Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Pemanfaatan Pekarangan sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Aliefman Hakim; Ellend Putri Kurnia; Nurul Lasmini; Ade Nusa Putra Dinata; Idmayanti Idmayanti; Irawanti Irawanti; Rosida Rosida; Rosmini Rosmini; Nurul Sakina
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sains Indonesia Vol. 3 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (863.111 KB) | DOI: 10.29303/jpmsi.v3i1.107

Abstract

Telaga Baru A is one of the area located in Telaga Bertong Village, Taliwang District, West Sumbawa Regency, West Nusa Tenggara Province, which had not used the house yard to improve the community's economy and national food security. One of the applicable steps that can be applied to optimize the yards of residents is the "Sustainable Food Homes" program. The Sustainable Food House program was a program of community service and empowerment in the local village in optimizing the house yard by planting organic vegetable seeds using the verticulture method. The verticulture method was a technique of cultivating plants vertically, so that planting was carried out in stages. The stages of the verticulture method were preparation of tools and materials, seeding, filling the soil in polybags, transferring seeds, and monitoring which was carried out in the morning and during the day. The vegetable seeds used include cabbage seeds, mustard greens, chilies, lettuce, celery, purple eggplant, fresh eggplant, water spinach, onions and spinach. To support plant growth and productivity, composting and application of compost to plant seeds was also carried out in this service activity. The result of implementing the Sustainable Food House and making compost was the improvement of the skills of the local people, so they were able to continue the program with village officials and achieve the goals they want to achieve.Keywords: Vegetable Seeds, Home Yard, Compost, Verticulture
PENGEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT MELALUI PENERAPAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI KECAMATAN BUKAL KABUPATEN BUOL PROPINSI SULAWESI TENGAH Rosmini Rosmini; Irwan Lakani; Najamudin Najamudin
Jurnal Abditani Vol. 2 No. 1 (2019): April
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.427 KB) | DOI: 10.31970/abditani.v1i0.16

Abstract

Program Kemitraan Wilayah (PKW) yang sebelumnya bernama Ipteks bagi wilayah (IbW) di Kecamatan Bukal Kabupaten Buol dilakukan berdasarkan kenyataan yang ada dalam masyarakat yakni: masih sebagian besar hidup dalam ketidakberdayaan ekonomi, potensi masyarakat dan sumberdaya alam lingkungannya cukup tersedia belum termanfaatkan dengan baik dan arif, penatakelolaan sumber-sumber potensi ekonomi proposional dan profesional. Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas PKW Kecamatan Bukal Kabupaten Buol dilaksanakan agar dapat mendorong masyarakat dalam memanfaatkan potensi SDA yang dimiliki secara baik dan arif untuk meningkatkan kesejahteraannya. PKW Kecamatan Bukal Kabupaten Buol dimaksudkan untuk mendorong masyarakat dalam memanfaatkan potensi SDA yang dimiliki secara baik dan arif untuk meningkatkan kesejahteraannya. PKW Kecamatan Bukal berlangsung selama 3 tahun yakni tahun I (tahun 2016) dengan kegiatan berupa sosialisasi kepada aparat pemerintah Kabupaten Buol dan kepada masyarakat di 2 desa di wilayah Kecamatan Bukal yakni Desa Mooyong dan Desa Modo serta program pemberdayaan masyarakat berupa penyuluhan dan pelatihan, demonstrasi dan demplot teknologi pertanian. Pada tahun kedua (tahun 2017) telah dilaksanakan kegiatan penyebarluasan teknologi pertanian dan teknologi tepat guna serta home industry kepada anggota masyarakat serta rintisan kewirausahaan bagi masyarakat. Pada tahun ketiga (tahun 2018) dilaksanakan pengembangan produk kelompok masyarakat berupa pelabelan, promosi dan pemasaran hasil produk PKW. Selain itu juga dilakukan pengembangan rumput hijuan ternak dan renovasi kandang ternak masyarakat. Metode yang diterapkan pada PKW tahun ketiga (tahun 2018) adalah pendampingan dan pembinaan masyarakat yang difokuskan kepada kelompok tani, peternak dan kelompok TTG serta home industry yang telah memiliki kegiatan usaha dari hasil pelaksanaan PKW tahun pertama dan kedua (2016-2017). Hasil pelaksanaan PKW tahun ketiga (tahun 2018) di Kecamatan Bukal telah dilakukan pendampingan masyarakat dalam pengembangan kegiatan produktif masyarakat. Kegiatan produktif masyarakat tersebut adalah pengembangan dan penyebarluasan budidaya jagung, pengembangan bioinsektisida dan biofungisida, pengembangan pupuk organik cair dan pupuk organik granul, dan pengembangan hijauan untuk pakan ternak, dan pelabelan, promosi serta pemasaran hasil produk masyarakat berupa jagung pipilan, biokultur, dan berbagai pupuk kandang granul
PKM PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PENGELOLAANHAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KAKAO BERBASIS KEARIFAN LOKAL Christoporus Christoporus; Rosmini Rosmini
Jurnal Abditani Vol. 3 No. 1 (2020): April
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.39 KB) | DOI: 10.31970/abditani.v2i0.37

Abstract

Kelompok tani mitra dalam pelaksanaan program kemitraan masyarakat ini adalah kelompok tani “Tunas Harapan” yang berlokasi di Desa Sejahatera Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi beranggotakan 15 orang petani dan termasuk kelompok tani produktif dan aktif melaksanakan aktvitis usaha tani kakao. Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani tersebut dalam usaha tani kakao adalah: (1). tanaman kakao kurang produktif karena sudah berusia tua (2) serangan hama penggerek dan pengisap buah kakao 3). serangan penyakit busuk buah dan pembuluh kayu atau Vascular Streak Dieback (VSD) (4). Kurang perawatan tanaman kakao oleh petani. Hasil rembuk dengan anggota kelompok tani mitra disepakati untuk menyelesaikan permasalahan yang dianggap prioritas untuk segera diatasi dalam pelaksanaan program kemitraan masyarakat ini yakni upaya peningkatan produktivitas tanaman kakao dan pengendalian hama dan penyakit dengan teknologi tepat guna berbasis kearifan lokal serta perbaikan manajamen kelompok tani. Program kemitraan masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota kelompok tani mitra dalam perakitan teknologi tepat guna dalam perbaikan budidaya tanaman kakao, teknologi tepat guna dalam pengendalian hama kakao, teknologi tepat guna pengendalian penyakit kakao, serta teknologi tepat guna pengembangan pupuk organik. Metode yang akan diterapkan adalah : pelatihan, demonstrasi teknologi, demplot, pendampingan dan pembinaan yang dilakukan secara partisipatif. Pada pelaksanaan pelatihan dan demplot akan diberikan materi tentang teknologi tepat guna side grafting, pengendalian hama PBK menggunakan predator Dolichoderus thoracicus, teknologi tepat guna pengendalian penyakit penyakit busuk buah kakao dengan biofungisida, dan teknologi tepat guna pembutan pupuk organik berbahan baku limbah kulit buah kakao. Hasil akhir yang diharapakan dari program ini adalah terjadinya kesinambungan produksi kakao masyarakat agar penghasilan yang diterima tetap dapat dipertahankan dengan tersedianya paket teknologi tepat guna yang ramah lingkungan dan berkelanjutan serta berbasis kearifan lokal.
PROGRAM PENGEMBANGAN DESA MITRA: PENDAMPINGAN KELOMPOK PEMBUDIDAYA TANAMAN OBAT ASYIFA’A DALAM PELAKSANAAN KONSERVASI DAN PASCA PANEN UNTUK PENINGKATAN MUTU SIMPLISIA OBAT TRADISIONAL Rosmini Rosmini; Nur Edy; Andi Ete; Sri Anjar Lasmini; Dwi Rohma Wulandari; Nur Hayati; Nur Khasanah; Abdul Wahid; Riskayanti; Idul Fuqra
Jurnal Abditani Vol. 5 No. 1 (2022): April
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/abditani.v5i1.104

Abstract

Kelompok pembudidaya tanaman obat Asyifa’a Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi dikenal oleh masyarakat Sulawesi Tengah karena sudah memproduksi ramuan dari berbagai jenis tanaman obat, baik yang digunakan untuk pengobatan ataupun untuk kesegaran tubuh. Dalam membuat berbagai jenis ramuan obat tradisional, bahan tanaman obat diperoleh dari habitatnya atau pun yang dibudidayakan. Terdapat beberapa diantaranya yang tergolong langka. Tanaman yang digunakan sebagai bahan baku sebaiknya berupa tanaman budidaya.. Teknik budidaya yang baik namun tanpa disertai penanganan pasca panen yang tepat dapat menurunkan kualitas simplisia yang dihasilkan. Program pengembangan desa mitra bertujuan untuk melakukan pendampingan kepada kelompok pembudidaya tanaman obat dalam pelaksanaan konservasi dan penanganan pascapanen untuk pelestarian tanaman obat dan peningkatan mutu simplisia obat tradisional. Metode yang diterapkan dalam pelaksanaan program pengabdian Skim Desa Mitra ini adalah pelatihan dan pendampingan. Metode pelatihan digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta dalam menerapkan teknologi yang disampaikan, sedangkan metode pendampingan digunakan untuk memantapkan teknologi yang diadopsi oleh peserta agar lebih mapan dan berkelanjutan. Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa penanaman tanaman obat di areal konservasi dan di halaman pekarangan yang sesuai dengan standar operasional prosedur untuk setiap jenis tanaman obat menghasilkan pertumbuhan yang baik sehingga bahan baku simplisia yang dipanen dapat terjamin kualitasnya. Budidaya tanaman obat di luar habitat aslinya merupakan salah satu tindakan konservasi untuk pelestarian tanaman obat.
Pengaruh dekomposisi Trichoderma virens pada berbagai jenis kompos kotoran ternak untuk menekan penyakit busuk pangkal batang bawang merah Rosmini Rosmini; Nur Hayati; Burhanuddin Nasir; Flora Pasaru; Sri Anjar Lasmini

Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.194 KB) | DOI: 10.35891/agx.v11i2.2081

Abstract

Palu Valley shallot production is still very low namely 5.31 tonnes/ha when compared to national production which reaches 9.7 tonnes/ha, this is due to the attack of the base stem rot disease caused by Fusarium oxsyporum f.sp. cepae. This study aims to determine the effect of various types of organic fertilizer decomposed by Trichoderma virens on the incidence of stem rot disease and shallot yields. The research was conducted at the Laboratory of Pests and Plant Diseases, Faculty of Agriculture, Tadulako University, and shallot planting in Oloboju Village, Sigi Biromaru District, Sigi Regency, Central Sulawesi Province and lasted from March 2018 to August 2018. This research used a Randomized Block Design (RBD) with five treatments consisting of, without organic fertilizer (B0), cow manure 10 tons/ha + Trichoderma virens 100g/L (B1), chicken manure 10 tons/ha + T. virens 100g/L (B2), goat manure 10 tons/ha + T. virens 100g/L (B3), and petrogenic 5 tons/ha+ T. virens 100g/L (B4). The results showed that the use of 10 tons/ha cow manure decomposed by T. virens (B1) can reduce the intensity of stem rot disease on the Palu Valley shallot which is 5.61% to be 1.88% (3rd week) and 2.89% to be 0.98% (7th week), and increase shallot yield from 4.09 tons/ha to be 7.48 tons/ ha.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknik Integrasi Tanaman-Ternak Berbazis Zero Waste Agriculture Nur Hayati; Sitti Rahmawati; Usman Made; Haerani Maksum; Sri Anjar Lasmini; Rosmini Rosmini
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2021): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v5i1.4596

Abstract

The potential of agricultural and livestock resources in Pombewe Village is quite available but not yet optimally utilized by the community. Agricultural land is still largely abandoned and livestock are still left to graze themselves. The problem faced by the community is the lack of skills on how to improve agricultural products. This community empowerment program aims to assist the community in applying the integration of zero waste agriculture techniques. The method applied is community development with activities in the form of counseling, training, demonstration plots and mentoring with output targets is to increase the community's insight, knowledge and skills. The results achieved were an increase in community knowledge and skills characterized by the ability of the community to use agricultural and livestock waste to be economically valuable by making liquid organic fertilizer, compost, and can cultivate forage grass as animal feed
Bimbingan Teknik Budidaya Tumbuhan Obat Untuk Penyediaan Simplisia Obat Herbal Bagi Masyarakat Rosmini; Sri Anjar Lasmini; Andi Ete; Dwi Rohma Wulandari; Nur Edy; Nur Hayati; Asgar Taeyeb
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 2 (2021): April 2021, Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v5i2.4641

Abstract

The cultivation of rare and or wild medicinal plants is one of the strategies to make it easier when needed and also to produce quality simplicia. The partner village program aims to assist the community in carrying out medicinal plant cultivation. The community service activities were carried out in the conservation area of ​​medicinal plants and in the residents' yards in Pakuli Village and lasted for 4 months, from March 2020 to July 2020. The method applied was counseling and technical guidance. The results of the activities showed that the training and technology demonstration were well implemented and were accepted by the community. Counseling activities increase knowledge that is characterized by increased skills when practicing medicinal plants. Species that are cultivated in conservation areas are those that grow wild and rare, while in people's yards it is the species most widely used as medicine and which is of economic value.
Karakterisasi Jamur Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang (Basal Rot) pada Bawang Wakegi (Allium x wakegi Araki) Asrul - Asrul; Rosmini Rosmini; Ade Rista; Intan Dwi Astuti; Ahmad Yulianto
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 4, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (775.133 KB) | DOI: 10.37637/ab.v4i3.835

Abstract

Bawang wakegi merupakan hasil persilangan alami antara bawang merah (Allium cepa L. aggregatum group) dan bawang daun (Allium fistulosum L.).  Salah satu faktor yang mengganggu pertumbuhan dan mempengaruhi hasil produksi bawang wakegi di lapang adalah keberadaan penyakit busuk pangkal batang (basal rot) atau layu Fusarium.  Penyakit ini disebabkan oleh banyak spesies dari jamur patogen Fusarium spp yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik jamur patogen busuk pangkal batang yang menyerang bawang wakegi sehingga dapat dipastikan patogen penyebabnya.  Tahapan penelitian meliputi pengambilan sampel, isolasi jamur, uji patogenisitas,  dan karakterisasi secara makroskopis dan mikroskopis.  Hasil karakterisasi jamur patogen yang menginfeksi bawang wakegi mengarah pada karakteristik jamur F. oxysporum f.sp. cepae.
PROGRAM PENGEMBANGAN DESA MITRA: PENYEDIAAN OBAT HERBAL BAGI MASYARAKAT MELALUI USAHA KONSERVASI TUMBUHAN OBAT DI HALAMAN PEKARANGAN Rosmini Rosmini; Andi Ete; Nur Edy; Mohammad Yunus; Sri Anjar Lasmini; Flora Pasaru; Dwi Rohma Wulandari; Sisi Pratiwi; Riskayanti Riskayanti
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 4 (2021): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mewujudkan Pemulihan dan Resiliensi Masya
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.407 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v4i0.1164

Abstract

Potensi keanekaragaman tumbuhan liar yang bermanfaat sebagai obat-obatan masih banyak diabaikan oleh masyarakat. Permasalahan ini terjadi antara lain karena pengetahuan yang dimiliki masyarakat masih tergolong rendah. Program pengembangan desa mitra bertujuan untuk meningkatkan pertisipasi masyarakat dalam mendukung tercapainya pusat konservasi tumbuhan obat (TO) di Sulawesi Tengah. Metode yang diterapkan adalah community development atau pengembangan masyarakat dengan langkah-langkah operasional adalah pembentukan kebun konservasi dan klinik tumbuhan obat dengan sasaran mengusahakan sebanyak mungkin tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan obat tradisional sebagai sumber plasma nutfa agar tidak punah dan menjadi sumber informasi. Hasil pelaksanaan pelatihan teknik konservasi tumbuhan obat untuk mendukung progam penyediaan obat herbal di Sulawesi Tengah kepada masyarakat di Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa berlangsung dengan baik dan dapat diadopsi oleh masyarakat yang diindikasikan dengan kegiatan penanaman tumbuhan obat oleh masyarakat di halaman pekarangan rumah masing-masing. Pelaksanaan penyuluhan yang diikuti sebanyak 35 orang peserta dari 2 kelompok mitra dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya ketrampilan pada saat praktek budidaya tumbuhan obat, baik yang dilaksanakan di areal konservasi maupun di lahan pekarangan. Dengan konservasi tumbuhan obat terutama yang tergolong langka, maka masyarakat dapat mendekatkan diri dengan tumbuhan obat langka tersebut untuk kepentingan penyediaan obat herbal bagi anggota keluarganya
PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH LEMBAH PALU PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR BIOKULTUR URIN SAPI Sri Anjar Lasmini; Imam Wahyudi; Burhanuddin Nasir; Rosmini Rosmini
Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Vol 24, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.443 KB)

Abstract

Shallot growth is strongly influenced by climatic factors and available soil nutrients. By doing appropriate fertilization, the plants will get the nutrients needed. This study aimed to determine the effect of cow urine bioculture (liquid organic fertilizer) rates on shallot growth and yield. The research was conducted in Oloboju village, Sigi Biromaru sub district, Sigi Regency, Central Sulawesi Province from March to June 2017. The study used a randomized completely design which consisted of with no application of bioculture liquid fertilizer (B0), 250 L ha-1bioculture liquid (B1), 500 L ha-1bioculture liquid (B2) and 750 Lha-1bioculture liquid (B3). Each treatment was replicated four times, so there were 16 experimental units. Each unit of experiment consisted of 260 plants so that a total of 4160 plants were grown. The results showed that the bioculture liquid fertilizer applied at the rate of 750 L ha-1 resulted in significantly higher plant height, bulb diameter, bulb water content, number of tillers per hill, fresh weight of bulb,  bulb bulk weight, dry weight of plant and bulb yield per hectare compared to the other treatments. Adding the bioculture liquid fertilizer at the rate of  750 L ha-1  produced  shallot bulb of  9.27 ton ha-1.