Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Tindakan Sosial pada Pekerja Freelance: Studi Mahasiswa Institut Seni Indonesia Surakarta Yuhastina Yuhastina; Okta Hadi Nurcahyono; Alfiana Umi Kholtsum
SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 7 No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : LP2M Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30738/sosio.v7i2.9734

Abstract

The increasing growth of creative economy actors has also encouraged high interest in jobs in the creative industry as freelance workers. This research is qualitative research with a phenomenological approach. The phenomenological approach aims to describe the social actions that occur in freelance workers at ISI Surakarta. This qualitative research uses the purposive sampling technique and data collection using in-depth interviews and portfolio observation. Data were analyzed using Miles and Huberman's analysis techniques, namely interactive data analysis and Max Weber's social action theory. Students who work freelance do so consciously with careful consideration of the consequences obtained from freelance work. Freelance work has also become a genetic and cultural heritage of ISI students themselves. The facts found in the field show that freelance work in the ISI Surakarta environment belongs to social acts of instrumental and traditional rationality.
Proses Reog Anti Minuman Keras di Padepokan Batara Singo Jalu Wono Wonogiri Fahma Rosyada; Okta Hadi Nurcahyono; Nurhadi Nurhadi
Sosioglobal Vol 5, No 2 (2021): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v5i2.30862

Abstract

Artikel ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses padepokan Reog bernama Batara Singo Jalu Wono dalam membentuk anggota mereka menjadi seniman Reog anti minuman keras di kota Wonogiri. Reog yang dikenal identik dengan minuman keras dan dunia mistis ternyata membuat para pendiri Padepokan Batara Singo Jalu Wono tergerak untuk berupaya menghilangkan stigma tersebut, atau setidaknya stigma tersebut tidak melekat pada padepokan mereka. Analisis data dalam penelitian menggunakan teori fungsionalisme struktural dengan 4 fungsi AGIL milik Talcott Parsons. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan padepokan berhasil membentuk anggota mereka menjadi seniman Reog anti minuman keras. Dilihat dari proses pertama yaitu fungsi adaptasi, padepokan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat, dengan cara menyeimbangkan antara nilai kebudayaan dan norma yang berlaku. Kedua tujuan, pada tahun 2013 para pendiri padepokan mencetuskan tujuan mereka, yakni ingin menjadi padepokan Reog anti minuman keras dan anti narkoba. Ketiga integrasi, unsur-unsur yang terlibat mampu bekerjasama dalam mewujudkan tujuan tersebut, yakni anggota padepokan, stakeholder, dan masyarakat. Keempat latensi, tujuan mereka dapat terwujud karena padepokan mampu menjaga motivasi anggota dan proses yang berlangsung dengan menjunjung nilai kekeluargaan.
Arena Produksi Kultural Kerajinan Kulit di Surakarta Dalam Tren Ekonomi Kreatif Lisa Elfena; Nurhadi Nurhadi; Okta Hadi Nurcahyono
SOCIUS Vol 7 No 2 (2020): Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education, Universitas Negeri Pa
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/scs.v7i2.244

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang; (1) hubungan antara produksi sub sektor kriya dengan naiknya kelas sosial pemuda; (2) cara-cara yang ditempuh oleh pengrajin untuk mengatasi persoalan terkait dengan produksi kriya kulit. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling. Jumlah informan sebanyak 8 orang pengrajin kerajinan kulit di Surakarta. Peneliti memilih kerajinan kulit Kota Surakarta karena sarat akan nilai budaya yang dimiliki oleh produsen. Kemudian, data divalidasi menggunakan triangulasi sumber dan metode. Analisis data dilakukan dengan analisis interaktif. Penelitian ini dianalisis menggunakan teori praktik terutama pemikiran Pierre Bourdieu. Penelitian ini menemukan bagaimana strategi dan pertarungan antar agen, proses produksi makna hingga analisis terkait logika kapital dan kelas sosial. Arena produksi kultural seni kriya kulit di Surakarta dalam tren ekonomi kreatif terbentuk dari struktur arena yang terdapat posisi-posisi para agen yang membentuk produk budaya. Dalam penelitian ini ditemukan pembahuruan dari teori Bourdieu tentang konsep fashion yang lebih komprehensif terhadap situasi saat ini.
Analisis Kedisiplinan Siswa Berdasarkan Ketaatan Terhadap Tata Tertib Sekolah Farida Nurreni; Nurhadi Nurhadi; Okta Hadi Nurcahyono
Jurnal Pendidikan Karakter Vol. 12, No. 2 (2021)
Publisher : LPPM Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpka.v12i2.33042

Abstract

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis bagaimana berjalannya tata tertib sekolah yang menghasilkan kedisiplinan siswa SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mendapatkan data berupa angka yang dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi etnografi pendidikan. Subjek penelitiannya yaitu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat dan siswa kelas 10, 11 dan 12. Pemilihan subjek penelitian melalui teknik random sampling. Instrumen penelitian digunakan untuk mengungkap bentuk dari tata tertib sekolah beserta sanksi yang diberikan atas pelanggaran yang dilakukan, analisis terhadap kedisiplinan siswa melalui banyak atau sedikitnya pelanggaran terhadap beberapa kriteria tata tertib, dan analisis terhadap pemahaman serta harapan siswa terhadap kedisiplinan sekolah. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa telah disiplin melihat rendahnya persentase pelanggaran yang dilakukan, sekolah telah menerapkan sistem poin, diberikannya sosialisasi mengenai tata tertib sekolah, hanya sedikit siswa yang melakukan pelanggaran cukup berat dan siswa memahami makna disiplin sehingga dapat menerapkannya dengan baik. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Generasi Z, Nilai Hasthalaku
MEKANISME BERTAHAN PEDAGANG ANGKRINGAN DI ERA DISRUPSI (STUDI MODAL SOSIAL PADA PEDAGANG ANGKRINGAN DI KAWASAN JL. KI HADJAR DEWANTARA, SURAKARTA) Okta Hadi Nurcahyono
Habitus : Jurnal Pendidikan, Sosiologi, dan Antropologi Vol 3, No 1 (2019): HABITUS:JURNAL PENDIDIKAN, SOSIOLOGI, DAN ANTROPOLOGI
Publisher : Program Studi Pendidikan Soiologi Antropologi, FKIP-UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/habitus.v3i1.32214

Abstract

Artikel ini merupakan hasil dari penelitian lapangan yang bertujuan untuk mencari bagaimana mekanisme bertahan yang dilakukan oleh para pedagang angkringan di era disrupsi. Perkembangan zaman yang bersifat disruptif mengakibatkan struktur kehidupan masyarakat banyak mengalami perubahan, termasuk dalam hal ini adalah pedagang angkringan atau Hik. Metode yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah penelitian kualtitatif dengan jenis deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian yaitu disepanjang Jalan Ki Hadjar Dewantara, Kota Surakarta yang terdapat sepuluh warung angkringan atau HIK tiap malam hari. Proses pencarian data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi non partisipatif dan wawancara mendalam (in-depth interview). Hasil penelitian menunjukan bahwa para pedagang angkringan di kawasan Jalan Ki Hadjar Dewantara mendayagunakan modal social yang dimiliki untuk mendapatkan keuntungan ekonomi atau dalam rangka mempertahankan usahanya di era disrupsi saat ini. Pertama, membangun trust (kepercayaan) pelanggan dengan memberikan pelayanan maksimal, menjaga cita rasa makanan, dan memberikan tempat yang nyaman untu ngobrol. Kedua, memeperketat aturan atau norma pada para pegawainya dengan jobdesk yang sudah ada. Ketiga, membangun jaringan dengan supplier makanan dan jaringan via online sistem yaitu dengan memasukan kedalam aplikasi seperti gofood atau grabfood sehingga dapat membangun jaringan baru dengan para pengemudi ojek online. 
PRAKTIK PENDIDIKAN MORAL EMILE DURKHEIM DALAM KOMUNITAS SOLO MENGAJAR Okta Hadi Nurcahyono; Aldestina Putri Sarwastuti; Abdul Rahman
Sosio-Didaktika: Social Science Education Journal Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Education and Teacher Training, UIN (State Islamic University) Syarif Hidayatul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (39.691 KB) | DOI: 10.15408/sd.v7i2.17441

Abstract

Moral education is a way to instill good behavior ini a person so that we can became a good person and be accepted in social life. Through a community, moral education can be cultivated in a person and of course in the development of child. The purpose of this study was to determine the practice of moral education (Emile Durkheim) in a Solo Mengajar community. This research uses qualitative research with a qualitative descriptive approach. Research data collection techniques include observation, interviews and documentation. Resource persons in this study were volunteers and students of Solo Mengajar. The results of this study describe the elements of Emile Durkheim’s moral education, the spirit of dicipline, the bond between groups and autonomy of self determination (will) in the Solo Mengajar Community. The spirit of dicipline in this community is seen from the teaching process and the rules that are applied when teaching takes place. The bond between gruops in the Solo Mengajar community begins with building bonds between volunteers through the meetings that are held. By uniting the closeness between these volunteers which then made it easier for them to carry out vatious varied activities to tie the children in the teaching environment. Meanwhile, the volunteers’ understanding of the characteristics of children and their surroundings as well as the problems that occur during the teaching process is self-determination or the will this community. So they can determine what actions or activities they will do at teaching time.Keywords : Community, Moral Education, Solo Mengajar
Optimalisasi Program Reformasi Birokrasi Perguruan Tinggi Menggunakan AHP dan BSC Ricky Handoko; Khresna Bayu Sangka; Agung Nur Probohudono; Okta Hadi Nurcahyono
JAS-PT (Jurnal Analisis Sistem Pendidikan Tinggi Indonesia) Vol 4 No 2 (2020): JAS-PT Edisi DESEMBER 2020
Publisher : Forum Dosen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36339/jaspt.v4i2.365

Abstract

Abstrak Penerapan reformasi birokrasi merupakan salah satu cara preventif yang efektif untuk menekan perilaku korupsi di Indonesia. Reformasi adalah proses untuk mengubah proses, prosedur birokrasi publik dan sikap serta perilaku birokrat untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan pembangunan nasional. Reformasi kegiatan sebagai padanan lain dari perubahan, perbaikan dan modernisasi. Ruang lingkup reformasi tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur, tetapi juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktural dan sikap terhadap perilaku dan budaya sehingga arah reformasi yaitu pencapaian pelayanan publik dapat dicapai secara efektif dan efisien. Studi komprehensif telah dilakukan yang dapat menghasilkan model penilaian yang sesuai dengan arah dan tujuan reformasi tersebut. Kombinasi pendekatan balanced scorecard (BSC) dan analitik hierarki proses (AHP) diyakini dapat mengidentifikasi, mengukur, dan menghilangkan perbedaan persepsi yang dapat mengoptimalkan kinerja organisasi. Lebih dalam lagi, model tersebut diterapkan di semua organisasi pelaksana reformasi birokrasi. Studi ini menemukan bahwa empat perspektif Balanced Scorecard yang digunakan memiliki perbedaan bobot dan prioritas karena banyaknya perbedaan tingkat subkategorinya. Padahal tidak ada penilaian yang sempurna. BSC yang dikombinasikan dengan AHP saat ini, dapat digunakan untuk membuat metode penilaian terbaik yang mudah digunakan untuk menilai kinerja organisasi. Kata kunci: balanced scorecard, proses hierarki analitik, reformasi birokrasi.
JARINGAN SOSIAL DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU SISWA MEROKOK Nawaar Faizatun Ashri; Nurhadi Nurhadi; Okta Hadi Nurcahyono
Journal of Education on Social Science (JESS) Vol 4 No 2 (2020): Social and Educational Issues in Public Service
Publisher : Faculty of Social Science, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/jess.v4i2.274

Abstract

The purpose of this research was to know the social networks of smoking behavior of active smoker students, especially in high school of Surakarta. This study aimed to describe agents that contribute to form this behavior through social ties based on Marwell theory of Social Networks. The methods that used in this study was descriptive qualitative with ethnography approach. The data was collected through interview using WhatsApp application. The data was analyzed with theory of Social Network from Marwell and compared to related researches. Informants in this study were ten high school students in Surakarta who active in smoking behavior. The results of this study indicated that its habit started from curiosity and imitation of others into an action that receive “support” from people around. It could be concluded that student's decision of smoking was determined by their relationship with the social milieu which was also an active smoker, such as family and peer groups.
PERUBAHAN SOSIAL PADA KESENIAN TRADISIONAL EBLEG SINGA MATARAM DI KELURAHAN PANJER KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN Fikar Idham Astriawan; Okta Hadi Nurcahyono; . Yuhastina
Studi Budaya Nusantara Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan jaman yang semakin modern memberikan dampak perubahan sosial pada segala aspek kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah aspek sosial budaya. Dampak perubahan sosial pada aspek sosial budaya di masa modern saat ini dapat dilihat dari banyaknya kesenian tradisional yang mengalami penurunan eksistensi, bahkan ada pula yang mengalami kepunahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan sosial yang terjadi pada kesenian tradisional Ebleg Singa Mataram di Kelurahan Panjer, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen serta bagaimana upaya komunitas dalam mempertahankan kesenian tersebut di masa modern. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan teknik purposive sampling dalam penentuan informan. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah teori evolusi sosial milik Herbert Spencer. Hasil dari temuan data menunjukan bahwa, perubahan yang terjadi pada kesenian tradisional Ebleg Singa Mataram ini tidak berada pada segi pakem sendratari kesenian tradisional tersebut. Namun, perubahan yang terjadi diantaranya yaitu antusiasme penonton kesenian tradisional Ebleg Singa Mataram mengalami peningkatan ukuran (perkembangan) secara bertahap seiring berkembangnya jaman. Keberadaan Ebleg Singa Mataram sebagai kesenian tradisional kuda lumping tertua di Kabupaten Kebumen mengalami kompleksifikasi, hal ini disebabkan oleh adanya proses pengadaptasian dari beberapa komunitas kesenian tradisional kuda lumping lain di Kabupaten Kebumen. Selain itu, perubahan sosial membuat masyarakat terdeferensiasi dan secara tidak langsung regenerasi pada komunitas kesenian tradisional Ebleg Singa Mataram menjadi terhambat.Kata kunci: perubahan sosial, kesenian tradisional, ebleg, modernisasi
Pemaliq: Myth as an Effort to Defend the Customs of Sasak in Desa Beleq Hamlet, Gumantar, North Lombok Adi Putro Aji Wicaksono; Okta Hadi Nurcahyono; Sigit Pranawa
Humanus Vol 19, No 2 (2020)
Publisher : Pusat Kajian Humaniora FBS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1302.365 KB) | DOI: 10.24036/humanus.v19i2.109877

Abstract

The effect of modernization and globalization is, among other, the degraded ancestor custom and traditions. So many cultural strategies are taken by the community, particularly customary community to maintain custom and tradition. This research aims to find out why Desa Beleq Hamlet customary community still maintain Sasak tribal custom and tradition in Lombok Island through Adat Tau Lokaq Lima regulation. This study belongs to qualitative research with ethnographic approach aiming to give a holistic representation about the cultural event occurring. The author used in-depth interview and participatory observation in collecting data of research. The result of research showed that pemaliq, as a prohibition constructed in human reasoning on the event to befall an individual or a group of individuals violating the ancient myths told hereditarily, could create a community’s holistic understanding to comply with the existing custom.