Suroso .
Pusat Teknologi Rekayasa dan Keselamatan Nuklir (PTRKN)- BATAN Kawasan Puspiptek Gedung 80, Serpong, Tangerang 15314

Published : 33 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN KADAR AIR TERHADAP TEKANAN PENGEMBANGAN TANAH EKSPANSIF ARAH VERTIKAL Fardiansyah, Abdul Hakim; ., Harimurti; ., Suroso
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.301 KB)

Abstract

Tanah lempung ekspansif memiliki potensi mengembang yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan jenis tanah lempung yang lainnya. Tanah jenis ini dapat dijumpai di beberapa tempat, salah satunya di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.  Tanah lempung ekspansif ini merupakan jenis tanah yang memiliki butiran halus dengan ukuran koloidal yang terbentuk dari mineral montmorillonite, illite dan kaolinite. Semua tanah lempung ekspansif akan mempunyai sifat mengembang dan menyusut yang besar, itu terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kadar air. Pengujian yang dilakukan menggunakan alat oedometer, dimana cara pemasangan pada alat oedometer sama dengan percobaan konsolidasi, dan pengujiannya sesuai dengan SNI 6424:2008. Metode pengujian dan analisanya menggunakan metode A yang sesuai dengan SNI, pengujiannya dilakukan selama kurang lebih 2,5 bulan. Tekanan yang diberikan sebesar 5; 10; 20; 40; 80, kPa dst, hingga pembacaan nilai angka porinya sama / kembali ke angka pori awal. Hasil pengujian yang dilakukan mendapatkan dua parameter, yaitu potensi pengembangan dan tekanan pengembangan. Pada sampel 1 kadar air OMC, potensi pengembangannya didapatkan nilai 1,251%, OMC -5% didapatkan nilai 1,377%, OMC +5% didapatkan nilai 0,999%, sedangkan pada sampel 2 nilai kadar air OMC sebesar 1,106%, OMC -5% didapatkan nilai 1,194%, OMC +5% didapatkan nilai 0,864%. Untuk tekanan pengembangan pada sampel 1 kadar air OMC, didapatkan nilai 1295 kPa, OMC -5% didapatkan nilai 1495 kPa, OMC +5% didapatkan nilai 1195kPa, sedangkan pada sampel 2 nilai kadar air OMC sebesar 1195 kPa, OMC -5% didapatkan nilai 1295 kPa, OMC +5% didapatkan nilai 1095 kPa. Dari hasil tersebut, didapatkan bahwa, jika kadar air ditambahkan, maka potensi pengembangan dan tekanan pengembangannya akan berkurang, apabila kadar air dikurangi, maka potensi pengembangan dan tekanan pengembangannya besar. Hal ini dikarenakan adanya pergerakan air ke daerah kation (interlayer) yang merupakan lapisan ganda pada permukaan lempung. Lapisan ganda ini dapat menarik air secara elektrik kemudian berada di sekitar partikel lempung yang dikenal sebagai lapisan air ganda. Kata kunci : Tanah Ekspansif, Pengembangan, Tekanan Pengembangan, Oedometer.
PENGARUH VARIASI JARAK CELAH PADA KONSTRUKSI DINDING PASANGAN BATA BETON BERTULANG PENAHAN TANAH TERHADAP DEFORMASI LATERAL DAN BUTIRAN LOLOS CELAH DARI LERENG PASIR + 10 % KERIKIL Febrianti, Nita Dwi; ., Wisnumurti; ., Suroso
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.83 KB)

Abstract

Dinding penahan tanah yang efektif, seharusnya bisa mengalirkan air secara dua arah sehingga infiltrasi air sungai tidak hanya terjadi pada dasar sungai saja namun juga menyamping, baik dari air tanah menjadi air sungai maupun sebaliknya melalui dinding penahan tanah. Dalam penelitian ini digunakan dinding pasangan bata beton bertulang dengan beberapa variasi jarak celah, yaitu sebesar 1cm; 1,5cm dan 2 cm. Meskipun terdapat celah dalam masing-masing dinding, diharapkan dapat menahan beban berupa tanah lereng yang berada di belakang dinding. Celah inilah yang nantinya digunakan untuk mengalirkan air secara dua arah. Dinding akan mengalami deformasi akibat adanya tekanan tanah lateral yang bekerja secara tegak lurus pada bidang dinding Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi jarak celah antar pasangan bata beton bertulang pada dinding penahan tanah terhadap deformasi lateral. Selain itu untuk mengetahui besarnya butiran yang lolos celah dari lereng pasir +10% kerikil pada masing-masing variasi jarak celah. Selain itu dilakukan pengujian butiran yang lolos celah dengan menggunakan simulasi hujan pada lereng tersebut dengan tujuan untuk mengetahui banyaknya tanah yang lolos celah pada dinding. Pengujian ini dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu menggunakan ijuk dan tanpa adanya ijuk. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jarak celah antar pasangan bata beton bertulang pada dinding penahan tanah mempengaruhi deformasi lateral. Semakin besar jarak celah, deformasi yang terjadi akan semakin kecil. Selain itu adanya pengaruh jarak celah terhadap jumlah butiran yang lolos dari  pasangan dinding bata beton bertulang. Semakin besar jarak celah, jumlah butiran yang lolos semakin besar.   Kata-kata kunci: dinding pasangan bata beton bertulang, deformasi lateral, simulasi hujan, butiran lolos celah.
Pengaruh Lama Waktu Curing Terhadap Nilai CBR Dan Swelling Pada Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro Dengan Campuran 15% Fly Ash L Tobing, Benny Christian; ., Suroso; Zaika, Yulvi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.115 KB)

Abstract

Tanah lempung  yang ekspansif merupakan tanah yang memiliki daya dukung rendah dan kembang susut yang tinggi, oleh karena itu diperlukan suatu upaya stabilisasi agar nilai CBR dan swelling menjadi lebih baik sehingga dapat digunakan sebagai tanah dasar dalam suatu konstuksi. Tanah dari daerah Bojonegoro menjadi bahan uji dalam penelitian ini. Dari hasil pengujian fisik tanah diketahui bahwa tanah di daerah Bojonegoro merupakan tanah lempung ekspansif dengan nilai CBR 3,909% dan nilai swelling 3,982%, oleh karena itu tanah tersebut memerlukan upaya stabilisasi. Upaya stabilisasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pencampuran bahan aditif berupa fly ash.  Dalam penelitian ini dilakukan pengujian pendahuluan dengan pencampuran kadar fly ash 5%, 10%, 15%, dan 20%. Berdasarkan hasil dari pengujian pendahuluan, kadar optimum fly ash yang dapat digunakan sebagai bahan stabilisasi adalah 15%. Pencampuran tanah lempung ekspansif dengan 15% fly ash menghasilkan nilai CBR sebesar 7,892% dan nilai swelling 1,018%. Dengan melakukan curing pada campuran tanah lempung ekspansif dengan 15% fly ash, dapat menghasilkan nilai CBR dan swelling yang lebih baik. Waktu curing untuk menghasilkan CBR terbesar dan swelling terkecil adalah 28 hari. Curing selama 28 hari menghasilkan nilai CBR terbesar yaitu 16,948% dan nilai swelling terkecil yaitu 0,381%. Curing selama 28 hari dapat meningkatkan nilai CBR sebesar 433,6% dan nilai swelling turun hingga 1045,1%. Kata kunci: Lempung Ekspansif, Stabilisasi Tanah, Fly Ash, CBR, Swelling, Curing
PENGARUH VARIASI SUDUT DAN LEBAR PONDASI TERHADAP DAYA DUKUNG DENGAN RASIO JARAK DAN LEBAR PONDASI SEBESAR DUA KALI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTILE Setiawan, Andri Ari; Munawir, As’ad; ., Suroso
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.535 KB)

Abstract

Kebutuhan akan lahan kosong sangatlah besar dan mendorong manusia untuk memanfaatkan lahan-lahan yang ada termasuk tanah lereng. Kondisi tanah lereng tidak lebih kuat dibandingkan dengan tanah datar sehingga daya dukung pondasinya lebih rendah dan diperlukan adanya perbaikan tanah salah satunya dengan perkuatan geotekstile. Analisa perkuatan dilalukan pada pemodelan lereng pasir dengan RC 74% dimana digunakan variasi kemiringan sudut 46°, 51° dan 56° serta variasi lebar pondasi 4cm, 6cm, dan 8cm. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa semakin besar kemiringan sudut lereng maka daya dukung akan semakin kecil serta apabila semakin besar lebar pondasi yang digunakan maka daya dukung akan semakin besar pula. Berdasarkan variabel penelitian yang digunakan maka daya dukung ultimit yang paling maksimal adalah pada saat kondisi kemiringan sudut 46° dengan lebar pondasi 8cm.   Kata kunci : daya dukung pondasi, lereng, geotekstil, variasi kemiringan lereng, variasi lebar pondasi
PENGARUH LEBAR PONDASI DAN JUMLAH LAPISAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR DENGAN KEMIRINGAN 51° Christine, Rini; ., Suroso; Munawir, As’ad
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.014 KB)

Abstract

Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dengan sudut tertentu terhadap bidang horizontal dan memiliki sifat tanah yang lunak dan tentunya sangat riskan terhadap bahaya longsor. Tanah longsor terjadi karena tanah kehilangan kekuatan geser dan daya dukung akibat tingginya kandungan air di dalam tanah yang disebabkan tingginya intensitas curah hujan. Daya dukung tanah merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi keruntuhan lereng. Semakin besar daya dukung tanah maka kemungkinan keruntuhan tanah akan semakin kecil. Pada penelitian ini dibuat 9 buah benda uji dengan 3 variasi jumlah lapisan geotekstil dan 3 variasi dimensi lebar pondasi untuk pondasi menerus yang diletakkan di permukaan lereng dengan sudut 51° dan RC 74%. Lereng dibuat dengan tiga variasi jumlah lapisan geotekstil, yaitu 1 lapis, 2 lapis, dan 3 lapis dan tiga variasi dimensi lebar pondasi yaitu 4 cm, 6 cm, dan 8 cm. Penempatan pondasi ke tepi lereng senilai B atau senilai dengan lebar pondasi yang dipergunakan. Untuk pemasangan geotekstil digunakan jarak antar geotekstil 3,2 cm dengan panjang 40 cm. Hasil yang didapatkan berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan pengaruh variasi lebar pondasi dan jumlah lapisan geotekstil pada pemodelan fisik lereng pasir dengan sudut 51° dan RC 74% menunjukkan terjadi peningkatan daya dukung pondasi menerus pada lereng dengan menggunakan perkuatan geotekstil dibandingkan dengan lereng tanpa perkuatan. Dan semakin lebar pondasi yang digunakan, maka semakin besar beban runtuh yang mampu ditahan oleh pondasi, akan tetapi daya dukung pondasi semakin menurun. Semakin banyak junlah lapis geotekstil yang digunakan, maka semakin besar daya dukung yang diberikan oleh pondasi. Berdasarkan analisis BCIqu dan BCIs yang terjadi, maka lebar dan jumlah lapis geotekstil yang paling maksimum terdapat pada B = 8 cm dengan jumlah lapisan geotekstil 3 lapisan.   Kata kunci: lereng pasir,  pondasi menerus, daya dukung, geotekstil
PENGARUH VARIASI JUMLAH DAN JARAK ANTAR LAPIS GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI MENERUS PADA TANAH PASIR POORLY GRADED Wijaya, Gresi Dadik; ., Suroso; ., Harimurti
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The damages of the buildings construction such as of buildings wall cracks caused by shear failure on the decrease excess. The main problem on the poorly graded sand  is a high decrease and low soil bearing capacity when given the imposition on it. A way to increase the bearing capacity can be reached by administration of reinforcement. The used reinforcement system is by installing geotextile geocomposite. The geotextile function is as the reinforcement soil where geotextile interacts with soil of friction or adhesion force to resist attractive force, so that the soil bearing capacity can be increased. This study used a variation on the distance between the reinforcement 0.2B, 0.3B, and 0.4B as well as variations in the amount of reinforcement that is one, two and three. The results of the installation of geotextile in this study indicates that the has increased bearing capacity models. Where an increase in the maximum bearing capacity occurs when the distance between the number of layers of reinforcement 0.2B and the others. Based on this test it can be concluded that the closer the distance between the reinforcement and the bigger number of layers of reinforcement, the bigger bearing capacity. Keywords : bearing capacity, decrease, geotextile-geocomposite, distance between the reinforcement, amount of reinforcement, continuous foundation.
PENGARUH VARIASI JUMLAH DAN JARAK ANTAR LAPIS GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI MENERUS PADA TANAH PASIR POORLY GRADED Wijaya, Gresi Dadik; ., Suroso; ., Harimurti
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (965.483 KB)

Abstract

The damages of the buildings construction such as of buildings wall cracks caused by shear failure on the decrease excess. The main problem on the poorly graded sand  is a high decrease and low soil bearing capacity when given the imposition on it. A way to increase the bearing capacity can be reached by administration of reinforcement. The used reinforcement system is by installing geotextile geocomposite. The geotextile function is as the reinforcement soil where geotextile interacts with soil of friction or adhesion force to resist attractive force, so that the soil bearing capacity can be increased. This study used a variation on the distance between the reinforcement 0.2B, 0.3B, and 0.4B as well as variations in the amount of reinforcement that is one, two and three. The results of the installation of geotextile in this study indicates that the has increased bearing capacity models. Where an increase in the maximum bearing capacity occurs when the distance between the number of layers of reinforcement 0.2B and the others. Based on this test it can be concluded that the closer the distance between the reinforcement and the bigger number of layers of reinforcement, the bigger bearing capacity. Keywords : bearing capacity, decrease, geotextile-geocomposite, distance between the reinforcement, amount of reinforcement, continuous foundation.
ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN TIANG (PILE) DENGAN BANTUAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS PADA SUNGAI PARIT RAYA) Nurmanza, Edwindhi; Suyadi, Widodo; ., Suroso
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839.759 KB)

Abstract

Indonesia mempunyai kondisi struktur geologi dan geografi yang beraneka ragam. Dari kondisi yang beraneka ragam tersebut salah satunya adalah seperti daerah lereng. Daerah lereng Indonesia rata-rata memiliki tanah yang kurang stabil. Sehingga, secara tidak langsung memberikan potensi bahaya terhadap terjadinya longsor.  Kendatipun begitu, daerah seperti itu masih banyak digunakan sebagai daerah pemukiman warga. Maka tidak heran saat terjadi longsor, banyak kerugian yang didapat baik berupa nyawa maupun harta benda. Oleh karena itu, harus ada cara alternatif di dalam pencegahan mengurangi bahaya longsor. Perkuatan lereng merupakan salah satu cara alternatif yang sesuai untuk menstabilkan kondisi lereng yang rawan terjadi longsor. Studi kasus yang digunakan adalah pada Sungai Parit Raya yang berlokasi di Desa Ngadirejo, Kecamatan Pogalan, sebelah Utara Kota Trenggalek. Untungnya, pemukiman warga berjarak cukup jauh dari lereng Sungai Parit Raya, sehingga tidak mengakibatkan adanya korban jiwa saat terjadi longsor. Mulanya, pemerintah di Trenggalek sudah  membangun suatu dinding penahan di lereng sungai tersebut, tetapi masih belum bisa untuk menahan kelongsoran tanah di daerah tersebut. Dari data yang ada, kelongsoran terjadi sepanjang 90 m dari total panjang dinding penahan yaitu 375 m. Dinding penahan tersebut memiliki ketinggian sekitar 8 sampai 8,5 m. Pada perbaikan lereng diperoleh desain perkuatan pile dengan bronjong sebagai facing. Jarak antar pile arah memanjang yaitu 0,8 m dan dalam arah melintang 1,2 m. Diameter pile yang dipakai yaitu 40 cm dengan panjang pile sebesar 2 kali dari tinggi pias sebelum diperkuat pile. Dari hasil desain analisis dengan SLOPE/W didapatkan angka keamanan sebesar 1,554 yang awalnya 0,306 sebelum diperkuat. Selain itu, untuk membandingkan hasil angka keamanan dengan software, maka dicoba dengan memakai analisis manual dengan metode irisan, diperoleh angka keamanan 1,476 setelah diperkuat yang mulanya 0,333 sebelum diperkuat. Hasil dari desain tersebut diperoleh rencana anggaran biaya sebesar: Rp 3.448.883.000,00 (Tiga Miliar Empat Ratus Empat Puluh Delapan Juta Delapan Ratus Delapan Puluh Tiga Ribu Rupiah).   Kata kunci: SLOPE/W, Stabilitas lereng, Pile.
Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography) Saidah, Heni Dewi; Suryo, Eko Andi; ., Suroso
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.672 KB)

Abstract

Banyak sekali metode penyelidikan tanah yang sering dilakukan di lapangan. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah geolistrik (ERT). Keunggulannya, yaitu  waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya relatif lebih singkat serta biaya yang yang dibutuhkan untuk peralatan dan mobilisasi lebih murah. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lempung ekspansif serta tanah pasir. Tanah tersebut dimasukkan ke dalam kotak dari bahan yang bersifat isolator dengan ukuran  0,5 m x 0,15 m x 0,15 m. Jumlah model test yang digunakan adalah 9 model percobaan. Tujuannya untuk mengetahui nilai resistivitas tanah lempung dengan tiga variasi kadar air, sebesar 22%, 27%, dan 32% untuk kepadatan yang sama. Sedangkan untuk tanah pasir digunakan kadar air sebesar 7%. Selain itu, model dibuat dalam tiga jenis lapisan yang berbeda untuk setiap nilai kadar air, yaitu jenis lapisan horisontal, vertikal, dan diagonal. Metode yang digunakan adalah metode schlumberger dan dibantu dengan alat resistivitymeter. Alat tersebut terhubung dengan  elektrode yang diinjeksikan ke dalam tanah yang diteliti sehingga akan menghasilkan nilai beda potensial dan arus yang selanjutnnya dapat menampilkan resistivitas bawah permukaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan penambahan kadar air dapat menurunkan nilai resistivitas, misal untuk nilai minimum diperoleh hasil 40,52 Ωm menjadi 25,63 Ωm dan 11,89 Ωm. Selain itu, hasil inversi 2 dimensi menunjukkan perbedaan gradasi warna untuk setiap lapisan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar air dan jenis lapisan tanah berpengaruh terhadap nilai resistivitas hasil dari geolistrik. Kata Kunci: kadar air, resistivitas, ERT, tanah lempung
PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN DAN JUMLAH LAPISAN PERKUATAN GEOGRID TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA PEMODELAN FISIK LERENG TANAH PASIR Ghazian, Dio; Munawir, As'ad; ., Suroso
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1748.144 KB)

Abstract

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat di setiap tahunnya, lahan untuk pembangunan di tanah datar pastinya akan berkurang pula. Oleh karena itu, pembangunan akan mulai bergeser ke arah lahan yang masih belum banyak dimanfaatkan yaitu di atas tanah lereng. Akan tetapi pembangunan di atas tanah lereng haruslah diperhitungkan dan diteliti lebih lanjut mengingat nilai daya dukung pondasi pada tanah lereng lebih kecil apabila dibandingkan dengan nilai daya dukung pondasi pada tanah datar. Pemodelan lereng tanah pasir pada penelitian ini dibuat dengan nilai kepadatan relatif sebesar 74% untuk setiap lerengnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel sudut kemiringan lereng dan jumlah lapisan geogrid yang digunakan sebagai bahan perkuatan. Variabel sudut kemiringan lereng yang digunakan adalah 46º, 51º, dan 56º, sedangakan untuk variabel jumlah lapisan geogrid yang digunakan adalah 1 lapisan, 2 lapisan, dan 3 lapisan. Pemodelan fisik lereng pada penelitian ini dibuat di dalam box pengujian yang berukuran 150 cm x 100 cm x 100 cm. Dan untuk kontrol kepadatan di dalam box pengujian, model lereng dibagi menjadi 7 lapisan yang memiliki ketinggian 10 cm untuk setiap lapisannya, kemudian setiap lapisan dipadatkan dengan cara menggilas setiap lapisan menggunakan silinder beton. Pengujian pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan beban secara bertahap setiap 5 kg terhadap model lereng tanah pasir yang telah dibuat baik lereng tanpa perkuatan maupun lereng dengan perkuatan sampai model lereng tidak mampu menahan beban lagi. Dari hasil pembebanan yang telah dilakukan, geogrid terbukti memiliki peran dalam meningkatkan nilai daya dukung pondasi, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis Bearing Capacity Improvement yang mempunyai nilai lebih dari 1. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, didapatkan hasil bahwa semakin besar sudut kemiringan lereng yang digunakan maka akan semakin berkurang pula nilai daya dukung pondasi yang dihasilkan, dan semakin banyak jumlah lapisan geogrid yang digunakan maka akan semakin meningkat pula nilai daya dukung pondasi yang dihasilkan. Kata-kata kunci: daya dukung, lereng, geogrid, variasi sudut kemiringan, variasi jumlah lapisan geogrid