Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknik Industri Untirta

Penerapan Theory Of Constraint Untuk Meminimasi Loss Time (Studi Kasus PT. Bluescope Steel Indonesia) Elin Herlina; Lely Herlina; Kulsum Kulsum
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 2 No. 3 November 2014
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1913.945 KB)

Abstract

PT. Bluesccope Steel Indonesia adalah salah satu perusahaan pelapisan baja terbesar dengan sistem flow proses yang bergerak dalam proses pelapisan pada Cold Rolled Coil (CRC). PT. Bluescope Steel Indonesia membangun line baru pada tahun 2008 yaitu Metalic Coating Line (MCL) 2 terdiri dari empat section, yaitu entry section, process section, surface section, dan exit section yang dapat menghasilkan produk painted dan bare. Metalic Coating Line (MCL) 2 merupakan line baru sehingga masih banyak permasalahan dalam melapisi baja. Masalah utama yang terjadi adalah banyaknya unplan delay pada proses section menyebabkan waktu produksi hilang (loss time) sehingga terhambatnya proses produksi dan berakibat pada banyaknya produk cacat. Hal ini dibuktikan dengan waktu hilang terbesar terdapat pada process section yaitu 4502 menit, sedangkan exit section 3519 menit, surface section 2670 menit dan entry section 1821 menit serta data efektifitas mesin pada bulan oktober yang mengalami penurunan pada bulan oktober menjadi 51,99% dari 61,86% di bulan september. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab kendala dan mengoptimalkan kendala dengan memaksimalkan action plan sehingga dapat meminimasi loss time yang terjadi diperusahaan dengan menerapkan lima prinsip perbaikan berkelanjutan Theory of Constraints (TOC). Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi penyebab kendala, memberikan solusi penyelesaian, memberikan usulan action plan untuk penyebab kendala dan melakukan perhitungan untuk meminimasi loss time menggunakan integer programming dengan memaksimalkan action plan berdasarkan prinsip TOC. Berdasarkan penelitian, loss time yang dihasilkan sebesar 553,9 menit untuk total waktu penanganan dari semua kendala atau telah mengalami penurunan sebesar 49,24% dari nilai awal sebesar 1125 menit. 
Usulan Perbaikan Proses Produksi Abu Fly Ash dan Abu Bottom Ash dengan Pendekatan Lean Manufacturing Bagas Sulastama; Lely Herlina; Achmad Bahauddin
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 1 No. 2 Juli 2013
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.279 KB)

Abstract

PT.XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembangkit listrik. Salah satu produk lain yang dihasilkan adalah timbulnya limbah padat, yaitu abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Pada proses penyaluran fly ash dan bottom ash memiliki beberapa kendala diantaranya berupa transportasi yaitu conveyor yang digunakan dalam penyaluran abu yang tidak maksimal, adanya pluking (batubara yang menggumpal sehingga tidak berjalan lancar), maintenance yang tidak baik. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui aktifitas apa yang terjadi pada proses fly ash dan bottom ash yang menyebabkan pemborosan terbesar. Metode yang digunakan untuk mengatasi pemborosan, digunakan pendekatan lean manufacturing dengan menitik beratkan pada 7 macam pemborosan yaitu overproduction, waiting, transportation, inappropriate process, unnecessary inventori, unnecessary motion, dan defect. Setelah dilakukan identifikasi terhadap seven waste, kemudian melakukan pemetaan secara detail untuk mengetahui tools yang tepat dalam pemetaan aliran proses dengan menggunakan Value Stream Analysis Tools (VALSAT). Berdasarkan pengolahan data didapatkan persentase waste yang terjadi yaitu transportasi sebesar 20,41 %, innapropiate process sebesar 17,96%, waiting sebesar  15,10% , overproduction sebesar 14,69% , unnecessary inventori sebesar 12,65 %, unnecessary motion sebesar 9.8%, dan yang terendah adalah defect yaitu sebesar 9.39%. Total waktu lead time process fly ash sebesar 6.815,14 menit dan bottom ash sebesar 6.813,02 menit, untuk mengurangi waktu lead time perlu di rancang perbaikan dengan menggunakan dengan tools Process Activity Mapping dan Big Picture Mapping. Setelah melakukan usulan perbaikan dengan meningkatkan kapasitas pengiriman batubara menuju stok area yang diperoleh berdasarkan usulan dengan menggunakan 5W+1H, didapatkan proyeksi perubahan total waktu lead time menjadi 6.496.5 menit untk fly ash dan 6.210,38 menit untuk bottom ash di PT.XYZ.
Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. ABC Dengan Model Q Back Order Menggunakan Simulasi Monte Carlo Lamhot Siregar; Lely Herlina; Kulsum Kulsum
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 2 No. 2 Juli 2014
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.238 KB)

Abstract

PT. ABC merupakan perusahaan yang bergerak pada sistem manufaktur dalam bidang pembuatan sepatu yaitu cup insole yang bahan bakunya adalah kain dan spoon. Permintaan perusahaan ini bersifat probabilistik, dimana permintaan tidak diketahui secara pasti. Dalam proses produksinya, tingkat pemakaian bahan baku dalam setiap bulan di PT. ABC tidak tetap dan menyebabkan terjadinya persediaan bahan baku lebih bahkan mengalami kekurangan bahan baku saat melakukan produksi produk yang diinginkan oleh konsumen pada waktu tertentu sehingga menjadikan beban dalam perusahaan, maka dari itu pengelolaan persediaan bahan baku harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kebijakan persediaan bahan baku yang optimal berdasarkan pada kuantitas pemesanan, safety stock dan reorder point serta membandingkan ongkos total persediaan eksisting dengan output hasil simulasi Monte Carlo. Perhitungan menggunakan Monte Carlo menghasilkan output simulasi sebanyak 12 bulan yang akan di uji validasi menggunakan Paired Sample T-Test terlebih dahulu dan kemudian dibandingkan dengan data yang secara aktual pada perusahaan. Pada hasil simulasi didapatkan bahwa biaya yang optimum terdapat pada output simulasi yang masing- masing bahan baku. Output simulasi pada spoon ongkos total persediaan sebesar Rp. 1.214.292.108,56 dengan reorder point sebanyak 21284 lembar dan safety stock sebanyak 19124. Pada simulasi kain, ongkos total persediaan sebesar Rp. 479.139.620,71 dengan reorder point sebanyak 10684 lembar dan safety stock sebanyak 8377 lembar. 
Perancangan Ulang Tata Letak Gudang Inbound Menggunakan Throughput Based Dedicated Storage (Studi kasus :PT. JNE Cabang Y) Ibnu Sina Syahdani; Lely Herlina; Muhammad Adha Ilhami
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 2 No. 3 November 2014
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (910.544 KB)

Abstract

Gudang inbound PT. JNE cabang Yberfungsi sebagai tempat penyimpanan paket dari luar kota ke suatu daerah dalam kota. Gudang inbound PT. JNE cabang Y saat ini telah menggunakan slot tetap. Hal tersebut dikarenakan jumlah paket yang ditujukan pada slot tersebut (yang dikarenakan paket dalam area antar dan menjadi tugas seorang kurir), harus ditempatkan pada slot yang ditujukan. Selain itu, aturan jumlah tumpukkan tidak dibatasi. Permasalahan pada penerapan metode tata letak ini ialah bahwa penempatan posisi slot tidak mepertimbangkan aktivitas, jumlah tumpukkan dan secara random. Permasalahan tersebut merupakan salah satu dari variasi dari metode Dedicated Storage, yaitu Part Number Sequence Storage. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa aktivitas tinggi ditempatkan pada jarak yang besar atau jauh dari pintu input-output. Oleh karena itu, dampak yang terjadi adalah total jarak tempuh semakin besar dan material handling cost pun akan semakin besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung, dan membandingkan Material Handling Cost pada kondisi existing dan usulan. Perancangan ulang tata letak pada permasalahan ini adalah dengan Throughput Based Dedicated Storage, yaitu dengan mempertimbangkan aktivitas terbesar terhadap penempatan posisi slot,serta penerapan alat bantu untuk keberlanjutan perancangan. Hasil penelitian berdasarkan perhitungan adalah total jarak tempuh Material Handling pada kondisi existing adalah sebesar 7.261,28 meter. Material Handling Cost pada kondisi existing sebesar Rp. 943.965,75.Total jarak tempuh Material Handling dan Material Handling Costpada kondisi usulan 1 sebesar 7.076,48 meter dan Rp. 919.941,75 per hari. Sementara pada kondisi usulan 2 adalah 4.934,48 meter dan Rp. 641.481,75 per hari.Selisih total jarak tempuh Material Handling dan Material Handling Cost existing dengan usulan 1 adalah 184,8 meter dan Rp. 24.024,00 per hari. Selisih total jarak tempuh Material Handling dan Material Handling Cost existing dengan usulan 2 adalah 2.326,8 meter dan Rp. 302.484,00 per hari. Selisih total jarak tempuh Material Handling dan Material Handling Cost usulan 1 dengan usulan 2 adalah 2.142 meter dan Rp. 278.460,00 per hari.
Analisa Perbaikan Penjadwalan Perakitan Panel Listrik Dengan Metode CPM dan PERT (Studi Kasus : PT. Mega Karya Engineering) Tubagus Irwan Julkarnaen; Lely Herlina; Kulsum Kulsum
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 3 No. 1 Maret 2015
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.604 KB)

Abstract

PT. Mega Karya Engineering merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi khususnya electrical controller yang menangani instalasi listrik, perakitan panel listrik sampai dengan pengiriman, dan lain–lain. Perusahaan ini sering mengalami kesulitan yang disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang teratur, kurang adanya jadwal yang tidak teratur, harus mengalami revisi (penetapan design) dan tanda tangan kontrak yang terlalu lama. Dari permasalahan yang terjadi, penelitian ini bertujuan untuk mencari aktivitas–aktivitas mana saja yang ada dalam proyek, yang merupakan aktivitas kritis untuk kondisi awal dan percepatan, mengetahui perbedaan waktu pengerjaan dari mulai kondisi awal dengan kondisi percepatan dan mengetahui besarnya perbedaan biaya yang terjadi antara kondisi awal dengan kondisi percepatan. Dalam penelitian ini menggunakan metode CPM dan PERT dan metode ini memiliki keterkaitan yang sama dan sifat yang beda, misalnya untuk CPM adalah metode yang berorientasi pada waktu yang mengarah dalam penentuan jadwal dan estimasi waktunya bersifat deterministik/pasti sedangkan PERT adalah metode yang berorientasi pada waktu yang mengarah dalam penentuan jadwal dan waktunya bersifat probabilistik/kemungkinan. Metode ini dalam manajemen proyek dapat mengetahui kapan tiap–tiap aktivitas akan dimulai dan kapan harus berakhir, sehingga dapat diketahui waktu penyelesaian keseluruhan proyek yang sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Hasil yang didapat dari penelitian proyek ini awalnya berjalan selama 21 hari yang masuk kedalam lintasan kritis. Setelah dilakukan analisa dan perbaikan dengan metode CPM waktu produksi tersebut menjadi 14 hari dengan perbedaan percepatan waktu sebesar 7 hari sebaliknya dengan metode PERT memiliki nilai varian 99,96% dan nilai Z nya yaitu 3,950 yang artinya proyek ini memiliki hasil persentase yang sangat baik. Keuntungan yang diperoleh proyek ini dari nilai proyek yang telah disepakati sebesar Rp 85.000.000 ialah untuk kondisi awal memiliki keuntungan sebesar Rp 23.527.500 dan kondisi percepatan sebesar Rp 26.063.500 dalam 1 perakitan panel listrik. Dalam segi financial perusahaan mendapatkan 2 keuntungan, yaitu keuntungan pada jumlah biaya yang didapat dan keuntungan percepatan waktu yang tersedia sehingga perusahaan dapat mengerjakan proyek lainnya.
Penentuan Persediaan Bahan Baku Optimal Menggunakan Model Q dengan Lost Sales Pada Industri Air Minum Dalam Kemasan Fara Dewi Anggraini; Muhammad Adha Ilhami; Lely Herlina
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 1 No. 4 Oktober 2013
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.516 KB)

Abstract

PT.Krakatau Daya Tirta merupakan perusahaan yang menghasilkan produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) jenis galon 19 liter dan gelas cup 240 ml. Permasalahan yang sering terjadi yaitu pada AMDK jenis gelas cup 240 ml yang terdiri dari bahan baku cup 240 ml, sedotan dan lidcup. Latar belakang penelitian ini yaitu perusahaan menerapkan sistem persediaan periodic review dimana sering dilakukan pembelian  bahan baku kemasan dalam jumlah besar dengan lead time pemesanan 1 bulan untuk menjaga kelancaran proses produksi. Pemesanan dalam jumlah besar tersebut dapat mengakibatkan penumpukkan persediaan bahan baku, selain itu menyebabkan ongkos total persediaan yang dikeluarkan pihak perusahaan semakin besar. Tujuan pada penelitian ini yaitu menentukan kebijakan persediaan optimal untuk meminimasi biaya persediaan berdasarkan ongkos total persediaan dan reorder point menggunakan Model Q dengan Lost Sales kemudian membandingkan ongkos total persediaan kondisi awal dan usulan perbaikan. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu Model Q dengan Lost Sales sesuai dengan model matematis Hadley-Within. Kemudian melakukan simulasi diskrit dengan menggunakan microsoft excell, simulasi dilakukan sebanyak 10 kali replikasi dan kemudian dilakukan perhitungan replikasi. Setelah itu dilakukan pengujian validasi menggunakan uji One Sample T-Test menggunakan software SPSS untuk membandingkan secara statistik antara satu set data dengan sebuah nilai, dalam hal ini nilai yang dibandingkan adalah ongkos total persediaan. Hasil penelitian didapatkan nilai Q dan r optimal serta ongkos total persediaan optimal. Berdasarkan hasil perbandingan, diperoleh bahwa pengolahan persediaan menggunakan model Q dengan Lost Sales didapatkan ongkos total persediaan pada usulan perbaikan lebih rendah dibandingkan dengan ongkos total persediaan kondisi awal.