Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Kompetensi Orangtua dalam Penumbuhkembangan Jiwa Kewirausahaan pada Anak Usia Dini Desyanty, Ellyn Sugeng
AL-ATHFAL : JURNAL PENDIDIKAN ANAK Vol 2 No 2 (2016)
Publisher : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU RAUDLATUL ATHFAL (PGRA) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.322 KB)

Abstract

Early childhood education became the foundation for adults to develop the intellectual and emotional intelligence and character of the child. Education for every person starts throughout the lifetime of that since the person is in the womb until later headed to the grave. Family and parents to be first educators and foremost for the child who has the responsibility to play a role in designing the learning activities of the child when outside of school, so that learning activities time with educators (teachers) in schools can be integrated with the educational time with parents. Entrepreneurship education as one of education program soft skills can be one of the programs of learning which can form the character of children so that they are ready to grow and develop as a social being in accordance with the development of the world.
Analysis on Management's Managerial Competence and Its Influence on Pos-PAUD Service Quality Wahyuni, Sri; Sumarsono, Raden Bambang; Desyanty, Ellyn Sugeng; Asimiran, Soaib bin
Journal of Nonformal Education Vol 7, No 1 (2021): February: Community Empowerment, Adult Education
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jne.v7i1.27257

Abstract

Pos-PAUD is one form of non-formal PAUD unit as the development of Integrated Services Post (Posyandu) activities. Previous researches results state that Pos-PAUD service quality is far from what is expected since the village society-built institution has many limitations. Its managements academic qualification and competence is not required as demanded by the law. This research aims at mapping Pos-PAUD managements managerial competence and its influence on its institutional service quality. The research was conducted with a correlational quantitative research design. The research population was the Pos-PAUD management in Malang City of about 156 people. The research samples were 65 people determined based on the proportional random sampling technique. The data were collected using a questionnaire technique. The questionnaire validity was tested using Pearsons Product Moment technique, while questionnaire reliability was tested using Cronbachs Alpha technique. The data were analyzed using descriptive analysis and regressive analysis techniques using SPPSS 23.00 for windows. The result of descriptive analysis shows that managements managerial competence and institutional service quality are not maximal yet since there is unmet indicator. The hypothesis test result shows that Fcount is 162.407 (Sig F = 0.000). Ftable at significance level 5% is 3.14. Since Fcount Ftable (162.407 3.14) and Sig F 5% (0.000 0.05) thus Ho is rejected, which means that managements managerial competence significantly influences Pos-PAUD service quality. This research result may be taken as the base to design Pos-PAUD managements competence building activity that is currently seldom performed and as the base of development of Pos-PAUD service quality improvement model.
The Role of Community Learning Center (CLC) in Providing Nonformal Education Services Based on Entrepreneurship Rahma, Rezka Arina; Zulkarnain, Zulkarnain; Desyanty, Ellyn Sugeng; Wahyuni, Sri
Journal of Nonformal Education Vol 5, No 2 (2019): August 2019
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jne.v5i2.19759

Abstract

The Community Learning Center (CLC) is an institution of, by and for the community in providing educational services outside of the school system. The existence of CLC institutions is very important because various community learning needs cannot be accommodated in schooling education in the form of training, equality, entrepreneurship programs. Strengthening CLC institutions in providing non-formal education services with entrepreneurship to attract the interest of the community and equip the community with entrepreneurial abilities. This entrepreneurship program is capable of supporting non-formal education programs at CLC. Entrepreneurship-based CLC management is intended to maintain the sustainability of Non-formal Education programs (NFE), provide professional services and establish direct partnerships with the community. The method used in this study is descriptive qualitative. The data was collected using direct interview techniques, observation, and documentation. The data obtained is then analyzed by the procedure of collecting data, reducing data, presenting data, interpreting data, and concluding data. The results of this study indicate that the empowerment of CLC institutions in providing non-formal education services that lead to community empowerment includes as a complement to vocational skills, facilitation, motivation. The results of this study contributed significantly to the development of non-formal education programs in Indonesia.  
HUBUNGAN POLA ASUH AYAH DENGAN PERILAKU DISIPLIN ANAK DI RA MUSLIMAT KOTA MALANG Endah Rahmawati; Ellyn Sugeng Desyanty
Jurnal Pendidikan Nonformal Vol 11, No 1 (2016): Maret 2016
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan-Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.903 KB) | DOI: 10.17977/um041v11i1p46-56

Abstract

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Peran orangtua bagi pendidikan anak memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Ayah adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam pendidikan anak. Pola asuh meruapakan keseluruhan interaksi antara orangtua dengan anak dimana orangtua menstimulusi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat menurut orangtua agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal
PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN ANAK USIA DINI MELALUI METODE PEMBIASAAN DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 33 KOTA MALANG Lailatul Magfiroh; Ellyn Sugeng Desyanty; Rezka Arina Rahma
Jurnal Pendidikan Nonformal Vol 14, No 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan-Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um041v14i1p54-67

Abstract

Abstract: The Character is not born based on descent, but throughout the process of the character education which starts from early childhood. The phenomenon which occurs in ABA Kindergarten 33 is when the researcher come to the institute, the researcher see that the children can take a line behind their friends and  accompanied by the teachers, thus the researcher  interested to do the research about the formation of  thedisciplin  character in ABA 33 kindergarten through the habituation method. The purpose of the research is for: (1) to describe the process of the formation of the discipline character through the habituation methods in ABA 33 kindergarten; (2) to describe the behavior which showed by the children after they get the habituation; and (3) to find out the supporting  and inhibitors factors in ABA 33 kindergarten. The research method which used by the researcher that is qualitative method. The research uses data collection technique, through observation, interview, documentation studies. The subject which are use in this research are teacher, cleanness employee, learners. There are three data analysis techniques which used that is: (1) data reduction; (2) data display; and (3) drawing conclusionAbstrak: Hasil penelitian menunjukkan bahwa di TK Aisyiyah Bustanul athfal 33 melakukan pembentukan karakter disiplin melalui metode pembiasaan, hasil dari temuan penelitian tentang proses pembentukan karakter disiplin anak usia dini melalui metode pembiasaan adalah: (1) guru membiasakan anak untuk datang tepat waktu; (2) guru membiasakan anak untuk mengembalikan barang ke tempat semula; (3) guru membiasakan anak untuk membereskan mainan setelah bermain di dalam kelas; (4) guru membiasakan anak untuk bersabar dan tertib dalam menunggu giliran cuci tangan; dan (5) petugas kebersihan membiasakan anak untuk mengantri ketika ke kamar mandi.  Pembiasaan yang dilakukan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 33 tidak hanya pembiasaan melalui ucapan atau kata motivasi saja, namun pembiasaan melalui perilaku juga dilakukan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 33, perilaku yang ditunjukkan oleh anak setelah mendapatkan pembiasaan dari guru yaitu: (1) anak datang tepat waktu, akan tetapi ada beberapa anak yang belum bisa datang tepat waktu, hal ini mengacu pada jumlah anak yang terlambat setiap hari mengalami naik turun; (2) anak mengembalikan barang yang telah digunakan pada tempatnya, hal ini ditunjukkan dengan kesadaran anak mengembalikan barang yang telah digunakan pada tempatnya tanpa diminta oleh guru, baik itu mainan ataupun alat tulis; (3) tertib dalam menunggu giliran, hal ini di tunjukkan dengan kesadaran anak berbaris di belakang temanya ketika cuci tangan tanpa didampingi oleh guru. Faktor pendukung pembentukan karakter disiplin di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 33 yaitu adanya contoh dari pendidik, dan konsistensi yang dilakukan pendidik. Faktor yang menghambat pembentukan karakter disiplin di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 33 yaitu ada beberapa orang tua yang tidak peduli dengan perkembangan anaknya,dan tidak adanya kerja sama antara orang tua dan sekolah, dan kematangan usia anak juga mempengaruhi pembentukan karakter disiplin anak usia dini di TK ABA 33
PEWARISAN BUDAYA SAPI SONOK SEBAGAI AKTIVITAS BELAJAR INFORMAL BAGI MASYARAKAT MADURA Achmad Nauvalul Ikbar; Hardika Hardika; Ellyn Sugeng Desyanty
Jurnal Pendidikan Nonformal Vol 16, No 2 (2021): September
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan-Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um041v16i2p86-93

Abstract

RINGKASANIkbar, A.Nauvalul. 2020. Pewarisan Budaya Sapi Sonok Sebagai Aktivitas Belajar Informal Bagi Masyarakat Madura. Tesis. Program Studi S-2 Pendidikan Luar Sekolah. Pasca Sarjana. Universitas Negeri Malang. Pembimbing (1) Dr. Hardika, M.Pd., (2) Dr. Ellyn Sugeng Desyanty, M.Pd.Kata Kunci: Pewarisan, Budaya Sapi Sonok, Aktivitas Belajar InformalBudaya sapi sonok merupakan budaya asli masyarakat Madura yang berlangsung turun-temurun dari leluhur di keluarga pemilik sapi sonok. Budaya sapi sonok dicetuskan pertama kali oleh H. Achmad Hairudin pada tahun 1940. Dalam pelaksanaan budaya sapi sonok terdapat beberapa proses yang harus dilakukan oleh ketua paguyuban, panitia pelaksana, dan pemilik sapi sonok. Orang tua (ayah) memiliki peran penting dalam memperkenalkan sekaligus mewariskan budaya kepada anak sebagai generasi penerus di dalam keluarga.Penelitian ini bertujuan yaitu menganalisis pewarisan budaya sapi sonok sebagai aktivitas belajar informal yang dilakukan oleh orang tua pemilik sapi sonok kepada anak sebagai generasi penerus.Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik purposive sampling digunakan untuk memilih informan penelitian. Informan dalam penelitian ini meliputi Kepala Desa Dempo Barat yang juga menjadi Ketua Paguyuban sapi sonok, pemilik sapi sonok, dan anak pemilik sapi sonok. Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan miles dan huberman.Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa awal mula terbentuknya budaya sapi sonok berawal dari kebiasaan para petani Madura yang sering kali tidak melepas pengonong (kayu perangkai sapi) yang digunakan membajak sawah mulai dari ladang hingga ke rumah, pada tahun 1940 H. Achmad Hairudin melihat kebiasaan petani tersebut dirasa menyenangkan dan memiliki nilai seni, kemudian dikemas sebagai pesta rakyat yang dikenal dengan kontes sapi sonok hingga saat ini. Kontes sapi sonok pertama kali secara resmi diadakan pada tahun 1967 oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pamekasan. Pelaksanaan kontes sapi sonok diadakan oleh paguyuban-paguyuban di Pulau Madura yaitu mulai dari Kabupaten Bangkalan Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. Dalam pelaksanaan kontes sapi sonok diawali dengan beberapa proses yaitu (1) musyawarah akbar paguyuban,(2) pendataan anggota paguyuban, (3) pembentukan panitia, (4) persiapan teknis, (5) pelaksanaan budaya kontes sapi sonok selama satu hari dimulai jam 08:00 pagi hingga jam 16:00 sore. Proses pewarisan budaya sapi sonok yang dilakukan oleh orang tua pemilik sapi sonok kepada anak sebagai generasi penerus memiliki 5 tahapan belajar, yaitu: (1) Ngabes aghi (melihat), (2) Malae (motivasi) (3) Ngajhar aghi (menjelaskan) dan nyonto aghi (memberi contoh), (4) Nguddhi aghi (Praktik dibawah pengawasan orang tua), (5) Nerros aghi (Meneruskan).  Anak meneruskan budaya sapi sonok dengan diberikan kepercayaan oleh orangtua untuk mengurus sapi saat memasuki usia 20 tahun atau sesuai kesepakatan masing-masing keluarga, semua dilakukan secara mandiri tanpa didampingi orang tua untuk melanjutkan keterampilan yang telah diwarisi oleh orang tua kepada anak dalam mengurus sapi sonok mulai proses merawat sapi sonok hingga sapi bisa mengikuti kontes.
Peningkatan Integritas Pengelola PKBM Kabupaten Banyuwangi Melalui Efektivitas, Fasilitas, dan Produktivitas Decky Avrilianda; Endang Sri Redjeki; Ellyn Sugeng Desyanty
Jurnal Pendidikan Nonformal Vol 15, No 2 (2020): September
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan-Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um041v15i2p80-87

Abstract

AbstrakPenelitian ini ingin mengetahui: (1) pengaruh efektivitas kerja terhadap integritas pengelola  PKBM di Kabupaten Banyuwangi, (2) pengaruh fasilitas terhadap integritas pengelola PKBM di Kabupaten Banyuwangi, (3) pengaruh produktivitas kerja terhadap integritas pengelola  PKBM di Kabupaten Banyuwangi, (4) pengaruh efektivitas kerja, fasilitas dan produktivitas kerja terhadap integritas pengelola PKBM di Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini telah hasilkan beberapa hal: (1) efektivitas kerja berpengaruh signifikan terhadap integritas, hal ini dibuktikan dengan thitung sebesar 2,184, (2) fasilitas tidak berdampak signifikan terhadap integritas, karena memiliki thitung sebesar 1,015, (3) produktifitas kerja mempunyai pengaruh yang signifikan, telah dihasilkanperhitungan melalui SPSS dengan thitung yaitu 3,974, (4) efektivitas kerja, fasilitas, dan produktifitas kerja mempunyai dampak yang signifikan secara bersama-sama (simultan)  terhadap integritas (y), karena diperoleh Fhitung sebesar 33,118. Saran untuk pengelola PKBM harus terus meningkatkan efektivitas kerja dan produktifitas kerja tanpa harus melihat fasilitas yang dimiliki oleh lembaga, agar integritas yang ada pada diri individu pengelola selalu mengalami perbaikan dan peningkatan. AbstractThere are several things to know in this research: (1) the effect of work effectiveness on the integrity of PKBM managers in Banyuwangi Regency, (2) the effect of facilities on the integrity of PKBM managers in Banyuwangi Regency, (3) the effect of work productivity on the integrity of PKBM managers in the Regency. Banyuwangi, (4) the effect of work effectiveness, facilities and work productivity on the integrity of PKBM managers in Banyuwangi Regency. This research has resulted in several things: (1) work effectiveness has a significant effect on integrity, this is evidenced by the tcount of 2.184, (2) facilities have no significant impact on integrity, because it has a tcount of 1.015, (3) work productivity has a significant effect. , calculation has been generated through SPSS with a tcount of 3.974, (4) work effectiveness, facilities, and work productivity have a significant impact together (simultaneously) on integrity (y), because the Fcount is obtained at 33.118. Suggestions for PKBM managers must continue to improve work effectiveness and work productivity without having to look at the facilities owned by the institution, so that the integrity that exists in the individual manager always experiences improvement and improvement
“Mendidik dengan Hati dan Keteladanan”: Branding untuk Menumbuhkan Karakter Pendidik Anak Usia Dini Sri Wahyuni; Ellyn Sugeng Desyanty; Rezka Arina Rahma
JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL Vol 12, No 2 (2020): JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL, DESEMBER
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jupiis.v12i2.17294

Abstract

This study aims to explain the form of character building for early childhood educators through brand "educating with heart and exemplary" and how the role of the principal in translating the branding to all school members. This research was conducted with a case study research design at the As Salam PAUD institute in Malang. Data collection is done by observation, interview and document study techniques. Data analysis was performed using an interactive analysis technique of the Miles and Huberman model which included stages of data reduction, data display, and verification, all of which were carried out interactively. While the validity test of the findings is carried out using the source tringulation technique, method, time, and by extending the observation. The results of this study indicate that the activities of educating the character of educators are carried out through brand to “educating with heart and exemplary” which are manifested in three forms of activities, namely the application of a typical learning curriculum, which requires the exemplary of an educator; the application of variations of morning activities for children to transmit the positive character of educators to children; and organizing "halaqoh" activities to build the character of all educators. The role of the principal in this effort is as a role model and motivator for educators, employees and children, as well as supervisors for character development.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM EKOWISATA “LEPEN ADVENTURE” Fikri Nazarullail; Hardika Hardika; Ellyn Sugeng Desyanty
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol 2, No 8: AGUSTUS 2017
Publisher : Graduate School of Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.713 KB) | DOI: 10.17977/jptpp.v2i8.9821

Abstract

This study aimed to describe the community development through ecotourism program. This study used a qualitative research method with case study approach, and using data analysis interactive model. The results showed that the background of the emergence of ecotourism programs is to look at the natural potential that can be used as travel, ecotourism gave the changes to their economic advancement. Ecotourism development stages starting from identification of empowering agents to exploit the potential of nature into ecotourism activities that can empower local communities. The principles that appear on ecotourism are: (1) natural-based, (2) ecological value, (3) an insight into the environment, (4) the benefits to the local community, (5) the appeal and visitor satisfaction.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat melalui program ekowisata. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan menggunakan analisis data model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang kemunculan program ekowisata adalah dengan melihat potensi alam yang dapat dimanfaatkan sebagai wisata, ekowisata meberikan perubahan terhadap adanya peningkatan ekonomi. Tahapan pengembangan ekowisata dimulai dari identifikasi agen pemberdayaan untuk memanfaatkan potensi alam menjadi kegiatan ekowisata yang dapat memberdayakan masyarakat lokal. Prinsip-prinsip yang muncul pada ekowisata tersebut, meliputi (1) berbasis alam, (2) nilai ekologis, (3) wawasan lingkungan hidup, (4) manfaat bagi masyarakat lokal, dan (5) daya tarik dan kepuasan pengunjung.
Implementasi Metode Kepramukaan (Studi Kasus Pembinaan Pramuka Penggalang Berprestasi Di Kwarcab Kabupaten Malang) Risa Durrotun Nailiyah; Umi Dayati; Ellyn Sugeng Desyanty
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol 3, No 4: APRIL 2018
Publisher : Graduate School of Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.161 KB) | DOI: 10.17977/jptpp.v3i4.10761

Abstract

Abstract: This study aims to determine the implementation of scouting methods on guidance scout for achievers in Malang kwarcab. This research uses qualitative method with case study design. The research subjects are scout leader, headmaster (mabigus), Gudep scout member 22099—22100 and Gudep 05111—05112 and staff of Kwarcab Malang Regency. Data were collected using observation, interview and documentation techniques. The results showed that the scouting methods used were eight, namely: (1) the practice of scout codes of honor, (2) learning by doing, (3) team system, (4) challenging and interesting activities, (5) outdoor activities, (6) partnerships with adult members, (7) sign systems of skill, and (8) separate unit systems for sons and daughters.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi metode kepramukaan pada pembinaan pramuka penggalang berprestasi di kwarcab Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Subjek penelitiannya yaitu pembina pramuka, mabigus, anggota pramuka Gudep 22099— 22100 dan Gudep 05111—05112 serta pengurus Kwarcab Kabupaten Malang. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kepramukaan yang digunakan ada delapan yaitu: (1) pengamalan kode kehormatan pramuka, (2) belajar sambil melakukan, (3) sistem beregu, (4) kegiatan yang menantang dan menarik, (5) kegiatan di alam terbuka, (6) kemitraan dengan anggota dewasa, (7) sistem tanda kecakapan, dan (8) sistem satuan terpisah untuk putra dan putri.