Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA WAVE BUOY SEBAGAI ALAT PENGUKUR TINGGI GELOMBANG PESISIR Erik Munandar; Indra Jaya; Agus S Atmadipoera
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1017.712 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v10i1.21664

Abstract

  Gelombang di laut memiliki pergerakan yang acak dan komplek, sehingga tinggi dan periode gelombang sulit untuk diukur dan dirumuskan secara akurat. Wahana terapung seperti wave buoy dengan sensor percepatan telah banyak digunakan untuk mengukur gelombang permukaan. Penelitian ini bertujuan merancang dan membuat wave buoy sederhana sebagai pengukur tinggi gelombang di perairan pantai serta menguji coba kinerja alat yang dihasilkan pada skala laboratorium dan skala lapang, sehingga alat yang dihasilkan mampu bekerja dengan baik. Hasil perhitungan terhadap dimensi atau ukuran buoy diperoleh nilai metasentrum sebesar 2,5 dimana hal ini menunjukkan bahwa wahana pelampung stabil. Selain itu, perbedaan kecepatan pada uji coba di laboratorium berhasil diperoleh gelombang yang memiliki dua frekuensi yang berbeda, dengan galat pengukuran yang diperoleh sebesar 0,01-0,07 m dengan periode yang terukur sebesar. Kinerja alat yang dilakukan di Teluk Palabuhan Ratu diperoleh beberapa tipe gelombang yang dihasilkan. Pengujian selama 24 jam diperoleh 4 periode yang signifikan yang terbagi ke dalam tiga kelompok gelombang yakni periode 1 detik, 3,37 detik kelompok gelombang angin, 1,20 jam kelompok gelombang variasi angin dan 12 jam kelompok gelombang pasang surut. Alat yang dihasilkan dapat berfungsi dengan baik mampu menyimpan data, memiliki nilai akurasi yang tinggi dapat merekam gelombang dengan periode kecil hingga periode besar.  
DISIPASI ENERGI KINETIK PASANG SURUT BAROTROPIK DAN BAROKLINIK DI LAUT SULAWESI Hadi Hermansyah; Dwiyoga Nugroho; Agus Saleh Atmadipoera; Tri Prartono; Indra Jaya; Fadli Syamsudin
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 10 No. 2 (2018): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1988.522 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v10i2.21793

Abstract

Laut Sulawesi merupakan salah satu jalur penting perlintasan Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang memiliki energi pasang surut internal yang kuat. Arus pasang surut tinggi yang berinteraksi dengan topografi yang kasar akan menciptakan gelombang internal yang kuat. Disipasi dari pasang surut internal akan menyebabkan terjadinya percampuran yang akan memberikan efek penting untuk sistem perubahan iklim dan sumber daya laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkuantifikasi dinamika dan energetik gelombang internal di Laut Sulawesi dengan pendekatan pemodelan laut tiga dimensi NEMO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gelombang internal dibangkitkan pada daerah Kepulauan Sulu dan Sangihe-Talaud dengan nilai konversi energi lebih dari 10-3Wm-2 dan berpropagasi masuk ke area basin Laut Sulawesi. Disipasi energi yang terjadi pada pusat pembangkitan berkisar 10,8 GW dan berpopagasi pada area dekat pusat pembangkitan dan area basin Laut Sulawesi. Sekitar 25% (5 GW) didisipasi terjadi dekat pusat pembangkitan, peningkatan disipasi energi baroklinik terjadi pada saat gelombang internal berpopagasi menjauhi daerah pusat pembangkitan dengan nilai yang bervariasi antara 1,4 sampai 4,8 GW. Daerah dengan jarak 36 km sampai 54 km terjadi penurunan disipasi energi baroklinik, signal yang kuat dari Kepulaun Sangihe-Talaud berangsur menurun pada saat propagasi dari 10-2sampai 10-3W/m2.
PEMETAAN SUHU LAUT DI PERAIRAN TELUK BALIKPAPAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI AKUSTIK TOMOGRAFI PANTAI Teguh Arif Pianto; Henry M. Manik; Indra Jaya
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 11 No. 1 (2019): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3685.635 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v11i1.22990

Abstract

ABSTRAKSuhu laut dalam oseanografi merupakan faktor penting yang menunjukkan kualitas suatu perairan sehingga pemetaan secara spasial dan temporal perlu dilakukan. Salah satu teknologi yang potensial efektif untuk dapat digunakan dalam melakukan pemetaan suhu laut adalah dengan menggunakan teknologi akustik tomografi pantai Coastal Acoustic Tomography system (CATs). Penerapan teknologi akustik tomografi pantai di perairan teluk Balikpapan belum pernah dilakukan sebelumnya. Teknologi ini dapat menjangkau daerah yang luas dan dapat melakukan pemetaan suhu laut perlapisan kedalaman dengan resolusi temporal permenit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi data akustik tomografi untuk mendapatkan nilai suhu laut dari data waktu tempuh yang diperoleh antar pasangan stasiun sehingga menjadi peta sebaran suhu laut di jejaring CATs. Penelitian dilakukan dengan menempatkan 4 stasiun akustik yang direkonstruksi melalui metode inversi dari waktu tempuh akustik yang diperoleh antar pasangan stasiun dan suhu rata-rata di lintasan terbentuk menggunakan formula Mackenzie. Hasil rekonstruksi suhu rata-rata pada lintasan jejaring CATs berkisar 28oC sampai 30oC. Uji validasi data suhu laut hasil pengukuran dengan metoda akustik tomografi pantai dengan alat ukur CTD (Conductivity Temperature Depth) diperoleh akurasi antara nilai suhu laut hasil pengukuran dengan data CTD mencapai 98%, nilai koefisien korelasi R=0,79. Kesimpulan penelitian didapati bahwa rekonstruksi data Akustik Tomografi telah berhasil mengakusisi data suhu laut dengan tingkat ketelitian pada pengukuran yang dilakukan di perairan Teluk Balikapapan mencapai lebih dari 97%. ABSTRACTSea temperature in oceanography is an important factor to figure out the quality of waters that the conducted mapping spatially and temporally. One of the potential technologies effectively can be carried out by mapping sea temperature is a coastal acoustic tomography system (CATs). This technology has never been implemented conducted in Balikpapan Bay before. The technology is able to reach out of a wide range of seawater area and to map sea temperature according to its depth layers.The purpose of this study is to reconstruct tomographic acoustic data to obtain ocean temperature values from travel time data that obtained between pair of stations, so it became a map of sea temperature distribution in CAT’s network. This research was taken by setting four reconstructed observational stations through inversion method of received acoustic travel time among paired stations. The average of temperatures in the formed tracks was analyzed by using Mackenzie formula.The results of reconstructing the seawater temperatures in the CATs tracking networks are in a range of 28oC – 30oC. Aalidation test of the seawater temperature data resulted from coastal acoustic tomography method by using a CTD (Conductivity Temperature Depth) generates the accuracies of the seawater temperature are more than 98% and a correlation coefficient R = 0.79. The finding of the study was the reconstruction of Acoustic Tomography data has succeeded in acquiring sea temperature data with a level of accuracy level of more than 97%.
DINAMIKA GENANGAN PESISIR JAKARTA BERDASARKAN DATA MULTI-TEMPORAL SATELIT MENGGUNAKAN INDEKS AIR DAN POLARISASI RADAR Asmadin Asmadin; Vincentius Paulus Siregar; Ibnu Sofian; Indra Jaya; Antonius Bambang Wijanarto
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 12 No. 3 (2020): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitkt.v12i3.33185

Abstract

Combining baseline data of remote sensing systems active and passive has many advantages in monitoring coastal inundation dynamically. It has advanced the surface water information gaps in coastal areas, especially areas covered by clouds and shadows. The main objective of this study was to assess the dynamics of coastal inundation in Jakarta based on multi-temporal data optics of Landsat 8 and Synthetic Aperture Radar (SAR) Sentinel 1A. The method of this research used two water index algorithms. They are Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI) and Dynamic Surface Water Extent (DSWE) based on spectral reflectance values and empirical formulas. The other method is using the coefficient backscattering of water from a single polarization of Vertical Verticals (VV) and Vertical Horizontal (VH). The study results show that the use of both satellite data baseline of 8, 9, 15, and 16 days is quite effective, applying inundation dynamics for 8-49 days. Based on the threshold value of MNDWI > 0.123 and the backscattering coefficient of -19dB are quite efficient to extract satellite data information. The empirical algorithms result in the feature of inundation, especially along the coastal dikes, reservoirs, mangrove ecosystems, and built-up lands. Satellite monitoring results show that the peak of inundation occurred on 30 May 2016 and was still visible on 15 June 2016. The combination of remote sensing methods is quite effective and efficient for monitoring inundation dynamically.
ESTIMASI DENSITAS IKAN DI ESTUARI MUSI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN METODE HIDROAKUSTIK Freddy Supriyadi; Indra Jaya; Sri Pujiyati; Totok Hestirianoto
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 12, No 2 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/maspari.v12i2.12819

Abstract

Penelitian Estimasi Densitas Ikan di Estuari Musi Provinsi Sumatera Selatan dengan Menggunakan Metode Hidroakustik telah dilaksanakan pada Bulan Agustus 2019 untuk mengetahui nilai densitas ikan dan distribusi spasialnya. Data yang diperoleh dapat digunakan sebagai data acuan dalam mengkaji stok ikan. Hasil penelitian didapatkan nilai densitas berkisar 0,1 – 3,0 ind/m3 dengan nilai distribusi spasial tertinggi pada daerah dengan kedalaman kurang dari 3 m.Kata Kunci: Hidroakustik, densitas ikan, Estuari Musi.
Akurasi Tematik Peta Substrat Dasar dari Citra Quickbird (Studi Kasus Gusung Karang Lebar, Kepulauan Seribu, Jakarta) (Thematic Accuracy of Bottom Substrate Map from Quickbrid Imagery (Case study: Gusung Karang Lebar, Kepulauan Seribu, Jakarta)) Muhammad Banda Selamat; Indra Jaya; Vincentius P Siregar; Totok Hestirianoto
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 17, No 3 (2012): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2144.187 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.17.3.132-140

Abstract

Salah satu kelemahan metode koreksi kolom air adalah dapat memunculkan bias dalam estimasi rasio koefisien attenuasi. Bias ini berkontribusi pada nilai akurasi tematik peta substrat dasar. Studi ini menggunakan pendekatan zonasi geomorfologi untuk meningkatkan akurasi tematik peta substrat yang dihasilkan dari metode koreksi kolom air. Nilai piksel citra Quickbird dikonversi ke radiansi dan dilanjutkan dengan koreksi kolom air untuk menghasilkan peta substrat dasar dengan tiga tema ekosistem, yaitu ekosistem pantai berpasir dengan substrat dominan pasir, ekosistem lamun dan terumbu karang. Data lapangan dikelompokkan menggunakan metode Bray curtis dan menjadi dasar bagi reklasifikasi. Profil geomorfologi pada citra satelit disadap dari gabungan kanal hijau dan merah, mengacu pada hasil survei batimetri. Pendekatan kombinasi ini terbukti dapat meningkatkan akurasi tematik peta substrat dasar hingga lebih dari 20%.Kata kunci: quickbird, substrat dasar, akurasi tematikBias may occur on attenuation coefficient ratio estimated from water column correction method. This bias then contribute to thematic accuracy of bottom substrate images. This study used geomorphologic spatial zonation to improve thematic accuracy of bottom substrate maps that produced from water column correction method. Quickbird pixel values were converted to the top of atmosphere radiance and followed by water column correction to make bottom substrate map with three themes ecosystem i.e. sandy ecosystem, seagrass ecosystem and coral reef ecosystem. Field data were grouped using Bray Curtis method and become basis of image reclassification. Geomorphological profile was extracted from green and red composite images, refer to a bathymetric survey. These combined approaches were significantly proved to improve thematic accuracy up to more than 20%.Key words: quickbird, bottom subtrate, thematic accuracy
Studi Tingkah Laku Ikan pada Proses Penangkapan dengan Alat Bantu Cahaya : Suatu Pendekatan Akustik Muhammad Sulaiman; Indra Jaya; Mulyono S Baskoro
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 11, No 1 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.426 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.11.1.31-36

Abstract

Makalah ini menguraikan tentang hasil penelitian tingkah laku ikan di sekitar daerah pencahayaan selama proses penangkapan melalui pendekatan akustik. Tujuan studi adalah mengidentifikasi pola tingkah laku ikan yang berhubungan dengan operasi penangkapan ikan yang menggunakan cahaya. Secara khusus akan dianalisis pola sebaran ikan sebelum dan setelah proses penangkapan, pola kedatangan ikan dan pola tingkah laku ini di sekitar sumber pencahayaan. Penelitian dilakukan di perairan Kabupaten Barru, Selat Makassar (4° 19’ 19,9" Lintang Selatan – 119° 16’ 201" Bujur Timur) dengan menggunakan instrumen side scan sonar. Analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan pola tingkah laku ikan pada daerah yang disinari. Hasil penelitian menunjukkan kawanan ikan akan ada yang langsung menuju ke sumber cahaya dan ada yang tidak, dan datang pada berbagai kedalaman tergantung pada kedalaman renangnya masing-masing. Kecepatan gerak kawanan ikan mendekati bagan  berkisar 0,57 m/detik dan di sekitar pencahayaan sebesar 0,21 m/detik. Kawanan ikan cenderung bergerak dalam pola yang teratur mengelilingi sumber cahaya, dan akan semakin terkonsentrasi di sekitar daerah tangkapan  pada saat lampu yang berada di bawah bingkai bagan dipadamkan. Di dalam daerah pencahayaan, pola distribusi ikan cenderung berbentuk bola (spherical) dan berbentuk pita (ribbon) secara vertikal di luar daerah pencahayaan Kata kunci: pendekatan akustik, tingkah laku ikan This paper describes the results of fish behavior study  around illuminated area during capture process through acoustic approach. The objective of this study is to identify the pattern of fish behavior related to the operation of fishing gear using light. This research specifically aims to analyze the pattern of fish distribution before and after the capture process, to analyze the arrival pattern and to analyze fish behavior around the light source. This research was conducted in Barru Regency waters, Makassar Strait (4° 19’ 19,9" S. Lat. – 119° 16’ 201" E. Lon.) using Side Scan Sonar Instrument. Descriptive analysis was employed to examine the behavioral pattern around the given illumination area. The result shows that there are some fish came directly to the light source and  stay in the vicinity of the illuminated area while others are outside of that area. The fish school  approaching the illuminated area was found at the depth of 5-10 meters and 20-30 meters. The fish school movement speed approaching the Bagan Rambo reached 0.57 m/s and 0.21 m/s when fish school was around the illuminated area. The fish school tends to move in regular pattern encircling the light source and became concentrated once the light is turned off. In the illuminated area the shape of the fish school tend to be spherical, while outside of the area is tend to be in the shape of ribbon. Key words: acoustic approach, fish behaviour
Rancang Bangun Instrumen Sistem Buoy Menggunakan A-Wsn Protokol Zigbee Untuk Pengamatan Ekosistem Pesisir (Development of Buoy System Instrument using A-WSN ZigBee Protocol for Coastal Ecosystem Monitoring) Acta Withamana; Indra Jaya; Totok Hestirianoto
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 18, No 4 (2013): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.657 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.18.4.179-185

Abstract

Luasnya perairan dan lingkungan laut yang tidak bersahabat menimbulkan tantangan tersendiri untuk diobservasi. Aktivitas observasi secara konvensional di laut, yang menggunakan kapal sebagai wahana bergerak, membutuhkan biaya yang tinggi dan tidak efisien untuk memperoleh resolusi spasial dan temporal yang diinginkan. Buoy tertambat telah lama digunakan sebagai salah satu pilihan untuk aktivitas observasi laut. Namun ukuran yang besar dari rancangan buoy yang ada pada umumnya tidak cocok untuk pengamatan ekosistem pesisir. Perkembangan teknologi semikonduktor yang pesat melahirkan konsep wireless sensor network (WSN). Komunikasi protokol ZigBee memiliki kelebihan penggunaan energi yang efisien dan kemudahan pemasangan. Riset ini dilakukan untuk mengembangkan instrumen buoy tertambat dan menguji apakah WSN dapat diaplikasikan di wilayah pesisir. Buoy tertambat yang dikembangkan memiliki kinerja yang baik dan stabil sebagai wahana instrumen. Kinerja jaringan ZigBee menunjukan tingkat keberhasilan pengiriman data sebesar 100% pada uji coba statis. Menggunakan empat buah baterai NiMH, instrumen ini dapat bekerja selama kurang lebih 39 jam untuk coordinator dan router, serta 89 jam untuk end device. Pengujian di lapangan menunjukan hasil terburuk sebesar 84.94% keberhasilan pengiriman data pada E1, dan hasil terbaik sebesar 100% keberhasilan pengiriman data pada R1 dan E3. Data suhu permukaan laut yang diterima juga dapat menggambarkan sebaran suhu permukaan di Pulau Panggang. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa Instrumen Sistem Buoy Menggunakan A-Wsn Protokol Zigbee sangat berpotensi untuk digunakan dalam pengamatan ekosistem pesisir. Kata kunci: instrumen, buoy tertambat, ZigBee, suhu permukaan laut, observasi pesisir  Ocean observation has become a challenge due to its vast and rough condition. The conventional observation, for example using ship as a mobile platform, is very expensive and inefficient to obtain desired spatial and temporal resolution of sampling. Mooring buoy has been used as one of the options to carry out the task. However the big dimension in the existing buoy system is not suitable for coastal ecosystem monitoring. Rapid development in semiconductor technology has brought wireless sensor network (WSN). ZigBee communication protocol has the advantage of energy efficient and ease of implementation. This research was conducted to developing mooring buoy platform as well as analyzes the possibility of WSN to be implemented in coastal environment. The test on performance of developed mooring buoy was good and stable as the platform of instrument. The network performance of ZigBee radio gave 100% data transmitting and receiving success ratio in the static test. Using four Ni-MH batteries, the instrument can be operated for roughly 39 hours for coordinator and router, and 89 hours for end device. The sea field test shows that the worst is 84.94% success ratio on E1 and the greatest is 100% success ratio on R1 and E3. The received temperature data also accurate to describe the distribution of sea surface temperature at Panggang Island. Results of this study suggest that application of Buoy System instrument using  ZigBee-WSN protocol has the potential to be used in the observation activities of coastal ecosystems. Keywords: mooring buoy, instrument, WSN, ZigBee, coastal observation
Studi Awal Karakteristik Suara Siulan (Whistle) dan Lengkingan (Burst) pada Lumba-Lumba Hidung Botol (Tursiops truncatus) Gilang Aulia; Indra Jaya
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 3 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.337 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.3.130-135

Abstract

Makalah ini menguraikan tentang karakteristik suara lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncates) yang diperoleh dengan menggunakan perekam suara pada laptop Toshiba T2150 CDT yang dilengkapi dengan soundcard dan internal microphone. Suara yang direkam adalah suara bertipe whistle dan burst yang dikeluarkan oleh lumba-lumba pada dua kelompok usia, subadult (10-12 tahun) dan adult (>12 tahun). Proses perekaman dilakukan selama ± 1 menit dan karakteristik suara ditentukan berdasarkan analisis spektrogram. Nilai power spectral sensity (PSD) dari suara yang dihasilkan lumba-lumba pada masing-masing kelompok usia bervariasi meskipun berasal dari individu yang sama, demikian halnya dengan frekuensi terjadinya PSD maksimal tersebut. Jika kedua kelompok usia ini dibandingkan, maka terlihat bahwa nilai rata-rata PSD maksimal kedua tipe suara pada lumba-lumba kelompok usia adult lebih tinggi dibanding lumba-lumba kelompok usia subadult.Suara whistle dan burst pada kedua kelompok usia terdengar berbeda, dimana suara whistle pada kelompok usia subadult tidak sekuat whistle pada kelompok usia adult. Perbedaan lebih jelas pada suara bertipe burst. Pada lumba-lumba kelompok usia subadult, suara burst menyerupai lengkingan, akan tetapi pada kelompok usia adult, suara burst menyerupai teriakan.Kata kunci: lumba-lumba hidung botol, suara siulan, suara lengkinganThis paper describes the sound characteristics produced by Bottlenose Dolphin using a notebook computer equipped with a sound card and internal microphone. The sound produced by two age groups, sub adult(10 – 12 years old) and adult (>12 years) was recorded for the duration of about one minute, and their sound characteristics were determined base on spectrogram analysis. It was found that the power spectral density (PSD) of the sound produced varies between the two groups. The average of maximum PSD of the adult was higher than the sub adult. Both of whistle and burst sounds in each age class were heard differently.The whistle sound produced by the sub adult was not as strong as the one produced by the adult group, and in the case of burst sound this differences was more pronounced. The burst sound of the sub adult group was heard like a shrill, but for the adult age group the burst sound was heard like a yell.Key words: botlenoosed dolphin, whistle sound, burst sound
Indeks Kerentanan Pulau-Pulau Kecil : Kasus Pulau Barrang Lompo-Makasar Amiruddin Tahir; Mennofatria Boer; Setyo Budi Susilo; Indra Jaya
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 4 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (12638.073 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.4.183-188

Abstract

Indonesia adalah negara kepulauan yang diperkirakan akan mengalami ancaman dampak pemanasan global dan kenaikan muka laut.  Pemanasan global juga akan meningkatkan kerentanan pulau-pulau kecil.  Kajian kerentanan pulau-pulau kecil merupakan bagian dari pengelolaan pulau-pulau kecil berkelanjutan.  Penelitian ini bertujuan untuk menghitung serta memproyeksikan kerentanan pulau-pulau kecil,  dan menyusun strategi adaptasi pulau-pulau kecil.  Penelitian dilakukan di Pulau Barrang Lompo-Makasar pada Bulan Nopember 2009. Prinsip dasar analisis data adalah mentransformasikan data lapang (kuantitatif dan kualitatif) ke dalam nilai skor untuk menghitung indeks kerentanan pulau. Indeks kerentanan Pulau Barrang Lompo adalah 8,33 (kategori sedang) dengan perubahan parameter kenaikan muka laut dan perendaman pada 2 tahun ke depan.  Elevasi dan kemiringan Pulau Barrang Lompo sangat rendah, dan pada tahun 2100 diperkirakan lebih dari 80 % daratan pulau ini terendam.  Strategi adaptasi yang diusulkan adalah pengembangan konservasi laut sekitar 50 % dari habitat pesisir, pembangunan bangunan pelindung pantai dan relokasi pemukiman penduduk. Kata kunci: pulau-pulau kecil, kerentanan, indeks.  Indonesia consist of many islands, especially small islands. Small islands are vulnerable to the impact of global warming and sea level rise. Small islands vulnerability assessment is part of the sustainability small island management.  The research aims to formulate the small islands vulnerability index, to simulate and to predict the vulnerability dynamic of small islands, to develop adaptation strategies of small islands. The research conducted on Barrang Lompo Island located in Makasar on Nopember 2009.  Data collection through observation, measurement, and depth interview.  The principle of data analysis is by means of transformation of quantitative and qualitative data into scoring value to produce the small island vulnerability index.  The results showed that vulnerability index for Barrang Lompo Island is 8.33 (moderate), coastal inundation until 2100 reach 80 % of the land area.  The suggested adaptation strategies are conservation of 50 % of coastal habitat, sea wall construction and resettlement. Key words: Small island, vulnerability, index.