Dwi Haryo Ismunarti
Departemen Oseanografi , Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 28 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences

Analisis Regresi Poisson untuk Menduga Hubungan Kelimpahan Makrobenthos dengan Parameter Kualitas Perairan Dwi Haryo Ismunarti; Subagiyo Subagiyo; Ria Azizah TN
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 4 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.218 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.4.230-237

Abstract

Fungsi peluang poisson merupakan standar model untuk variabel cacah. Sebagai contoh banyaknya makrobenthos dan faktor-faktor oseanografi yang mempengaruhinya dapat didekati dengan model regresipoisson. Model regresi poisson dapat diduga menggunakan fungsi GLM (generalized linear models) dari program S-PLUS. Faktor-faktor oseanografi yang berpengaruh terhadap jumlah makrobenthos adalah salinitas, kecerahan, kecepatan arus, DO dan suhu.Kata kunci : peluang poisson, variabel cacah, makrobenthosThe poisson probability provides the standard models for count variable. As an example, the number of makrobenthos and oceanograpy factors could be approach a poisson regression model. The poissonregression can be fitted using the function GLM, which fits Generailized Linear Models in S-PLUS program. Oceanography factors as having an effect on the number of makrobenthos are salinity, kecerahan, kecepatanarus,DO dan suhu.Key words : poisson probability, count variable, makrobenthos
Tingkat Keberhasilan Penetasan dan Masa Inkubasi Telur Penyu Hijau, Chelonia mydas L pada Perbedaan Waktu Pemindahan Esti Rudiana; Dwi Haryo Ismunarti; Nirwani Nirwani
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 4 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.348 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.4.200-205

Abstract

Keberhasilan penetasan telur penyu hijau secara semi alami sangat rendah akibat faktor fertilitas sebagai sifat bawaan, predator, infeksi mikroba dan kerusakan lingkungan peneluran. Sebagai alternative perlu dipelajari faktor yang mempengaruhi telur selama masa inkubasi di sarang semi alami. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa pergerakan perpindahan telur sebagai penyebab rendahnya tingkat keberhasilan penetasan karena selama masa inkubasi telur sangat sensitif terhadap gerakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gerakan terhadap tingkatkeberhasilan penetasan telur penyu hijau, Chelonia mydas L. Penelitian dilakukan di Pantai Peneluran Pangumbahan, Sukabumi. Telur diambil dari sarang alami setelahoviposisi oleh induk. Masing-masing sarang semi alami berisi 50 butir telur dengan waktu pemindahan berbeda. Telur penyu hijau sangat sensitif terhadap gerakan mulai 48 jam dan mereda mulai 20 hari setelahoviposisi oleh induk. Pemindahan telur ke sarang semi alami tidak dipengaruhi gerakan (baik dilakukan) sebelum 48 jam dan setelah 20 hari oviposisi oleh induk dengan posisi telur tetap.Kata kunci : penyu hijau, Chelonia mydas L, daya tetas, telurThe natural hatch rate for green turtle to be low, and suggested inherent fertility factors, predators, microbial infection, and nest environtment damage as probable cause of loss. Until artificial incubation of green turtle studying necessary. Although several reports state that moving sea turtle eggs during incubations results in poor survival, the state time of onset of this sensitivity has varied. The research is ti investigation the effect of movement on hatchability of the green turtle, Chelonia mydas L. This research was conducted of the nest environtment Pangumbahan, Sukabumi. Eggs were taken from the nest immediately after cessation of laying. Each fifty eggs was layed in the nest on artificial incubation with the time different of movement. Sensitivity was greatest early in the incubation after 48 h and did not totally abate after 20 day. They should not be moved till at least 48 h until 20 day after oviposition.Key word : green turtle, Chelonia mydas L, hatchability, eggs
Sudut Minimum antar Sub Ruang Vektor : Aplikasi pada Dinamika Biologis Perairan Jawa Selatan Sumbawa Dwi Haryo Ismunarti
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 7, No 1 (2002): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.598 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.7.1.1-6

Abstract

Abstrak Sudut minimum antar sub ruang vektor (RV) adalah analisis data deskriptif untuk membandingkan beberapa gugus individu yang diukur pada peubah yang sama. Matriks L dan M dengan unsur kolom masing-masing adalah l, dan m yaitu loading deri komponen utama ke i dari gugus A dan B. Sudut q adalah sudut sntar« vektor dari dua sub RV berdimensi k yang dibangkitkan oleh k komponen utama gugus A dengan vektor terdeketnya di sub RV yang dibangkitkan komponen utama gugus B. Dengan demikian maka kemiripan antar gugus data peubah ganda ditunjukkan oleh V yaitu jumlah kuadrat cosinus sudut antar loading dari komponen utama A dan B. Kata kuncl: ruang vector (RV), komponen utama(KU), akar ciri dan vektor ciri Abstract The minimum angle between sub spaces is a descriptive tool for the comparison the several different groups of individuals have the same p variables measurement on them. Let L and M as the matrix with elements vector I and m are the loading of the i principal component for group A and B. respectively. Let q is the angle between an arbitrary vector in the k-dimensional sub space generated by k principal component of group A and the one most nearly vector in the sub space generated by k principal component of group B. The sum of squaresof cosines of angles between each of the k eigenvectors defining the principal component of A and each one of B can be used a measurement of similarity between two groups A and B. Keywords: vector space, principal component, eigen value and etgen vector
Analisis Komponen Utama pada Hubungan Distribusi Spasial Komunitas Fitoplankton dan Faktor Lingkungan (Principal Component Analysis on the Relationship between Spatial Distribution of Phytoplankton and Environmental Factors ) Dwi Haryo Ismunarti
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 18, No 1 (2013): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.287 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.18.1.14-19

Abstract

Fitoplankton mempunyai peranan sangat penting dalam kesuburan suatu perairan. Kondisi dan distribusi dari fitoplankton sangat dipengaruhi oleh berbagai parameter lingkungan. Analisis ordinasi dengan Analisi Komponen Utama telah dilakukan untuk mengkaji komunitas fitoplankton dan hubungannnya dengan beberapa parameter lingkungan di perairan Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah. Pengamatan terhadap parameter pH, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, suhu dan salinitas perairan, serta fitoplankton dilakukan di 16 stasiun. Hasil analisis menunjukkan KU I dicirikan oleh stasiun penelitian dengan kelimpahan kelas Baccilariaphyceae yang tinggi dan kelas Dinophyceae yang rendah. Sedangkan KU II dicirikan oleh stasiun penelitian dengan kelimpahan kelas Baccilariaphyceae yang rendah dan kelas Dinophyceae yang tinggi. Kelimpahan kelas Baccilariaphyceae berhubungan secara negatif dengan konsentrasi fosfat dan berkorelasi positif dengan konsentrasi nitrat. Faktor lingkungan yang lain tidak menunjukkan adanya hubungan  secara statistik. Kata kunci: analisis komponen utama, fitoplankton, faktor lingkungan Phytoplankton have a very important role in the waters fertility. Conditions and distribution of phytoplankton is strongly influenced by various environmental parameters. Analysis ordination with Principal Component Analysis has been carried out in studying phytoplankton community and its relationship with several environmental parameters in Karimunjawa waters Jepara Central Java. Observation of the parameters pH, dissolved oxygen, phosphate, nitrate, water temperature and salinity, and phytoplankton were done at 16 stations. The results of the study show that Principal Component I is characterized by the abundance of Baccilariaphyceae high and Dinophyceae low. While Principal Component II is characterized by the abundance of Baccilariaphyceae low and Dinophyceae high. There was negative correlation between phytoplankton abundance with phosphate concentration and positive correlation with nitrate concentration. Other environmental factors did not show any statistically significant correlation. Keywords: principal component analysis, phytoplankton, environmental factors
Pengaruh Penggunaan Pakan Alami Tetraselmis chuii dan Skeletonema costatum dengan Dosis yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Kerang Totok (Effect of Using Natural Food Tetraselmis chuii and Skeletonema costatum with Different Doses on the Growth of Totok ..) Endang Supriyantini; Dwi Haryo Ismunarti; Ali Ridlo
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 17, No 2 (2012): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.472 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.17.2.81-86

Abstract

Pengetahuan tentang asupan nutrisi yang sesuai untuk kerang totok Polimesoda erosa sangat penting selain untuk meningkatkan kegunaan diet mikroalga juga untuk mengetahui dosis pakan alami Tetraselmis chuii dan Skeletonema costatum yang paling efisien terhadap pertumbuhan kerang totok. Biota yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerang totok ukuran 3-4 cm yang diperoleh dari perairan sekitar P. Gombol, Segara Anakan, Cilacap. Wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 30x30x30 cm dengan volume media 2 liter. Metode yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan rancangan acak lengkap, 3 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu campuran T. chuii 36 x 104 sel/ml dan S. costatum 9 x 104 sel/ml (pakan T1); T. chuii 27 x104 sel/ml dan S. costatum 18 x 104 sel/ml (pakan T2) dan T. chuii 18 x 104sel/ml dan S. costatum 27 x 104 sel/ml (pakan T3). Pakan diberikan sekali sehari, pemeliharaan dilakukan selama 3 bulan. Pengukuran beratyang dilakukan seminggu sekali dan dianalisis Specific Growth Rate (SGR) dan Food Convertion Ratio (FCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran pakan T. chuii dan S. costatum memberikan pengaruhpertambahan berat yang berbeda nyata (p< 0,05), tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap SGR dan FCR kerang Totok (p > 0,05). Pakan campuran T. chuii 27 x 104 sel/ml dan S. costatum 18 x 104 sel/ml meningkatkan nilai SGR namun mempunyai nilai FC yang besar.Kata kunci: Kerang Totok, Polimesoda erosa, Tetraselmis chuii, Skeletonema costatumKnowledge on ideal feeding dose for kerang totok P. erosa is needed to improved the use of microalgae diet and to investigate the most efficient natural feeding dose of T. chuii and S. costatum on growth of kerang totok (P. erosa). The organism used on this study was Kerang Totok size 3-4 cm which harvested from P. Gombol, Segara Anakan, Cilacap. Experiment was conducted in 30cm x 30cm x 30 cm aquarium filled with 2 liter of water each. A fully randomized design of laboratorium experimental method was applied for the study with three treatment i.e; 36 x 104 cell/ml T. chuii : 9 x 104 cell/ml S. costatum (T1); 27 x 104 cell/ml T. chuii : 18 x 104 cell/ml S. costatum (T2) and 18 x 104cell/ml T. chuii : 27 x 104 cell/ml S. costatum (T3), single feed dose per day at 08.00 WIB for 3 month period. Three replications were set up for each treatment. Parameter measured during the study were weight (weekly measurement), Specific Growth Rate (SGR) and Food Convertion Ratio (FCR). The result showed that feeding dose of T. chuii and S. costatum significantly affect the mean weekly weight gain (p< 0,05) but not to mean of SGR or FCR (p > 0,05). Mixture of 27 x 104 sel/ml T. chuii : 18 x 104 sel/ml S. costatum) tend toincrease the SGR values but give bigger FCR during the study period.Key words: Kerang Totok, Polimesoda erosa, Tetraselmis chuii, Skeletonema costatum
Laju Pertumbuhan dan Kelulushidupan Transplan Spons Amphimedon sp. (Growth and Survival of Sponge Amphimedon sp. Transplants) Agus Trianto; Radisya N Nissa; Diah Permata Wijayanti; Azis Rifai; Dwi Haryo Ismunarti; Destio .
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 18, No 4 (2013): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.274 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.18.4.225-230

Abstract

Spons adalah salah satu sumber bahan hayati laut yang potensial. spons Amphimedon sp. terbukti memiliki potensi sebagai senyawa bioaktif anti kanker. Namun, pemanfaatan spons dari alam akan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan, khususnya populasi organisme tersebut. Melalui budidaya spons dapat diaplikasikan untuk menyediakan bahan bioaktif dalam jumlah yang cukup secara berkesinambungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan spons Amphimedon sp. yang dibudidayakan melalui transplantasi secara in situ di perairan Pulau Panjang, Jepara, Jawa Tengah. Spons ditransplantasikan pada perairan laut dengan jarak 6 m dan 1 m dari dasar, dengan 2 ukuran awal eksplan (3cm x 3cm x 1,5cm dan 6cm x 6cm x 1,5cm). Laju pertumbuhan dihitung berdasarkan pertambahan volume eksplan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran awal eksplan memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan. Sebaliknya, perbedaan kedalaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan spons. Laju pertumbuhan eksplan spons Amphimedon sp berkisar 3,01±1,60 cm3.hari-1 sampai dengan 3,43±1,08 cm3.hari-1. Kelulushidupan eksplan spons mencapai 100%. Hasil ini menegaskan bahwa untuk usaha budidaya spons sebaiknya menggunakan ukuran awal eksplan besar. Disamping itu perairan Pulau Panjang terbukti memiliki perairan yang sesuai untuk budidaya spons. Kata kunci: akuakultur, eksplan, spons, bahan bioaktif  Sponge is known as important marine natural product sources. Sponge Amphimedon sp. has been proven to have anticancer substances. However, direct exploitation of sponge from nature will give a bad impact to the marine environment. Sponge aquaculture can be applied for sufficiently and sustainably supply of bioactive compounds. In order to obtain data on growth and survival rates of transplanted sponge Amphimedon sp. in Panjang Island-Jepara waters, this in situ research was conducted. The sponges were explanted  at 6 m and 1 m above the sea floor with two initial approximate size (3cm x 3cm x 1.5cm and 6cm x 6cm x 1.5cm). The growth rate was indicated by volumetric increment. The results showed that initial explants size gave a significant effect on the growth rates of the sponge. On the other hand, two different depths of culture did not give significant effect. The explant growth rates range from 3.01±1.60 cm3.day-1 to  3.43±1.08 cm3.day-1. Survival rate of the sponge during the experiment was 100%. This result confirms that for the cultivation of sponges should use larger explants initial size. It also suggests that Panjang Island water has proven suitable for sponges cultivation activities. Keywords: aquaculture, explant, sponges, bioactive substance