Tita Puspita Ningrum, Tita Puspita
Universitas Adhirajasa Reswara Sanjaya

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Keperawatan BSI

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA SENJARAWI BANDUNG Pramana, Kadek Devi; Okatiranti, Okatiranti; Ningrum, Tita Puspita
KEPERAWATAN Vol 4, No 2 (2016): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1009.61 KB)

Abstract

ABSTRAKSebanyak 26,5% usia 18 tahun keatas menderita hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang sering dialami oleh usia lanjut. Salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi adalah kecemasan. Kecemasan disebabkan karena berbagai keadaan seperti khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai dengan berbagai keluhan fisik dan gangguan kesehatan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian hipertensi pada usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Senjarawi Bandung. Jenis penelitian ini adalah studi korelasi dengan desain penelitian cross sectional.  Sampel dalam penelitian ini adalah semua usia lanjut yang memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 40 usia lanjut. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non probability sampling dengan pendekatan puposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Skala HARS dan pengukuran TD dilakukan menggunakan sphygmomanometer air raksa secara manual. Analisa data dengan persentase dan rumus chi square. Hasil penelitian menunjukkan Sebagian besar responden (62.5%) mengalami tingkat kecemasan sedang, sebagian kecil responden (27.5%) mengalami tingkat kecemasan berat, dan sebagian kecil responden lainnya (10%) mengalami tingkat kecemasan ringan. Sementara itu, Sebagian besar responden (87.5%) mengalami hipertensi sedang, sebagian kecil responden (7.5%) mengalami hipertensi berat, sebagian kecil responden lainnya (5%) mengalami hipertensi ringan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa asymsig < 0,05. Nilai C = 0,63 termasuk ke dalam interval (0,51 < C < 0,75), maka korelasi antara tingkat kecemasan dengan hipertensi termasuk kategori derajat asosiasi kuat. Peneliti menyarankan agar perawat dapat melakukan upaya promotif dan preventif untuk mengurangi angka kejadian hipertensi pada usia lanjut melalui pendidikan kesehatan tentang mekanisme koping untuk mengurangi kecemasan pada usia lanjut.Kata Kunci: Hipertensi, Kecemasan, Usia Lanjut ABSTRACTA total of 26.5% population aged 18 years old and over suffer from hypertension. Hypertension is a disease that is often experienced by the elderly. One of  risk factor for hypertension is anxiety. Anxiety in the elderly due to various circumstances such as worry, fidgety, fear and restless, that accompanied by a variety of physical complaints and disorders. The purpose of this study was to identify the correlation between anxiety with hypertension in the elderly in Social Institution of Tresna Werdha Senjarawi Bandung. This research is a correlation study with cross sectional design. There is 40 elderly who meet the inclusion criteria and became sample in this study. Data is collected using HARS scale and blood pressure measurements performed using manual mercury sphygmomanometer. Analysis of the data used univariate or percentage and chi square formula. The results showed most of respondents (62.5%) experienced moderate levels of anxiety, a small portion of respondents (27.5%) experienced severe anxiety level, and a few other respondents (10%) experienced mild anxiety level. Meanwhile, the majority of respondents (87.5%) had moderate hypertension, a small portion of respondents  had severe hypertension(7.5%) and  had mild hypertension (5%). Statistical analysis showed that asymsig <0.05. Value C = 0,63 belong to the interval (0.51 <C <0.75), the correlation between the level of anxiety and hypertension included in strong association degress categories. Researchers suggested that nurses can perform promotive and preventive efforts to reduce the incidence of hypertension in the elderly through health education about koping  mechanisms to reduce anxiety in the elderly.Keywords: anxiety, hypertension, elderly.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia (Studi Kasus: di Kelurahan Sukamiskin Kota Bandung) Ningrum, Tita Puspita; Okatiranti, Okatiranti; Kencana Wati, Desak Ketut
KEPERAWATAN Vol 5, No 2 (2017): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.911 KB)

Abstract

ABSTRAKPeningkatan harapan hidup lanjut usia mempunyai dampak yang berpengaruh terhadap kualitas kesehatan lansia. Keluarga merupakan support sistem bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Dukungan keluarga merupakan salah satu hal terpenting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia. Dukungan keluarga yang baik akan meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga lansia dapat menikmati hidup di masa tuanya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia di Kelurahan Sukamiskin Wilayah Kerja Puskesmas Arcamanik Kota Bandung. Desain penelitian menggunakan studi korelasi dengan rancangan cross sectional. Responden sebanyak 160 orang diambil dengan teknik stratified random sampling. Pengumpulan data  menggunakan kuesioner dukungan keluarga dan kualitas hidup WHOQOL BREF. Analisis univariat menggunakan rumus persentase, sedangkan untuk melihat hubungan variabel dependen dan independen menggunakan  uji korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh lansia yaitu 106 orang (100%) memiliki tingkat dukungan keluarga yang cukup, dan hampir seluruh lansia yaitu 105 orang (99%) memiliki kualitas hidup yang cukup. Hasil uji statistic rank spearman menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia dengan nilai signifikansi 0,048< 0,05. Nilai koefisiensi sebesar 0,193 yang menunjukkan keeratan hubungan yang rendah. Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Kualitas Hidup, Lansia. ABSTRACTThis research aims at recognizing the correlation between family support and the quality of elderly life in Sukamiskin Village coverage area of Public Health Center of Arcamanik, Bandung. The research design implemented in this research was cross sectional. The population was all elderlies living in Sukamiskin Village coverage area of Public Health Center of Arcamanik, Bandung in 2016 of 1,058 people. The data was gathered by using questionnaire of family support and questionnaire of quality of life. The respondents of 106 people were selected through stratified random sampling technique. The data were analyzed by using spearman rank correlation test. The research results shows that all respondents of 106 people (100%) considered to have sufficient family support, and pertaining quality of life, 105 respondents (99%) considered to have sufficient quality of life. The result of spearman rank shows that there is correlation between family support and the quality of elderly life in Sukamiskin Village coverage area of Public Health Center of Arcamanik with significant value 0.048 < 0.05. The coefficient value is 0.193 showing a low level of correlation. It suggested that the Public Health Center and Community become more aware about the elderly existence and health to provide a support for a better quality of elderly life. Keywords: Elderly, Family Support,  Quality of Life
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN WOUND DEHISCENCE MENURUT VARIABEL ROTTERDAM DI RSUD KOTA BANDUNG Ningrum, Tita Puspita; Isabela, Chandra
KEPERAWATAN Vol 4, No 2 (2016): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.512 KB)

Abstract

ABSTRAKWound dehiscence merupakan komplikasi pasca bedah abdomen yang serius dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi yaitu 3-35%. Insiden wound dehiscence di dunia sekitar 0,4 - 3,5 % setelah pembedahan mayor abdomen dan dihubungkan dengan kematian sekitar 10 - 45%. Wound dehiscence merupakan komplikasi yang disebabkan oleh berbagai faktor. Rotterdam score dapat digunakan untuk menilai abdominal wound dehiscence karena memiliki nilai sfesifitas dan sensitifitas yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan karakteristik pasien wound dehiscence menurut variabel Rotterdam  di ruang perawatan bedah RSUD Kota Bandung. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan retrospektif. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien dengan abdominal wound dehiscence periode januari 2014 sampai Desember 2014. Perhitungan data menggunakan rumus persentase. Pada hasil penelitian didapatkan 36 kasus abdominal wound dehiscence, 21 berjenis kelamin laki-laki (58%) dan 15 perempuan (42%). Berdasarkan kategori umur, yang terbanyak mengalami abdominal wound dehiscence adalah kelompok usia 50 – 69 tahun yaitu 17 pasien (47%), 24 Pasien (67 %) kasus emergensi. Berdasarkan penyakit penyerta, 6 pasien (17%) mengalami penyakit paru kronis, 2 pasien (6%) jaundice, 27 pasien (75%) anemia, dan 12 pasien (33%) dengan batuk pasca operasi. Berdasarkan tipe operasi didapatkan 3 pasien (8%) dengan pasca operasi gaster, 9 pasien (25%) pasca operasi usus halus, 18 pasien (50%) pasca operasi usus besar, serta 29 pasien (81%) mengalami infeksi luka operasi. Berdasarkan hasil penelitian, penderita dengan abdominal wound dehiscence terbanyak berasal dari kelompok umur 50 – 69 tahun, dengan penyakit penyerta terbanyak adalah anemia dan tipe operasi pasca operasi usus besarKata Kunci: Wound dehiscence, variabel Rotterdam.  ABSTRACTWound dehiscence is one of the most serious postoperative complications with high mortality and morbidity, 3 – 35%. The incidence wound dehiscence in the world is reported as 0,4% - 3,5% after major abdominal surgery, and 10% - 45% is associated with death. Wound dehiscence is complicated cases related to many factors, and Rotterdam risk score was used to rate abdominal wound dehiscence because its had a high specificity and sensitivity values. This research was conducted to describe patient characteristics with abdominal wound dehiscence using Rotterdam variable risk score at RSUD Kota Bandung. The methods was used a descriptive quantitative. A retrospective analysis was performed using the medical records of patient with abdominal wound dehiscence between January 2014 and December 2014 and had involved 36 cases. Data was analyzed by percentage. The result show that 36 patients developed wound dehiscence, 58% of them were male. From age category, the most incidence in 50 – 69 years old group (47%). The datas found 24 patients (67%) was emergency surgery, 6 patients (17%) with chronic obstructive pulmonary diseases, 2 patient (6%)  jaundice, 27 patients (75%) anemia, 12 patients (33%) had cough. Based on Type of surgery, 3 patients (8%) had gaster and duodenum surgery, 9 patients (25%) had small bowel wurgery, 18 (50%) patients had large bowel surgery and 29 patients (81%) had wound infection.  conclusion,the  most patient abdominal wound dehiscence were in 50 – 69 years old group, with anemia, emergency surgery, and post large bowel surgery.Keywords: wound dehiscence, variables of the Rotterdam score
Gambaran Tingkat Kecemasan Tentang Kematian Pada Lansia Di BPSTW Ciparay Kabupaten Bandung Ningrum, Tita Puspita; Okatiranti, Okatiranti; Nurhayati, Shanti
Jurnal Keperawatan BSI Vol 6, No 2 (2018): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM Universitas BSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.245 KB) | DOI: 10.31311/jk.v6i2.4361

Abstract

ABSTRAKKecemasan kematian lansia merupakan suatu kondisi emosional yang dirasakan ketika suatu hal yang tidak menyenangkan dialami oleh seseorang manakala memikirkan kematian. Seseorang yang mengalami kecemasan terhadap kematian memiliki kekhawatiran, kesusahan, ketidaknyamanan, ketegangan, kegelisahan dan mereka disibukkan dengan memikirkan proses sekarat, kemusnahan, kejadian apa yang terjadi setelah kematian. Jika perasaan cemas tersebut terus-menerus dialami lansia maka kondisi itu dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan lansia baik fisik maupun mental, bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik sehingga akan mengganggu kegiatan sehari-hari. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi Bagaimanakah Gambaran Tingkat Kecemasan Tentang Kematian Pada Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay Kabupaten Bandung. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia lebih dari 60 tahun dengan jumlah 150 orang. Pengambilan sampel  menggunakan teknik Purposive sampling dengan kriteria inklusi eklusi, sehingga diperoleh 79 orang. Data diambil dengan menggunakan intrumen Death axiety Scale (DAS) kemudian dianalisa menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengah responden yaitu sebanyak 41(51.9%) mengalami kecemasan kematian yang tinggi dan hampir setengah dari responden sebanyak 38(48.1%) mengalami kecemasan kematian yang rendah. Penting bagi  perawat sebagai konselor dalam mengatasi kecemasan akan kematian lansia dengan memberikan dukungan untuk membantu meningkatkan mekanisme koping lansia menjadi lebih adaptif.Kata kunci: Kecemasan kematian, Lansia ABSTRACTThe death anxiety in elderly is an emotional state that is felt when something unpleasant by someone when thinking of death, a person who experiences anxiety over death has feelings, distress, discomfort, feeling, anxiety and they are preoccupied with the process of dying, annihilation, what happened after death If the feelings of death anxiety are constantly alert the elderly, then the condition could have adverse effects on the health of the elderly both physically and mentally, and even can bargain physical diseases that will interfere with daily activities in the elderly. The purpose of the study was to prevention how does Anxiety Level Matter of Death in Elderly in BPSTW Ciparay Bandung. This research used descriptive quantitative research. The population in this study is elderly people aged over 60 years with the number of 150 people. A total of 79 respondents was taken using purposive sampling with inclusion and exclusion criteria. In addition, all data were analyzed using distribution frequency. Results showed more than half of respondents, 41 (51.9%) experienced high death anxiety. It could be caused by inadecuate coping mechanism in elderly. It is important for nurses as a counselor to prevent of death anxiety and provide support for helping an elderly to increase coping mechanism became more adaptif.Keywords: Death Anxiety, Elderly