Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Teknobuga : Jurnal Teknologi Busana dan Boga

ADAT BUDAYA SIRAMAN PENGANTIN JAWA SYARAT MAKNA DAN FILOSOFI Setyaningsih, Endang; Zahrulianingdyah, Atiek
Teknobuga Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upacara perkawinan adat Jawa merupakan warisan tradisi keraton yang dulu hanya boleh diselenggarakan oleh keluarga keraton saja, akan tetapi dengan perkembangan  zaman,  adat  budaya  perkawainan  berkembang  luas  di  masyarakat sampai manca Negara. Salah satu dari adat budaya perkawinan yang sampai saat ini masih dilaksanakan adalah adat budaya siraman pengantin Jawa, adat budaya siraman pengantin Jawa mempunyai pengertian menyirami atau memandikan calon pengantin agar pengantin bersih suci lahir dan batinnya dan siap memulai kehidupan berumah tangga.Perlengkapan siraman  pengantin  antara  lain,  tumpeng    lengkap,  tumpeng  robyong, tumpeng gundul, jajan pasar, bunga tujuh rupa, kendi yang berisi dari tujuh sumber mataair  bertuah, kain  batik  wahyu tumurun, cendol, uang kreweng dari  tanah liat, klosobongko, daun tolak balak, dan lain-lain. Perlengkapan yang  disajikan mempunyai makna dan filosofi tuntunan hidup agar calon pengantin   dapat mengarungi kehidupanyangbahagia dan sejahtera.Adat budaya siraman pengantin Jawa pada masa kini berkembang luas diberbagailapisan masyarakat Jawa baik di nusantara maupun di manca Negara, bahkan orang asingpun tertarik untuk mempelajarinya, karena…….mempunyai filosofi yang luhur, untuk itu perlu disosialisasi dengan berbagai media tentang adat budaya perkawinan adat Jawa dengan lengkap.
TARUB DAN PERLENGKAPANNYA SARAT DENGAN MAKNA DAN FILOSOFI Setyaningsih, Endang
Teknobuga Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pernikahan secara adat jawa, selaku menjadi pernikahan yang sakral dan agung. Adat – istiadat yang turun temurun penuh dengan, makna dan filosofi. Pemasangan tarub yang masih di pertahankan dan dilestarikan sampai masa kini diawali dengan pernikahan pada masa raja-raja mataram islam. Yaitu saat Ki Ageng Tarub,  menikahkan  putranya  Raden  Bondan  Kejawen  Dan  Dewi  Nawangsasih, karena merasa rumahnya kecil dan tamu yang akan hadir itu jumlahnya banyak oleh sebab itu ada ide untuk membuat tarub, dan dengan bantuan tetangga dan sanak family maka pembuatan tarub dapat di wujudkan dan pada saat itu berkembang cerita dongeng tentang Joko Tarub dan Dewi Nawang Wulan yang sampai saat ini cerita dongeng tersebut masih di kenal oleh masyarakat jawa. Tarub dengan segala perlengkapannya mengenalkan, makna dan filosofi petuah, tata kehidupan berumah tangga. Contoh janur kuning mengandung makna rasa syukur kepada Allah dan filosofinya untuk mendapatkan Cahaya Illahi Atau Keberkahan Allah, pohon pisang, buah dan jantung pisang mengandung makna pisang buah yang manis dan mengandung filosofi agar mendapatkan keturunan yang banyak sebanyak buah pisang setandan.  Cengkir Gading mempunyai makna kebulatan  tekad  filosofinya berarti sudah siap berumah tangga dan daun opo-opo daun yang mempunyai makna dan  filosofi  dapat  menolak halangan  dan  rintangan  dalam  rumah  tangga.  Tarub dengan segala bentuk dan perkembangnnya tetap mempertahankan adat istiadat budaya jawa yang mempunyai nilai luhur.
ADAT BUDAYA SIRAMAN PENGANTIN JAWA SYARAT MAKNA DAN FILOSOFI Setyaningsih, Endang; Zahrulianingdyah, Atiek
TEKNOBUGA: Jurnal Teknologi Busana dan Boga Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Department of Home Economics, Faculty of Engineering, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/teknobuga.v2i2.6427

Abstract

Upacara perkawinan adat Jawa merupakan warisan tradisi keraton yang dulu hanya boleh diselenggarakan oleh keluarga keraton saja, akan tetapi dengan perkembangan  zaman,  adat  budaya  perkawainan  berkembang  luas  di  masyarakat sampai manca Negara. Salah satu dari adat budaya perkawinan yang sampai saat ini masih dilaksanakan adalah adat budaya siraman pengantin Jawa, adat budaya siraman pengantin Jawa mempunyai pengertian menyirami atau memandikan calon pengantin agar pengantin bersih suci lahir dan batinnya dan siap memulai kehidupan berumah tangga.Perlengkapan siraman  pengantin  antara  lain,  tumpeng    lengkap,  tumpeng  robyong, tumpeng gundul, jajan pasar, bunga tujuh rupa, kendi yang berisi dari tujuh sumber mataair  bertuah, kain  batik  wahyu tumurun, cendol, uang kreweng dari  tanah liat, klosobongko, daun tolak balak, dan lain-lain. Perlengkapan yang  disajikan mempunyai makna dan filosofi tuntunan hidup agar calon pengantin   dapat mengarungi kehidupanyangbahagia dan sejahtera.Adat budaya siraman pengantin Jawa pada masa kini berkembang luas diberbagailapisan masyarakat Jawa baik di nusantara maupun di manca Negara, bahkan orang asingpun tertarik untuk mempelajarinya, karena…….mempunyai filosofi yang luhur, untuk itu perlu disosialisasi dengan berbagai media tentang adat budaya perkawinan adat Jawa dengan lengkap.
TARUB DAN PERLENGKAPANNYA SARAT DENGAN MAKNA DAN FILOSOFI Setyaningsih, Endang
TEKNOBUGA: Jurnal Teknologi Busana dan Boga Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Home Economics, Faculty of Engineering, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/teknobuga.v2i1.6423

Abstract

Pernikahan secara adat jawa, selaku menjadi pernikahan yang sakral dan agung. Adat – istiadat yang turun temurun penuh dengan, makna dan filosofi. Pemasangan tarub yang masih di pertahankan dan dilestarikan sampai masa kini diawali dengan pernikahan pada masa raja-raja mataram islam. Yaitu saat Ki Ageng Tarub,  menikahkan  putranya  Raden  Bondan  Kejawen  Dan  Dewi  Nawangsasih, karena merasa rumahnya kecil dan tamu yang akan hadir itu jumlahnya banyak oleh sebab itu ada ide untuk membuat tarub, dan dengan bantuan tetangga dan sanak family maka pembuatan tarub dapat di wujudkan dan pada saat itu berkembang cerita dongeng tentang Joko Tarub dan Dewi Nawang Wulan yang sampai saat ini cerita dongeng tersebut masih di kenal oleh masyarakat jawa. Tarub dengan segala perlengkapannya mengenalkan, makna dan filosofi petuah, tata kehidupan berumah tangga. Contoh janur kuning mengandung makna rasa syukur kepada Allah dan filosofinya untuk mendapatkan Cahaya Illahi Atau Keberkahan Allah, pohon pisang, buah dan jantung pisang mengandung makna pisang buah yang manis dan mengandung filosofi agar mendapatkan keturunan yang banyak sebanyak buah pisang setandan.  Cengkir Gading mempunyai makna kebulatan  tekad  filosofinya berarti sudah siap berumah tangga dan daun opo-opo daun yang mempunyai makna dan  filosofi  dapat  menolak halangan  dan  rintangan  dalam  rumah  tangga.  Tarub dengan segala bentuk dan perkembangnnya tetap mempertahankan adat istiadat budaya jawa yang mempunyai nilai luhur.
Co-Authors Aji Nur Cahyo Alanindra Saputra Alfyan Prastika Sari Amanda Wahyu Kurniawan Ambar Winarti Ambar Yunita Ambar Yunita Nugraheni Anastasia Anggi Sarosa Andi Saputro Anggi Wrihatno Atiek Zahrulianingdyah, Atiek Audi Tahta Aurellia Brainandiva Ade Fitria Cahya Rahma Utami Che Nidzam Che Ahmad Chintami Setyawan Putri Cholisoh, Zakky Citra Monika Sainti Camalin Deana Nur Hafidzah Rahmah Debby Kusmiasih Dedi Hanwar Deni Setyowati Destama Einstean Shodiq Destama Einstein Shodiq Desviyanti Wiwit Widowati Dewi Rochsantiningsih Dewi Sri Wahyuni, Dewi Sri Dian Nugroho Dwi Purbowati Dwi Setyo Astuti, Dwi Setyo Eko Purnomo Erfin Nofianti Erfin Nofianti Erindyah Retno Wikantyasning Evy Setyowati Feti Kustiyani Hariyatmi Hariyatmi Hastin Puspitasari Hayati, Lu'lu'ul Rosyiqul I Ketut Suada Ika Trisharyanti Ikham Widiyono Indriyani Tri Jayanti Iyan Sofyan Khoirunnisa Khoirunnisa Luluk Ria Rakhma Mahadini, Monica Kristin Mawardi Mawardi Megita Wijayanti Mila Safitri Miranti Wascita Muhammad Ikhsan Al Af Ghani Muhammad Luthfi Hidayat Mustika Juni Triasningrum My Nur Antiasari Nabila Wahyu Permatasari Nakumi Damayanti Nur Aisyiyah Prabowo, Kus Alan Dhimas Pramudita Dwi Sukmawati Puspitasari, Hastin Putri Agustina Putri, Septy Nur Amalia Rahel Aulia Saraswati Rahel Aulia Saraswati Refsya Azanti Rima Munawaroh Rina Astuti Riska Anisa Riyas Tri Wijayanti Rosi Hayyu Anjani Ruri Innaha Salsabila, Aulia Firda Sania Nayasari Khoirunnisa Sania Rahayu Saryadi Saryadi Septana Nur Hidayat Septy Nur Amalia Putri Setyo Nurwaini Shinta Dwi Kurnia Siti Chalimah Siti Chalimah Siti Nur Anissa Siwi Sih Widhi Wijayanti Sofyan Anif Sonia Bintang Hangoluan Simamora, Sonia Bintang Hangoluan Teguh Sarosa Tias, Eriza Putri Ayu Ning Titik Sumarni Tunjung Nala Puti Wan Nasriha Wan Mohamed Salleh Wicaksono, M. Galih Yesa Martha Vita Simanungkalit, Yesa Martha Vita Yoga Yuniadi Yuka Aulia Rahma Yuma Setiaji Shafardan