Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Global Farmasi

Penetapan Kadar Senyawa Flavonoid Ekstrak Etanol 96%, Metanol 96%, Etil Asetat 96% Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K.Schum) Dengan Spektrofotometri Uv-Vis Assolikhatul Mubarokah; Kurniawan; Nadia Mira Kusumaningtyas
Jurnal Ilmiah Global Farmasi (JIGF) Vol. 1 No. 1 (2023): JIGF - MEI
Publisher : PC IAI Sragen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jigf.v1i1.1

Abstract

Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah tropis dengan keanekaragaman hayati. Sehingga memiliki banyak potensi dalam mengembangkan produk obat herbal yang berkualitas baik seperti dengan produk obat modern. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan menjadi tanaman obat adalah laos atau lengkuas (Alpinia purpurata K.Schum) sebagai obat antijamur, antigatal, antiinflamasi, antialergi, dan antioksidan. Senyawa metabolit sekunder yang bertanggung jawab sebagai efek tersebut yaitu flavonoid.Efek antioksidan dapat disebabkan karena adanya senyawa radikal bebas melalui atom hidrogen dari gugus hidroksil pada flavonoid Efek antioksidan dapat disebabkan karena adanya senyawa radikal bebas melalui atom hidrogen dari gugus hidroksil pada flavonoid Efek antioksidan dapat disebabkan karena adanya senyawa radikal bebas melalui atom hidrogen dari gugus hidroksil pada flavonoid Tujuan penelitian ini untuk mengetahu kadar flavonoid eksrak rimpang lengkuas merah dari 3 jenis pelarut (etanol 96%, metanol 96%, dan etil asetat 96%) dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil nilai absorbansi pada kurva dihitung persamaan regresi linier kurva baku yaitu y = ax + b. pada kurva standar kuersetin dengan menghitung persamaan regresi linier kurva baku yaitu y = ax + b.Rata-rata kadar flavonoid ekstrak rimpang lengkuas merah sebesar 45,662 mgQE/g ekstrak etanol 96%, 66,476 mgQE/g ekstrak metanol 96%, dan 5,52 mgQE/g ekstrak etil asetat 96%. Perbedaan Janis pelarut menunjukkan hasil kadar tertinggi diperoleh pada ekstrak metanol 96%.
Perbandingan Kadar Total Flavonoid Metode Infusa Dan Rendaman Buah Kurma Ajwa (Phoenix Dactylifera L.) Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis Aural Miftahul Hasanah; K Kurniawan; Amal Fadholah
Jurnal Ilmiah Global Farmasi (JIGF) Vol. 1 No. 1 (2023): JIGF - MEI
Publisher : PC IAI Sragen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jigf.v1i1.2

Abstract

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder dari polifenol, yang ditemukan secara luas pada tanaman serta makanan dan juga memiliki berbagai efek bioaktif termasuk anti-inflamasi anti virus, kardioprotektif, anti-diabetes, anti penuaan, anti kanker dan antioksidan. Salah satu tanaman yang memiliki kandungan flavonoid adalah buah kurma (Phoenix dactylifera L.). Kandungan kadar total flavonoid kurma ajwa (Phoenix dactylifera L.) diketahui dengan menggunakan metode infusa dan rendaman. Infusa dan rendaman kurma ajwa dilakukan dengan menimbang sampel buah kurma sebanyak 50 gram yang dipisahkan dengan bijinya, lalu ditambahkan aquades sebanyak 200 ml hingga kurma ajwa terendam seluruhnya, pada infusa dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit, dihitung ketika suhu dalam panci telah mencapai 90°C dan rendaman didiamkan selama 24 jam. Adanya perbandingan kadar total flavonoid metode infusa dan rendaman buah kurma ajwa (Phoenix dactylifera L.) diketahui dengan analisis kualitatif dengan metode Wilstater dan analisis kuantitatif spektrofotometri Uv-Vis. Perbedaan metode yang digunakan menghasilkan kadar flavonoid yang berbeda. Kadar senyawa flavonoid metode rendaman lebih tinggi (0.1564 % dibandingkan dengan metode infusa (0.0628 %) sesuai dengan hasil uji SPSS dengan nilai sgnifikan < 0.05. Kata kunci: Kadar total flavonoid, infusa ajwa, rendaman ajwa, spektrofotometri Uv-Visible.
Uji Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Buah Labu Air (Lagenaria Siceraria (Molina) Standl.) Dan Madu Multiflora Terhadap Salmonella Typhi Secara In Vitro Desta Astarina Saputri Toasa; K Kurniawan; Solikah Ana Estikomah
Jurnal Ilmiah Global Farmasi (JIGF) Vol. 1 No. 1 (2023): JIGF - MEI
Publisher : PC IAI Sragen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jigf.v1i1.3

Abstract

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak buah labu air (Lagenaria siceraria (Molina) Standl.) dan madu multiflora, serta aktivitas kombinasi keduanya dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi secara in vitro. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan 7 kelompok perlakuan yang terdiri dari 5 kelompok kombinasi ekstrak buah air dan madu multiflora yaitu konsentrasi 100%:0%, 75%:25%, 50%:50%, 25%:75%, 0%:100% v/v dan 2 kelompok kontrol positif dan negatif. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 kali pengulangan. Hasil: Hasil identifikasi senyawa menunjukkan bahwa ekstrak buah labu air mengandung saponin dan polifenol. Sedangkan madu multiflora tidak mengandung satupun senyawa metabolit sekunder baik alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, dan polifenol. Hasil uji antibakteri dengan metode difusi cakram menunjukkan bahwa semua konsentrasi kombinasi eksrak buah labu air dan madu multiflora memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi. Kesimpulan: Konsentrasi teraktif dari kombinasi ekstrak buah labu air dan madu multiflora dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi adalah konsentrasi 0%:100% v/v dengan diamter zona hambat sebesar 20.13 mm.
Uji Perbandingan Aktifitas Antioksidan Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos Caudatus Kunth) Dan Daun Leunca (Solanum Ningrum L) Dengan Metode Dpph (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil) Ivo Silvani; K Kurniawan; Indah Tri Lestari
Jurnal Ilmiah Global Farmasi (JIGF) Vol. 1 No. 1 (2023): JIGF - MEI
Publisher : PC IAI Sragen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jigf.v1i1.4

Abstract

Kenikir dan leunca seringkali digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai penikmat makanan atau yang biasa disebut dengan lalapan. Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) dan Leunca (Solanum ningrum L) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan suatu molekul yang mampu menetralkan efek radikal bebas dalam penstabilan molekul yang berbahaya, dengan cara menerima dan juga mendonasikan elektron untuk mengeliminasi molekul dalam kondisi yang tidak berpasangan. Radikal bebas sering didapatkan dari lingkungan, seperti asap rokok, obat, makanan dalam kemasan, bahan adiktif, dan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak daun kenikir dan daun leunca dengan metode DPPH. Metode yang digunakan dalam pengujian kali ini adalah dengan menggunakan skrining fitokimia dan uji antioksidan dengan DPPH, DPPH merupakan radikal bebas yang stabil. Parameter yang digunakan dalam mengetahui aktivitas antioksidan adalah IC50. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa estrak daun kenikir dan daun leunca memiliki aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan yang tinggi terdapat pada daun leunca dengan nilai IC50 sebesar 91,43 ppm, dan pada daun kenikir menunjukkan aktivitas antioksidan yang lemah dengan nilai IC50 sebesar 706,49 ppm. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun leunca memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dari pada ekstrak daun kenikir.
Analisis Kadar Saponin Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) Lia Farchati; Kurniawan; Indah Tri Lestari
Jurnal Ilmiah Global Farmasi (JIGF) Vol. 1 No. 1 (2023): JIGF - MEI
Publisher : PC IAI Sragen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jigf.v1i1.5

Abstract

Tanaman sirih merah merupakan salah satu tanaman obat potensial yang diketahui secara empiris memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Dari beberapa hasil penelitian ilmiah menyatakan bahwa sirih memiliki kandungan yang berkhasiat dan berjuta manfaat bagi kesehatan. Salah satu senyawa yang bermanfaat pada sirih merah adalah saponin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe saponin yang ada pada ekstrak metanol daun sirih merah dan mengetahui kadar saponin dalam pelarut metanol ekstrak daun sirih merah. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa penelitian secara kualitatif dengan membandingkan uji buih, uji warna dan uji kromatografi lapis tipis. Sedangkan analisa penelitian secara kuantitatif, pengukuran kadar saponin dilakukan dengan gravimetri. Dari hasil penelitian diperoleh kadar saponin ekstrak metanol daun sirih merah sebesar 2.2978 %.
Gambaran Pengetahuan dan Personal Hygiene Santriwati Terhadap Penyakit Skabies di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 2 balqis
Jurnal Ilmiah Global Farmasi (JIGF) Vol. 1 No. 2 (2023): JIGF-September
Publisher : PC IAI Sragen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jigf.v1i2.16

Abstract

Skabies meruoakan penyakit kulit yang ditimbulkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varian hominis. Skabies ini biasanya menyerang orang-orang yang hidup dalam kelompok-kelompok seperti di desa, rumah, penjara, asrama, dan panti asuhan yang memiliki layanan lingkungan yang buruk. Penyakit skabies ini mudah menular dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya.dan juga manusia ke manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan personal hygiene santriwati terhadap penyakit skabies di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 2 Mantingan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan desain sampel jenuh. Sampel ini diambil sebanyak 37 santriwati dengan menggunakan teknik nonprobability sampling (Skala Likert). Hasil pengetahuan berdasarkan definisi dan gejala skabies dengan persentase 59,45%, berdasarkan penyebab skabies dengan persentase 62,62%, berdasarkan pencegahan skabies dengan persentase 51,35%, berdasarkan pengobatan skabies dengan persentase 48,64%. Personal hygiene berdasarkan kebersihan kulit dengan persentase 51,35%, berdasarkan kebersihan badan dengan persentase 62,16%, berdasarkan kebersihan kuku dan tangan dengan persentase 43,24%, berdasarkan kebersihan handuk dengan persentase 64,86%, berdasarkan kebersihan genital dengan perentase 81,08%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar pengetahuan santriwati termasuk dalam kategori baik dan Personal hygiene santriwati sebagian besar termasuk dalam kategori baik.
STUDI PENGARUH KETINGGIAN WILAYAH TERHADAP KADAR SAPONIN PADA LABU AIR (Lagenaria siceraria (Molina) Standl) DAERAH PACET DAN PURI, MOJOKERTO JAWA TIMUR Kurniawan
Jurnal Ilmiah Global Farmasi (JIGF) Vol. 1 No. 2 (2023): JIGF-September
Publisher : PC IAI Sragen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jigf.v1i2.18

Abstract

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional adalah labu air. Buah labu air (Lagenaria siceraria (Molina) Standl) mengandung saponin yang digunakan sebagai antimikroba. saponin di dalam bidang kesehatan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid. Kadar senyawa aktif yang terkandung pada tanaman obat selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe saponin yang ada pada ekstrak labu air dengan metode sokletasi. Labu yang digunakan berasal dari daerah yang memiliki ketinggian yang berbeda yakni Pacet dengan tinggi 700 mdpl dan Puri dengan tinggi 50-100 mdpl. Dilakukan pengujian untuk menghitung kadar saponin pada ekstrak labu air dan dilakukan perhitungan serta perbandingan untuk mengetahui adanya perbedaan kadar saponin pada ekstrak labu air di daerah Pacet dan Puri dengan Metode Gravimetri. Gravimetri merupakan penetapan kuantitatif atau jumlah sampel melalui perhitungan berat zat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa labu air mengandung saponin triterpenoid. Ditandai dengan pembentukan lingkaran cokelat pada uji Liebermann-Burchard. Hasil dari randemen ekstrak labu air di Pacet 20,05% dan Puri 22,10%. Ada perbedaan jumlah kadar saponin dari labu air, yaitu daerah Pacet sebesar 10,37% dan daerah Puri 14,61%, perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti ketinggian pada dimana sampel diambil.