Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

SISTEM HIDROPONIK ORGANIK DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH EFFLUENT BIOGAS INDUSTRI TAPIOKA DAN LIMBAH KOLAM LELE Agustin, Stefani Silvi; Triyono, Sugeng; Telaumbanua, Mareli
Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering) Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : The University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.826 KB) | DOI: 10.23960/jtep-l.v6i3.161-170

Abstract

Industri pertanian merupakan salah satu industri yang turut menyumbangkan dampak negatif berupa produksi limbah yang cukup besar.  Limbah industri pertanian terdiri dari limbah cair, padat, gas, maupun kebisingan.  Industri tapioka dan kolam lele termasuk di kalangan industri pertanian yang membuang limbah cair yang belum dimanfaatkan. Limbah cair ini sangat potensial dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi untuk sistem hidroponik, karena limbahnya mengandung bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan limbah cair untuk menanam sayuran organik dalam sistem hidroponik.  Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair tapioka dari pabrik tapioka di Pesawaran, limbah cair budidaya ikan dari Laboratorium Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bahan lainnya termasuk benih sayuran dan bahan kimia yang digunakan untuk analisis laboratorium (larutan standar amoniak 1000 ppm, NaOH, KI, dan HgI2). Limbah kolam lele dan limbah tapioka diaplikasikan pada sistem hidroponik DFT. Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi pH, EC, TS, TSS, TFS, N-Ammonium, BOD5 dan pertumbuhan tanaman.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah tapioka masing-masing memiliki pH dan EC yang paling tinggi (9,7 dan 2038 μS/cm).  Limbah tapioka memiliki TS dan TFS yang tinggi (1672 mg/L dan 1496 mg/L) dan limbah budidaya ikan lele memiliki nilai TSS dan N-Ammonium paling tinggi (372 mg/L dan 10,79 mg/L). Pertumbuhan tanaman terbaik ditemukan pada penerapan limbah kolam lele. Pada sistem limbah kolam lele, tinggi tanaman mencapai 12,92 cm/tanaman, dan biomassa tanaman yang dipanen adalah 10,46 gram/tanaman. Namun, dalam sistem tersebut, sayuran menunjukkan pertumbuhan suboptimal, hal ini menunjukkan bahwa mereka menderita kekurangan gizi.  Dengan demikian, sistem tidak menyuplai cukup nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman.Kata kunci: ammonium; limbah cair; nutrisi; sayuran
Application of Artificial Neural Network to Predict Biodiesel Yield from Waste Frying Oil Transesterification Haryanto, Agus; Saputra, Tri Wahyu; Telaumbanua, Mareli; Gita, Amiera Citra
Indonesian Journal of Science and Technology Vol 5, No 1 (2020): IJOST: VOLUME 5, ISSUE 1, 2020
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/ijost.v5i1.23099

Abstract

Used frying oil (UFO) has a great potential as feedstock for biodiesel production. This study aims to develop an artificial neural  network  (ANN)  model  to  predict  biodiesel  yield produced from base-catalyzed transesterification of UFO. The experiment  was  performed  with  100  mL  of  UFO  at  three different  molar  ratios  (oil:methanol) (namely 1:4,  1:5,  and 1:6), conducted with reaction temperatures of  30 to 55oC (raised by 5oC), and reaction time of 0.25, 0.5, 1, 2, 3, 6, 8, and 10 minutes. Prediction model was based on ANN model consisting  of  three  layers  with  27  combinations  of  three activation  functions  (tansig,  logsig,  purelin).  All  activation function  architectures  were  trained  using  Levenberg- Marquardt train type with 126 data set (87.5%) and learning rate  of  0.001.  Model  validation  used  18  data  set  (12.5%) measured at reaction time of 8 min. Results showed that two ANN models with activation function of logsig-purelin-logsig and purelin-logsig-tansig be the best with RRMSE of 2.41% and  2.44%  with  R2  of  0.9355  and  0.9391,  respectively. Predictions   of   biodiesel   yield   using   ANN   models   are significantly better than those of first-order kinetics.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK ROSELLA DI KAMPUNG PADUAN RAJAWALI, TULANG BAWANG Elhamida Rezkia Amien; Muhammad Haviz; Titin Yulianti; Diding Suhandy; mareli Telaumbanua
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sakai Sambayan Vol 5 No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jss.v5i2.257

Abstract

Desa Paduan Rajawali merupakan salah satu sentra penghasil Rosella di Kabupaten Tulang Bawang. Produk yang dihasilkan hanya ditangani dengan cara yang sederhana. Akibatnya produk mengalami kendala untuk dapat dipasarkan secara global. Selain itu, pemasaran produk Desa hanya sebatas pameran produk yang di adakan pada tingkat lokal dan provinsi sehingga kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Kreatif Rosella ini tidak signifikan meningkatkan pendapatan desa. Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan produktifitas produk olahan Rosella melalui penambahan varian produk Rosella dan pengemasan produk. Metode yang digunakan untuk mendukung kegiatan ini ialah dengan memberikan edukasi dan pendampingan tentang pengolahan produk-produk hasil pertanian khususnya Rosella. Materi kegiatan pengabdian sangat sesuai dengan kebutuhan mitra dan pelaksanaan kegiatan secara berkelanjutan yang ditunjukkan dengan 80% peserta memberikan penilaian sangat setuju (SS) dan 60% peserta menyatakan bahwa peralatan yang digunakan sesuai kebutuhan dan mudah untuk digunakan. Mitra juga menyambut dengan baik disain logo yang diberikan, saran pengemasan, tambahan produk, serta pemasaran online yang telah dibuatkan. Mitra sangat antusias terhadap kegiatan ini dan berharap dilakukan pendampingan serupa Kata kunci: diversifikasi, produk Rosella, Rosella
PENGEMBANGAN SISTEM SORTASI BUAH DUKU (LANSIUM DOMESTICUM) BERDASAR WARNA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ARDUINO DAN SENSOR WARNA AS7262 Martinus Martinus; Irza Sukmana; Herry Wardono; Akhmad Riszal; Mareli Telaumbanua; Ahmad Suudi; Meizano Ardi Muhammad; Gigih Forda Nama; Eko Putra; Zulmiftah Huda; Trisya Septiana; Panji Kurniawan
Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.756 KB) | DOI: 10.23960/jitet.v10i2.2446

Abstract

Produk perkebunan merupakan salah satu komoditas yang sangat penting Indonesia. Duku adalah salas satu produk perkebunan musiman yang menjadi salah satu sumber pendapatan ketika panen. Namun, umur simpan duku sangat pendek, batas penyimpanan buah duku tidak lebih dari satu minggu. Buah duku akan mengalami perubahan pada warna buah, buah segar akan mengalami kecoklatan pada umur 3 sampai 5 hari pasca panen. Berubahnya warna buah duku menjadi kecoklatan tersebut tentunya dapat menurunkan kualitas dan harga dari buah duku tersebut. Pendeknya umur penyimpanan buah duku tersebut merupakan salah satu sulitnya penjualan duku. Penelitian ini melakukan pengklasifikasian duku sesuai warna dengan mengembangkan konveyor sabuk sebagai alat untuk melakukan sortasi duku berdasar warna dengan mikrokontroler. Sistem sortasi menjadi penting dalam mengelompokkan duku dalam umur yang sama sehingga dapat dipilih duku untuk pasar lokal yang sudah matang, duku untuk pasar luar yang belum matang dan akan matang dalam perjalanan serta duku yang cacat. Adapun tujuan dari riset ini adalah membuat sistem sortasi warna buah duku berbasis mikrokontroler dan mengembangkan sistem yang dapat memisahkan tiga kelompok kelas duku, duku kelas super, duku kelas a dan duku kelas b berdasar warna dengan sensor AS7262
Rancangbangun Aktuator Pengendali Iklim Mikro di dalam Greenhouse untuk Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica rapa var.parachinensis L.) Mareli Telaumbanua; Bambang Purwantana; Lilik Sutiarso
agriTECH Vol 34, No 2 (2014)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (862.778 KB) | DOI: 10.22146/agritech.9512

Abstract

Cultivation of mustard (Brassica var rappa Parachinensis L.) in the field has many obstacles such as pests, wind, flood, temperature, soil moisture, and solar radiation which are able to  distrurb the plant growth. The impact is distrubing of plant growth thus affecting productivity. Cultivation in greenhouse is an appropriate alternative to controlling the constraints. Control system for microclimate greenhouse was designed using microcontroller ATMega8535. The system was developed using five sensors i.e.: air temperature and humidity, soil temperature, soil moisture, and solar radiation and three actuators, i.e.: fan actuator, water pump actuator, and artificial photosynthesis light actuator. The equipment of control was placed in the greenhouse and connected to computer for sending microclimate data for 32 days of observation. The result revealed that fan actuator has accuracy of 95,46% with speed controlling temperature of 58,70 minute. The efficiency of water pump actuator was 98,01%, with the speed to controls soil moisture of 31,83 minute. Photosynthetic light actuator showed the speed of response to the setting point of photosynthesis light <1 sec (± 10 ms). The experimental research showed that the high,  dimensions of leaves, weight, and the number of leaves of mustard plant in the greenhouse were better than plant outside the greenhouse.ABSTRAKBudidaya tanaman sawi (Brassica rapa var. parachinensis L.) di lahan terbuka memiliki banyak  kendala seperti serangan hama, angin, banjir, suhu lingkungan, kelengasan tanah hingga penyinaran yang tidak sesuai dengan syarat pertumbuhan tanaman. Dampaknya adalah terganggunya pertumbuhan tanaman sehingga mempengaruhi produktivitas. Budidaya tanaman di rumah tanaman (greenhouse) merupakan alternatif yang baik untuk mengontrol kendala tersebut. Sistem kontrol pengendalian iklim mikro untuk greenhouse telah dirancang dengan menggunakan mikrokontroler AVR ATMega8535. Sistem kontrol dikembangkan dengan menggunakan lima sensor yaitu sensor suhu dan kelembaban lingkungan, sensor suhu tanah, sensor kelengasan tanah, dan sensor intensitas sinar matahari.  Rancangan memiliki tiga aktuator yaitu aktuator kipas, aktuator pompa air, dan aktuator lampu fotosintesis. Rancangan diletakkan di dalam greenhouse yang terhubung dengan komputer untuk mengirim data iklim mikro selama 32 hari pengamatan. Melalui penelitian ini telah dihasilkan aktuator kipas yang memiliki nilai akurasi 95,46% dengan nilai kecepatan pengendalian untuk mengendalikan suhu 58,70 menit. Aktuator pompa air menunjukkan  nilai akurasi 98,01%, dengan kecepatan mengendalikan kelengasan tanah 31,83 menit. Aktuator lampu fotosintesis menunjukan nilai kecepatan respon terhadap nilai setting point untuk menyalakan lampu fotosintesis < 1 detik (± 10 mS). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tanaman yang berada di dalam greenhouse memiliki tinggi, dimensi daun, berat basah, dan jumlah daun yang lebih baik dibandingkan dengan di luar greenhouse.
Studi Pola Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica rapa var. parachinensis L.) Hidroponik di dalam Greenhouse Terkontrol Mareli Telaumbanua; Bambang Purwantana; Lilik Sutiarso; Mohammad Affan Fajar Falah
agriTECH Vol 36, No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.973 KB) | DOI: 10.22146/agritech.10690

Abstract

The vegetables should be cultivated in an optimal way to obtain maximum yield. In tropical regions such in Indonesia, the growth of vegetables are influenced by climate factors such as humidity, temperature, nutrients and light. To gain the optimal and controlled condition during the growth periode, mustard plants could be cultivated hydroponically in a greenhouse. This study was conducted to identify the growth pattern of mustard (Brassica rappa var. Parachinensis L.) that hydroponically planted in a greenhouse which is equipped with a temperature, nutrients and light control. The aim of this research is to determine the best factors combination that provide the most optimum growth. This research was conducted by three treatments that were temperature, nutrition, and light. Each of the treatment has three variations : temperature (32 °C, 35 °C, and 38 °C), nutrition (2 mS/cm, 5 mS/cm, and 8 mS/cm), and light (7000 lux, 12000 lux, and 17000 lux) so there were 27 cultivation spaces or greenhouses used with different micro-climates. The growth rate was determined by the area of the leaf and it was measured during 48 days of cultivation. Control in each greenhouse is done by a pump actuator, incandescent bulbs and TL lamps. The result showed that temperature, nutrients and light affect on the growth of mustard. By single factor analysis, we found that maximum leaf area was produced at a temperature of 35 °C that was 565 cm-, nutrition 5 mS/cm that was 639.27 cm- and 17000 lux light that was 697.42 cm-. In short, the best growth rate was obtained at a temperature of 35 °C, nutrition of 5 mS/cm, and 17000 lux of light yield 1068.82 cm- of leaf area.ABSTRAKTanaman sayuran harus dibudidayakan dengan optimal agar diperoleh hasil yang maksimal. Di wilayah tropis seperti di  Indonesia,  pertumbuhan  tanaman  sayuran  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor  iklim  seperti  kelembaban,  suhu, nutrisi dan cahaya. Untuk memperoleh kondisi yang optimal dan terkendali selama periode pertumbuhan, tanaman sawi dibudidayakan secara hidroponik di dalam greenhouse. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan tanaman sawi (Brassica  rappa var. parachinensis L.) yang dibudidayakan secara hidroponik di dalam greenhouse yang dilengkapi dengan kendali suhu, nutrisi dan cahaya. Tujuan penelitian adalah menentukan kombinasi faktor terbaik yang memberikan pertumbuhan paling optimal. Penelitian dilakukan dengan memberikan tiga perlakuan dengan tiga variasi yaitu suhu (32 °C, 35 °C, dan 38 °C), nutrisi (2 mS/cm, 5 mS/cm, dan 8 mS/cm), dan cahaya (7000 lux, 12000 lux, dan 17000 lux) sehingga terdapat 27 ruang budidaya atau greenhouse dengan iklim mikro yang berbeda. Tingkat pertumbuhan ditentukan berdasarkan luas daun dan diukur selama 48 hari budidaya. Kendali di dalam masing- masing greenhouse dilakukan oleh aktuator pompa, lampu pijar dan lampu TL (Flourescent Lamp). Hasil penelitian menunjukkan suhu, nutrisi dan cahaya berpengaruh pada pertumbuhan tanaman sawi. Dari hasil analisis faktor tunggal, luas daun maksimum dihasilkan pada suhu 35 °C yaitu 565 cm-, nutrisi 5 mS/cm yaitu 639,27 cm- dan cahaya 17000 lux yaitu 697,42 cm-. Secara kombinasi, tingkat pertumbuhan terbaik diperoleh pada perlakuan suhu 35 °C, nutrisi 5 mS/cm, dan cahaya 17000 lux dengan hasil luas daun mencapai 1068,82 cm-.
Desain Sensor Suhu dan Kelengasan Tanah untuk Sistem Kendali Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Sugeng Triyono; Mareli Telaumbanua; Yessi Mulyani; Titin Yulianti; Muhammad Amin; Agus Haryanto
agriTECH Vol 38, No 4 (2018)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.33 KB) | DOI: 10.22146/agritech.29095

Abstract

Cultivation crop is influenced by soil, water, climate, and crop properties. Air temperature is one of climate parameters which is considered for plant growing. Soil moisture represents soil and water factors and it generally plays an important role in crop cultivation. A crop requires soil moisture and air temperature for an optimum growth. a control system is proposed to create an optimum air temperature and soil moisture to support plant growth. The aim of this study was to design a precision measurement instrument, a control system that is able to control microclimate (air temperature and soil moisture) for optimal growth of chili (Capsicum annuum L.) crops. A design of environmental control was applied by using sensors for air temperature and soil moisture. Microcontrollers were connected to sensors with the water pump actuator and the irrigation pump through a relay module and a TIP122 transistor. The accuracy of DHT 22 temperature sensors and soil moisture sensors were calculated based on the approximate coefficient of determination, and the total errors of each sensor. The actuator performance in this design included the response rates and the duration of the working time. The performance tests were conducted 3 times without using chili plants. The coefficient of determination (R²) of temperature sensor 1, temperature sensor 2 and temperature sensor 3 were 0.999, 0.999, and 0.999, respectively. The total errors of the three sensors were -0.071 ºC, -0.085 ºC, and 0.014ºC, respectively. The coefficient of determination (R ²) of the soil moisture sensor 1, the soil moisture sensor 2, and the soil moisture sensor were 0.888, 0.8401, and 0.8963, respectively. The mean total errors for these three types of ranging sensors were -0.2204%, -0.0952% and -2.8049%, respectively.
Pengendalian Temperatur dan Kelembaban dalam Kumbung Jamur Tiram (Pleurotus sp) Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler Sri Waluyo; Ribut Eko Wahyono; Budianto Lanya; Mareli Telaumbanua
agriTECH Vol 38, No 3 (2018)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.743 KB) | DOI: 10.22146/agritech.30068

Abstract

Oyster mushroom can grow properly at temperatures of 16–30 °C and relative humidity of 80–95%. Environment conditioning by spraying of water in mushroom house manually in the morning and evening as the temperature and humidity controling is less effective and highly bothersome. Using of technology can controlling temperature and humidity in a mushroom house automatically.  This research aims to design an automatic control system to control temperature and humidity in oyster mushroom house. Research is located at an altitude of 125 meters above sea level. Automatic control system with a setting point temperature of 25 – 30 °C and humidity of 80 – 95% was tested at mushroom house with dimensions of 4 × 2 × 2 m with a capacity of 600 baglog mushrooms.  The results show that the performance of daily temperature and humidity without control is respectively 24.10 to 35.19 °C and 64.28 to 99.90%. While the temperature and humidity with the control system are 25.10 to 30.09 °C and 80.84 to 99.90%, respectively.
UNJUK KERJA ALAT PEMOTONG PELEPAH SAWIT TIPE DODOS SECARA MANUAL DAN MEKANIS MENGGUNAKAN MESIN HUSQVARNA 327 LDx Aldo Christian; Sandi Asmara; Cicih Sugianti; Mareli Telaumbanua
Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering) Vol 7, No 1 (2018): April
Publisher : The University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.54 KB) | DOI: 10.23960/jtep-l.v7i1.15-24

Abstract

ABSTRAK Pemotongan pelepah sawit menggunakan alat dodos manual menghasilkan produktivitas kerja yang rendah dan resiko kecelakaan yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan mesin dodos mekanis yang dapat meningkatkan produktivitas serta menurunkan resiko kecelakaan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kapasitas kerja, beban kerja dan kebutuhan energi pada alat dodos manual dan mekanis. Perlakuan pada penelitian ini berdasarkan perbedaan tinggi pohon kelapa sawit (2 m, 3 m dan 5 m) dan jumlah pelepah yang terpotong (6, 12 dan 18). Hasil penelitian menunjukkan perbandingan kapasitas kerja alat tertinggi antara dodos manual dan mekanis pada tinggi pohon 3 m sebesar 718 dan 951 pelepah/jam sedangkan pada 2 m sebanyak 533 dan 696 pelepah/jam dan tinggi pohon 5 m sebesar 495 dan 710 pelepah/jam. Secara umum pada pengujian beban kerja semua perlakuan diklasifikasikan pada beban kerja ringan kecuali untuk alat dodos manual pada pengujian 18 pelepah termasuk klasifikasi beban sedang. Kebutuhan energi untuk alat dodos manual dan mekanis sebesar 2,0-5,0 Kkal/menit dengan klasifikasi beban kerja ringan. Konsumsi bahan bakar mesin Husqvarna 327 LDx yaitu 0,336 L/jam. Konsumsi bahan bakar paling efisien terdapat pada tinggi pohon 3 m sebanyak 0,353 mL/pelepah sedangkan pada tinggi pohon 5 m sebanyak 0,473 mL/pelepah dan tinggi pohon 2 m sebanyak 0,483 mL/pelepah.Kata kunci :   Pelepah kelapa sawit, dodos manual, dodos mekanis tipe Husqvarna 327 LDx.
Implementation Of Automatic Hydroponic System Design For Shallot (Allium Ascalonicum L.) Cultivation And Cost Analysis Simulation Annisa Nur Rachmawaty; Sugeng Triyono; Siti Suharyatun; Mareli Telaumbanua
Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering) Vol 8, No 2 (2019): Juni
Publisher : The University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1969.876 KB) | DOI: 10.23960/jtep-l.v8i2.139-152

Abstract

Hydroponic shallot cultivation is one way to increase shallot production on marginal land. To support the cultivation, this research was designed that aimed to develop an automatic hydroponic system, simulation of cost analysis, and profit prediction on shallot cultivation.The study was conducted by arranging a hydroponic design with a height of 100 cm, length 3 m, and width of 60 cm. The growth media is made from husk charcoal with a depth of 15 cm.114 cloves of shallots are sown and moved after the buds develop about 5 cm, a distance of 10x15 cm. The research parameters included pH, EC, air content, and plant growth. Three scenarios of the hydroponics systems were simulated to elaborate cost and profit estimation. The three scenarios included scaling up the cultivation beds, ten year cultivation, and productivity from three types of hydroponics modules. The results showed that during hydroponics cultivation of shallot, EC of nutrient solution was elevated to the last level of 3106 μS/cm, while pH was found to be 7.58. The control system is able to activate the pump with 100% accuracy. The yield of the shallot was 0.0154 kg/m2 with average tuber diameter of 10-15 mm.  This production was suboptimal, yet profit and cost comparisons could be clearly described through the simulations of three types of hydroponics modules.  The results of the simulation of economic analysis, the highest B / C ratio obtained from the use of hydroponics on land is 1.53. Keywords: cost and profit analysis, hydroponics cultivation, nutrition solution, shallot