Zainuddin Basri
Faculty Of Agriculture, Tadulako University, Indonesia, Indonesia

Published : 29 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

PERTUMBUHAN ANGGREK VANDA (vanda sp) PADA BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA SECARA IN VITRO Rupawan, I Made; Basri, Zainuddin; Bustami, Mirni
AGROTEKBIS Vol 2, No 5 (2014)
Publisher : AGROTEKBIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan anggrek pada kultur jaringan ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya komposisi media yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi media yang sesuai bagi pertumbuhan anggrek vanda secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako yang berlangsung dari bulan April sampai Juni 2013.  Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan komposisi media yang dicobakan, yaitu media VW + 2 ppm giberelin + 250 mL air kelapa per liter media, Media MS + 2 ppm giberelin + 250 mL air kelapa per liter media, Media MS + 2 ppm giberelin, dan Media MS + 250 mL air kelapa per liter media. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis peragam.  Hasil analisis yang menunjukkan pengaruh nyata atau sangat nyata selanjutnya diuji dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur guna mengetahui perbedaan nilai rata-rata antar perlakuan yang dicobakan.  Hasil penelitian menunjukkan komposisi media VW yang ditambahkan 2 ppm giberelin dan 250 mL air kelapa per liter media lebih sesuai bagi pertumbuhan anggrek bulan. Rata-rata tinggi planlet, jumlah tunas, jumlah daun dan jumlah akar anggrek bulan yang tumbuh pada komposisi media tersebut masing-masing 1,82 cm, 2,55 tunas, 2,00 helai daun dan 2,25 helai akar per planlet.
PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA MERAH (Hylocerus polyrhizus) PADA BERBAGAI KONSENTRASI BENZILAMINO PURINE DAN UMUR KECAMBAH SECARA IN VITRO Wahyuni, Fadlia; Basri, Zainuddin; Bustami, Mirni Ulfa
AGROTEKBIS Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : AGROTEKBIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dragon fruit plants at beginning used as an ornamental plant because of its unique figure, exotic, as well as flowers and fruit look very beutiful. However, constrain encountered in the development of these plants is the availability of seedlingin large numbers with shorten time. To solve this problem, it can be done through tissue culture. This research was conducted at the Laboratory of Plant Biotechnology Faculty of Agriculture, University of Tadulako Palu, from August to October 2012. The purpose of this study was to determine the growth of dragon fruit plants at various ages germination and BAP concentrations in vitro. This study used a design Plots Separated ( RPT ) with treatment in the main plot was the age of germination 3, 4, 5 week after trasplanting, while the subplot treatment was the concentration of BAP: 1, 2, 3 ppm. Therefore, there are 9 combinations of treatment and repeated four times, so there are 36 experimental units. Each unit used three explants, so there are 108 explants were used. The results showed that germination ageeffectsignificant on plant height and number of shoots, while the concentration of BAP significantly effect on the number of shoots and number of roots. Media added with 2 ppm BAP (B2) average plant height 3.37, number of shoots 4.08per explant respectively, and media added with 1 ppm BAP (B1) Average number of roots per explant was  0.53.
AKLIMATISASI BIBIT TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus undatus) PADA TINGKAT NAUNGAN BERBEDA Basri, Hasan; Basri, Zainuddin; Syakur, Abd
AGROTEKBIS Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : AGROTEKBIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the effect of shade level on the growth of plantlets dragon fruit . This study used a completely randomized design (CRD), which consists of three treatment that is shaded by 1 (N1), 2 (N2) and 3 (N3) waring layer. Each treatment was repeated three times so there are 9 units of the experiment. Each experimental unit consisted of 10 plants.  Therfore, there are a total of 90 samples of plants were observed. The results showed that the 2, 4, 6 and 8 week after planting, waring with two layers of shade treatment (N2) shown a good value for all the observations such as number of shoots, plant height and stem diameter compared to waringwith one layer of shade (N1) and 3 layer (N3).
STERILISASI DAN INDUKSI KALUS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO P Armila, Ni Kadek; Bustami, Mirni Ulfa; Basri, Zainuddin
AGROTEKBIS Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : AGROTEKBIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sterilisasi eksplan merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan kultur jaringan, guna mengeliminir berbagai sumber kontaminan yang terbawa pada eksplan, termasuk untuk induksi kalus.  Salah satu zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk induksi kalus adalah 2,4-D(2,4-Dichlorophenoxyacetic acid).  Penelitian dilakukan dalam dua tahap.Percobaan sterilisasi eksplan bertujuan untuk mengetahui bahan sterilan yang lebih baik untuk sterilisasi eksplan umbi bawang merah lokal Palu.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan berbagai bahan kimia sterilan yaitu deterjen, fungisida, cloroxs, tween 80, bakterisida dengan atau tanpa pembakaran(perlakuan fisik) dengan 4 ulangan.Tahap induksi kalus bertujuan untuk menentukan konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D yang baik dalam menginduksi kalus dari eksplan bawang merah lokal Palu.  Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan berbagai konsentrasi 2,4-D yaitu M1 = 1,0 ppm, M2 = 1,5 ppm, M3 = 2,0 ppm dan M4 = 2,5 ppm, yang diulang 4 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan sterilan 1g bakterisida, 1g fungisida, 10% cloroxs dan 5% cloroxs disertai pembakaranmampu menekan kontaminan yang lebih baik dibandingkan perlakuan yang lain.  Penggunaan media yang ditambahkan 2 ppm 2,4-D menghasilkan induksi kalusbawang merah lokal Palu yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.  Penggunaan media tersebut mempercepat pembentukan kalus (25,66 hari setelah kultur) dengan persentase pembentukan kalus mencapai 91,67%.
PENGARUH PEMBERIAN GIBERELIN DAN BERBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BENIH PALA (MYRISTICA FRAGRANS HOUTT) Arianto, Arianto; Basri, Zainuddin; Wahyudi, Imam
Mitra Sains Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.893 KB)

Abstract

The aims of this experiment were to obtain a suitable combination of planting medium and gibberelline concentration for the germination and growth of nutmeg seeds; to obtain a suitable planting medium as well as gibberelline concentration for the germination and growth of nutmeg seeds. This experiment used Split Plot Design and was arranged in Completely Randomized Design. Two factors were tested, namely concentration of gibberelline and the type of planting media. Concentration of gibberelline was ploted as main plot, with three concentrations tested, namely 200 ppm, 250 ppm and 300 ppm. The types of planting media were ploted as subplot with three types of planting media tested, namely sand, coco peat and sawing peat. Therefore, there were nine treatment combinations which each treatment combination was repeated three times. Data was analysed by using analysis of variance and followed by HSD at 5%. Results of this experiment indicated that nutmeg seeds soaked into gibberelline solution and germinated in coco peat medium produced more root numbers and higher normal germination dry weight; and the highest number of roots as well as the highest normal germination dry weight were obtained when seeds were soaked into 250 ppm gibberelline and germinated in coco peat medium. The number of roots and dry weight of normal germination on such treatment combination were 10.67 roots and 2.01 g per germinating seed. Coco peat medium was better for the germination and growth of nutmeg seeds as indicated with the highest germination rate, growth rate, length of plumula, length of roots, total length of roots as well as the ratio of plumula length and root length. The soaking of seeds into gibberelline had a relatively similar effect on the germination and growth of nutmeg seeds, except if the seeds were soaked into 250 ppm gibberelline and germinated in coco peat medium which produced the highest number of roots and the highest normal germination dry wieght.
PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKAO Mertade, Nyoman; Basri, Zainuddin
MEDIA LITBANG SULTENG Vol 4, No 1 (2011)
Publisher : MEDIA LITBANG SULTENG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.776 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan entres yang memiliki ukuran diameter pangkal tangkai daun lebih sesuai bagi perbanyakan klonal melalui sambung samping.  Perlakuan yang dicobakan yaitu ukuran diameter pangkal tangkai daun pada enters, masing-masing > 4-6 mm dan > 6-8 mm.  Setiap perlakuan dicobakan pada 20 tanaman sehingga jumlah tanaman yang digunakan adalah 40 tanaman.  Data dianalisis dengan uji t guna mengetahui perbedaan dari dua perlakuan yang dicobakan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tunas kakao berbeda pada entres yang memiliki ukuran diameter pangkal tangkai daun > 4-6 mm dan > 6-8 mm.  Pertumbuhan tunas kakao lebih baik pada entres yang memiliki ukuran diameter pangkal tangkai daun > 6-8 mm dibanding dengan entres yang memiliki ukuran diameter pangkal tangkai daun > 4-6 mm.  Panjang dan diameter tunas yang terbentuk pada entres yang memiliki ukuran diameter pangkal tangkai daun > 6-8 mm berturut-turut mencapai 82,95 cm dan 1,63 cm, dengan jumlah, panjang dan lebar daun berturut-turut 19,45 helai, 37,36 cm, 15,95 cm; sedangkan panjang dan diameter tunas yang terbentuk pada entres yang memiliki ukuran diameter pangkal tangkai daun > 4-6 mm berturut-turut hanya 67,81 cm dan 1,09 cm, dengan jumlah, panjang dan lebar daun berturut-turut 15,95 helai; 24,90 cm; 14,11 cm.  
KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO Basri, Zainuddin
MEDIA LITBANG SULTENG Vol 2, No 1 (2009)
Publisher : MEDIA LITBANG SULTENG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.145 KB)

Abstract

Kemampuan produksi dan kualitas hasil tanaman sangat ditentukan oleh faktor genetik.  Tanaman kakao yang memiliki potensi genetik tinggi perlu dikembangkan dan diperbanyak melalui teknik perbanyakan klonal agar diperoleh suatu populasi yang memiliki keseragaman genetik.  Pada kegiatan ini telah dicobakan tiga metode perbanyakan klonal, yaitu sambung samping, sambung pucuk dan okulasi.  Persentase keberhasilan dari ketiga metode perbanyakan tersebut ditentukan dengan cara menghitung perbandingan antara jumlah entres/mata yang tumbuh dan jumlah total entres/mata yang disambung/ditempel dikali seratus persen. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan sambungan dari tiga metode perbanyakan klonal yang dicobakan sangat bervariasi.  Metode sambung pucuk memiliki tingkat keberhasilan paling tinggi, yaitu 98,83%, dan disusul metode sambung samping dan okulasi masing-masing 73,47% dan 11,54%.  Selanjutnya, tingkat keberhasilan dari setiap metode perbanyakan klonal relatif sama pada kedua klon kakao (BP 07 dan SP 07) yang digunakan.  Dengan demikian, dua metode perbanyakan klonal, yaitu sambung pucuk dan sambung samping dapat menjadi metode pilihan dalam rangka percepatan perbanyakan klon-klon kakao unggul guna mendukung program rehabilitasi dan peremajaan tanaman kakao di Sulawesi Tengah.
MUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING Basri, Zainuddin
MEDIA LITBANG SULTENG Vol 3, No 2 (2010)
Publisher : MEDIA LITBANG SULTENG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.597 KB)

Abstract

Rehabilitasi tanaman kakao melalui sambung samping selain bertujuan untuk meningkatkan jumlah produksi juga bertujuan untuk memperbaiki mutu biji.  Dalam kegiatan ini telah dilakukan analisis terhadap mutu biji yang berasal dari tanaman kakao hasil sambung samping, khususnya analisis terhadap karakteristik fisik (jumlah biji per 100 gram, biji terfermentasi dan kadar biji berjamur/berserangga) dan kimia biji (kadar lemak total dan kadar air).  Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka diketahui bahwa jenis (klon) tanaman dan kondisi lingkungan (musim) sangat mempengaruhi mutu biji yang dihasilkan, terutama ukuran berat dan kadar lemak biji.  Tanaman kakao hasil sambung samping mampu menghasilkan mutu biji yang baik.  Ukuran berat biji kakao klon SP 07 dan BP 07 umur 2-2,5 tahun pasca penyambungan dapat mencapai kriteria AA (jumlah ≤ 85 biji per 100 gram) dengan kadar lemak berkisar 55,45%-58,78%.  Guna mendapatkan mutu biji yang baik, maka tanaman kakao hasil sambung samping mutlak dipelihara dan dirawat serta biji yang dihasilkan perlu difermentasi.
INDUKSI KALUS CENGKEH DARI EKSPAN DAUN MENGGUNAKAN 2,4-D SECARA IN VITRO Yulianti Rasud; Zainuddin Basri; Nirwan Sahiri
J-PEN Borneo : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jpen.v2i3.1533

Abstract

ABSTRACT Callus induction is one method of tissue culture which is done by stimulating cell division continuously from certain plant parts such as leaves, roots, stems, and so on by using growth regulators to form cell mass. The cell mass (callus) will then regenerate through organogenesis or embryogenesis to become a new plant. One of the growth regulators used for callus induction is 2,4-D. The aims of this experiments was to evaluate the best concentration of 2,4-D for callus induction of clove leaves. The experiment used Completely Randomized Design with treatment tested was concentrations of 2,4-D, consisted of six levels, namely 0.5 ppm, 1.0 ppm, 1.5 ppm, 2.0 ppm, 2.5 ppm and 3.0 ppm. Results of this experiments indicated that the best medium composition for callus induction was MS medium supplemented with 0.5 ppm 2,4-D.  In the medium composition, the fastest callus formation, namely 6.00 weeks after culture and the percentage of callus formation reached 100% with the color and texture of the resulting callus white and crumb. Keyword : Callus Induction, Clove, 2,4-DABSTRAK Induksi kalus merupakan salah satu metode kultur jaringan yang dilakukan dengan jalan memacu pembelahan sel secara terus menerus dari bagian tanaman tertentu seperti daun, akar, batang, dan sebagainya dengan menggunakan zat pengatur tumbuh hingga terbentuk massa sel. Massa sel (kalus) tersebut selanjutnya akan beregenerasi melalui organogenesis ataupun embriogenesis hingga menjadi tanaman baru. Salah satu zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk induksi kalus adalah 2,4-D. Penelitian ini bertujuan menentukan konsentrasi 2,4-D yang lebih baik untuk induksi kalus daun cengkeh.  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Media dasar yang digunakan adalah media MS yang ditambahkan berbagai konsentrasi 2,4-D yaitu 0,50 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm, dan 3 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media yang terbaik untuk induksi kalus daun cengkeh adalah media MS yang ditambahkan 0,5 ppm 2,4-D.  Pada komposisi media tersebut diperoleh saat muncul kalus paling cepat, yaitu rata-rata 6,00 MST dengan persentase pembentukan kalus tertinggi mencapai 100% dengan warna dan tekstur kalus yang dihasilkan putih dan remah. Kata Kunci :  Induksi Kalus, Cengkeh, 2,4-D.
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA KOMBINASI Trichoderma asperellum DAN PUPUK KANDANG Vindy Putri Septania Suradi; Saidah; Zainuddin Basri
Jurnal Agrotech Vol 12 No 1 (2022)
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/agrotech.v12i1.81

Abstract

Pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah sangat dipengaruhi kesuburan tanah. Kesuburan tanah pada lahan budidaya bawang merah dapat diperoleh dengan upaya menyuplai pupuk hayati, seperti Trichoderma asperellum dan pupuk organik, seperti pupuk kandang sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi Trichoderma asperellum dan pupuk kandang yang meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Penelitian dilaksanakan di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Desa Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan April hingga Juni 2021. Penelitian disusun menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dengan perlakuan yang dicobakan yaitu kombinasi Trichoderma asperellum dan pupuk kandang yang terdiri dari tiga aras, yaitu tanpa pemberian Trichoderma asperellum maupun pupuk kandang (kontrol), pemberian 12 g Trichoderma asperellum tanpa pupuk kandang per petak (setara 40 kg Trichoderma asperellum per hektare), serta pemberian 12 g Trichoderma asperellum dan 3 kg pupuk kandang per petak (setara 40 kg Trichoderma asperellum dan 10 ton pupuk kandang per hektare). Setiap aras perlakuan diulang lima kali sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Data dianalisis menggunakan analisis keragaman. Hasil analisis yang menunjukkan pengaruh nyata atau sangat nyata selanjutnya diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil taraf 5% guna mengetahui perbedaan nilai rata-rata antara grup perlakuan yang dicobakan terhadap kontrol serta nilai rata-rata antar perlakuan dalam grup secara kontras ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kombinasi Trichoderma asperellum dan pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan bawang merah, namun berpengaruh nyata terhadap hasil, yaitu berat tanaman per rumpun, berat segar umbi per rumpun dan berat kering umbi per rumpun. Aplikasi kombinasi Trichoderma asperellum dan pupuk kandang mampu meningkatkan hasil tanaman bawang merah sebesar 32,36% pada komponen berat kering umbi per rumpun dibanding kontrol.