Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAN ADVOKAT PERAWAT DI RUMAH SAKIT NEGERI DI KABUPATEN SEMARANG Afidah, Etty Nurul; Sulisno, Madya
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Advokasi merupakan peran profesional perawat untuk melakukan pembelaan dan perlindungan kepada pasien. Dalam pelaksanaannya terdapat faktor yang penghambat dan pendukung peran advokat perawat.Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan peran advokat di ruang rawat inap RS di Kabupaten Semarang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis.Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, berjumlah 5 informan. Tehnik pengambilan data dengan wawancara mendalam. Penelitian ini menghasilkan 3 tema yaitu definisi peran advokasi perawat, pelaksanaan tindakan peran advokasi perawat dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran advokasi perawat. Definisi peran advokasi perawat yaitu tindakan perawat untuk memberikan informasi dan bertindak atas nama pasien. Pelaksanaan tindakan peran advokasi meliputi memberi informasi, menjadi mediator dan melindungi pasien. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya terdiri dari faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor yang menjadi penghambat antara lain: kepemimpinan dokter, lemahnya dukungan organisasi, kurangnya perhatian terhadap advokasi, kurangnya jumlah tenaga perawat, kondisi emosional keluarga, terbatasnya fasilitas kesehatan dan lemahnya kode etik. Sementaraitu faktor yang mendukung meliputi: kondisi pasien, pengetahuan tentang kondisi pasien, pendidikan keperawatan yang semakin tinggi, kewajiban perawat dan dukungan instansi rumah sakit. Kesimpulandari penelitian ini adalah advokasi tidak hanya diartikan sebatas pada tindakan membela pasien tetapi juga meliputi tindakan memberi informasi, bertindak atas nama pasien, menjadi mediator dan melindungipasien. Perawat diharapkan dapat mengoptimalkan perannya sebagai advokat yaitu dengan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien, menjadi penghubung antara pasien dan tim kesehatan lain,membela hak-hak pasien dan melindungi pasien dari tindakan yang merugikan.
PENGARUH DISCHARGE PLANNING TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN PASIEN TB PARU MENGHADAPI PEMULANGAN (STUDI EKSPERIMENTAL DI RSUD TUGUREJO DAN RSUD KOTA SEMARANG) Suprapti, Erni; Kristina, Tri Nur; Sulisno, Madya
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2015
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang :Banyaknya kasus kekambuhan pada pasien TB paru karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan pasien untuk melakukan perawatan diri sendiri di rumah, yang diasumsikan sebagai kurangnya kesiapan pasien TB Paru pada saat menghadapi pemulangan.Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektifitas discharge planning terstruktur dalam meningkatkan kesiapan pasienparu yang pernah dirawat menghadapi pemulangan ditinjau dari aspek pengetahuan dan keterampilan. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment (non blinded, non random with control group design).Selama penelitian 2 bulan, didapatkanjumlah sampel 60 pasien TB Paru yang dirawat di RSUD Tugurejo dan RSUD Kota Semarang, dengan masing-masing sejumlah 30 pasien. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan checklist, metode pengambilan sampling adalah total sampling dengan metode statistik uji independent t-test dan mann whitney, kelompok intervensi mendapatkan perlakuan berupa discharge planning terstruktur setelah pasien melewati fase akut, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan discharge planning sesuai kebiasaan rumah sakit yaitu pada saat pasien akan pulang. Kelompok intervensi di RSUD Tugurejo Semarang dan Kelompok kontrol di RSUD Kota Semarang, pre test dilakukan pada saat pasien melewati fase akut sedangkan post test dilakukan pada saat pasien akan pulang baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Hasil:Setelah intervensi dengan discharge planning terstruktur,pengetahuan maupun keterampilan pasien kelompok intervensidalam menghadapi pemulangan lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p = 0,0001). Simpulan:Discharge planning terstruktur terbukti efektif secara bermakna meningkatkan kesiapan pasien TB paru dalam menghadapi pemulangan, baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan Kata Kunci : Kesiapan pasien TB paru, discharge planning terstruktur
Hubungan Antara Self Efficacy Dan Stres Kerja Dengan Burnout Pada Perawat Dalam Melakukan Asuhan Hubungan Antara Self Efficacy Dan Stres Kerja Dengan Burnout Pada Perawat Dalam Melakukan Asuhan Natsir, Muhammad; Hartiti, Tri; Sulisno, Madya
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Profesi kesehatan pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit yang paling rentan mengalami burnout adalah perawat. Faktor individu dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya Burnout. Faktor individu salah satunya adalah self efficacy sedang faktor lingkungan disebabkan stres kerja. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara self efficacy dan stres kerja dengan burnout pada perawat dalam melakukan asuhan keperawatan di RS Pemerintah di Kabupaten Semarang. Jenis penelitian observasional pendekatan cross sectional. Populasi perawat di RS Pemerintah di Kabupaten Semarang dengan sampel sebanyak 111 responden. Teknik sampling dengan stratified random sampling. Instrumen berupa kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis bivariat yang digunakan chi square. Hasil penelitianmenunjukkan55% responden memiliki self efficacy tinggi, 64,9% responden mengalami stres kerja sedang, 89,2% responden mengalami burnout rendah. Tidak ada hubungan antara self efficacy dengan burnout, ada hubungan antara stres kerja dengan burnout. Implikasi utuk peneliti selanjutnya dapatmengembangkan penelitian dengan mempertimbangkan faktor individu, faktor lingkungan, faktor organisasi yang dapatmempengaruhi burnout. Rumah sakit dapatmelakukan kegiatan untuk meningkatkan self efficacy perawat melalui pelatihan kompetensi, menurunkan stres kerja dan burnoutmelaluikegiatan refresing, rotasi kerja. Perawat dapat meningkatkan self efficacy melalui peningkatan kompetensi, melakukan koping yang konstruktif untuk mencegah stres kerja dan burnout.
Interaksi Caring Mahasiswa Keperawatan Tingkat I, II dan III Sulisno, Madya; Ulfa, Isma Halida
Jurnal Manajemen Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Manajemen Keperawatan
Publisher : Jurnal Manajemen Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Interaksi caring adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, yang saling mempengaruhi dan saling membantu dengan adanya rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Idealnya setiap tahun mahasiswa mengalami peningkatan interaksi caring. Namun, belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti teori tersebut. Studi pendahuluan sebelumnya menemukan bahwa dari 6 responden mahasiswa tingkat IV, semuanya mengatakan interaksi caring dalam satu angkatan dinilai masih kurang. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan interaksi caring pada mahasiswa tingkat I,II dan III PSIK FK UNDIP. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan studi komparasi. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Jumlah responden sebanyak 187 orang dengan teknik proportionate stratified random sampling. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan metode analisis of varians (anova). Berdasarkan hasil penelitian ini dengan uji anova didapatkan hasil p value 0,003 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat interaksi caring pada mahasiswa Tingkat I,II dan III. Hasil dari uji post hoc menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat 2 dan tingkat 3 (p=0,317 > 0,05), terdapat perbedaan yang signifikan tingkat 2 dengan tingkat 1 (p=0,027 < 0,05) dan tingkat 1 dengan tingkat 3 (p=0,001< 0,05). Perbedaan dikarenakan adanya perkembangan psikologi mahasiswa pada setiap tingkatnya. maka dari itu, setiap mahasiswa dan pihak kampus diharapkan dapat menerapkan iklim caring di dalam kampus sehingga interaksi caring pada mahasiswa dapat meningkat.
GAMBARAN RESPONS PSIKOLOGIS PENDERITA STROKE Sumbogo, Adhiguno; Sulisno, Madya; Darwati, Lestari Eko
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 5 No 1 (2015): April
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.246 KB) | DOI: 10.32583/pskm.5.1.2015.29-37

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Stroke dapat menimbulkan kelemahan, gangguan keseimbangan, gangguan berbicara atau berkomunikasi, gangguan menelan dan gangguan memori yang berdampak pada kemampuannya dalam melakukan kegiatan kesehariannya. Ketergantungan individu dengan stroke terhadap orang lain dalam melakukan aktifitas sehari-hari berdampak terhadap kondisi psikologiss pasien stroke. Metode: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran respon psikologis penderita stroke. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil secara accidental sampling sebanyak 46 pasien stroke. Alat penelitian menggunakan kuesioner Karakteristik Pasien, Penerimaan Diri, Zung Self-RatingDepression Scale (ZSRDS), dan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anciety), yang dianalisa secara univariat. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan penderita stroke sebagian besar kurang menerima dirinya (54,3%), tidak mengalami depresi (47,8%), mengalami kecemasan sedang (39,1%). Diskusi: Diharapkan ada penelitian lanjutan dengan desain yang lebih bisa melihat secara tepat dukungan dan beban keluarga yang cukup sulit untuk diukur mengingat setiap keluarga bervariasi. &nbsp; Kata kunci: Stroke, Penerimaan Diri, Depresi, Kecemasan. &nbsp; ABSTRACT Introduction: Stroke can cause weakness, impaired balance, impaired speech or communication, swallowing disorders and memory disorders that affect the ability to perform daily activities. The dependence of individuals with stroke against others in doing daily activities affect the psychological condition of stroke patients. Methods: The purpose of this study is to describe the psychological responses in stroke patients. This research uses descriptive research design with cross sectional method. The sample in this study were taken by accidental sampling 46 stroke patients. Research tool questionnaire Patient Characteristics, Self-Acceptance, Zung Self-Rating Depression Scale (ZSRDS), and HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anciety), were analyzed by univariate.&nbsp;Results: These results indicate stroke patients mostly less accept themselves (54.3%), not depressed (47.8%), experienced moderate anxiety (39.1%). Discussion: Expected no further research with more design can see exactly support and family burden is quite difficult to measure given each family varies. &nbsp; Keywords: Stroke , Self-Acceptance , Depression , Anxiety.
KARAKTERISTIK PERAWAT IGD PUSKESMAS Darwati, Lestari Eko; Desi, Siti Kurnia; Sulisno, Madya
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 6 No 1 (2016): April
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.533 KB) | DOI: 10.32583/pskm.6.1.2016.22-27

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Pelayanan pasien gawat darurat di puskesmas belum sesuai harapan masyarakat. Kasus pasien gawat di puskesmas kurang mendapatkan penanganan dengan baik.Diantara faktornya adalah kurangnya kualitas SDM perawat IGD.Kondisi pasien semakin memburuk sesampainya di RS rujukan dan tidak distabilisasi dengan baik.Perawat IGD puskesmas merasa tidak berdaya saat menangani pasien dengan kondisi gawat, perawat mengakui pula merasa kurang percaya diri dan takut salah memberi tindakan untuk pasien gawat. Metode: Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik perawat IGD Puskesmas yang meliputi pelatihan, pengalaman, pengetahuan BHD, dan kesiapan melakukan BHD. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif survey dengan membagi kuesioner kepada 40 perawat IGD Puskesmas. &nbsp;Hasil: Perawat IGD Puskesmas masih cukup banyak yang belum pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan (15%), sebagian besar (77,3%) pernah menangani pasien gawat, berpengetahuan kurang tentag BHD (40%), dan mayoritas (75%) memiliki kesiapan yang baik untuk melakukan BHD. Diskusi: disarankan kepada pimpinan puskesmas untuk meningkatkan kualifikasi perawat IGD dengan memberi pelatihan kegawatdaruratan, dan bagi perawat untuk lebih meningkatkan pengetahuan perawat tentang BHD agar pelayanan kegawatan untuk masyarakat semakin meningkat. &nbsp; Kata kunci: Karekteristik perawat IGD, Puskesmas &nbsp; THE CHARACTERISTICS OF&nbsp; EMERGENCY NURSES OF PUBLIC HEALTH CENTER &nbsp; ABSTRACT Introduction: The emergency patient services at the Public Healt Center have not met the expectations of the community. Patient cases in Public Healt Center are poorly managed. Among the factor is the lack of emergency nurses?s human resources quality. The patients's condition worsened when they arrived at the referral hospital and was not stabilized properly. Emergency nurses inPublic Healt Center feel helpless when dealing with patients in serious condition, nurses also admitted to feel less confident and afraid of misbehavior for the patients. Methods: The purpose of research To know the characteristics of&nbsp; emergency nurses of Public Health Center covering training, experience, knowledge of BHD, and readiness to do BHD. The research design that used was descriptive survey by dividing questionnaires to 40 emergency nurses of Public Healt Center. Results: There are still a lot of nurses who have never undergo emergency training (15%), most (77.3%) have had an emergency patient, less knowledgeable about BHD (40%), and the majority (75%) have good preparedness to do BHD. Discussion: It is suggested to the leaders of Public Healt Center to improve the qualification of emergency nurses by providing emergency training, and the nurses should improve their knowledge about BHD so the emergency services for the community will increase. &nbsp; Keywords: Characteristics of emergency nurse ,Public Healt Center
SHARIA SERVICES WITH A LEVEL OF PATIENT SATISFACTION IN HOSPITALS: LITERATURE REVIEW Rizqon, Muhamad Syofwan; Sulisno, Madya; Suryawati, Chriswardani
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta Vol 7, No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (999.322 KB) | DOI: 10.35842/jkry.v7i1.529

Abstract

Satisfaction is an expression of someone's pleasure from the results of a comparison between perceptions or products that are perceived as expected. Satisfied patients will tend to reuse hospital services and patients will leave the hospital if they feel  dissatisfied. Sharia services in the field of nursing are services provided by nurses based on quran and hadith that can improve patient satisfaction at the hospital. The aim of this paper is to identify how the relationship of sharia services in the field of nursing with the level of patient satisfaction and identify the patient's knowledge of sharia services to take the decision to get care at the hospital. The method used is the review literature from pubmed. scientdirect.google scholar.Portal Garuda. Articles with English and Indonesian with restrictions on publishing articles from 2010-2019. There is a significant relationship between sharia services and the level of patient satisfaction at the hospital. The better the sharia service provided, the more patient satisfaction will be. It is hoped that there will be more discussion and study between the Islamic Hospital and the Government Hospital so that the form of sharia services can be applied in all hospitals throughout Indonesia.
IMPLEMENTASI KOORDINASI PERAWATAN PASIEN PERIOPERATIF OLEH PERAWAT Kurniawan, Hendrik; Dwiantoro, Luky; Sulisno, Madya
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 10 No 2 (2020): April 2020
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.382 KB)

Abstract

Kegiatan koordinasi perawatan perioperatif&nbsp; meliputi kegiatan pelayanan perawatan fase pre, intra dan post operatif. Beberapa kesalahan dalam menyiapkan pasien untuk diprogramkan operasi elektif dapat menyebabkan&nbsp; masa lama rawat pasien&nbsp; memanjang, readmissions berulang, menurunkan kualitas hidup, mengurangi&nbsp; keselamatan dan kepuasan pasien dan peningkatan biaya. Situasi tersebut memerlukan upaya koordinasi perawatan yang berpusat pada pasien. Penelitian yang digunakan adalah kualitatif diskriptif, dengan analisa data metoda Colaizzi. Sebanyak lima partisipan perawat perioperatif dengan masa kerja lebih dari 3 tahun sebagai narasumber penelitian dengan kriteria tiga perawat ruang rawat inap bedah (katim, penanggung jawab shif dan perawat pelaksana), satu perawat kepala ruang bedah sentral dan satu perawat pelaksana kamar bedah serta satu partisipan sebagai triangulasi sumber yang merupakan dokter spesialis bedah mulut dan selaku kepala instalasi bedah sentral. Hasil didapatkan enam tema yaitu:keterlibatan pasien dan keluarga dalam pengelolaan layanan kesehatan sejak awal masuk rumah sakit, mekanisme penjadualan program operasi elektif, pengkajian pasien sebelum operasi, optimalisasi kelayakan kondisi kesehatan pasien,&nbsp; metode koordinasi yang dilakukan oleh perawat&nbsp; serta keadaan atau situasi yang membutuhkan koordinasi dengan berbagai profesional pemberi asuhan, pasien dan keluarga. Perawat dalam melaksanakan koordinasi perawatan menemukan hambatan atau tantangan dalam mensukseskan koordinasi perawatan yang dilakukan.Perawat dalam melakukan fungsi koordinasi perawatan, berfungsi sebagai care coordinator bukan hanya sebagai perawat pelaksana atau ketua tim. Kata kunci : koordinasi perawatan, perioperatif, perawat THE IMPLEMENTATION OF PERIOPERATIVE PATIENT CARE COORDINATION BY NURSES ABSTRACT Perioperative care coordination activities include pre, intra and post operative care service activities. Some errors in preparing patients for elective surgery programs can cause prolonged hospitalization, repeated readmissions, reduced quality of life, reduced patient safety and satisfaction and increased costs. This situation requires coordinating efforts for patient-centered care. The research used is descriptive qualitative, with Colaizzi method data analysis. Five perioperative nurse participants with a working period of more than 3 years as research sources with the criteria of three nurses inpatient surgery (Katim, person in charge of shif and executive nurse), one head nurse in the operating room and one nurse in the operating room and one participant as a participant as a nurse triangulation of sources who are oral surgeons and as the head of the central surgical installation. The Results obtained six themes, namely: involvement of patients and families in the management of health services from the beginning of the hospital admission, scheduling mechanisms for elective surgery programs, assessment of patients before surgery, optimization of the feasibility of the patient's health conditions, methods of coordination performed by nurses and circumstances or situations that require coordination with various care professionals, patients and families. Nurses in implementing care coordination find obstacles or challenges in the success of the coordination of care performed. Nurses in performing the care coordination function, functions as a care coordinator not just as an executive nurse or team leader. Keywords: care coordination, perioperative, nurse
ANALISIS KINERJA KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT AISYIYAH KABUPATEN KUDUS DENGAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD SUWARTO, TRI; Hartitia, Tri; Sulisno, Madya
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 10, No 1 (2019): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : STIKES Muhammadiyah Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26751/jikk.v10i1.512

Abstract

Era globalisasi di dunia usaha semakin berkembang pesat, salah satunya dengan banyak berdirinya rumah sakit yang menawarkan berbagai macam fasilitas. pelayanan kesehatan yang bermutu dan strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Layanan keperawatan yang berkulitas dan profesional adalah pelayanan keperawatan yang selalu berupaya memenuhi kebutuhan pasien dan kemandirian pasien, sehingga pasien akan merasakan puas dengan pelayanan di rumah sakit itu. Kinerja Keperawatan adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan sebaik- baiknya suatu wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran  organisasi. Kinerja bisa dilihat dengan pendekatan Balance Scorecard. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Populasi dalam penelitian ini ialah 8 orang dan pengambilan data dengan wawancara mendalam. Hasil yang diperoleh bahwa kinerja berdasarkan instrumen A B C masih kurang yaitu sebesar 65 %, dari segi keuangan kinerja keperawatan efektif efisien, dari segi pelanggan berdasarkan IKM yang ada sudah baik dengan capaian 81%, berdasarkan proses bisnis internal capaian tingkat pelayanan masih kurang dengan capaian 65 %, dan dari segi pertumbuhan dan pembelajaran ditemukan masih kurang aktifnya perawat untuk meneliti
PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN DOKTER Mardiana, Sri Siska; Kristina, Tri Nur; Sulisno, Madya
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 10, No 2 (2019): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : STIKES Muhammadiyah Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26751/jikk.v10i2.487

Abstract

Komunikasi antara perawat dengan dokter merupakan salah satu elemen penting dari praktik kolaborasi dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi yang terjalin baik antara dokter dan perawat diharapkan dapat menjadi sarana untuk menyampaikan hal - hal penting, menjalin diskusi, memutuskan secara bersama-sama serta dapat meminimalkan hambatan-hambatan yang ada dalam pemberian perawatan kepada pasien. Model teknik komunikasi SBAR (Situation Background Assessment Recommendation)  membantu perawat untuk mengorganisasi cara berfikir, mengorganisasi informasi, dapat memudahkan penyampaian pesan serta berdiskusi saat berkomunikasi dengan dokter. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah penerapan komunikasi SBAR dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam berkomunikasi lisan dengan dokter. Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan pre-post test with control group. Jumlah sampel sebanyak 18 peserta pada kelompok intervensi dan 18 peserta pada kelompok kontrol yang diambil dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian ini menemukan bahwa penerapan komunikasi SBAR dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam berkomunikasi dengan dokter.Â