Tuntas Dhanardhono
Unknown Affiliation

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

ENFORCEMENT OF MEDICAL DISCIPLINE VIOLATIONS IN INDONESIA Wibiansyah, Kukuh Tri; Wahyudi, Firdaus; Bhima, Sigid Kirana Lintang; Dhanardhono, Tuntas
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro)
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v9i6.29322

Abstract

Background: The medical profession is closely related to human values and professionalism, but in practice, there are still doctors who breach the medical discipline principles. Method:  This is a descriptive study to outline the enforcement outcome. Samples were taken from data of breach of medical discipline in 2014-2018 which were uploaded on the website of the Indonesian Medical Council (KKI) combined with interviews reports. Result: The average complaint  of breach is 40.6 complaints per year. The percentage of the case completion compare to the number of complaints each year was 82% in 2015, 103% in 2016, 217% in 2017, and 126% by 2018. Total number of decision from medical discipline council trial in 2018 was 49 cases, consists of 4 cases from 2014, 5 cases from 2015, 21 cases from 2016, 16 cases from 2017, and 3 cases of complaints submitted in 2018.  Of the verdict from the trial, 15 decision considered as interlocutory verdict and 34 cases as final decision. The period of handling of medical disciplinary breach requires 1 to 2 years. Conclusion: The enforcement of medical discipline violations experienced progressive resolution annually, with 2017 as the peak year. The performance was influenced by alteration in the management board and the enactment of new council regulations.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH TERHADAP PENCEGAHAN PERILAKU KEKERASAN ANAK SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN KEJURUAN Ferdina Meita Dwi Linati; Sigit Kirana Lintang Bhima; Tuntas Dhanardhono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.97 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14431

Abstract

Latar Belakang : Salah satu permasalahan yang menyita perhatian saat ini adalah kekerasan di dunia pendidikan yaitu disekolah yang mana bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Anak Pasal 54. Sekolah menempati kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan sebab tersedia kelembagaan untuk melaksanakannya yaitu Program usaha kesehatan sekolah (UKS). Berdasarkan Undang-Undang No 23 tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan disebutkan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas.Tujuan : Mengetahui faktor yang mempengaruhi peran UKS terhadap pencegahan perilaku kekerasan anak sekolah pada sekolah menengah atas dan kejuruan di Kota Semarang.Metode : Penelitian ini adalah penelitian penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA dan SMK di Kota Semarang. Subjek yang telah terpilih di beri informed consent kemudian dilakukan wawancara dengan menggunakan angket. Data di kumpulkan, dianalis dan hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.Hasil : Hasil penelitian di dapatkan Tingkat pendidikan kesehatan siswa masuk dalam katagori kurang (50%), Pelayanan kesehatan sekolah mendapatkan presentase sebesar 36% adalah kurang, Lingkungan sekolah mendapatkan presentase sebesar 36% adalah sedang atau baik, Ketenagaan UKS mendapatkan presentase sedang atau cukup sebesar 38%, Fasilitas kesehatan sekolah mendapatkan presentase 36% adalah sangat baik atau tinggi, 68% mengtakan tidak mendapatkan dukungan dari orang tua, dan sumber dana didapatkan presentasi sebesar 52% adalah rendah, 76% responden menjawab tidak ada evaluasi dan pelaporan kasus kekerasan. Dan di dapatkan bahwa ketenagaan UKS adalah faktor yang paling berpengaruh besar terhadap peran UKS dalam pencegahan perilaku kekerasan anak disekolah, dengan nilai OR 2,880.Kesimpulan : Bahwa Tingkat pendidikan kesehatan siswa, Pelayanan Kesehatan Sekolah, Lingkungan Sekolah, Ketenagaan UKS, Fasilitas Kesehatan Sekolah, Dukungan Orang Tua murid, Sumber Dana UKS, Evaluasi dan Pelaporan Kasus kekerasan merupakan faktor yang mempengaruhi peran UKS dalam pencegahan perilaku kekerasan anak sekolah pada sekolah menengah Atas dan Kejuruan di Kota Semarang.
PERBEDAAN KUANTITAS DNA YANG DIEKSTRAKSI DARI BUCCAL SWAB DENGAN JUMLAH USAPAN YANG BERBEDA Devina Dea Emanuela; Tuntas Dhanardhono; Saebani Saebani
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.391 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18560

Abstract

Latar Belakang Sampel yang digunakan pada analisis DNA untuk individu hidup  adalah darah dan buccal swab, namun pengambilan darah membutuhkan metode yang invasif yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada dapat menjadi pilihan yang baik dan nyaman dalam pengambilan sampel untuk pemeriksaan DNA, namun belum ada standar Buccal swab yang mengatur tentang jumlah usapan yang diperlukan dalam pengambilan buccal swab yang optimal.Tujuan Mengetahui perbedaan kuantitas DNA yang diekstraksi dari buccal swab dengan jumlah usapan yang berbedaMetode Penelitian menggunakan 44 sampel buccal swab diambil dari 11 individu laki- laki sehat dan diambil secara serial sebanyak 4x dengan selang waktu selama 1 minggu. Pada pengusapan pertama diambil sampel dengan 5x usapan, selanjutnya diambil sampel dengan 10x usapan, lalu diambil sampel dengan 20x usapan dan kemudian diambil sampel dengan 30x usapan. Setelah setiap pengambilan sampel dilanjutkan dengan ekstraksi DNA dengan metode chelex pada hari yang sama dengan pengambilan sampel kemudian dilakukan pengukuran kuantitas DNA menggunakan Nanodrop Spectrofotometer yang dibaca pada gelombang 260.Hasil Didapatkan perbedaan yang bermakna pada setiap kelompok usapan (p <0.05) dengan kelompok usapan 5x, 10x, dan 20x mengalami peningkatan kuantitas yang searah dengan penambahan pengusapan sedangkan kelompok 20x dan 30x usapan mengalami penurunan kuantitas yang berbanding terbalik dengan penambahan pengusapan hal ini dapat disebabkan karena bertambahnya saliva dan kontaminan dalam sampel yang mempengaruhi kuantitas DNA.Kesimpulan Terdapat perbedaan kuantitas DNA dari buccal swab dengan jumlah usapan yang berbeda dengan kuantitas tertinggi didapatkan dari kelompok 20x usapan.
PREVALENSI DAN BENTUK KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA SMA, SMK DAN MA DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Hening Pangesti Wulandaru; Sigit Kirana Lintang Bhima; Tuntas Dhanardhono; Inarniati Nur Rohmah
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.301 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25344

Abstract

Latar Belakang : Masa remaja merupakan masa rentan, karena merupakan masa transisi dari kanak-kanak menjelang dewasa, yang ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, biologis dan sosial. Tindakan kekerasan dalam pacaran rentan terjadi pada remaja, bentuk penyimpangan yang dilakukan banyak tidak disadari dan dimengerti oleh para remaja, khususnya bentuk dari kekerasan yang terjadi dalam menjalin hubungan pacaran baik dari kekerasan emosional, seksual, fisik, psikis sampai pada kekerasan ekonomi. Tujuan : Mengetahui prevalensi dan bentuk kekerasan dalam pacaran yang terjadi di SMA, SMK dan MA di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Metode : Jenis penelitian ini penelitian deskriptif. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan belah lintang (cross sectional). Subyek sebanyak 281 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan metode purposive sampling. Hasil Penelitian : Sebanyak 281 responden yang terlibat semuanya pernah mengalami kekerasan dalam pacaran, 100% responden pernah mengalami kekerasan psikis, 10,3% responden mengalami kekerasan seksual, 7,8%  mengalami kekerasan fisik, dan 12,8% responden mengalami kekerasan ekonomi dalam pacaran. Kesimpulan : Semua responden yang terlibat dalam penelitian ini pernah mengalami kekerasan dalam pacaran. Kekerasan yang dimaksud, meliputi kekerasan psikis, kekerasan seksual, kekerasan fisik dan kekerasan ekonomi.Kata Kunci Remaja, Kekerasan Dalam Pacaran
THE DIFFERENCE OF HISTOPATHOLOGICAL IMAGE OF THE WISTAR RAT’S KIDNEY ADMINISTERED WITH GRADUAL DOSAGE OF PYRETHROID Diaz Almayang; Saebani Saebani; Tuntas Dhanardhono; Endang Ambarwati; Ika Pawitra Miranti
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v10i2.29537

Abstract

Background: Pyrethroid pesticide poisoning cases in developed and developing countries have a high incidence every year. One of the active substances in pyrethroid widely used is cypermethrin. The effects of cypermethrin intoxication on the kidneys, especially in humans, are little to be studied. This study aims to determine the difference in the histopathological image of the Wistar rat’s kidney.Method: The experimental research of the post-test only control group design involved 24 male Wistar rats divided into 4 groups randomly, the control (not given cypermethrin), treatments of 125 mg/kgBW, 250 mg/kgBW, and 500 mg/kgBW. Cypermethrin are given orally for 14 days. After the rats were terminated, the kidney were processed to be paraffin-embedded tissues and stained with HE. Tubular injuries were examined using 400x magnification of light microscope and focused on closure of tubular lumen as well as proteinaceous cast inside the lumens.Results: The results of this study showed that the means of histopathological damage to the kidneys increased from control group to 500 mg/kgBW treatment group. Statistical analysis with One way ANOVA showed significant differences (p<0.001), continued with Post hoc games Howell test, there was a significant differences between control group with 250 mg/kgBW treatment group and 500 mg/kgBW treatment group, and between 125 mg/kgBW treatment group with 250mg/kgBW treatment group and 500 mg/kgBW treatment group. There was no significant difference between the control group with 125 mg/kgBW group and 250 mg/kgBW treatment group with 500 mg/kgBW treatment group.Conclusion: There is a significant difference in renal histopathological  image due to exposure to pyrethroid (cypermethrin) in gradual doses. The image of kidney damages can result in tubules injury  which include: albuminous degeneration with narrowing of the tubular lumen and hyaline cast. The means of tubular injury rate will increase with increasing dose of pyrethroid.
HUBUNGAN KADAR LEMAK TUBUH DENGAN PERUBAHAN WARNA MEMAR YANG DILIHAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK FOTOGRAFI FORENSIK Priskila Tania Damitrias; Sigit Kirana Lintang Bhima; Tuntas Dhanardhono
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.951 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18619

Abstract

Latar Belakang: Penyidik dapat mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman dalam kepentingan peradilan menangani seorang luka. Umur luka menjadi hal yang penting dalam pengungkapan kebenaran, sehingga penyidik seringkali meminta bantuan dokter untuk menentukan umur luka. Umur luka memar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kadar lemak, usia, jenis kelamin dan penyakit.Tujuan: Membuktikan hubungan antara kadar lemak tubuh dengan perubahan warna memar yang dilihat dengan menggunakan teknik fotografi forensikMetode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain time series pada mahasiswa fakultas kedokteran yang berusia 20-25 tahun. (n=15). Sampel diberikan trauma yang menyebabkan memar, lalu difoto setiap hari dalam 7 hari. Perubahan warna memar dianalisis menggunakan uji korelasi Sommers Tabel BxKHasil: Hubungan kadar lemak dan perubahan warna memar yang dianalisis menggunakan uji korelasi Sommers, pada hari 1 dan hari 2 menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai p = 0,171 (hari 1) dan p = 0,54 (hari 2), sedangkan pada hari 3 sampai hari 7 hasil yang signifikan dengan nilai yaitu dengan nilai p = 0,000 (hari 3), p = 0,014 (hari 4), p = 0,003 (hari 5), p = 0,000 (hari 6) dan p = 0,000 (hari 7).Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar lemak dan perubahan warna memar pada hari ketiga sampai hari ketujuh dan hubungan yang tidak bermakna antara kadar lemak dan perubahan warna memar pada hari kesatu dan kedua.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN PELAPORAN PADA PIHAK KEPOLISIAN Cynthia Nathania Setiawan; Sigit Kirana Lintang Bhima; Tuntas Dhanardhono
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.378 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19356

Abstract

Latar Belakang : Data WHO menyatakan bahwa 1 dari 3 wanita didunia pernah mengalami kekerasan oleh laki-laki. Data yang didapatkan di Indonesia menyatakan bahwa angka kejadian kasus kekerasan dalam rumah tangga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan perlunya evaluasi terhadap upaya perlindungan dan pemenuhan hak asasi wanita. Korban kekerasan tidak selalu melaporkan tindakan yang diterimanya pada pihak berwajib. Oleh karena itu, penelitian ini akan meninjau faktor apa saja yang memengaruhi terjadinya KDRT dan pelaporan pada pihak kepolisian.Tujuan:Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kejadian kasus kekerasan dalam rumah tangga dan pelaporan pada pihak kepolisianMetode: Penelitian menggunakan desain observasional pendekatan cross-sectional dan dilakukan indepth interview untuk menunjang pembahasan. Subjek penelitian ini adalah 207 data laporan kasus KDRT yang terlapor di PPT SERUNI sejak bulan Januari 2015-Desember 2016. Analisa bivariat dilakukan dengan uji chi square (x2).Hasil: Peneliti mendapatkan 75 kasus KDRT yang dipengaruhi oleh permasalahan ekonomi, 71 kasus yang dilatarbelakangi oleh perselingkuhan, 2 kasus akibat jumlah anak, dan 61 kasus berkaitan dengan sosial budaya. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara permasalahan ekonomi (p= 0,421), perselingkuhan (p= 0,358), jumlah anak (p= 1,000), dan sosial budaya (p= 0,812) dengan keputusan korban untuk melaporkan KDRT pada pihak kepolisian. Anallisis multivariat tidak dilakukan karena nilai p masing-masing variabel >0,25.Kesimpulan: Permasalahan ekonomi merupakan faktor dominan dalam terjadinya KDRT. Tidak didapatkan korelasi antara permasalahan ekonomi, perselingkuhan, jumlah anak, dan sosial budaya dalam pelaporan pada pihak kepolisian. Multikausalitas KDRT menyebabkan tidak adanya faktor determinasi dalam  pelaporan pada pihak kepolisian.
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN USIA MENIKAH KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KOTA SEMARANG Fildzah Ayu Adiati F.; Sigit Kirana Lintang Bhima; Tuntas Dhanardhono
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.727 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19362

Abstract

Latar Belakang: Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pernikahan pada usia muda diketahui sebagai salah satu faktor yang menyumbang peningkatan tersebut. Disamping itu, Sebagian besar penyintas yang menikah muda memiliki tingkat pendidikan yang rendah.Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan usia menikah korban kekerasan dalam rumah tangga di kota Semarang.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan belah lintang dan metode wawancara mendalam sebagai tambahan pembahasan. Cara pengambilan sampel adalah total sampling. Sampel sebanyak 64 kasus yang terlapor dari bulan Januari 2014-Desember 2016 di PPT SERUNI Semarang. Analisis statistik dengan uji Chi square atau Fisher exact test untuk uji alternatif.Hasil: Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,004) antara tingkat pendidikan dengan usia menikah korban kekerasan dalam rumah tangga di kota Semarang.Kesimpulan: Tingkat pendidikan berhubungan dengan usia menikah korban KDRT. Korban dengan tingkat pendidikan yang rendah erat kaitannya dengan pernikahan pada usia muda.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KEDONDONG LAUT TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus RESISTEN METISILIN Zakiyah Wuriyasih Permata Sari; Akhmad Ismail; Tuntas Dhanardhono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.197 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23401

Abstract

Latar Belakang: Pengobatan infeksi bakteri ini semakin sulit karena banyak Staphylococcus aureus telah mengalami resistensi metisilin. Indonesia mempunyai banyak tanaman herbal yang berpotensi sebagai antibiotik, salah satunya adalah Polyscias fructicosa atau kedondong laut. Tujuan: Membuktikan efek ekstrak daun kedondong laut mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus resisten metisilin secara in vitro. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain post test control group design. Pada penelitian ini terbagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu perlakuan dengan penambahan ekstrak daun kedondong 25%, 50%, 75%, dan 100%. Sedangkan untuk kelompok kontrol terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok kontrol positif dengan penambahan antibiotik tetrasiklin dan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan. Metode yang digunakan adalah difusi Kirby-Bauer. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney U test. Hasil: Rerata diameter zona hambat terhadap MRSA ekstrak daun kedondong laut konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% sebesar 12.50 mm, 15.33 mm, 15.83 mm, dan 16.50 mm. Konsentrasi 25% ekstrak daun kedondong laut memiliki perbedaan bermakna dengan konsentrasi 100% ekstrak daun kedondong laut. Kesimpulan: Ekstrak daun kedondong laut mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus resisten metisilinKata kunci: MRSA, zona hambat, daun kedondong laut
PERBANDINGAN PEMBERIAN BRODIFAKUM LD50 DAN LD100 TERHADAP PERUBAHAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS TIKUS WISTAR Alfian Salahudin Al Ayoubi; Tuntas Dhanardhono; Sigit Kirana Lintang Bhima
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.089 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i1.11353

Abstract

Background : Brodifacoum is an anticoagulant substance which usually used as pest control, but this substance has a poisoning effect the body. Brodifacoum is absorbed through gastrointestinal tract which can cause the disorder of blod clotting by slowing down the process of epoxide reductase of vitamin-K.Aim : To know the comparison of Histopathology Rattus norvegicus Intestine against brodifacoum administration LD50 and LD100.Methods :This study was an experimental study with post test only group design. The sample of this study are 27 Rattus norvegicus which given per oral administration of brodifacoum. Barthel Manja scores were used to assess changes in intestine Histopatology. Normal and desquamation are a minor damage, while erosion and ulcers are major damage. Non-parametric test of Mann-Whitney to the results are revealed significant if p <0.05.Results :On LD50, 2 rats died on days 3, 5 on day 5, and 2 rats terminated on day 7. In LD100 2 rats died on day 3, 2 on day 5, and 5 rats terminated on day 7. On LD50 groups there are 66,67% minor damage and 33,33% major damage, while in LD100 groups there are 55,56% minor damage and 44,44% major damage. Test non parametric Mann-Whitney in the control group with LD50 was found p = 0.269, in control group with LD100 was found p = 0106, then group with the LD50 and LD100 found p = 0.159.Conclusion :There are not significant differentiation of histopatology picture between LD50 and LD100 dose ( p = 0.159 )