rationality actions, while visitors carry out traditional actions and values oriented rationality actions.
Persepsi Perempuan Buruh Pabrik Terhadap Pengasuhan Anak Pada Keluarga Buruh Pabrik Di Desa Ngajaran Ardiyanto, Bagas; Arsi, Antari Ayuning
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Ngajaran merupakan salah satu desa yang penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai buruh pabrik. Banyaknya perempuan yang telah berkeluarga bekerja sebagai buruh pabrik menyebabkan keluarga melibatkan peran nenek dalam pengasuhan anak meraka. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Kualitatif. Lokasi penelitian berada di Desa Ngajaran Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan konsep Fenomenologi dari Alfred Schutz. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) perempuan buruh pabrik mempunyai alasan memilih bekerja jika dibandingkan dengan mengurus rumah tangga dan mengasuh anak, yaitu upah yang diterima sebagai buruh pabrik lebih baik daripada sektor lain, menambah pendapatan keluarga, dan memanfaatkan pendidikan yang telah diraih. (2) Perempuan buruh pabrik mempersepsikan Peran Pengasuhan bisa diserahkan kepada nenek. Pengasuhan diserahkan kepada nenek dilakukan perempuan buruh pabrik di Desa Ngajaran karena harus bekerja setiap harinya. Keadaan yang harus bekerja setiap hari membuat perempuan buruh pabrik lebih mengupayakan pememenuhan kebutuhan fisik anak dan keluarga menjadi suatu prioritas. Tujuan perempuan buruh pabrik ikut bekerja yaitu mewujudkan keluarga yang sejahtera di masa depan. Ngajaran Village is one of the villages whose residents have a living as factory workers. The number of women who have had a family working as factory workers has caused the family to involve the role of grandmother in the care of their children. This study used qualitative research methods. The research location is in the village of Ngajaran, Tuntang District, Semarang Regency. This study uses the concept of Phenomenology from Alfred Schutz. The results of this study indicate that (1) women factory workers have a reason to choose work compared to taking care of the household and caring for children, namely the wages received as factory workers are better than other sectors, increasing family income, and utilizing the education achieved. (2) Women factory workers perceive the role of care can be handed over to grandmother. Caregiving was handed over to grandmother by women factory workers in Ngajaran Village because they had to work every day. Conditions that must work every day make women factory workers more striving to fulfill the physical needs of children and families to become a priority. The purpose of women factory workers is to work, which is to realize a prosperous family in the future.
Internalisasi Nilai-Nilai Religius Islam Pada Remaja Blora Dalam Organisasi Himpunan Pengajian Remaja Islam Blora (HIMPARISBA) Lesmana, Bondan; Fatimah, Nurul; Gustaman, Fulia Aji
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk: 1) mengetahui internalisasi nilai-nilai religius Islam pada Remaja Blora dalam Organisasi HIMPARISBA; 2) mengidentifikasi perilaku religius yang diharapkan muncul pada remaja Blora dalam Organisasi HIMPARISBA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori habitus Pierre Bourdieu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Internalisasi nilai-nilai religius Islam pada remaja Blora dalam Organisasi HIMPARISBA dilakukan saat tahap awal dan pelaksanaan program. Tahap awal yaitu saat open recruitment anggota baru, sedangkan tahap pelaksanaan yaitu saat penyelenggaraan program-program HIMPARISBA. LKP menjadi program yang kurang ramah untuk calon anggota karena beberapa kegiatannya yang terlalu memberatkan. Khusus untuk kajian KeIslaman, HIMPARISBA menghindari ustadz-ustadz yang cenderung radikal. Tidak semua anggota HIMPARISBA mengalami internalisasi nilai-nilai religius dengan mendalam, namun anggota yang lebih aktif serta yang bermotivasi besar saja yang mengalami hal demikian. Nilai-nilai religius yang muncul meliputi nilai keta’atan, keberanian, kedisiplinan, kepedulian, saling menghormati, dan jihad.; 2) Perilaku religius yang diharapkan muncul pada anggota HIMPARISBA meliputi perilaku religius dalam berhubungan dengan: Allah; pribadinya sendiri; sesama manusia; alam; dan pemenuhan kebutuhan lahir dan batin. This article aims to: 1) Know the internalization of Islamic religious values for Blora teenagers in the HIMPARISBA Organization; 2) Identify the expected religious behavior that appears in Blora teenagers in the HIMPARISBA Organization.This research used qualitative research methods, with data collection techniques through observation, interview, and documentation. The theory used to analyze data is Pierre Bourdieu's habitus theory. The results of this study showed that: 1) Internalization of Islamic religious values for Blora teenagers in the HIMPARISBA Organization is carried out during the initial stages and implementation of the program. The initial stage is when the open recruitment of new members, while the implementation phase is when the HIMPARISBA programs are held. LKP becomes a less friendly program for prospective members because some of its activities are too burdensome. Especially for Islamic studies, HIMPARISBA avoids radical religious teachers. Not all members of HIMPARISBA experience in-depth internalization of religious values, but members who are more active and those who are highly motivated experience this. Religious values that arise include values of devotion, courage, discipline, caring, mutual respect, and jihad; 2) Religious behavior that is expected to appear in the members of HIMPARISBA includes religious behavior in dealing with: God; his own personality; fellow human beings; natural; and fulfillment of physical and spiritual needs.
Relasi Sosial Pedagang Dalam Pemanfaatan Hutan Sebagai Wana Wisata (Studi Kasus Pedagang Warungan Di Hutan Jati Goa Terawang Di Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora) Nisbatin, Nisbatin; Gunawan, Gunawan
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan tulisan ini untuk mengetahui bagaimana akses masyarakat sekitar hutan dalam memanfaatkan keberadaan hutan jati Goa Terawang, Kabupaten Blora. Artikel ini akan memfokuskan pada persoalan seperti apa relasi sosial yang dibentuk oleh para pedagang warungan, yang membuka kios-kios kelontong di sekitar hutan jati Goa Terawang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Artikel ini bermaksud untuk mengetahui pengelolaan hutan jati Goa Terawang sebagai lahan pertanian dan sebagai tempat pariwisata, serta bentuk-bentuk relasi sosial pedagang warungan dalam pemanfaatan hutan Goa Terawang sebagai wana wisata. Teori yang digunakan yaitu cara pandang Peluso terkait akses masyarakat sekitar hutan dalam memanfaatkan sumber daya hutan dan disiplin ilmu Antropologi Kehutanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terbukanya akses masyarakat sekitar hutan dalam memanfaatkan keberadaan hutan. Pihak Perhutani memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar hutan untuk bertani maupun berdagang di kawasan hutan jati Goa Terawang. Aktivitas berdagang menciptakan bentuk-bentuk relasi sosial diantara pedagang warungan. Relasi sosial tersebut bersifat sinergi dan oposisi. Relasi sosial sinergi ditunjukkan dengan adanya kerjasama, sedangkan relasi sosial oposisi ditunjukkan dengan adanya persaingan. The purpose of this paper is to find out how people access the forest in utilizing the existence of the Terawang Goa teak forest, Blora Regency. This article will focus on what kind of social relations are formed by warung traders, who open grocery stalls around the Goa Terawang teak forest. Data collection techniques are carried out by observation, interviews, and documentation. This article intends to find out the management of Goa Terawang teak forest as agricultural land and as a place of tourism, as well as forms of warrior social relations in the use of the Terawang Goa forest as a tourist attraction. The theory used is Peluso's perspective regarding access of communities around the forest in utilizing forest resources and the discipline of Forestry Anthropology. The results of this study indicate that the open access of communities around the forest in utilizing the existence of forests. Perhutani provides an opportunity for communities around the forest to farm and trade in the Goa Terawang teak forest area. Trading activities create forms of social relations among warrior traders. These social relations are synergy and opposition. Synergic social relations are indicated by the existence of cooperation, while opposition social relations are indicated by competition.
Fungsi Forum Ar-Robithoh Sebagai Pengelola Remitan Pada Keluarga Warteg Jakarta Di Desa Sidakaton Kecamatan Dukuh turi Kabupaten Tegal Tristanti, Nurma; Iswari, Rini
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk 1) Mengetahui alasan masyarakat Desa Sidakaton bekerja sebagai pedagang warteg di Jakarta, 2) Mengetahui fungsi Forum Ar-Robithoh dalam penyaluran remitan ekonomi ke keluarga warteg di Desa Sidakaton. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yautu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Masyarakat Desa Sidakaton bekerja sebagai pedagang warteg di Jakarta karena lingkungan yang banyak menjadi pedagang warteg, salah satunya orang tua. Kebutuhan akan sekolah anak serta pendapatan yang kurang dari pekerjaan sebelumnya juga membuat masyarakat tertarik membuka usaha warteg di Jakarta, 2) Forum Ar-Robithoh sebagai lembaga sekunder membantu pedagang warteg mengirimkan remitan hanya dengan cara menghubungi agen penyalur remitan yang ada di desa melalui telepon. Jasa penyaluran remitan mempermudah pengiriman uang ke desa karena pedagang warteg tidak harus mengeluarkan uang terlebih dahulu untuk mengirim. Biaya administrasi yang diterapkan forum tidak memengaruhi pedagang warteg dalam menggunakan jasa penyaluran remitan dari forum. This article aims to 1) to know the reason of the society of Sidakaton village to work as a warteg trader in Jakarta, 2) to know the function of Ar-Robithoh Forum in distributing economic remittance to warteg family in Sidakaton Village. The method in this research is qualitative. Technique of collecting data in this research yautu with observation, interview and documentation. The results of this study indicate that 1) Society of Sidakaton Village works as a warteg trader in Jakarta because of the many neighborhoods becoming warteg traders, one of them parents. The need for children's schools and less income from previous jobs also made people interested in establishing a warteg business in Jakarta, 2) Ar-Robithoh Forum as a secondary institution assisting warteg traders to send remittances by simply contacting the remittance dealer in the village by telephone. Remittance service makes it easy to send money to the village because the warteg traders do not have to spend money in advance to send. Administration fees applied by forums do not affect warteg traders in using remittance services from forums.
Pola Sosialisasi Anak Pada Keluarga Wanita Pekerja Seksual Di Lokalisasi Gambilangu Farkhomah, Siti Aliyah; Fatimah, Nurul
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas mengenai pola sosialisasi anak yang diterapkan pada keluarga Wanita Pekerja Seksual di Lokalisasi Gambilangu. Tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui harapan dan keinginan orangtua (WPS) terhadap masa depan anak, mengetahui pendidikan anak yang diterapkan pada keluarga WPS, dan peran orang-orang sekitar dalam proses sosialisasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Fenomena dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teori sosialisasi George Herbert Mead. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orangtua yang berprofesi sebagai WPS di Lokalisasi Gambilangu mempunyai harapan dan keinginan terhadap masa depan anak, yaitu anak memiliki pendidikan formal yang baik, memiliki pengetahuan agama, dan tidak memiliki pengalaman yang sama seperti orangtua, keluarga WPS mendidik anak dengan menerapkan konsep Sosialisasi Herbert Mead yang termasuk dalam pola demokratis dan otoriter dan peran para tetangga dalam proses sosialisasi ada yang peduli menegur anak ketika melakukan salah dan juga ada yang tidak peduli ketika ada anak yang bermain di sekitar mereka. serta peran jasa pengasuhan anak berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak di lingkungan Lokalisasi. This research explained about the child socialization patterns that are applied to the family of Sexual Workers in Gambilangu Localization. The purpose of this study is to find out the expectations and desires of parents (WPS) towards the future of the child, to know the children's education that is applied to the WPS family, and the role of the surrounding people in the socialization process. This study uses a qualitative method. The phenomenon in this study was analyzed using George Herbert Mead's socialization theory. The results of this study indicate that parents who work as WPS in Localization Gambilangu have hopes and desires for the future of children, namely children have good formal education, have religious knowledge, and do not have the same experience as parents, WPS families educate children by applying the concept Herbert Mead's socialization included in a democratic and authoritarian pattern and the role of neighbors in the socialization process there were those who cared about rebuking the child when doing wrong and there were also those who did not care when children played around them. and the role of childcare services influences children's behavior and development in the Localization environment.
Struktur Organisasi Kerja Di Kalangan Penambang Pasir Dan Dampak Terhadap Lingkungan, Ekonomi Dan Sosial Di Segitiga Pertambangan Pasir Maulidah, Siti; Brata, Nugroho Trisnu
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aktivitas bekerja selalu melekat dalam kehidupan masyarakat. Penelitian ini membahas tentang struktur organisasi kerja di kalangan masyarakat yang bekerja menambang pasir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang menjadi alasan masyarakat menambang pasir, mengetahui struktur organisasi kerja pertambangan pasir, dan mengetahui dampak struktur organisasi kerja terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial masyarakat sekitar area pertambangan. Lokasi penelitian di daerah “segitiga pertambangan pasir” Kecamatan Boja yang berada di tiga dusun yang salin berbatasan yaitu Dusun Klesem, Teseh dan Kedungdowo. Peneliti menggunakan metode kualitatif dalam melakukan penelitian ini. Analisis atas data menggunakan teori struktur agrarian ala Gunawan Wiradi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan yang menyebabkan masyarakat melakukan penambangan pasir adalah faktor ekonomi yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sempitnya lapangan pekerjaan, faktor usia yang sudah tidak produktif lagi, dan faktor aturan yang tidak mengikat ketat. Struktur organisasi kerja terbentuk dengan adanya aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi dalam pertambangan pasir. Dalam struktur organisasi kerja ini terdapat relasi antara satu agensi dengan agensi lain. Dampak struktur organisasi kerja pertambangan pasir menimbulkan beberapa dampak yaitu dampak lingkungan,  dampa kekonomi dan dampak sosial. This research explained about the work organizational structure among sand miners. The purpose of this study is to determine the causes of sand mining, to know the organizational structure of sand mining work, and to know the impact of the work organizational structure on the environment, economy and social community around the mine. The location of the study was in the Sand Mining Triangle in the District of Boja in three hamlets namely Klesem Hamlet, Teseh Hamlet and Kedungdowo Hamlet. Researchers used qualitative methods in this study. Data analysis uses Gunawan Wiradi agrarian structure theory. The results showed that the causes of sand mining were caused by economic factors because to meet the needs of life and economic limitations, the age factor was no longer productive and the rules were not bound. The organizational structure of work is formed by the activities of production, distribution and consumption in sand mining in the structure of this work organization has a relationship between one party and another. The impact of the organizational structure of sand mining work caused some impact are environmental impact, economic impact and social impacts.
Hiperealitas Kampung Pelangi Semarang Wulandari, Siti Suci; Luthfi, Asma
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program Kampung Pelangi Semarang merupakan salah satu program Pemerintah Kota Semarang untuk merenovasi perkampungan kumuh yaitu Kampung Wonosari. Kampung Pelangi menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Semarang yang populer dan banyak didatangi oleh pengunjung. Tetapi, populernya Kampung Pelangi tidak merujuk pada referensi utamanya, sehingga menyebabkan terjadinya hiperealitas. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui hiperealitas yang terjadi di Kampung Pelangi. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Kampung Pelangi berawal dari ketertarikan pemerintah terhadap kampung wonosari yang terlihat kumuh setelah dilakukan pemugaran pasar kembang, 2) Masyarakat mengekspresikan perasaan cemas saat awal program melalui aktifitas menutup pintu, dan duduk di depan rumah. Histeria pengunjung yang datang ke Kampung Pelangi terdiri dari histeria untuk dikonsumsi publik massa, dan mengisi waktu luang tanpa memiliki tujuan yang jelas, 3) Hiperealitas Kampung Pelangi dilakukan melalui bantuan teknologi simulasi seperti fotografi yang  menghasilkan citra atau realitas semu. Kampung Pelangi memiliki polisemi makna baik di masyarakat, pengunjung, maupun pemerintah. The Program of Kampung Pelangi Semarang (Rainbow Village) is one of the programs from the Semarang City Government to renovate one area of highly populated village in this city (slums), namely Wonosari Village. Kampung Pelangi has become a popular tourist destination in the city and is visited by many visitors. However, the popularity of Kampung Pelangi does not refer to its main reference, which causes hyperreality. This article aims to find out the hyperreality occurs in Kampung Pelangi. Method used in this study is qualitative. Data collection techniques used in this study are observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that: 1) Kampung Pelangi was originated from the government's interest in the village of Wonosari which looked rather shabby after the restoration of Pasar Kembang (flower market), 2) Citizens expressed anxiety at the beginning of the program through closing the door, and sitting in front of the house. The hysteria of visitors who come to Kampung Pelangi consists of hysteria to be consumed by the masses, and to fill their spare time without having a clear goal, 3) The hyperreality of Kampung Pelangi is supported by the simulation of technology such as photography that produces false images or reality. Kampung Pelangi has a polysemy definition in the community, visitors, and the government.
Kajian Etnomedisin Dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Penyembuh Lokal Pada Masyarakat Desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Oknarida, Sri; Husain, Fadly; Wicaksono, Harto
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mendiskripsikan pengetahuan pengobatan tradisional yang ada di Desa Colo. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus terdapat  seorang penyembuh lokal yang dikenal dengan sebutan Mbah Yai yang menjadi rujukan masyarakat di desa untuk menyembuhkan penyakit. Penyakit yang diobati oleh Mbah Yai adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan dalam pengobatan keluarga. Proses pengobatan yang dilakukan Mbah Yai dengan cara melakukan petungan, penerawangan, pemberian resep tumbuhan obat, wirid dan rajah.  This article aims describe knowledge of traditional medicine in Colo Village. The method in this research is qualitative. Technique of collecting data in this research yautu with observation, interview and documentation. Data analysis is using qualitative data analysis method consisting of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this study indicate that to 1) Mbah Yai as a practinioner of traditional medicine in Colo village which aims to cure a patient’s illnes. The treatment process carried out by Mbah Yai by doing petungan, laughing, prescribing medicinal plants, wirid and rajah.
Akulturasi Budaya dalam Kehidupan Keluarga Arab-Jawa (Studi Kasus di Kampung Arab Dadapsari Semarang) Pratiwi, Ulfita Hani; Prasetyo, Kuncoro Bayu
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 7 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya fenomena menarik di kampung Arab Dadapsari, bahwa masih banyak ditemukan keturunan Arab menikah dengan masyarakat Jawa. Idealnya konsep pernikahan pada keturunan Arab adalah menggunakan pernikahan endogami. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk-bentuk akulturasi yang berlangsung dalam kehidupan keluarga Arab-Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis teori adalah menggunakan konsep Akulturasi dari Jhon W. Berry. Hasil dari penelitian menunjukan: Bentuk-bentuk akulturasi dalam keluarga Arab-Jawa tersebut tidak terlihat secara kuat karena budaya dan tradisi laki-laki (etnis Arab) terlihat lebih mendominasi, sementara budaya dan tradisi perempuan (etnis Jawa) seolah-olah hilang dan teserap dalam tradisi budaya Arab yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. The background of this research is the existence of interesting phenomenan in Kampung Arab Dadapsari which are still widely found Arab descent married with Javanese’s people. Ideally, wedding concept of Arab descent us endogamy wedding. That phenomenon make the researcher interest to do research in Kampung Arab Dadapsari Semarang. The purpose of this research is to know the form of acculturation that happen in of Arab-Javanese family life in Kampung Arab Dadapsari Semarang. This research uses qualitative method by using observation technique, interview and documentation. Theoretical analysis is to use the concept of Acculturation by Jhon W. Berry. The results of the research show: The form of acculturation in Arab-Javanese family life not seen strongly, because the culture and the tradition of men (Arab ethnic) look more dominating. While the culture and the tradition of women (Javanese ethnic) as if lest and absorbed in cultural tradition of Arab which is widely used indaily life.

Page 1 of 2 | Total Record : 20