Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Jurnal Teologi Cultivation

Yesus Hamba TUHAN Yang Dipilih (Penggenapan Yesaya 42:1-4 dalam Matius 12:15b-21) Warseto Freddy Sihombing; Parsaoran Tambunan; Arnol Martumpu Manurung
Jurnal Teologi Cultivation Vol 5, No 1 (2021): Juli
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jtc.v5i1.649

Abstract

Abstract: There are many quotations or allusions in the Gospel of Matthew from the Old Testament (OT). He used to mention in his Gospels quotations from the OT which were undergoing such fulfillment in the events recorded before the quotation. This is also understood in the sense of allowing for a complete fulfillment at a later date. Another feature is that all parts of the scriptures as quoted by Matthew are fulfilled. The long fulfillment quote of Isa. 42:1-4 in Matthew chapter 12 meets both standards. In this article, we explore whether paying attention to Matthew’s redactional emphasis in the preceding narrative (12:14-16) can help explain the citation so that it conforms to Matthew’s normal way of using fulfilled OT quotations. There are new nuances and dynamics in the fulfillment of Isaiah’s prophecy in Jesus as the chosen Servant of LORD. Keywords: Servant of LORD, Matthew, Isaiah, fulfillment Abstrak: Ada banyak kutipan atau alusi dalam Injil Matius dari Perjanjian Lama (PL). Ia biasa dalam Injilnya menyebutkan kutipan dari PL yang sedang mengalami penggenapannya sedemikian rupa dalam peristiwa-peristiwa yang dicatat sebelum kutipan. Ini juga dimengerti dalam arti memungkinkan penggenapan yang lengkap di kemudian hari. Ciri lainnya adalah bahwa seluruh bagian kitab suci seperti yang dikutip oleh Matius digenapi. Kutipan pemenuhan yang panjang dari Yes. 42:1-4 dalam Matius pasal 12 memenuhi kedua standar tersebut. Dalam artikel ini, dieksplorasi apakah perhatian pada penekanan redaksional Matius dalam narasi yang mendahului (12:14-16) dapat membantu menjelaskan kutipan sehingga memenuhi cara normal Matius menggunakan kutipan PL yang digenapi. Terdapat nuansa dan dinamika baru dalam pengenapan nubuatan Yesaya di dalam Yesus sebagai Hamba TUHAN yang terpilih. Kata Kunci: Hamba TUHAN, Matius, Yesaya, penggenapan
Studi Analisis-Teologis Pembenaran oleh Iman dalam Surat Roma Warseto Freddy Sihombing; Marlinawati Situmorang
Jurnal Teologi Cultivation Vol 5, No 2 (2021): Desember
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jtc.v5i2.909

Abstract

Abstract:    Based on the analysis-theology of Romans, no man can be justified before God because he has done a good deed. No matter how good a man is, if he does not believe in Jesus Christ, the Son of God, he will not be saved from wrath of God to come The purpose of this article is to give the correct meaning of men justification before God through faith in the work of Jesus Christ. Based on the theological studies in Romans, Paul's teaching about justification by faith is a doctrine has enormous implications in Christians’ live: to be righteous because of Jesus Christ, to have the peace of God and to have access to fellowship with God. Keywords: faith, justified; Romans Abstrak:Berdasarkan analisis-teologis terhadap surat Roma, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah karena telah melakukan perbuatan baik. Sebaik apa pun manusia, jika dia tidak percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah, maka, ia tidak akan selamat dari murka Allah yang akan datang. Tujuan artikel ini memberikan makna yang benar tentang pembenaran manusia di hadapan Allah melalui iman kepada karya Yesus Kristus. Berdasarkan kajian teologis dalam Surat Roma, ajaran Paulus mengenai pembenaran oleh iman adalah doktrin yang berimplikasi sangat besar dalam kehidupan orang Kristen: menjadi benar karena Yesus Kristus, memiliki damai sejahtera Allah dan beroleh akses untuk bersekutu dengan Allah. Kata kunci: iman; pembenaran; surat Roma.
Sejarah Penafsiran Ajaran Paulus Mengenai Pembenaran Oleh Iman Warseto Freddy Sihombing
Jurnal Teologi Cultivation Vol 4, No 1 (2020): Juli
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jtc.v4i1.222

Abstract

AbstractNo one can be justified before God for doing good deeds. No matter how good a man is, if he does not believe in Jesus Christ, the Son of God, he will not be saved from the wrath of God to come. There is no human being who is right before God, and no sinful man can save himself in any way. The only way out is in the way that God has given to the problem of all sinners, by sending Jesus Christ to the world to die for sinners. "And for this he came, so that every man believed in him, who was sent by God" (John 6:29). The Bible teaches that salvation is only obtained because of faith in Jesus Christ. Jesus Christ is the object of that faith. This salvation is known as the statement "Justified by faith. Paul explained this teaching in each of his writings. This teaching of justification by faith has been repeatedly denied by some people who disagree with Paul's opinion. The history of the church from the early centuries to the present has proven the variety of understandings that have emerged from this teaching, but one important thing is that sinful humans are justified by their faith in Jesus Christ before God.Keywords: Paul;history; justified by faith.AbstrakTidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah karena telah melakukan perbuatan baik. Sebaik apa pun manusia, jika dia tidak percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah maka ia tidak akan selamat dari murka Allah yang akan datang. Tidak ada seorang pun manusia yang benar di hadapan Allah, dan tidak ada seorang manusia berdosa yang dapat menyelematkan dirinya sendiri dengan cara apa pun. Satu-satunya jalan keluar adalah dengan cara yang Allah telah berikan untuk masalah semua orang berdosa, yaitu dengan mengutus Yesus Kristus ke dunia untuk mati bagi orang berdosa. “Dan untuk itulah Dia datang, yaitu supaya setiap orang percaya kepada Dia, yang telah diutus oleh Allah” (Yohanes 6:29). Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan hanya diperoleh karena iman kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah obyek iman tersebut. Keselamatan ini dikenal dengan pernyataan “Dibenarkan karena iman. Paulus menjelaskan ajaran ini dalam setiap tulisannya. Ajaran pembenaran oleh iman ini telah berulang kali disangkal oleh beberap orang yang tidak setuju dengan pendapat Paulus. Sejarah gereja mulai dari abad permulaan sampai pada masa sekarang ini telah membuktikan beragamnya pemahaman yang muncul terhadap ajaran ini, namun satu hal yang terpenting adalah bahwa manusia berdosa dibenarkan oleh iman mereka kepada Yesus Kristus di hadapan Allah.Kata Kunci: Paulus; sejarah; iman; dibenarkan oleh iman.
Hukum Kasih Sebagai Fondasi Hidup Kristen Sejati Iwan Setiawan Tarigan; Maria Widiastuti; Warseto Freddy Sihombing
Jurnal Teologi Cultivation Vol 6, No 1 (2022): JULI
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jtc.v6i1.1597

Abstract

Hukum kasish dalam Matius 22:37-40 adalah satu topik yang penting dalam pembicaraan dan juga pelayanan Yesus. Yesus menyimpulkan bahwa di dalam hukum ini tergantung seluruh hukum Taurat dan Kitab para nabi. Artimya bahwa jika seseorang ingin mengerti dengan sederhana apa isi firman Tuhan, maka simpulan kesemuanya ada dalam hukum ini. Yesus di dalam hidupnya mencoba memaparkan ulang bahwa hukum yang terutama dan yang utama adalah mengasihi Tuhan dan sesama. Hal ini diaplikasikan di dalam hidup-Nya sendiri selama Ia di bumi ini. Kasih kepada Allah diwujudnyatakan melalui penggenapan rencana Allah di dalam hidup-Nya, dan juga memberitakan Injil kerajaan Sorga. Ini merupakan hal yang utama dilakukan Yesus. Namun dalam pelayanan-Nya juga, kasih kepada sesama bgitu nyata, dimana hal ini diaplikasikan melalui mengajar orang banyak dengan berbagai pengajaran yang menolong seseorang hidup berkenan kepada Allah. Ia juga memenuhi kebutuhan orang banyak melalui penyembuhan berbagai penyakit dan memberi makan orang banyak. Tidak hanya itu, semua pelayanan yang Ia lakukan terhadap orang banyak, kesemuanya didasari oleh belas kasihan yang ada pada-Nya. Hidup dan pelayanan yang dilakukan oleh Yesus menjadi teladan dan standar hidup Kristen sejati.
Ekklesiologi Martin Luther Sebagai Dasar Tata Gereja Aliran Lutheran di Indonesia Tiur Imeldawati; Rencan Charisma Marbun; Warseto Freddy Sihombing
Jurnal Teologi Cultivation Vol 6, No 2 (2022): DESEMBER
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jtc.v6i2.1667

Abstract

Martin Luther as a great theologian has left a theological view that has a wide influence in the world, especially for the Lutheran churches. Martin Luther's ecclesiology has also been used as the basis for the Lutheran church order. What did Luther believe about ecclesiology? This is what this research tries to examine, and Luther's view has become the basis for Lutheran churches to carry out church programs related to their marturia, koinonia and diakonia. Has anything changed after hundreds of years have passed and how do Lutheran churches live up to Luther's belief in church life? This is what is studied in the research conducted by the author. This is interesting because the great influence of a Luther has been recognized by the world church. 
“Allahmulah Allahku”: Membangun Kredo Kontekstual (Studi Biblis Rut 1: 7-18) Donny Paskah Martianus Siburian; Warseto Freddy Sihombing
Jurnal Teologi Cultivation Vol 7, No 1 (2023): JULI
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jtc.v7i1.1634

Abstract

Telah sejak lama keputusan Rut dalam narasi Rut 1:16-17 menjadi kontroversi sebab sulit untuk mengidentifikasi apa alasan pengakuan itu muncul. “Allahmulah Allahku” sebuah pengakuan yang tampaknya lahir begitu mudah dari diri Rut seorang Moab kepada Allah Israel.  Bagi sebagian orang penjelasan motivasi pengakuan Rut dititik beratkan sebagai bentuk iman spontan kepada TUHAN. Namun bagi sebagian lain malah memberikan penjelasan menyoal motif dan alasan pengakuan itu muncul. Ditengah credo yang demikian spontan menjadikan narasi tersebut menarik untuk dianalisis lebih jauh. Artikel ini berupaya melakukan tindakan hermenutik (penafsiran) dengan dalam menelaah teks Rut 1: 16-17 untuk memberikan penjelasan latar belakang munculnya pengakuan itu dengan pendekatan historis hermeneutis. Ditemukan bahwa terdapat berbagai alasan yang dijelaskan sebagai hasil hermeneutis para ahli sehubungan dengan motif Rut yang tidak ingin kembali kebangsanya. Namun terlepas dari baik atau buruk mapun postif atau negatif motif tersebut secara subjektif. Rut “Allahmulah Allahku” menawarkan pembacaan credo yang kontekstual terhadap inklusivitas yang sebenarnya dimana hal tersebut dapat di implikasikan dengan pancasila sebagai credo bersama agar dapat hidup bersama dalam keberagaman Indonesia sebagai sebuah bangsa.
Resonansi Iman Jarak Jauh: Getaran Iman yang Berkeadilan (Sebuah Tafsir Mazmur 123) Sihombing, Salomo; Sidabutar, Benny Anton; Sihombing, Warseto Freddy
Jurnal Teologi Cultivation Vol 7, No 2 (2023): DESEMBER
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jtc.v7i2.2392

Abstract

Kitab Mazmur dibagi ke dalam lima jilid, yaitu: Mazmur 1-41; 42-72; 73-89; 90-106 dan 107-150. Mazmur 123 merupakan bagian dari jilid ke lima atau jilid terakhir. Mazmur ini menarik untuk ditafsir ulang, karena memiliki urgensi baik secara biblis-teologis maupun praksis. Karenanya, artikel ini berfokus pada resonansi iman dari Pemazmur pada “konteks saat itu” dengan iman orang percaya pada “konteks saat ini.” Dengan demikian, kegelisahan yang diangkat tim penulis dalam tulisan ini merujuk kepada bagaimana menjembatani “gap” antara ekspresi beriman dari zaman Pemazmur ke zaman ini. Untuk mencapai hasil dari kegelisahan tersebut, maka tim penulis menggunakan metode penafsiran ulang (hermeneutika biblis) yang berdasar atau bersumber pada studi kepustakaan. Hasil yang ditemukan melalui proses tafsir ulang Mazmur 123 adalah soal ekspresi iman yang mengemuka dari para Pemazmur/Peziarah dalam kondisi terjadinya penindasan dan ketidakadilan. Ekspresi iman itu kemudian terungkap dalam permohonan yang mengarah kepada Tuhan yang menunjukkan perlindungan dan pertolongan/pembelaan. Karenanya, resonansi iman jarak jauh antarkonteks dari kehidupan Pemazmur/Peziarah dengan kehidupan orang percaya masa kini memberikan getaran yang sama soal iman yang berkeadilan.
Teologi Salib Dan Makna Pengorbanan Yesus Bagi Guru Pendidikan Agama Kristen Masa Kini Br Sinaga, Rut Yesika; Sihombing, Warseto Freddy
Jurnal Teologi Cultivation Vol 8, No 1 (2024): JULI
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jtc.v7i2.2400

Abstract

This research focuses on the Theology of the Cross and its relevance for Christian Religious Education teachers, because it is found that currently, there are still very many teachers, especially Christian Religious Education teachers who do not imitate Jesus' sacrifice on the cross. The relationship between Jesus' suffering and Christian teachings becomes the moral foundation and value of love in Christian Religious Education. This study highlights the gap between the meaning of Jesus' sacrifice and current teaching practices in Christian Religious Education, emphasizing the need for further exemplification for teachers. The aim is to describe the Theology of the Cross and how Jesus' sacrifice can be an example for Christian Religious Education teachers in carrying out their duties. This research uses a qualitative method with a desk study approach, collecting information from various sources relevant to the topic. The meaning of Jesus' suffering for Christian Religious Education teachers is an example of unconditional love, sacrifice, and service that needs to be followed in their profession.
Co-Authors Adi Sinamo Andrianus Nababan Antonius, Seri Arnol Martumpu Manurung Bernard Lubis Bestian Simangunsong Bestian Simangunsong Betty Putri Irene Hulu Binur Panjaitan Br Sinaga, Rut Yesika Christmas Jonathan Simanugkalit Delima Padang Despriana Rismawati Tumangger Dicky Cibro Donny Paskah Martianus Siburian Elisamark Sitopu Emmi Silvia Herlina Erman Saragih Erman Sepniagus Saragih Ester Novita Lumban Gaol Firman Gani Manik Flesia Nanda Uli Boangmanalu Hanna Dewi Aritonang Haposan Silalahi Helen Angelita Purba Hombing, Herdiana Boru Hondo, Wantri Hutabarat, Eduard H. Icca Berutu Indra Putra Adi Sinamo Irfan Manik Jungjungan Simorangkir Junjungan Simorangkir Junjungan Simorangkir Listrawati Bancin Bancin Liyus Waruwu Lustani Samosir Maria Kristina Simarmata Maria Widiastuti Maria Widiastuti, Maria Marlinawati Situmorang Marlinawati Situmorang May Rauli Simamora Megawati Manullang Merlin Asima Hutagaol Naibaho, Frainskoy Rio Nicolas Sinaga Nurelni Limbong Nurjannah Sintya Sihotang Nursalina Sihombing P., Julita Herawati Parsaoran Tambunan Pelealu Samuel G Raykapoor, Raykapoor Rencan Carisma Marbun Renti Ardina Gajah Rida Gultom Sarah Erwati Sarnita - Seri Antonius Sidabutar, Benny Anton Sigiro, Adi Suhenra Sihombing, Salomo Simorangkir, Junjungan Sinambela, Maringan Sitanggang, Rawatri Sitompul, Arip Surpi SITOMPUL, SABAR RUDI Sri Agustina Manalu TARIGAN, IWAN SETIAWAN Tasya Salonika Ginting Tesdiami Berutu Tifany Tamba Tiffany Tamba Tiur Imeldawati Tiur Imeldawati Veronika Uliarta Sinaga Yan Pratama Tarigan Yefta Nainggolan