Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan

HASIL TANGKAPAN IKAN MADIDIHANG DARI ASPEK TEKNIS DAN BIOLOGI MENGGUNAKAN ARMADA PANCING TONDA DI PERAIRAN PALABUHANRATU Muhammad Ihsan; Roza Yusfiandayani; Mulyono S. Baskoro; Wazir Mawardi
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 8 No 1 (2017): MEI 2017
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3738.436 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.8.115-123

Abstract

Pembangunan perikanan di daerah terdiri dari berbagai aspek, salah satunya adalah aspek teknis dan aspek biologis. Aspek biologis memiliki peranan penting untuk pengembangan perikanan di suatu daerah. Aspek teknis digunakan untuk melihat bagaimana cara madidihang tertangkap dan aspek biologis digunakan dalam penelitian ini berguna untuk mengetahui perkembangan penangkapan pada objek ikan yang tertangkap dalam hal ini adalah madidihang yang mendarat di PPN Palabuhanratu. Sampel madidihang diambil pada Agustus 2015 sampai Desember 2015 dari seorang nelayan di PPN Palabuhanratu. Dalam pengoperasian armada pancing tonda, digunakan 4 alat jenis alat tangkap yaitu taber, tomba, pancing ulur, dan layang-layang yang mempunyai fungsi dan jenis hasil tangkapan yang berbeda. Pengukuran total panjang total berat dan analisis korelasi panjang-berat. Data yang telah dihitung antara korelasi dari jumlah panjang dan jumlah-berat madidihang yang issometric dengan b nilai 3.304. Panjang tuna madidihang yang didaratkan secara keseluruhan berkisar antara 39–68cm FL. Distribusi frekuensi panjang tuna madidihang selama lima bulan didominasi oleh ukuran < 100 cm FL. Berdasarkan pengamatan armada pancing tonda, tiap alat tangkap yang digunakan mempunyai cara yang berbeda-beda dalam operasi penangkapannya dengan hasil tangkapan yang berbeda. Berdasarkan analisis korelasi panjang-berat, madidihang memiliki hasil isometrik yang dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan madidihang berkembang dengan baik. Hasil tangkapan bedasarkan analisis selang kelas panjang madidihang menunjukan 55% hasil tangkapan berada pada ukuran jouvenile.
POLA PERGERAKAN BLUE SWIMMING CRAB (Portunus pelagicus) TERHADAP CAHAYA Intan Roihatul jannah Hasly; Wazir Mawardi; Roza Yusfiandayani
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 10 No 1 (2019): MEI 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2630.392 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.10.1-14

Abstract

Lamp technology as a tool for fishing has long been used by Indonesian fishermen and grow not only for pelagic but also for demersal species such as crustaceans. Rajungan is one of the important crustaceans that have high economic value. Fishermen catch the crab using a trap or bottom gillnet. The two fishing devices are operated passively so that they need a tool to attract the crab. In this study tried to develop lamp technology as a lure of crabs. Responses are an important part of knowing crab behavior. The research was conducted in an experimental laboratory, where environmental conditions were controlled by researchers. The study aimed to analyze the patterns and response rates of crab to different light, including purple, blue, green, orange, red and white. A comparative descriptive analysis is used to determine the differences in patterns formed. The test results showed that the pattern of the crab against different light divided into directly and indirectly. Rajungan was approaching to light direclty for 0,072 m/s and indirectly for 0,036 m/s. The fastest crab rate in blue at 0.081 m/s dan the latest crabs arrive the red light at 0,026 m/s. The rate and pattern of the crab closer to white and blue light are shorter and has a short trajectory that can be suggested as a tool to used bottom gillnet, while the red and orange colors that have a slower rate of crab can be used as a trap.
UJI COBA LAMPU CELUP LED PADA JARING INSANG SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN Angga Hartono; Gondo Puspito; Wazir Mawardi
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 10 No 1 (2019): MEI 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1970.184 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.10.15-26

Abstract

Jaring insang merupakan alat penangkap ikan berupa lembaran jaring yang berbentuk persegi panjang. Prinsip utama pengoperasiannya adalah menghadang pergerakan ikan. Keberhasilan operasi penangkapannya sangat tergantung pada ada atau tidaknya ikan yang melintas melewati jaring. Perbaikan teknik penangkapan ikan pada jaring insang perlu dilakukan untuk meningkatkan berat tangkapannya. Solusinya adalah inovasi penggunaan atraktor berupa lampu untuk menarik perhatian ikan agar datang menuju alat tangkap, sehingga jaring insang yang bersifat pasif tidak hanya menunggu ruaya ikan yang melewatinya. Salah satu sumber cahaya yang bisa digunakan adalah lampu LED. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental fishing menggunakan dua unit alat tangkap jaring insang yang dioperasikan secara bersamaan, masing-masing menggunakan lampu dan tanpa lampu. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui komposisi hasil tangkapan, membuktikan bahwa penggunaan alat bantu lampu pada jaring insang akan meningkatkan berat hasil tangkapan dan menentukan posisi jaring dari lampu yang menghasilkan berat tangkapan tertinggi. Hasilnya adalah: (1) Ikan hasil tangkapan jaring insang dengan lampu (JDL) terdiri atas 10 jenis, atau 2 jenis lebih banyak dibandingkan dengan jaring insang tanpa lampu (JTL). Delapan jenis ikan yang sama adalah tongkol, tenggiri, talang-talang, alu-alu, kembung, semar, galang sadap, dan kwee. Adapun 2 jenis ikan yang hanya tertangkap oleh JDL adalah tentengkek dan bawal hitam; (2) Penggunaan alat bantu lampu pada jaring insang terbukti meningkatkan hasil tangkapan dengan berat hasil tangkapan JDL 189.765 g, dan (3) Lembar jaring yang menghasilkan berat tangkapan tertinggi berada pada posisi pertama, yaitu lembar 1, 6, 7, dan 12 dengan hasil tangkapan sebesar 108.308 g.
LAMPU LED BAWAH AIR SEBAGAI ALAT BANTU PEMIKAT IKAN PADA BAGAN APUNG Eko Sulkhani; Ari Purbayanto; Sugeng Hari Wisodo; Wazir Mawardi
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 5 No 1 (2014): MEI 2014
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3836.226 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.5.83-93

Abstract

Study on LED underwater lamp as fish aggregating device was conducted todesign and construct the LED underwater lights, to analyze strength of materials used, to analyze the light illumination value and distribution generated from the lamp, and to describe and analyze the test results of the underwater LED lights constructed. This study was divided into three stages, the material testing activities, designing and constructing the LED activities, and the field trials. Based on the results showed that the value of the maximum load that can be retained by the resin ranged from 914.27 to 1177.34 kgf/cm2. The value of the maximum load that can be held by acrylic ranges from 1238.65 to 1539.30 kgf/cm2. Design of instrument built for use in the water, with the material and acrylic resin as a protection/ waterproof. Designof the lamps weremade integrated with a CCTV camera system to facilitate the detection of fish. The LED lights used were a type of RGB High Power LED of 10 watt connected with waterproof driver adjustable step down CC-CV (QSKJ) led driver IN: DC.7-35V OUT: DC.2-30V. The number of drivers used were as many as 9 pieces, where the top of the lamp every 6 pieces of light connected with 1 driver for each color, while for the bottom of every 3 pieces of light connected with 1 pieces driver for each color. The results of measurements of the intensity of light at air showed medium that emits blue light, the most high intensity light than red and white. Type of fish caught during the 5 timesfishing trip was as much as 8 species, consisting of Auxis sp., Loligo sp., Rastrelliger sp., Trichiurus sp., Sardinella sp., Decapterus sp., and Leiognathus sp. The results of tests performed during 5 times fishing trip showed dominant catch of Leiognathus sp. as much as 288 species, and Loligo sp. as much as 266 species.
ANALISIS HASIL TANGKAPAN SET NET JENIS OTHOSIAMI DI TELUK MALASSORO, SULAWESI SELATAN M Yasin U.P Olii; Mulyono S Baskoro; Sulaeman Martasuganda; Wazir Mawardi
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 5 No 2 (2014): NOVEMBER 2014
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3460.851 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.5.153-160

Abstract

Set net adalah alat tangkap yang dipasang secara menetap di daerah penangkapan (fishing ground). Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) Semarang mengembangkan alat tangkap set net yang jenis othosiami dan mengoperasikannya pada tahun 2010 di perairan Teluk Mallasoro, Kabupaten Jeneponto. Data informasi mengenai produktivitas, komposisi dan tingkat keanekaragaman hasil tangkapan diambil dari data hasil tangkapan 2011-2013. Penelitian ini bertujuan menganalisis trend tangkapan, komposisi jenis tangkapan dan tingkat keanekargaman hasil tangkapan set net. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2014 di perairan Teluk Mallasoro, Kabupaten Jeneponto. Metode yang digunakan adalah metode secara deskriptif. Berdasarkan data tahun 2011-2013 pada bulan September–Oktober menunjukkan adanya penurunan trend tangkapan. Total jumlah jenis tangkapan sebesar 91 spesies. Ikan yang telah teridentifikasi sebanyak 57 jenis spesies yang terdiri dari 31 jenis ikan pelagis dan 26 jenis ikan demersal, jenis ikan yang paling dominan sebesar 27% adalah peperek (Leiognathus splendens). Indeks keragaman (H’) hasil tangkapan periode 2011-2013 berkisar antara 2.61-2.74 yang berada pada kategori keanekaragaman sedang. Nilai indeks kemerataan (E) berada pada kategori lebih merata 0.63–0.70. Nilai indeks dominansi (D) berkisar antara 0.12– 0.15 tidak terdapat spesies yang mendominasi.
REKAYASA LAMPU LED CELUP UNTUK PERIKANAN BAGAN APUNG DI PERAIRAN PATEK KABUPATEN ACEH JAYA PROPINSI ACEH Taufiq Taufiq; Wazir Mawardi; Mulyono S Baskoro; Zulkarnain Zulkarnain
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 6 No 1 (2015): MEI 2015
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4266.62 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.6.51-67

Abstract

Kegiatan pemanfaatan potensi perikanan tangkap di perairan Aceh Jaya masih banyak tergantung pada teknologi penangkapan ikan masih terbatas. Jenis alat tangkap yang digunakan di Aceh Jaya adalah pukat pantai, pancing, jaring insang, dan bagan. Jenis bagan yang digunakan oleh nelayan patek yaitu bagan apung. Bagan merupakan salah satu perikanan light fishing. Jenis lampu yang digunakan oleh nelayan patek adalah neon yang ditempatkan di permukaan, sedangkan lampu permukaan ini kurang efektif untuk digunakan. Penelitian ini menggunakan lampu LED celup. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan konstruksi lampu celup dalam air dan menentukan efektifitas lampu LED celup. Konstruksi lampu LED celup dirancang sebuah inovasi yaitu lampu dapat diredupkan sehingga ikan-ikan yang sudah mendekat ke cahaya sehingga lebih terfokus ke bagan. Metode penelitian ini adalah deskriptif, rancang bangun alat, percobaan atau experimental fishing. Dengan adanya lampu LED celup bisa membantu nelayan patek dalam menangkap ikan dan mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Total hasil tangkapan dengan menggunakan lampu neon sebesar 2343 kg. Sedangkan, total hasil tangkapan dengan lampu LED celup adalah sebesar 3779 kg. Jenis ikan yang tertangkap pada alat tangkap bagan yaitu teri, peperek, tembang, kembung, selar, japuh, dan layur selama 10 trip, 5 trip bulan gelap dan bulan terang. Terlihat bahwa ada perbedaan jumlah dan komposisi hasil tangkapan dengan menggunakan lampu neon dan lampu celup. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan lampu LED celup lebih efektif untuk digunakan sebagai alat bantu pada perikanan bagan.