Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA NARAPIDANA REMAJA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KARAWANG Nia Mardiana; Nita Rohayati; Cempaka Putrie Dimala
Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 3 No. 1 (2023): Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/empowerment.v3i1.793

Abstract

Psychological well-being sangat penting bagi narapidana remaja, tanpa psychological well-being, remaja cenderung memiliki kesehatan fisik yang buruk seperti sakit, tidak produktif, dan akhirnya akan menjadi beban keluarga. tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat Psychological Well-Being pada narapidana remaja lembaga pemasyarakatan kelas IIA karawang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif analitik. Teknik pengambilan sampel atau sampling adalah metode yang digunakan untuk memilih dan mengambil beberapa individu dari kelompok populasi untuk dijadikan sebagai sampel. Dengan pengambilan sampel sampling total sehingga populasi narapidana remaja di Lapas Kelas IIA karawang dengan jumlah 55 orang seluruhnya menjadi responden penelitian. Hasil analisis menunjukan bahwa kategorisasi Psychology well being pada narapidana remaja masuk dalam kategori rendah, sebanyak 55 atau 100%. Ini menunjukkan bahwa remaja tersebut memiliki penilaian yang negatif terhadap pengalaman dan kualitas hidupnya. Ditandai dengan merasa tidak puas dengan diri sendiri, tidak memiliki rasa kontrol atas dunia luar dan kesulitan mengelola urusan sehari-hari, bergantung pada penilaian orang lain, tidak memiliki hubungan yang dekat dan sulit bersikap hangat dengan orang lain, tidak memiliki makna dalam kehidupan, dan tidak mampu mengembangkan sikap atau perilaku baru. Dengan demikian, Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Karawang diharapkan dapat memaksimalkan program yang sudah berjalan dengan membangun inovasi pada tiap-tiap program di dalamnya guna meningkatkan psychological well-being pada narapidana. Consumptive psychological well-being is very important for juvenile prisoners, without psychological well-being, adolescents tend to have poor physical health such as being sick, unproductive, and will eventually become a burden on the family. The purpose of this study was to determine the level of Psychological Well-Being in juvenile inmates of Class IIA Karawang Penitentiary. This research uses quantitative descriptive analytic method. Sampling technique or sampling is a method used to select and take several individuals from a population group to serve as a sample. With total sampling, the population of juvenile inmates in the Class IIA Karawang Prison with a total of 55 people became the research respondents. The results of the analysis show that the categorization of Psychology well being in juvenile prisoners is in the low category, as much as 55 or 100%. This shows that the teenager has a negative assessment of the experience and quality of life. Characterized by feeling dissatisfied with oneself, having no sense of control over the outside world and having difficulty managing daily affairs, depending on the judgment of others, not having close relationships and having difficulty being warm to others, having no meaning in life, and unable to develop new attitudes or behaviors. Thus, the Class IIA Karawang Penitentiary is expected to be able to maximize the programs that are already running by building innovations in each program in it to improve the psychological well-being of prisoners.
PERAN DUKUNGAN SOSIAL DAN OPTIMISME TERHADAP SCHOOL WELL BEING PADA REMAJA Nita Rohayati; Cempaka Putrie Dimala; Dinda Aisha
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 8 No 1 (2023): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v8i1.5545

Abstract

The emergence of the concept of school well-being provides a reference to the ideal school concept that is able to promote the well-being of its students. However, implementing this concept is not easy. School well-being is the subjective assessment by students of how their school meets their basic needs. These basic needs dimensions include having, loving, being, and health. Incorporating perceived social support and optimism into school well-being is a positive action. This study aims to examine the simultaneous role of perceived social support and optimism on school well-being among adolescents. The population of this study consisted of adolescents in the city of Karawang, with a sample of 203 individuals. The sampling technique used was quota sampling. The data in this study were analyzed using multiple linear regression. The results of this study indicate that the relationship between perceived social support, optimism, and school well-being is found to be significant with a significance value of 0.000. R-square value is 0.235, meaning that 23.5% of the variation in school well-being is influenced by perceived social support and optimism, while the remaining 76.5% is due to other unmeasured variables in this study. Keywords: Adolescents, optimism, perceived social support, school well-being Hadirnya konsep school well-being memberikan referensi mengenai konsep sekolah ideal yang mampu menyejahterakan siswanya. Namun demikian untuk mengimplementasikan konsep tersebut tidaklah mudah. School well-being ialah penilaian yang berisifat subjektif oleh siswa terhadap bagaimana sekolahnya yang akan memenuhi kebutuhan dasarnya. Dimensi kebutuhan dasar tersebut ialah having, loving, being, dan health. Memasukkan dukungan sosial dan optimisme ke dalam school well-being merupakan tindakan positif. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran simultan dukungan sosial dan optimismee terhadap school well-being pada remaja. Populasi dalam penelitian ini merupakan remaja di kota Karawang dengan sampel sebanyak 203 orang. Adapun teknik pengambilan sampel adalah dengan metode quota sampling. Data dianalisis dengan menggunakan Regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial dan optimisme berpengaruh terhadap school well-being dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Nilai Rsquare sebesar 0,235; artinya sebesar 23,5% variasi pada school well being dipengaruhi oleh dukungan sosial dan optimisme, sisanya sebesar 76,5% disebabkan oleh variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Kata Kunci: Dukungan social, optimisme, remaja, school well-being
Can Self-Efficacy Serve as a Mediator Variable of Hardiness to Cheating Behavior in College Students? Sofhie Istiqomah Agustin; Cempaka Putrie Dimala; Christina R Wulandari
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.11767

Abstract

Cheating behavior is nothing new nowadays. This dishonest behavior is considered normal in the world of education. If it continues, there are possibility that this dishonesty behavior will also be applied in every  social situations. This research aims to determine the role of hardiness in cheating behavior through self-efficacy. This research involved 400 college students. The Cheating Behavior measuring instrument use the Cheating Behavior Scale based on Cizek category  (2003). The Hardiness Scale modified from the Christianto and Amalia scale (2022), and the Self-Efficacy Scale were measured using a modified Indonesian version of the General Self-Efficacy Scale from Novrianto et al (2019). The approach used in this research is a quantitative approach with statistical analysis, namely regression analysis. The results showed that: (1) there is a significant direct role of hardiness on cheating behavior; (2) There is a significant direct role of hardiness on self-efficacy; (3) There is a significant direct role of self-efficacy on cheating behavior; (4) Self-efficacy can play a significant role as a mediator variable from hardiness to cheating behavior. It can be concluded that hardiness plays a role in cheating behavior through self-efficacy as a mediator variable. The role obtained from hardiness and self-efficacy towards cheating behavior together is equal to 29.3% with effective contributions of hardiness is 23.9% and self-efficacy is 5.3%. The implication of this research is the importance of hardiness as an individual personality characteristic, this affects self efficacy. Thus the possibility of individuals to do cheating behavior in academic environment will be low.Perilaku menyontek bukanlah hal yang baru pada saat ini. perilaku tidak jujur ini sudah dianggap biasa dalam dunia pendidikan, jika terus dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan perilaku ketidakjujuran ini akan diterapkan juga dalam lingkungan sosial sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran efikasi diri sebagai variabel mediator dari  hardiness terhadap perilaku menyontek. Teknik sampling penelitian ini menggunakan kuota sampling dengan sampel sebanyak 400 mahasiswa di Karawang. Alat ukur Perilaku Menyontek dalam penelitian ini menggunakan Skala Perilaku Menyontek (Cheating) berdasarkan kategori Cizek (2003). Skala Hardiness yang  dimodifikasi  dari skala Christianto dan Amalia (2022), dan Skala  Efikasi diri diukur menggunakan modifikasi General Self Efficacy Scale (GSES) Versi Indonesia dari Novrianto, et al (2019). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis statistik yaitu analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat peran langsung yang signifikan dari hardiness terhadap perilaku menyontek; (2) Terdapat peran langsung yang signifikan dari hardiness terhadap efikasi diri ; (3) Terdapat peran langsung yang signifikan dari efikasi diri terhadap perilaku menyontek; (4) Efikasi diri dapat berperan signifikan sebagai variabel mediator dari hardiness terhadap perilaku menyontek. Dapat disimpulkan bahwa terdapat peran hardiness terhadap perilaku menyontek melalui efikasi diri sebagai variabel mediator. Peranan yang diperoleh dari hardiness dan efikasi diri terhadap perilaku menyontek secara bersama-sama yaitu sebesar 29.3% dengan sumbangan efektif hardiness sebesar 23.9% dan efikasi diri sebesar 5.3%. Implikasi pada penelitian ini yaitu pentingnya hardiness sebagai karakteristik kepribadian individu, hal ini berpengaruh terhadap efikasi diri. Sehingga, kemungkinan individu untuk melakukan perilaku menyontek di lingkungan akademik akan rendah.
Emotional Maturity with Hate Speech Behavior in Late Adolescents Eka Mardia; Dinda Aisha; Cempaka Putrie Dimala
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.11821

Abstract

Hate speech behavior is now common, as seen from the rise of individuals who use abusive language or swear words that are actually inappropriate to say and do when interacting with others. This can certainly affect individual behavior, especially late adolescents and can trigger the development of new languages and negative behaviors such as hate speech. One of the factors influencing hate speech behavior is emotional maturity. This study aims to see the influence of emotional maturity on hate speech behavior in late adolescents in Karawang. The method used is a quantitative approach. The measuring tools used are the hate speech scale and the emotional maturity scale. The sample of this study amounted to 302 respondents. The sampling technique uses non-probability techniques with snowball sampling techniques. Data analysis techniques in this study use normality tests, linearity tests, hypothesis tests with simple regression analysis, determination coefficient tests and categorization tests. The results in this study showed that the emotional maturity variable had a regression coefficient value of -0.434 with a significance of 0.000 < 0.05 which means that emotional maturity has a negative and significant effect on the value of hate speech. It is known that the variable of emotional maturity has a contribution of (4.4%) to influence hate speech behavior in late adolescents in Karawang. The rest (95.6%) were influenced by other variables not studied in the study. The implications obtained in this study are expected to provide information to adolescents to be more able to contribute practically by honing the ability to control emotions and be able to adapt to the sausage environment in order to avoid negative behaviors such as hate speech.Perilaku ujaran kebencian saat ini sudah sering terjadi, terlihat dari maraknya individu yang menggunakan bahasa kasar atau umpatan kata yang sebenarnya tidak pantas diucapkan dan dilakukan ketika sedang berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut tentunya dapat berpengaruh terhadap perilaku individu khususnya para remaja akhir dan dapat memicu berkembangnya bahasa baru serta perilaku negatif seperti ujaran kebencian. Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku ujaran kebencian adalah kematangan emosi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kematangan emosi terhadap perilaku ujaran kebencian pada remaja akhir di Karawang. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Alat ukur yang digunakan adalah skala ujaran kebencian dan skala kematangan emosi. Sampel penelitian ini berjumlah 302 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non-probabilitas dengan teknik snowball sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji linearitas, uji hipotesis dengan analisis regresi sederhana, uji koefisien determinasi dan uji kategorisasi. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan variabel kematangan emosi memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,434 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa kematangan emosi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai ujaran kebencian. Diketahui bahwa variabel kematangan emosi memiliki kontribusi sebesar (4,4%) untuk memengaruhi perilaku ujaran kebencian pada remaja akhir di Karawang. Sisanya (95,6%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Implikasi yang didapat dalam penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan informasi kepada remaja untuk lebih dapat berkontribusi secara praktis dengan mengasah kemampuan dalam mengontrol emosi dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sosisal agar dapat menghindari diri dari perilaku negatif seperti ujaran kebencian.
PELANA: Pemberdayaan Lansia Aktif untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia di Masa Pandemi Covid-19 Cempaka Putrie Dimala
JURNAL BUANA PENGABDIAN Vol 5 No 1 (2023): JURNAL BUANA PENGABDIAN
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/jurnalbuanapengabdian.v5i1.5660

Abstract

Lanjut usia (Lansia) merupakan bagian dari proses tumbuh kembang. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah depresi yang ditandai dengan perasaan sedih yang ekstrim, minat yang rendah untuk beraktivitas dan ketidakmampuan untuk merasakan kebahagiaan. Salah satu penyebab depresi pada lansia adalah karena faktor psikologis, misalnya dukungan sosial. Selain faktor psikologis sebagai lansia juga perlu memperhatikan kesehatan fisiknya agar tetap aktif sampai tua, sejak muda individu perlu menerapkan dan mempertahankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktifitas fisik/ olahraga secara benar dan teratur dan tidak merokok. Kualitas hidup lansia terutama status fungsionalnya perlu ditingkatkan sehingga lansia dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri. Terutama di masa pandemi Covid 19 ini banyak kegiatan yang biasanya bisa dilakukan jadi tidak bisa dilakukan karena pembatasan sosial yang diberlakukan oleh pemerintah. Individu biasanya akan menyadari betapa pentingnya pola hidup sehat ketika telah merasakan kekurangan fungsi dari organ tubuhnya ketika menginjak usia lanjut. Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dengan metode yang tidak membosankan serta mampu membuat lansia merasa tidak kesepian. Tujuan dilaksanakannya pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan program kreativitas non-akademik menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, dimana program tersebut merupakan suatu upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, kelompok, dan masyarakat dengan cara membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku melalui pendekatan bina suasana, pembelajaran dengan metode yang menyenangkan dengan melibatkan orang-orang disekitar lansia dan melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat sehingga dapat menerapkan cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatan fisik maupun psikologisnya.
PENGARUH SELF-EFFICACY TERHADAP RESILIENSI MAHASISWA LULUSAN TAHUN AKADEMIK 2021/2022 DI KABUPATEN KARAWANG Tantia Yuliandina; Dinda Aisha; Cempaka Putrie Dimala
Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 3 No. 2 (2023): Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/empowerment.v3i2.859

Abstract

Mahasiswa yang baru lulus dihadapkan pada suatu tantangan baru, di mana individu perlu bersaing satu sama lain untuk mendapatkan pekerjaan. Dalam usaha mencari pekerjaan, mahasiswa lulusan baru dihadapkan pada berbagai tantangan dan kesulitan yang memberikan dampak kurang baik bagi individu, sehingga diperlukan penyesuaian diri bagi individu untuk mampu mengatasi dampak-dampak tersebut, hal ini dikenal dengan istilah resiliensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap resiliensi pada mahasiswa lulusan tahun akademik 2021/2022 di Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan skala psikologi melalui alat ukur The ConnorDavidson Resilience Scale (CD-RISC) oleh Yu & Zhang (2007) dan The General Self-Efficacy Scale (GSES-12) oleh Bosscher & Smit (1998) dengan melibatkan 112 responden. Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi 0.000 < 0.05, maka Ha diterima dan H0 ditolak, sehingga diketahui terdapat penngaruh self-efficacy terhadap resiliensi pada mahasiswa lulusan tahun akademik 2021/2022 di Kabupaten Karawang. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi, diketahui bahwa pengaruh self-efficacy terhadap resiliensi mahasiswa lulusan tahun akademik 2021/2022 di Kabupaten Karawang adalah sebanyak 15.8% dan 84.2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk variabel dalam penelitian ini. Newly graduated students are faced with a new challenge, where individuals need to compete with each other for jobs. In an effort to find a job, fresh graduate students are faced with various challenges and difficulties that have an adverse impact on individuals, so that individual adjustments are needed to be able to overcome these impacts, this is known as resilience. The purpose of this study was to determine the effect of self-efficacy on resilience in graduate students in the 2021/2022 academic year in Karawang Regency. This study uses a quantitative method with a psychological scale using The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) by Yu & Zhang (2007) and The General Self-Efficacy Scale (GSES-12) by Bosscher & Smit (1998) involving 112 respondents.The results of the analysis show a significance value of 0.000 < 0.05, then Ha is accepted and H0 is rejected, so it is known that there is an influence of self-efficacy on resilience in students graduating from the 2021/2022 academic year in Karawang Regency. Based on the results of the coefficient of determination test, it is known that the effect of self-efficacy on the resilience of students graduating from the academic year 2021/2022 in Karawang Regency is 15.8% and 84.2% is influenced by other factors that are not included in the variables in this study.
Conformity and Positive Emotions as Predictors of Impulsive Buying Tendencies of Online Shopping Consumer Lania Muharsih; Linda Mora; Cempaka Putrie Dimala; Wina Lova Riza
Edutran of Psychology and Behavior Vol. 1 No. 1 (2023): Edutran of Psychology and Behavior
Publisher : Edutran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59805/epb.v1i1.33

Abstract

In this digital era, people increasingly prefer to engage in easy activities, such as online shopping. Impulsive buying is a phenomenon that occurs unconsciously in daily life, both by men and women. The age group of 18-21 years old, particularly adolescents, tend to engage in impulsive buying more than other age groups. Therefore, this research aims to investigate the influence of conformity and positive emotions as predictors of consumer impulsive buying tendencies in online shopping in Karawang. The research method used in this study is an associative quantitative method. The research instruments include a 42-item conformity scale, a 38-item positive emotions scale, and a 23-item impulsive buying tendency scale. The population of this study is online shoppers aged 18-21 years old in Karawang. The sampling technique used is quota sampling with a sample size of 385 people. The data analysis technique used is multiple linear regression test using JASP 0.16 software. Based on the data analysis, the significance value obtained was < 0.001 or p < 0.05, indicating that conformity and positive emotions can influence the tendency of consumer impulsive buying in online shopping in Karawang as predictors. The influence contributed by conformity and positive emotions towards the tendency of consumer impulsive buying in online shopping in Karawang is 20.4%, while the remaining 79.6% is influenced by other variables outside the scope of this research.
Subjective Wellbeing among High School Students: A Research on the Role of Emotional and Social Support Nita Rohayati; Cempaka Putrie Dimala; Wina Lova Riza; Lania Muharsih
Edutran of Psychology and Behavior Vol. 1 No. 1 (2023): Edutran of Psychology and Behavior
Publisher : Edutran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59805/epb.v1i1.35

Abstract

The government's policy regarding the resumption of face-to-face schooling requires students to adapt to a new learning system. The situation faced by students will impact their psychological state, including their subjective well-being. Several factors predicted to play a role in subjective well-being are emotional maturity and social support. This research aims to investigate the role of emotional maturity and social support in subjective well-being among high school students in Karawang. The method used is a quantitative method by distributing an online questionnaire using Google Forms. The scales used were the Subjective Well-being Scale, Emotional Maturity Scale, and Social Support Scale. The research participants consisted of 287 respondents from grades X, XI, and XII who had undergone face-to-face learning after the government-imposed activity restrictions. The results of the data analysis using multiple linear regression techniques showed an F-value of 27.762 with a significance value of 0.000 < 0.005, indicating that the hypothesis in this research is accepted. This means that the emotional maturity and social support variables, together, have an influence on subjective well-being.
Predictors of Cybersex Behavior among College Students in Karawang Indonesia Nuram Mubina; Wina Lova Riza; Nita Rohayati; Cempaka Putrie Dimala
Edutran of Psychology and Behavior Vol. 1 No. 1 (2023): Edutran of Psychology and Behavior
Publisher : Edutran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59805/epb.v1i1.37

Abstract

The aim of this research is to examine the roles of loneliness, psychological distress, emotional maturity, and self-control as predictors of cybersex behavior among college students in Karawang, Indonesia. The research method used in this research is an associative quantitative approach with the convenience sampling technique, which selects 349 college students in Karawang who meet the research characteristics as respondents. The data collection in this research was conducted using five Likert-scale models, which are self-control, loneliness, psychological distress, emotional maturity, and cybersex behavior scales. The data analysis in this research utilizes the hypothesis testing of multiple linear regression analysis. Based on the data analysis results, it is indicated that each predictor partially plays a role in cybersex behavior. Furthermore, loneliness, psychological distress, emotional maturity, and self-control collectively also play a role as predictors of cybersex behavior among college students in Karawang, Indonesia, with an influence of 16.8%.
Resiliensi Sebagai Mediator Pengaruh Stres Kerja Terhadap Burnout Kepada Dosen dan Tenaga Kependidikan Atrianah; Cempaka Putrie Dimala; Christina Rahayu Wulandari

Publisher : Ilmu Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/jip.v10i2.4155

Abstract

Pekerjaan yang melibatkan bidang jasa, seperti polisi, perawat, guru, sales, maupun pekerjaan lain yang membutuhkan pelayanan, rentan terhadap ketegangan sehingga menimbulkan stres dalam waktu yang lama dan terjadi burnout. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah mengidentifikasi resiliensi dapat menjadi variabel mediator pada pengaruh stres kerja terhadap burnout yang terjadi pada dosen dan tenaga kependidikan. Subjek yang dipilih untuk riset ini merupakan dosen serta tenaga akademik di Universitas X pada sampel sejumlah 152 orang. Metode untuk melakukan penelitian ini adalah metode kuantitatif. Data dikumpulkan melalui kuisioner Perceived Stress Scale-10 (PSS-10), Maslach Burnout Inventory (MBI) dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) versi Cina yang dimodifikasi oleh Yu & Zhang. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel stres kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel burnout dibuktikan dari nilai p < 0.001, dengan nilai pengaruh sebesar 31,3%. Selain itu resiliensi terbukti dapat menjadi variabel mediator pada pengaruh stres kerja terhadap burnout dengan p = 0.006 (p < 0.050), dengan nilai pengaruh stres kerja terhadap burnout setelah di mediasi oleh variabel resiliensi menjadi 19,1%. Untuk peneliti selanjutnya hendaklah melanjutkan penelitian ini dengan mencari tahu variabel lain yang memedisi pengaruh stres terhadap burnout, memperbanyak variasi dari sampel serta memperhatikan keberagaman sampel.