Abstrak Urtikaria merupakan lesi kulit yang terdiri dari reaksi wheal dan flare. Sebanyak 15-20% penduduk pernah mengalami urtikaria dalam kehidupannya, dan 25% diantaranya mengalami urtikaria kronik. Kejadian urtikaria lebih banyak dijumpai pada perempuan. Adanya hubungan antara proses imunologis dan aktivitas neuroendokrin menjadi salah satu hipotesis yang mendasari patogenesis urtikaria. Ditemukannya peran DHEAS dalam fungsi imunomodulator dan antiinflamasi dapat menjadi dasar adanya peran dari terganggunya fungsi DHEAS akibat defisiensi dengan proses inflamasi pada urtikaria. Rancangan penelitian observasional potong lintang dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara kadar hormon dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) serum dengan aktivitas penyakit urtikaria kronis pada perempuan. Hasil uji Kruskall Wallis dengan post hoc Man Whittney menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara aktivitas penyakit urtikaria dengan kadar DHEAS serum (p = 0,000). Analisis uji Spearman menunjukkan adanya korelasi negatif yang kuat antara aktivitas penyakit urtikaria dengan kadar DHEAS serum (r = -0,933; p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa pada kadar yang lebih tinggi maka  hormon DHEAS dapat bersifat protektif terhadap perburukan klinis urtikaria, dan sebaliknya pada kondisi urtikaria yang kronis terjadi penurunan kadar hormon DHEAS serum. Dapat disimpulkan bahwa pada wanita, ada hubungan antara kadar DHEAS serum dengan aktivitas penyakit urtikaria kronis. Hasil ini memperkuat kemungkinan terjadinya penurunan kadar DHEAS serum yang berperan dalam patogenesis urtikaria kronis. Kata kunci: aktivitas penyakit, dehidroepiandrosteron sulfat serum, urtikaria kronis