Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Tanaman Industri

PENINGKATAN KERAGAMAN GENETIK PURWOCENG MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA DAN SELEKSI IN VITRO ROOSTIKA, IKA; DARWATI, IRENG; YUDIWANTI, YUDIWANTI
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPeningkatkan keragaman genetik purwoceng memerlukan aplikasiteknologi alternatif yang mampu membentuk keragaman baru. Tujuanpenelitian adalah untuk meningkatkan keragaman genetik dan toleransipurwoceng terhadap cekaman suhu tinggi melalui iradiasi dan seleksi invitro. Tahapan penelitian meliputi induksi mutasi kalus embriogenikdengan sinar gamma, seleksi in vitro dengan cekaman suhu tinggi, induksiperakaran  somaklon  putatif,  analisis  keragaman  genetik  secaraflowcytometry, dan aklimatisasi somaklon putatif. Iradiasi dilakukan padadosis 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 Krad sedangkan seleksi in vitro dilakukan padatiga level suhu (20, 25, dan 30 0 C). Induksi perakaran dilakukan dalam duatahap, dengan menggunakan media DKW atau MS yang mengandungsukrosa 3-6% dengan penambahan IBA atau NAA taraf 0,5-1,5 ppm. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kalus purwoceng mampu bertahan hiduppada dosis iradiasi tertinggi (5 Krad). Meningkatnya dosis iradiasicenderung meningkatkan pendewasaan embrio somatik. Pada tahap seleksiin vitro, kalus purwoceng mampu tumbuh pada kondisi suhu tertinggi(30 0 C). Tingkat proliferasi kalus yang tinggi dan jumlah embrio somatikterbanyak diperoleh dari perlakuan suhu 25 0 C. Embrio somatik yangterbentuk dari perlakuan suhu tinggi tersebut merupakan kandidatsomaklon yang toleran suhu tinggi pada lingkungan dataran rendah.Diantara embrio somatik yang terbentuk, hanya embrio yang berasal dariperlakuan suhu 20 0 C saja yang berhasil membentuk planlet. Media yangterbaik untuk induksi perakaran adalah media MS yang mengandungsukrosa 4% dengan penambahan NAA 1,5 ppm. Analisis ploidi pada daunembrio somatik menunjukkan terbentuknya varian yang bersifat tetraploid(4x).Kata kunci: Pimpinella pruatjan, iradiasi sinar gamma, seleksi in vitro,keragaman genetik, suhu tinggiABSTRACTTo improve new pruatjan genetic variations, the alternativetechnology should be applied. The objective of the research was to increasepruatjan genetic variation and tolerance to the high temperature throughinduced mutation and in vitro selection. The steps of this study were inducedmutation of embryogenic callus by gamma irradiation, in vitro selection, rootinduction of putative somaclones, genetic variation analysis by flowcytometer,and putative somaclones acclimatization. The dosages of gamma irradiationwere 0, 1, 2, 3, 4, and 5 Krad. In vitro selection was conducted at threetemperatures (20, 25, and 30 0 C). The root induction was conducted in twosteps by using DKW or MS media containing of 3-6% sucrose withaddition of 0.5-1.5 ppm IBA or NAA. The result showed that embryogeniccalli could survive after treatment of the highest gamma irradiation dose. Ittends to increase the maturation of somatic embryos. During in vitroselection, embryogenic calli could grow at the highest temperature but thehighest callus proliferation and the number of somatic embryos wereobtained from 25 0 C. The somatic embryos survived and grew at the hightemperature are assumed as somaclones which considered as thecandidates of tolerant plants to high temperature that can be developed inthe of low altitude area. Among the regenerated somatic embryos, only the20 0 C-derived embryos were successfully form plantlets. The best mediumfor root induction was MS basal medium containing of 4% sucrosesupplemented with 1.5 ppm NAA. The ploidy analysis of somatic embryosleaf showed a tetraploid (4x) variant.Key words: Pimpinella pruatjan, gamma irradiation, in vitro selection,genetic variation, high temperature
OPTIMASI DAN EVALUASI METODE KRIOPRESERVASI PURWOCENG ROOSTIKA, IKA; DARWATI, IRENG; MEGIA, RITA
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKOptimasi dan evaluasi metode kriopreservasi perlu dilakukan dalammenentukan protokol standar untuk penyimpanan jangka panjang biakanpurwoceng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasiperlakuan pratumbuh, prakultur, dan formulasi media pemulih terhadapdaya tumbuh dan daya regenerasi tunas in vitro dan kalus embriogenikserta untuk mengevaluasi metode kriopreservasi melalui observasimorfologi, anatomi, dan sitologi. Penelitian dilakukan di LaboratoriumKultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan BB LitbangBiogen pada tahun 2008-2009. Teknik kriopreservasi yang digunakanadalah vitrifikasi (untuk apeks) dan enkapsulasi-vitrifikasi (untuk kalusembriogenik). Pada teknik vitrifikasi, tunas pucuk diberi perlakuanpratumbuh dengan sukrosa (3, 4, 5, dan 6%) selama 1 dan 2 minggu,perlakuan prakultur dilakukan pada media yang mengandung sukrosa 0,3M selama 1 dan 3 hari, perlakuan dehidrasi dengan PVS2 diberikan selama15 dan 30 menit, dan media pemulih yang diujikan adalah media dasar MSatau DKW dengan dan tanpa penambahan adenin sulfat 20 ppm. Padateknik enkapsulasi-vitrifikasi, kalus embriogenik dienkapsulasi terlebihdahulu dengan Na-alginat 3%, perlakuan dehidrasi dengan PVS2 diberikanselama 0, 30, dan 60 menit. Evaluasi metode teknik kriopreservasidilakukan melalui pengamatan morfologi secara visual, anatomi meristemdengan scanning electron microscope (SEM), pengujian viabilitas denganfluorescein diacetate (FDA), dan analisis ploidi secara flowcytometry.Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik enkapsulasi-vitrifikasi lebihbaik daripada teknik vitrifikasi untuk kriopreservasi purwoceng. Walaupunpersentase keberhasilan kriopreservasi rendah (10%), kalus embriogenikpurwoceng mampu berproliferasi dan beregenerasi menjadi ribuan embriosomatik dewasa. Evaluasi metode kriopreservasi dengan SEM dan FDAdapat diterapkan untuk memperkirakan keberhasilan teknik kriopreservasisecara dini sedangkan analisis flowcytometry dapat diterapkan untukmenguji stabilitas genetik bahan tanaman pasca-kriopreservasi.Kata kunci: Pimpinella pruatjan Molk., kriopreservasi, SEM, FDA,flowcytometryABSTRACTOptimization and evaluation of cryopreservation methods should beconducted to obtain standard protocol for long term conservation ofpruatjan. The objective of this study was to evaluate the effect ofcombined treatments of pregrowth, preculture, and recovery media to thesurvival and regeneration rate of in vitro shoots and embryogenic calli andto evaluate the cryopreservation methods by observing the morphological,anatomical, and cytological characters. The techniques of vitrification (forapex) and encapsulation-vitrification (for embryogenic calli) were appliedin this study. On vitrification technique, the apical shoots were pregrownon media containing of 3, 4, 5, and 6% sucrose for 1 and 2 weeks,precultured on media containing of 0,3 M sucrose for 1 and 3 days,dehydrated by PVS2 solution for 15 and 30 minutes, and planted onrecovery media (MS or DKW basal media supplemented with 20 ppmadenine sulphate). On encapsulation-vitrification technique, embryogeniccalli were encapsulated by 3% Na-alginate, dehydrated by PVS2 solutionfor 0, 30, and 60 minutes. The evaluation of cryopreservation methods wasdone through visual observation, SEM analysis, viability test, andflowcytometry determination. The result showed that encapsulation-vitrification was better than vitrification technique for cryopreservation ofpruatjan. The successful rate of this method was low (10%) but theembryogenic calli could proliferate and regenerate into thousands maturesomatic embryos. The evaluation by SEM and FDA can be applied asearly detection to estimate the successful of cryopreservation, whereasflowcytometry  analysis  may  determine  the  genetic  stability  ofcryopreserved materials.Key words: Pimpinella pruatjan Molk., cryopreservation, SEM, FDA,flowcytometry
DEHIDRASI DAN PEMBEKUAN JARINGAN APEKS TEBU UNTUK PENYIMPANAN JANGKA PANJANG ROOSTIKA, IKA; DEWI LIMA WATI, RARA PUSPITA; EFENDI, DARDA
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKTebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yangdiperbanyak secara vegetatif. Kriopreservasi merupakan metode yangpaling sesuai untuk penyimpanan jangka panjang bagi tanaman yangdiperbanyak secara vegetatif. Dehidrasi dan pembekuan jaringan merupa-kan tahapan paling kritis yang menentukan keberhasilan kriopreservasi.Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh durasi dehidrasi yang optimaldan metode pembekuan jaringan apeks tebu. Penelitian dilakukan diLaboratorium Kultur Jaringan, Kelompok Peneliti Biologi Sel danJaringan, Balai Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber-daya Genetik Pertanian, Bogor pada Mei 2013 sampai Februari 2014.Untuk optimasi metode dehidrasi, apeks direndam dalam larutan PVS2(MS + gliserol 30% + etilen glikol 15% + dimetil sulfoksida 15% +sukrosa 0,4 M) selama 10, 20, 30, dan 40 menit. Untuk optimasi metodepembekuan, diujikan kombinasi perlakuan prakultur (dengan sukrosa 0;0,1; dan 0,3 M selama 5 hari) dan pemuatan dalam larutan LS (MS +gliserol 2 M + sukrosa 0,4 M) selama 0, 10, 20, dan 30 menit sebelumtahapan dehidrasi dan pembekuan jaringan di dalam nitrogen cair (-196 o C). Hasil penelitian menunjukkan durasi dehidrasi jaringan yangterbaik adalah 30 menit dalam larutan PVS2. Kombinasi perlakuanprakultur dengan sukrosa 0,3 M dan pemuatan dengan larutan LS selama10 menit merupakan metode terbaik untuk pembekuan jaringan. Persentasetumbuh sebelum dan setelah pembekuan dalam nitrogen cair berturut-turutadalah 100 dan 40%. Setelah kriopreservasi, biakan mampu tumbuhdengan tingkat multiplikasi tunas sekitar 10 tunas/eksplan. Metode yangdiperoleh pada penelitian ini berpeluang diterapkan untuk penyimpananplasma nutfah tebu dalam jangka panjang secara kriopreservasi daneliminasi patogen obligat secara krioterapi.Kata kunci: Saccharum officinarum L., apeks, dehidrasi, pembekuan,nitrogen cairABSTRACTSugarcane (Saccharum officinarum L.) is vegetatively propagatedplant. Cryopreservation is the most suitable method for long-termpreservation of vegetatively propagated plant. Dehydration and freezingare critical steps of successful cryopreservation so that it should beoptimized. The research aimed to obtain the optimal duration ofdehydration and freezing method of sugarcane apex tissues. Theexperiments were conducted at Tissue Culture Laboratory, Plant CellTissue Biology Group, Indonesian Center for Agricultural Biotechnologyand  Genetic  Resources  Research  and  Development  on  May2013−February 2014. To optimize dehydration method, the tissues wereexposured in PVS2 solution (MS + 30% glycerol + 15% ethylene glycol +15% dimethyl sulphoxide + 0.4 M sucrose) for 10, 20, 30, and 40 minutes.To optimize freezing method, the combined treatment of preculture withsucrose (0, 0.1, dan 0.3 M) for 5 days and loading in LS solution (MS + 2M glycerol + 0.4 M sucrose) for 0, 10, 20, dan 30 minutes) were testedbefore dehydration for 30 minutes and freezing in liquid nitrogen (-196 o C).The best duration of dehydration was 30 minutes. The combined treatmentof preculture on 0.3 M sucrose and loading for 10 minutes was the bestmethod for tissues freezing. Percentage of regrowth before and afterfreezing in liquid nitrogen was 100 and 40% respectively. Aftercryopreservation, the cultures could grow with high shoot multiplicationrate about 10 shoots/explant. The method resulted in this study can beapplied for long-term storage of sugarcane germplasms by cryopreser-vation and (elimination of obligate pathogens by cryotherapy.Keywords: Saccharum officinarum L., apex, dehydration, freezing, liquidnitrogen.