Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Potential of Miana Leaf Extract as Expectorant (Profile Place of Growing, Antioxidant, Sputum Contaminants, Antibacterial, MIC, MKC Expectorant) Sesilia Rante Pakadang; Santi Sinala; Alfrida Monica Salasa; St Ratnah; Sisilia Teresia Rosmala Dewi; Maria Hilaria
Majalah Obat Tradisional Vol 25, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mot.52500

Abstract

Research has been conducted on the treatment of phlegm cough with miana leaf extract in vitro (effective dose of miana leaf extract as an expectorant and antibacterial agent causing cough with phlegm). The study aims to compare the antioxidant activity of miana leaves from 3 locations where it grows, determine the types of contaminant bacteria in the sputum of cough sufferers, determine the minimum value of inhibitor concentration (MIC) and MKC of miana leaves against the test bacteria causing cough with phlegm, determine the effective dose of miana leaves that can used as a reference for coughing up phlegm and proving the potential of miana leaves as a sputum thinner. Miana leaf extraction is done by the juicer method. Antioxidant activity testing uses the DPPH method. Determination of test bacteria is done by isolating and identifying contaminant bacteria in the sputum sample of cough with phlegm. Testing the effectiveness of miana leaves against test bacteria is determined by the liquid dilution method. Expectorant activity testing was determined by measuring the viscosity of mucus viscosity of cow intestine treated with miana leaf extract. The results found that antioxidant activity was influenced by the location where miana leaves grew with an antioxidant potential of IC72 0.072 mg/ml - 0.76 mg/ml. Contaminant bacteria from sputum samples of cough patients are Streptococcus pneumonia, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis and Enterobacter agglomerans. MIC values for contaminant bacteria are 0.1% - 0.75% and MKC values are found between 0.25% - 1.75%. miana leaf extract has the potential as a sputum thinner at a concentration of 0.01% - 0.1%. The recommended dose of miana leaf extract as a cough with phlegm is 1.75% w/v.
PELATIHAN PEMBUATAN LARUTAN HAND SANITIZER BERBAHAN HERBAL UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI COVID 19 Sesilia Rante Pakadang; Hiany Salim
Jurnal Pengabdian Kefarmasian Vol 1, No 2 (2020): Jurnal Pengabdian Kefarmasian
Publisher : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.732 KB) | DOI: 10.32382/jpk.v1i2.1855

Abstract

Tahun 2020 seluruh dunia terkena dampak pandemic Covid 19. Cara pencegahan yang dianjurkan adalah penggunaan masker, jaga jarak dan cuci tangan pakai sabun atau menggunakan Hand Sanitizer. Hand Sanitizer adalah produk antiseptik yang dikemas dalam bentuk sediaan yang penggunaannya tidak perlu dibilas dengan air.  Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk melatih masyarakat dalam membuat  produk Hand Sanitizer berbahan herbal. Khalayak sasaran adalah kader PKK, pedagang makanan, ibu  rumah tangga, wanita bekerja di luar rumah dan remaja putri.  Metode kegiatan adalah sosialisasi dan pelatihan pembuatan Hand Sanitizer berbahan herbal Lidah Buaya, Daun Miana dan Daun Jeruk.  Jumlah peserta 23 orang terdiri dari 5 orang dari kader PKK Kelurahan Buakana dan 18 orang dari warga RT 05/RW 07 Kelurahan Buakana Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Teknis pelaksanaan tahap 1 pengabdi melakukan sosialisasi produk ke rumah warga khalayak sasaran. Pelaksanaan tahap 2 dilakukan  2 sesi masing-masing 12 dan 11 peserta. Tahap 2 merupakan tahap pelatihan berupa demo cara pembuatan Hand Sanitizer dan dilanjutkan praktek mandiri dari peserta Kegiatan untuk membuat produk. Setiap peserta diberikan buku panduan pelatihan dan alat pelindung diri. Hasil yang dicapai dari  target kegiatan adalah peningkatan keterampilan masyarakat mitra (ibu rumah tangga dan remaja putri) khususnya dalam membuat produk Hand Sanitizer.  Dari hasil kegiatan dapat di dapat Luaran kegiatan ini yaitu: (1). Buku panduan pelatihan Hand Sanitizer berbahan herbal untuk mencegah Covid 19 (ISBN 9-786237-684480 dan no pencatatan HKI 000192201). (2). Produk Hand Sanitizer berbahan herbal dengan kemasan dan label bernilai ekonomi. (3). Publikasi berupa artikel pada jurnal pengabdian masyarakat yang terbit secara on line. (4). Mempublikasikan institusi Poltekkes Kemenkes Makassar melalui jejaring kerjasama dengan masyarakat untuk melaksanakan pengabdian masyarakat. Kata Kunci: Hand Sanitizer, Herbal, Covid 19
MERACIK HERBAL PILIHAN UNTUK PENCEGAHAN DAN KOMPLEMENTER PENGOBATAN TUBERKULOSIS Sesilia Rante Pakadang
Jurnal Pengabdian Kefarmasian Vol 2, No 1 (2021): JURNAL PENGABDIAN KEFARMASIAN
Publisher : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.627 KB) | DOI: 10.32382/jpk.v2i1.2207

Abstract

Tuberkulosis adalah salah satu penyakit saluran napas yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tahun 2019 Indonesia menempati urutan ketiga jumlah penderita tuberculosis di dunia. Penyebab tingginya angka tersebut adalah penderita yang belum terkonfirmasi dan pengobatan yang tidak tuntas akibat efek samping obat dan lamanya pengobatan.  Tujuan Pengmas memberikan penyuluhan tentang seluk beluk penyakit dan pengobatan tuberculosis dan memberikan pelatihan cara memilih dan meracik herbal untuk pencegahan dan komplementer pengobatan tuberculosis. Metode Pengabdian penyuluhan dan pelatihan. Peserta  21 orang adalah warga RW 07 Kelurahan Buakana Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Hasil pengmas, capaian target penyuluhan terjadi   peningkatan pengetahuan sebesar 68,25% setelah penyuluhan. Terjadi proses alih teknologi setelah pelatihan pembuatan herbal untuk pencegahan dan komplementer pengobatan tuberculosis. Luaran yang dicapai adalah modul panduan pengmas dengan no ISSN 9-786239-592394, HKI modul panduan no. pencatatan 000247196 tanggal 19 April 2021, produk permen herbal dalam kemasan berlabel, artikel pengmas, video pelaksanaan pengmas. Kesimpulan. Kegiatan berjalan lancar, capaian target tercapai 100% yaitu terjadi peningkatan pengetahuan dan alih teknologi dalam pelatihan. Luaran  tercapai modul ber ISBN, HKI modul dan produk pelatihan. Kata Kunci:  herbal, meracik, pelatihan, penyuluhan, tuberculosis
PELATIHAN PRODUK LULUR SPA BUAH PEPAYA PADA IBU-IBU KADER KELURAHAN SAMBUNG JAWA KECAMATAN MAMAJANG KOTA MAKASSAR Sesilia Rante Pakadang; Hiany Salim
Jurnal Pengabdian Kefarmasian Vol 1, No 1 (2020): Jurnal Pengabdian Kefarmasian
Publisher : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.245 KB) | DOI: 10.32382/jpk.v1i1.1378

Abstract

Fenomena herbal tanpa efek samping menjadikan kosmetika herbal mendapat tempat tersendiri bagi sebagian wanita urban meskipun harganya lebih mahal. Jenis  lulur spa yang diinginkan wanita urban adalah formula yang berfungsi sebagai regenerasi kulit, pemutih kulit, pelembab dan perawatan kulit. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk kebutuhan tersebut adalah buah papaya. Kelompok mitra adalah ibu-ibu kader Kelurahan Sambung Jawa Kecamatan Mamajang Kota Makassar. Permasalahan utama yang ditemukan pada mitra pengmas adalah apakah kegiatan alternative yang dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga untuk mengisi kesibukan mereka disela-sela mengurus rumah tangga? Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat bernilai ekonomi. Hal ini sesuai dengan kondisi sehari-hari ibu-ibu rumah tangga yang memiliki banyak waktu luang. Solusi yang diberikan Sosialisasi tentang pemanfaatan tanaman yang telah terbukti secara empiris dan ilmiah untuk perawatan kulit Contoh buah papaya; Memberikan modul cara pembuatan produk lulur spa  herbal; Melakukan alih teknologi (pelatihan penggunaan modul) untuk pembuatan produk lulur spa  herbal. Hasil pelatihan peserta dapat memanfaatkan buah papaya menjadi produk lulur spa yang dapat digunakan sendiri maupun dijual.
SENSITIVITAS Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis terhadap BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L) Sesilia Rante Pakadang; Hiany Salim Salim
Media Farmasi XXX Vol 16, No 1 (2020): Media Farmasi
Publisher : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.18 KB) | DOI: 10.32382/mf.v16i1.1407

Abstract

Sputum cough is a common manifestation of URI (Upper Respiratory Tract Infection). Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, and Staphylococcus epidermidis are common bacteria isolated from the phlegm of patients with URI. This determines the potential of the tamarind juice extract on Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, and Staphylococcus epidermidis. Also, the study focuses on the bacteria that are sensitive to the Javanese tamarind fruit. Testing is carried out in vitro using the diffusion method with MHA media. Measurement of bacterial growth inhibition is carried out after 1x24 hours of incubation. The results were determined based on the mean of inhibition (mm) of bacterial growth in a row for SPBAJ test material concentrations of 10%, 20%, 40%, amoxicillin 50 ppm, and aqua pro injection. Streptococcus pneumoniae had 12.3; 13.7; 16.7; and 9; 0, Staphylococcus aureus 10.7; 13; 15; and 11; 0, and Staphylococcus epidermidis 11.3; 13.7; 14.3, and 14.3; 0. The results show that Java Tamarind Juice has the potential to inhibit the growth of Streptococcus pneumoniae bacteria. Also, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, and Streptococcus pneumoniae are sensitive to the Java tamarind fruit.Keywords: Java tamarind fruit, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidisBatuk berdahak merupakan manifestasi umum dari penyakit ISPA. Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis adalah beberapa bakteri yang berhasil diisolasi dari lendir dahak penderita ISPA. Tujuan penelitian ini adalah menentukan potensi dari sari perasan buah asam jawa (Tamarindus indica L) terhadap Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan menentukan bakteri yang palling sensitivitas terhadap buah asam jawa. Metode penelitian:  bahan uji sari perasan buah asam jawa (SPBAJ)  disiapkan dengan konsentrasi 10, 20 dan 40%,control  amoksisilin 50 ppm dan aqua pro injeksi. Pengujian dilakukan secara in vitro dengan metode difusi agar menggunakan media MHA. Pengukuran daya hambat pertumbuhan bakteri dilakukan setelah inkubasi 1x24 jam.   Hasil penelitian  menunjukkan bahwa rerata daya hambat (mm) pertumbuhan bakteri berturut-turut untuk bahan uji SPBAJ konsentrasi 10%, 20%, 40%, amoksisilin 50 ppm dan aqua pro injeksi: untuk Streptococcus pneumoniae adalah 12,3; 13,7; 16,7; 9; 0. Untuk Staphylococcus aureus adalah 10,7; 13; 15; 11; 0. Untuk  Staphylococcus epidermidis adalah 11,3; 13,7; 14,3; 14,3; 0. Kesimpulan; Sari perasan buah asam jawa (Tamarindus indica L) berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri  Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis (hasil isolat dahak penderita ISPA) dan Streptococcus pneumoniae adalah bakteri yang palling sensitivitas terhadap buah asam jawa.Kata kunci : buah asam jawa, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus,  Staphylococcus epidermidis
Perbandingan Karakteristik Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Dan Bunga Kemangi (Ocimum sanctum L) Terhadap Propionibacterium acnes Sesilia Rante Pakadang; Muhammad Anugerah Alam Waris; Kiki Arnalia Sari; Djuniasti Karim
Media Farmasi XXX Vol 18, No 1 (2022): MEDIA FARMASI
Publisher : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v18i1.2652

Abstract

Comparison Of Potential Antibacterial Characteristics of Basil (Ocimum sanctum L) Leaf And Flower Extract on Propionibacterium acnesBasil leaves and basil seeds have been shown to contain secondary metabolites such as alkaloids, flavonoids, tannins, polyphenols, essential oils that have the potential as antibacterial. Basil seeds are produced from the seeds of the basil flower. The aim of the study was to identify the chemical constituents and compare the antibacterial potential of basil leaves and flowers (Ocimum sanctum L.) against Propionibacterium acnes. Antibacterial testing method with agar diffusion disk using blank paper disc and Nutrien Agar media. Basil leaves and flowers were macerated with ethanol, then prepared as test materials for concentrations of 10, 20 and 40 mg/ml.  The results showed that basil leaf extract contains alkaloids, tannins, flavonoids and polyphenols. It was concluded that basil leaves and flowers may act as antibacterial Propionibacterium acnes at concentrations of 10 mg/ml, 20 mg/ml and 40 mg ml.  Basil leaves are more potent than basil flowers as an antibacterial Propionibacterium acnes with an optimal concentration of 20 mg/ml, but the amount of chemical compounds in the basil flower extract is higher.Keywords: Leaf; Flower;  Ocimum sanctum L.; Antibacterial; Propionibacterium acnesDaun kemangi dan biji selasih telah dibuktikan   mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, tannin, polifenol, minyak atsiri yang berpotensi sebagai antibakteri. Biji selasih dihasilkan dari niji bunga kemangi. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi kandungan kimia dan membandingkan potensi antibakteri dari daun dan bunga kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap Propionibacterium acnes. Metode pengujian antibakteri dengan disk difusi agar menggunakan blank paper disc dan media Nutrien Agar. Daun dan bunga kemangi dimaserasi dengan etanol, kemudian disiapkan sebagai bahan uji konsentrasi 10, 20 dan 40 mg/ml. Hasil penelitian membuktikan Ekstrak daun kemangi mengandung senyawa alkaloid, tannin, flavonoid dan polifenol. Ekstrak bunga kemangi  mengandung senyawa alkaloid, saponin, tannin, flavonoid dan polifenol. Disimpulkan bahwa daun dan bunga kemangi berpotensi sebagai antibakteri Propionibacterium acnes pada konsentrasi 10 mg/ml, 20 mg/ml dan 40 mg ml. Daun  kemangi lebih potensial dibanding  bunga kemangi sebagai antibakteri  Propionibacterium acnes dengan konsentrasi optimal pada 20 mg/ml, namun jumlah senyawa kimia dalam ekstrak bunga kemangi lebih banyak.Kata kunci : Daun; Bunga; Ocimum sanctum L.; Antibakteri; Propionibacterium
Kombinasi Daun Miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth) dan Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) sebagai antibakteri Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Klebsiella pneumonia Penyebab Batuk Sesilia Rante Pakadang; Hiany Salim
Media Farmasi XXX Vol 15, No 1 (2019): Media Farmasi
Publisher : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.478 KB) | DOI: 10.32382/mf.v15i1.779

Abstract

Batuk merupakan mekanisme imunitas untuk mengeluarkan dahak. Sputum penderita batuk terinfeksi berbagai jenis bakteri yang menyebabkan infeksi saluran napas. Tujuan penelitian menentukan aktivitas antibakteri kombinasi sari daun miana dan sari rimpang jahe terhadap bakteri penyebab batuk. Metode pengujian disc diffusion agar menggunakan media nutrient agar. Penyiapan bahan menggunakan juicer extractor. Bakteri uji merupakan isolate dari sputum penderita batuk di RS Ibnu Sina. Hasil penelitian  menunjukkan pemberian kombinasi daun miana dan rimpang jahe efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus epidermidis, dan Klebsiella pneumonia. Analisis univariate menunjukkan pengaruh factor bakteri; factor kombinasi; factor interaksi bakteri dan kombinasi bahan uji  terhadap daya hambat diperoleh nilai p=0,000; p=0,000;  p=0,084 Analisis LSD menunjukkan tidak ada perbedaan daya hambat pertumbuhan  antara Staphylococcus aureus dengan  Streptococcus pneumoniae (p=0,293). Demikian pula antara kombinasi  1:2 dengan 2:1 tidak berbeda nyata (p=0,191). Kesimpulan kombinasi daun miana dan rimpang jahe memberikan aktivitas antibakteri Streptococcus pneumonia,  Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Klebsiella pneumonia  penyebab batuk. Kombinasi 2:1 paling efektif terutama untuk bakteri  Staphylococcus aureus Kata kunci : daun miana, rimpang jahe, Streptococcus pneumonia,  Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Klebsiella pneumonia  
Pengaruh Ekstrak Daun Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus pneumonia, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus Dan Klebsiella pneumonia Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut Sesilia Rante Pakadang; hiany Salim
Media Farmasi XXX Vol 16, No 2 (2020): MEDIA FARMASI
Publisher : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v16i2.1802

Abstract

Acute Respiratory Infection (ARI) is a contagious disease that affects the respiratory tract organs such as the sinuses, middle ear cavity until the pleura. Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis are bacteria that causes ARI. This research aums to determine the effect of bitter melon leaf extract (Momordica charantia L.) on the growth of Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis, which causes ISPA by measuring the inhibition zone of these bacteria growth. The bitter melon (Momordica charantia L.) leaf extract was prepared by maceration using 96% ethanol solvent and tested for its bacterial growth inhibitory using the disc diffusion agar method with MHA media. Furthermore, the extract was made with a concentration of 5,000 ppm, 10,000 ppm and 15,000 ppm as well as with a comparison of 50 ppm amoxicillin and control of Na CMC. The results showed that the mean bacterial growth inhibitory (mm) of the test material respectively at concentrations of 5,000 ppm, 10,000 ppm, 15,000 ppm, amoxicillin 50 ppm and Na CMC: for Streptococcus pneumoniae were 9,36; 12; 13,53; 17,75; 0. For Staphylococcus aureus were 16,82; 17,82; 22,24; 21,61; 0. For Staphylococcus epidermidis were 16,99; 18,78; 21,81; 22,11; 0. And for Klebsiella pneumonia were 11,82; 13,45; 14,7; 15,88; 0. Conclusion; Bitter melon leaf extract (Momordica charantia L.) influences the growth of Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis as the cause of ARI.Keywords: bitter melon leaf, Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, ARIInfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang organ  saluran napas seperti sinus, rongga telinga tengah hingga pleura. Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis penyebab ISPA adalah beberapa bakteri yang sering ditemukan sebagai penyebab ISPA. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh Ekstrak Daun Pare (Momordica charantia L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis penyebab ISPAdengan mengukur zona hambat pertumbuhan bakteri tersebut. Ekstrak Daun Pare (Momordica charantia L.) dibuat dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan diuji daya hambat pertumbuhan bakteri menggunakan metode disc diffusion agar menggunakan media MHA. Ekstrak daun pare dibuat dengan konsentrasi 5.000 ppm, 10.000 ppm dan 15.000 ppm dengan pembanding amoksisilin 50 ppm dan kontrol Na CMC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata daya hambat (mm) pertumbuhan bakteri berturut-turut untuk bahan uji ekstrak daun pare konsentrasi 5.000 ppm, 10.000 ppm, 15.000 ppm, amoksisilin 50 ppm dan Na CMC: untuk Streptococcus pneumoniae adalah 9,36; 12; 13,53; 17,75; 0. Untuk Staphylococcus aureus adalah 16,82; 17,82; 22,24; 21,61; 0. Untuk  Staphylococcus epidermidis adalah 16,99; 18,78; 21,81; 22,11; 0. Untuk Klebsiella pneumonia  adalah 11,82; 13,45; 14,7; 15,88; 0. Kesimpulan; ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis penyebab ISPA.Kata kunci: daun pare, Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, ISPA
POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN JARAK PAGAR (Jatropha Curcas L.) TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS DENGAN METODE DILUSI CAIR TERMODIFIKASI DAN DIFUSI AGAR Sesilia Rante Pakadang; Sisilia Teresia Rosmala Dewi; Tahir Ahmad; Iip Prihartini; Fausiah Razak
Media Farmasi XXX Vol 17, No 1 (2021): Media Farmasi
Publisher : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v17i1.1968

Abstract

Antibacterial Potential Of Leaf Extract (Jatropha curcas l.) Against Staphylococcus aureus by Modified Liquid Dilution And Agar Diffusion Methods.Jatropha curcas L. plant is widely known in Indonesian traditional medicine. The leaves and sap are often used as anti-infective drugs for sore mouth and throat. Therefore, this research aims to identify secondary metabolites contained in Jatropha leaf extract based on phytochemical screening, to determine the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Killing Concentration (MKC) values based on the modified liquid dilution method. In addition, it also aims to determine the growth inhibition zone of Staphylococcus aureus based on the agar diffusion method. The concentration (% w / v) tested in the liquid dilution method was 0.05, 0.1, 0.25, 0.5, 0.75, 1, 1.25, 1.5, 1.75, 2 and 2.25. Furthermore, amoxicillin 30 ppm was used as positive control and 1% Na CMC as as negative control. The concentrations (% w / v) tested in the agar diffusion method were 1,1.25, 1.5, 1.75, 2 and 2.25. The phytochemical screening results of the ethanol extract showed that it contain alkaloids, flavonoids, saponins, tannins and polyphenols. The liquid dilution results showed MIC and MKC concentration of 1.25 and 1.5% w / v respectively. Moreover, the inhibition zone diameter (concentration% / mm of inhibitory power) obtained were 1 / 10.66, 1.25 / 11, 1.5 / 11, 33, 1.75 / 12, 33, 2/13 and 2.25 / 14. Based on the results, the statistically optimal concentration is determined at a concentration of 1.75% w / v.Keywords    : Jatropha leaves, Staphylococcus aureus, MIC, MKC, inhibition zoneTanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) telah dikenal dalam pengobatan tradisional Indonesia. Daun dan getah jarak pagar sering digunakan sebagai obat antiinfeksi seperti radang mulut dan tenggorokan.  Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalm ekstrak daun jarak pagar berdasarkan skrining fitokimia, menentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) & Minimum Killing Concentration (MKC) berdasarkan metode dilusi cair termodifikasi dan menentukan zona hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus berdasarkan metode difusi aga Konsentrasi (% b/v) yang diuji pada metode dilusi cair adalah 0,05; 0,1; 0,25;  0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5; 1,75; 2 dan 2,25. Kontrol positif digunakan Amoxicilin 30 ppm dan kontrol negatif yang digunakan adalah Na CMC 1%. Konsentrasi (% b/v) yang diuji pada metode   difusi   agar  adalah   1; 1,25;   1,5;   1,75;   2   dan   2,25.  Hasil skrining fitokimia Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar  mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin dan polifenol. Hasil pengujian dilusi cair dipeeroleh MIC dari pada konsentrasi 1,25%b/v dan nilai MKC pada konsentrasi 1,5%b/v. Hasil diameter zona hambat  (konsentrasi %/ mm daya hambat) yaitu 1/10,66; 1,25/11; 1,5/11,33; 1,75/12,33;  2/13 dan 2,25/ 14. Konsentrasi optimal berdasarkan statistika ditentukan pada konsentrasi 1,75%b/v.Kata kunci : Daun Jarak Pagar, Staphylococcus aureus, MIC, MKC, Zona hambat
Kesiapan Masyarakat Untuk Vaksinasi Covid-19 (Online Survey) Sesilia Rante Pakadang; Sisilia Teresia Rosmaladewi
Media Farmasi XXX Vol 17, No 2 (2021): Media Farmasi
Publisher : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v17i2.2252

Abstract

Covid-19 is a respiratory infection disease caused by the corona virus (SARS CoV-2) which has caused a worldwide pandemic. Various efforts have been made to stop the COVID-19 pandemic, such as carrying out health protocols to research to find drugs and vaccines. The Covid-19 vaccine is the hope of the world including Indonesia to stop this pandemic by establishing herd immunity, but a group of people still doubt the Covid-19 vaccine and refuse to vaccinate. The purpose of this study was to determine the readiness of the community to vaccinate against COVID-19 in Indonesia. The research method is an online survey by collecting respondent data using a google form which is distributed through WhatsApp social media. The survey involved 210 respondents from various regions in Indonesia with varying educational and occupational characteristics The results of the study found that the level of knowledge of respondents about Covid-19 was 84.76% (high category). Respondents' level of confidence in the covid vaccine was 19 93.33%, but respondents who were willing to be vaccinated were 49.53%, doubtful 31.90% and refused 18.57%. However, 68.1% of respondents are willing to recommend the Covid-19 vaccination. Respondents' expectations for the success of the vaccine to overcome Covid-19 were 83.81%. In total, the readiness of the community represented by respondents was 76.19% ready and 23.81% hesitant to participate in the Covid-19 vaccination. Effective communication is urgently needed to educate people who are still hesitant to participate in the COVID-19 vaccination.Keywords: vaccination, Covid-19, community readiness Covid-19 adalah penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan oleh virus corona (SARS CoV-2) yang mengakibatkan pandemic di seluruh dunia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghentikan pandemic Covid-19 seperti melakukan protocol kesehatan hingga penelitian untuk menemukan obat dan vaksin. Vaksin Covid-19 merupakan harapan dunia termasuk Indonesia untuk menghentikan pandemi ini dengan membentuk herd immunity, namun sekelompok orang masih meragukan vaksin Covid-19 dan menolah untuk vaksinasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesiapan masyarakat melakukan vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Metode penelitian adalah survey online dengan mengumpulkan data responden menggunakan google form yang disebarkan melalui media sosial WhatsApp. Survey melibatkan 210 responden  yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan karakteristik pendidikan dan pekerjaan yang bervariasi. Hasil penelitian menemukan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap Covid-19 adalah 84,76% (kategori tinggi). Tingkat kepercayaan responden terhadap vaksin covid adalah 19 93,33% namun responden yang bersedia divaksin 49,53%,  ragu-ragu 31,90% dan menolak 18,57%. Sejumlah  68,1% responden bersedia merekomendasikan vaksinasi Covid-19. Harapan responden terhadap keberhasilan vaksin mengatasi Covid-19 adalah 83,81%. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kesiapan masyarakat yang diwakili oleh responden adalah 76,19% siap dan 23,81% ragu-ragu mengikuti vaksinasi Covid-19. Komunikasi yang efektif sangat dibutuhkan untuk mengedukasi masyarakat yang masih ragu mengikuti vaksinasi Covid-19.Kata kunci: vaksinasi, Covid-19, kesiapan masyarakat