I Putu Surya Wirawan
Program Studi Teknik Pertanian Dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Pengaruh Ketinggian Pemangkasan Dengan Mesin Potrum Srt-03 Terhadap Torsi Pemangkasan Rumput Bermuda (Cynodon dactylon) Tiff Way 146 I Putu Surya Wirawan; I Nengah Suastawa; Nizar Nasrullah
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 2 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19028/jtep.022.2.%p

Abstract

Rotary mower is one of mowing tools commonly used to maintain lawn or turfgrass. Mowing height and mowing torque are important factors that should be taken into account in sustaining grass quality and designing a rotary mower. The study was addressed to recognize the influence ofmowing height to required mowing torque. The mowing torque was measured at mowing height of 2, 3 and 4 em. Measurement of mowing torque in the field was done by using a specially designed turfgrass mowing apparatus that representing rotary mowing mechanism. The apparatus was equipped with torque measurement system. The average measured torque was used to calculate the power requirement of mowing. The needs of maximum and minimum mowing torque to mow turfgrass for all mowing height were 0,68 Nm and 0,05 Nm. The average of mowing torque were 0,51 Nm, 0,24 Nm, and 0,08 Nm, at mowing height of 2, 3 and 4 em respectively. The maximum and minimum power that required for all mowing height was 196,4 watt and 14,4 watt.Keywords: mowing, rotary mower, turfgrass.Diterirna: 4 Februari 2008; Disefujui: 2 Juni 2008
Pengaruh Penambahan Bioaktivator EM4 dan Molase dalam Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Restoran Khas Bali I Putu Cahya Windu Adi; I Putu Surya Wirawan; Ida Ayu Gede Bintang Madrini
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 2 (2023): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pupuk organik cair merupakan jenis pupuk yang terbuat dari hasil pemanfaatan limbah organik. Limbah restoran yang digunakan pada proses pembuatan pupuk organik cair ini antara lain (sayur, sisa nasi, kulit bawang, dan sisa buah). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengaruh penambahan bioaktivator EM4 Dan molase pada pembuatan pupuk organik cair dari limbah restoran. Metode yang digunakan untuk analisis kadar air adalah metode gravimetri (AOAC 2016). Hasil penelitian mununjukkan bahwa penggunaan molase dan EM4 tidak menyebabkan pengaruh yang signifikan pada suhu dan ph. Rata–rata suhu yang didapat dari tiga ulangan yaitu 27,8ºC dan nilai pH yang dihasilkan 7,49 diawal fermentasi tidak berpengaruh nyata. Pada analisis kadar NPK, peran penggunaan EM4 dan molase sangat berpengaruh, dimana masing–masing menghasilkan nilai 0,12%, 0,042%, 0,022% yang merupakan nilai tertinggi pada NPK. Hasil analisis kadar air bahan mendapatkan nilai 47,73%. Hasil analisis nilai C/N ratio menunjukkan nilai C-Organik lebih tinggi dibandingkan dengan nilai N-total. Warna yang dihasilkan dari lindi bahan sangat beragam, dikarenakan variasi bahan baku yang digunakan. Penggunaan bioaktivator EM4 dan molase tidak memiliki pengaruh terhadap suhu dan pH tetapi menghasilkan pengaruh yang signifikan pada kadar NPK. Abstract Liquid organic fertilizer is a type of fertilizer made from the utilization of organic waste. Food waste used in the process of making liquid organic fertilizer includes vegetables, leftover rice, onion peel, and fruit residue. The purpose of this study was to obtain the effect of using EM4 and molasses bioactivator in the manufacture of liquid organic fertilizer. The method used for water content analysis is the gravimetric method (AOAC 2016). From the results of research that has been done that the use of molasses and EM4 does not cause a significant effect on temperature and pH. From the results of field research, the average temperature obtained from three replications is 27.8ºC and the resulting pH value is 7.49 at the beginning of the fermentation. In the analysis of NPK levels, the role of the use of molasses and EM4 is very influential, where each produces a value of 0.12%, 0.042% , 0.022% which is the highest value for NPK. The results of the analysis of the water content of the material get a value of 47.73%. The results of the analysis of the C/N ratio showed that the C-Organic value was higher than the N-total value. The colors produced from leachate materials are very diverse, due to variations in the raw materials used. The use of molasses and EM4 bioactivator had no effect on temperature and pH but did have a significant effect on NPK levels.
Pengaruh Diameter Pipa Inlet pada Pompa Hidram (Hydraulic Ram) terhadap Kemampuan Menaikan Air I Wayan Eko Candra Deva; I Putu Surya Wirawan; I Gusti Ketut Arya Arthawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 1 (2023): April
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2023.v11.i01.p21

Abstract

Abstrak Indonesia memiliki beberapa sumber air yang berada di bawah pemukiman masyarakat, sehingga menyebabkan sulitnya pendistribusian air. Salah satu teknologi sederhana yang digunakan untuk menaikkan air dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi adalah pompa hidram. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh diameter pipa inlet terhadap ketinggian tempat dan waktu untuk menaikan air. Metode penelitian menggunakan rancangan fungsional dan uji kinerja alat dengan tiga buah pipa inlet berukuran 2,54 cm, 3,175 cm dan 3,81 cm. ketinggian inlet masing-masing 80 cm, 110 cm dan 140 cm. Hasil penelitian menunjukkan diameter pipa inlet berpengaruh terhadap ketinggian tempat dan waktu untuk menaikan air. Pipa inlet terbaik berukuran 2,54 cm dapat menghasilkan debit air dengan ketinggian inlet 80 cm, 110 cm, dan 140 cm. Rasio perbandingan debit masuk dan keluar sebesar 5:1, sedangkan Rasio ketinggian maksimal pemompaan sebesar 1:5. Debit air yang dihasilkan di Subak Bunut adalah 0,00831 liter/detik dengan jarak tempuh 20 meter dan ketinggian maksimal 470 cm. Abstract Indonesia has several water sources under community settlements, making difficult water distribution. The simple technology used to raise water from a lower place to a higher one is a hydraulic ram pump. This study aims to obtain the inlet diameter pipe concerning the height of the place and the time to raise the water. The research method uses a functional design and tool performance test with three inlet pipes measuring 2.54 cm, 3.175 cm, and 3.81 cm. the inlet heights are 80 cm, 110 cm, and 140 cm, respectively. The results showed that inlet diameter affected the height of the place and the time to raise the water. The best inlet pipe measuring 2.54 cm can produce water discharge with inlet heights of 80 cm, 110 cm, and 140 cm. The ratio of the inlet and outlet discharge ratio is 5:1, while the maximum pumping height ratio is 1:5. The water discharge produced in Subak Bunut is 0.00831 liter/second with a distance of 20 meters and a maximum height of 470 cm.
Pengaruh Jenis Adsorben dan Panjang Kolom terhadap Durasi Pemurnian Asap Cair Tempurung Kelapa Vebiulina Simanjuntak; I Putu Surya Wirawan; I Gusti Ketut Arya Arthawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 2 (2023): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Peningkatan mutu asap cair dilakukan dengan cara pemurnian (adsorpsi dan distilasi) menggunakan variasi panjang kolom dan jenis adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh jenis adsorben (arang aktif, silica gel, dan zeolit) dan panjang kolom (5 cm, kolom 10 cm dan kolom 15 cm) terhadap durasi yang dibutuhkan untuk memurnikan asap cair. Parameter yang dianalisis terdiri dari aroma, warna durasi pemurnian, dan kandungan senyawa. Uji kandungan senyawa asap cair dilakukan melaui uji GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan kolom dengan panjang 5 cm dan jenis adsorben silica gel adalah yang tercepat dengan waktu pemurnian 138 menit. Kolom dengan panjang 15 cm dan jenis adsorben arang aktif adalah yang terlama dengan waktu pemurnian 207 menit. Hasil uji GC-MS menunjukkan adsorben arang aktif merupakan asap cair terbaik dengan spesifikasi warna kuning keputihan dan jernih, aroma yang tidak kuat, dan kandungan senyawa fenol sebesar 12.88 % sesuai dengan standar mutu asap cair menurut FAO 2001 yang baik untuk dijadikan sebagai pengawet bahan pangan. Abstract Improving the quality of liquid smoke is carried out by purification (adsorption and distillation) using variations in column length and type of adsorbent. This study aims to determine the effect of the type of adsorbent (activated charcoal, silica gel, and zeolite) and the length of the column (5 cm, column 10 cm, and column 15 cm) on the duration required to purify liquid smoke. Parameters analyzed consisted of aroma, color, long purification time, and compound content. The liquid smoke compound content test by the GC-MS test. The results showed that the column with a length of 5 cm and the type of silica gel adsorbent was the fastest purification time at 138 minutes. The length column of 15 cm and the type of activated charcoal adsorbent were the longest purification time at 207 minutes. The results of the GC-MS test show that activated charcoal adsorbent is the best liquid smoke with specifications of a whitish yellow color and clear, not strong aroma, and a phenolic compound content of 12.88% in accordance with the quality standard of liquid smoke according to FAO 2001 which is allowed for use as a food preservative.
Pengaruh Mesh Adsorben Arang Aktif Bambu Betung pada Proses Pemurnian Asap Cair Tempurung Kelapa I Putu Ari Susila Aditya; I Putu Surya Wirawan; I Gusti Ketut Arya Arthawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 2 (2023): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Asap cair merupakan hasil kondensasi pembakaran bahan organik melalui proses pirolisis. Asap cair grade 1 yang biasa digunakan untuk pengawet bahan makanan diproses melalui tahapan pemurnian dengan distilasi bertingkat yang memerlukan waktu cukup lama. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kualitas asap cair tempurung kelapa grade 1 berdasarkan SNI 8985:2021. Proses pemurnian asap cair menggunakan metode dehidrasi dengan adsorben arang aktif bambu betung dengan variasi ukuran 40 mesh, 60 mesh, 80 mesh, dan 100 mesh. Parameter yang diamati yaitu kadar air, kadar abu, SEM (Scanning Electron Microscopy), keasaman (pH), dan GC-MS (Gas Chromotography-Mass Spectroscopy). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan 40 mesh menghasilkan kadar air 4,38%; kadar abu 2,70%; pH 3,3; dan waktu pemurnian 87 menit. Perlakuan 60 mesh menghasilkan kadar air 5,78%; kadar abu 3,39%; pH 3,2; dan waktu pemurnian 90 menit. Perlakuan 80 mesh menghasilkan kadar air 5,95%; kadar abu 4,14%; pH 3,1; dan waktu pemurnian 93 menit. Perlakuan 100 mesh menghasilkan kadar air 6,75%; kadar abu 7,50%; pH 3; dan waktu pemurnian 100 menit. Asap cair grade 1 yang dihasilkan memiliki kandungan senyawa fenol sebesar 1,94% - 5,14%, senyawa creosol sebesar 5,84% - 15,56% dan senyawa asam sebesar 0,11% - 3,47%. Adsorben yang menggunakan ukuran 100 mesh direkomendasikan sebagai bahan pengawet makanan dengan karakteristik warna jenih, tidak berbau, nilai pH 3,0, senyawa fenol 5,14%, senyawa asam 3,27% dan creosol 15,56%. Abstract Liquid smoke is the product of the condensation of burning organic matter by the pyrolysis process. Grade 1 liquid smoke for preservatives is processed through a purification stage with multilevel distillation which takes a long time. This study aims to obtain the quality of coconut shell liquid smoke grade 1 based on SNI 8985:2021. The liquid smoke purification process uses the dehydration method with bamboo betung activated charcoal as an adsorbent with variations in sizes of 40 mesh, 60 mesh, 80 mesh, and 100 mesh. The parameters observed were water content, ash content, SEM (Scanning Electron Microscopy), acidity (pH), and GC-MS (Gas Chromotography-Mass Spectroscopy). The results showed that the 40 mesh treatment resulted in a moisture content of 4.38%, 2.70% ash content, pH 3.3, and a purification time of 87 minutes. The 60 mesh treatment resulted in a moisture content of 5.78%, ash content of 3.39%, pH of 3.2, and a purification time of 90 minutes. Treatment of 80 mesh resulted in 5.95% moisture content, ash content of 4.14%, pH of 3.1, and a purification time of 93 minutes. The 100 mesh treatment resulted in a moisture content of 6.75%, ash content of 7.50%, pH 3, and a purification time of 100 minutes. The resulting grade 1 liquid smoke contains phenol compounds of 1.94% - 5.14%, creosol compounds of 5.84% - 15.56%, and acid compounds of 0.11% - 3.47%. The 100 mesh adsorbent is recommended as a food preservative with the characteristics of a clear color, odorless, pH value of 3.0, phenolic compounds of 5.14%, acidic compounds of 3.27%, and creosol 15.56%.
Edukasi dan Introduksi Pembuatan Pakan Biofermentasi bagi Bali Sari Desa Sepang, Buleleng, Bali I Dewa Ketut Sastrawidana; I Putu Surya Wirawan
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 2 No 6 (2022): JAMSI - November 2022
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.504

Abstract

Kelompok Bali Sari Desa Sepang, Buleleng, Bali sebagai mitra program memelihara sekitar 40 ekor kambing jenis Etawa untuk dimanfaatkan susunya sebagai campuran dalam pengembangan usaha produk perawatan kulit. Permasalahan utama mitra adalah sulitnya penyediaan hijauan yang berkualitas dan berkelanjutan karena keterbatasan sumber hijauan disaat musim kemarau dan keterbatasan waktu mencari hijauan terutama disaat musim panen. Tujuan pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra untuk menerapkan teknologi biofermentasi pembuatan silase dalam kerangka penyediaan pakan berkualitas dan berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah edukasi dan pelatihan, dimana mitra secara aktif ikut terlibat mulai dari kegiatan edukasi pakan biofermentasi, pelatihan pembuatan silase, evaluasi kualitas pakan sampai mengujicobakan silase untuk ternak kambing. Pada pelaksanaan pelatihan, silase dibuat menggunakan campuran hijauan yang terdiri dari rumput lokal, rumput odot, gamal, lamtoro, dedak padi, molase dan maxigrwo sejenis EM4 sebagai sumber mikrobanya. Campuran bahan dirajang dan difermentasi selama 21 hari dalam silo pada kondisi kedap udara. Silase yang dihasilkan berkualitas baik yang dicirikan tidak berlendir, berwarna coklat kekuning, aroma asam, tidak ditumbuhi jamur, bertekstur padat dan tidak hancur serta disukai oleh kambing. Kegiatan ini mendapat respon yang sangat positif karena mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam memproduksi pakan ternak berkualitas sekaligus sebagai upaya konservasi sumber hijauan.
Analisis Kinerja Manjemen Rantai Pasok Agrowisata Stroberi di Wiwanda Agrow Angga Mahendra; I Gusti Ngurah Apridi Aviantara; I Putu Surya Wirawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 2 (2023): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Wiwanda Agrow merupakan salah satu agrowisata stroberi di Bali yang belum menggunakan teori penilaian manajemen rantai pasok dalam melakukan penilaian kinerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja rantai pasok Wiwanda Agrow dengan menggunakan teori SCOR dengan pendekatan AHP. SCOR merupakan satuan acuan dari rantai pasok yang mengintrgasikan tiga elemen dalam manajemen yaitu bussiness reengineering procces, benchmarking, dan measurement procces. Metode AHP merupakan proses pembobotan pada masing masing kriteria, atribut, dan sub kriteria. Hasil penyebaran kuesioner konstruk berbasis SCOR memperoleh 5 proses inti atau kriteria, 10 atribut, dan 22 key performance indicator untuk selanjutnya dianalisis mengggunakan metode AHP. Hasil pengolahan data menggunakan software expert choice. Nilai terendah pada proses return terdapat pada key indicator performance (RRE 1) tingkat penanganan keluhan konsumen dengan nilai 0,003 dan nilai kinerja tertinggi terdapat pada kriteria plan dengan key indicator performance (PRE 1) perencanaan bibit stroberi dengan nilai 0,252. Hasil penilaian keselurahan kinerja Wiwanda Agrow sebesar 89,3. Nilai tersebut dikategorikan kinerja “good” berdasarkan teori normalisasi. Abstract Wiwanda Agrow is one of the strawberry agritourism in Bali that has not used the assessment theory of supply chain management to assess its performance. This study aims to analyze the performance of Wiwanda Agrow's supply chain using the SCOR theory with the AHP approach. SCOR is a supply chain reference unit that integrates elements in management, namely business process reengineering, benchmarking, and measurement processes. The AHP method is a weighting process for each criterion, attribute, and sub-criteria. The results of distributing SCOR-based construct questionnaires obtained 5 core processes or criteria, 10 attributes, and 22 key performance indicators for further analysis using the AHP method. The results of data processing using expert choice software. The lowest value in the return process is found in the key indicator performance (RRE 1) level of consumer complaint handling with a value of 0.003 and the highest performance value is found in the plan criteria with key indicator performance (PRE 1) planning of strawberry seedlings with a value of 0.252. The overall performance assessment result of Wiwanda Agrow was 89.3. This value is categorized as "good" performance based on the normalization theory.
Pengaruh Emulsi Minyak Wijen dan Minyak Sereh sebagai Bahan Pelapis Jambu Biji Merah (Psidium Guajava L.) terhadap Mutu Selama Penyimpanan Muhamad Ragil Zafansyah; Pande Ketut Diah Kencana; I Putu Surya Wirawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 12 No 1 (2024): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jambu biji merah (Psidium guajava L.) merupakan salah satu buah yang cukup dikenal. Jambu biji merah merupakan buah yang dagingnya lunak, mudah rusak serta cepat membusuk. Salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan dan juga memperpanjang masa simpan buah adalah menggunakan edible coating dengan bahan pelapis minyak wijen dan minyak sereh. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh emulsi serta mencari konsentrasi terbaik pada bahan pelapis campuran minyak wijen dan minyak sereh. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktorial. Faktor pertama adalah minyak wijen dengan taraf (W) terdiri dari 3 level konsentrasi, yaitu : 0%, 0,5%, 1% serta faktor kedua adalah minyak sereh (S) yang terdiri dari 3 level konsentrasi, yaitu : 0%, 0,5%, 1% dengan 3 kali ulangan sehingga menghasilkan 27 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian emulsi minyak wijen dan sereh berpengaruh terhadap nilai susut bobot, total padatan terlarut, intensitas kerusakan, kekerasan buah, dan uji organoleptik selama penyimpanan. Perlakuan konsentrasi minyak wijen 0,5% dan minyak sereh 0,5% (W1S1) merupakan perlakuan yang menghasilkan nilai terbaik yaitu nilai susut bobot 19,15%, total padatan terlarut 6,63 ºBrix, intensitas kerusakan 41,66%, kekerasan buah 20,88%, dan perlakuan konsentrasi minyak wijen 1% dan minyak sereh 0% (W2S0) memiliki nilai organoleptik tertinggi terhadap warna kulit, rasa buah, aroma buah, dan tekstur buah.