Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Ranah: Jurnal Kajian Bahasa

Konsep Performance Bahasa Minangkabau dalam Novel Wahyudi Rahmat; Yolanda Z Putri; Winci Firdaus
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 10, No 1 (2021): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v10i1.2120

Abstract

The problem in this study examines the form of performance or reflection of the language system that is on the mind of the speaker in Pinto Anugrah's novel Jemput Terbawa. Performance in a novel deserves to be researched with the aim of knowing the form of the use of speaker language or Pinto Anugrah as an author to convey the intent into a work. Therefore, the purpose of this analysis is to see how the form of performance of pinto anugrah minangkabau language that is influenced by psychology and culture that affects it.  The theory used in this study is Simanjuntak (2015). The research method used is the method of listening to or listening to the text and marking the content of the text with a note technique. The data analysis uses the padan method and agih method. All of these forms are based on the opinion of Sudaryanto (1993). The results of this study found that the form of performance in the novel Jemput Terbawa can be seen in several forms, namely the form of dendang, rabab, lusuah, cigak baruak, and rabab jua. AbstrakMasalah dalam penelitian ini mengkaji tentang bentuk performance atau cerminan dari sistem bahasa yang ada pada pikiran penutur dalam novel Jemput Terbawa karya Pinto Anugrah. Performance dalam sebuah novel layak untuk diteliti dengan tujuan untuk mengetahui bentuk pemakaian bahasa penutur atau Pinto Anugrah sebagai pengarang untuk menyampaikan maksud ke dalam sebuah karyanya. Oleh karena itu, tujuan analisis ini adalah untuk melihat bagaimana bentuk performance bahasa minangkabau Pinto Anugrah yang dipengaruhi oleh psikologi dan kebudayaan yang memengaruhinya.  Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simanjuntak (2015). Metode penelitian yang digunakan menggunakan adalah metode simak atau menyimak teks dan menandai isi dari teks dengan teknik catat. Analisis datanya menggunakan metode padan dan metode agih. Semua bentuk ini didasarkan pada pendapat Sudaryanto (1993). Hasil penelitian ini menemukan bahwa bentuk performance dalam novel Jemput Terbawa dapat dilihat dalam beberapa bentuk yakni bentuk dendang, rabab, lusuah, cigak baruak, dan rabab jua.
Ungkapan Keprihatinan dalam “Maklumat Akal Sehat” (Analisis Wacana Kritis terhadap Maklumat Rocky Gerung dkk) Andi Indah Yulianti; Winci Firdaus
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 8, No 1 (2019): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.34 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v8i1.961

Abstract

This paper seeks to reveal how the use of language in the form of lexical choices in "Maklumat Akal Sehat" when associated to the ideology and academic background of the initiators. This study used Teun van Dijk's Critical Discourse Analysis approach which divides discourse into three dimensions, namely the dimensions of text, social cognition, and social context. From the findings and discussion, it can be concluded that "Maklumat Akal Sehat" are dominant in lexical choices. The emerging lexicon illustrates concerns about democracy in Indonesia. The lexicons that appear are mostly related to politics, law, certain political understandings/ideology, and words that are slightly less prevalent (tunaide, tunakualitas, multimatra), because basically this decree is composed by several figures with different academic background and most of them are activists, writers, human rights watchdogs, lecturers of philosophy, etc. so, those things directly and indirectly influence the lexical choice in the decree.  ABSTRAKTulisan ini berusaha untuk mengungkap bagaimana penggunaan bahasa berupa pilihan leksikal dalam ”Maklumat Akal Sehat” jika dihubungkan dengan ideologi dan latar belakang akademik para penggagasnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan Critical Discourse Analysis Teun van Dijk yang membagi wacana ke dalam tiga dimensi yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Dari hasil temuan dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa “Maklumat Akal Sehat” dominan pada pilihan leksikal. Leksikon yang muncul menggambarkan keprihatinan terhadap demokrasi di Indonesia. Leksikon-leksikon yang muncul sebagian besar berhubungan dengan politik, hukum, paham/ajaran politik tertentu, dan kata-kata yang sedikit kurang lazim (tunaide, tunakualitas, multimatra), karena pada dasarnya maklumat ini disusun oleh beberapa tokoh dengan latar belakang akademis yang berbeda-beda dan sebagian besar merupakan aktivis, sastrawan, penggiat HAM, dosen filsafat, dan lain-lain sehingga secara langsung dan tak langsung turut memengaruhi dalam pemilihan kata dalam maklumat tersebut.
Keterancaman Bahasa Roswar: Analisis Daya Hidup Bahasa Santy Yulianti; Winci Firdaus
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 9, No 2 (2020): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v9i2.2942

Abstract

Roswar language is one of the languages in West Papua which has less than 5000 native speakers, so this language vitality study is needed to measure the vitality of the Roswar language. This paper is the result of research on the vitality of the Roswar language in Waprak and Nordiwar Villages, Roswar District, Teluk Wondama Regency, West Papua Province. This study aims to describe the language vitality in Papua/West Papua. The scope of this research is based on sociolinguistic theories, especially those related to the vitality of language and endangered languages. The use of language in the written domain/expression domain, use of language in the religion domain, and the use of language in the education domain are mostly at a level of decline. Language vitality which is at a threatened level is the use of language in the transactions domain. The vitality of Roswar language is based on the P value (P-value) which explains the relationship between the variables in each index compared to the mobility of the informants in the relative urban-rural position, the use of language in the family domain, the use of language in the written expression domain, the use of language to express expression of feelings, use of language in the religion domain, and use of language in the government domain. AbstrakTulisan ini merupakan hasil penelitian vitalitas bahasa Roswar di desa Waprak dan Nordiwar, Distrik Roswar, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan vitalitas bahasa di Papua/Papua Barat. Cakupan penelitian ini didasarkan pada teori-teori sosiolinguistik khususnya yang berkaitan dengan vitalitas bahasa dan bahasa terancam punah. Penggunaan bahasa pada ranah/ekspresi tulis, penggunaan bahasa pada ranah keagamaan, dan penggunaan bahasa pada ranah pendidikan sebagian besar berada pada tingkat mengalami kemunduran. Vitalitas bahasa yang berada pada tingkat terancam adalah penggunaan bahasa pada ranah transaksi. Vitalitas bahasa Roswar berdasarkan nilai P (P-value) yang menerangkan keterkaitan variabel-variabel dalam tiap indeks yang dibandingkan berada di ranah mobilitas informan pada posisi relatif kota-desa, penggunaan bahasa pada ranah keluarga, penggunaan bahasa pada ranah/ekspresi tulis, penggunaan bahasa untuk mengungkapkan ekspresi perasaan, penggunaan bahasa pada ranah keagamaan, dan penggunaan bahasa pada ranah pemerintahan.                  
Penggunaan Bahasa Nonverbal dalam Upacara Adat Pernikahan Gaya Yogyakarta: Kajian Simbolik Etnopragmatik NFN Pranowo; Winci Firdaus
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 9, No 1 (2020): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v9i1.2321

Abstract

This research is an interpretive reflective research with ethnopragmatic symbolic study theory. The source of the research data was taken from the documents of two makeup artists from Yogyakata, namely the makeup dresser Lisandra and the makeup dresser Hj. Rochayati. The research data are in the form of Javanese traditional wedding document of Yogyakarta style. The data collection technique is in the form of observation of photo documentation to obtain data in the form of a marriage ceremony sequence that uses verbal and nonverbal language from preparation to the end. The data analysis technique is interpretive reflective. The concrete steps of data analysis are (a) identifying documents, (b) classifying the sequences of marriages, and (c) interpreting each stage of the ceremony. The objectives of the research are (1) to describe the form of nonverbal language in traditional marriage ceremonies, and (2) to describe the non-verbal symbolic meaning of non-verbal language in marriage ceremonies. The findings of the research are that (a) the form of Yogyakarta-style traditional wedding events there are 15 stages, ranging from paningsetan to reception, and (b) ethnopragmatic symbolic meaning in general in the form of prayer requests so that what is desired can be realized.AbstrakPenelitian ini merupakan penelitian reflektif interpretatif dengan teori kajian simbolik etnopragmatik. Sumber data penelitian diambil dari dokumen dua orang juru rias dari Yogyakata, yaitu rias pengantin Lisandra dan rias penantin Hj. Rochayati (nama disamarkan). Data penelitian berupa dokumen foto perkawinan adat Jawa gaya Yogyakarta. Teknik pengumpulan data berupa observasi dokumentasi foto untuk mendapatkan data berupa urutan upacara perkawinan yang menggunakan bahasa verbal dan bahasa nonverbal dari persiapan sampai dengan akhir. Teknik analisis data dilakukan secara reflektif interpretatif. Langkah konkret analisis data adalah (a) mengidentifikasi dokumen, (b) mengklasifikasi urut-urutan acara perkawinan, dan (c) menginterpretasi tiap tahapan upacara. Tujuan penelitiannya adalah (1) mendeskripsikan wujud bahasa nonverbal dalam upacara adat perkawinan, dan (2) mendeskripsikan makna simbolik etnopragmatik bahasa nonverbal dalam upacara adat perkawinan. Temuan hasil penelitian adalah bahwa (a) wujud acara adat perkawinan gaya Yogyakarta terdapat 15 tahapan, mulai dari paningsetan sampai dengan resepsi, dan (b) makna simbolik etnopragmatik pada umumnya berupa doa permohonan agar apa yang diinginkan dapat terwujud.
Realisasi Pronomina dalam Bahasa Mooi: Analisis Tipologi Morfologi Winci Firdaus
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 7, No 2 (2018): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.035 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v7i2.496

Abstract

This study on relation of pronouns and affixation discusses about pronouns structure and affixes usage in Mooi language. Pronouns structures in Mooi language include personal pronouns, possessive pronouns, interrogative pronouns and demonstrative pronouns. The pronouns forms in Mooi language recognize gender forms and will experience sound changes if they are side by side with the first, second and third personal pronouns. On the other hand, affixations in Mooi language include preffixes, confixes, time marker confixes and personal confixes. The method used in this research is synchronic descriptif method, and the data collecting technique is spoken and listening technique. The data analysis technique is generalisation analysis technique that include several stages of forms and units determination in the corpus to morphology generalisation examination. ABSTRAKKajian tentang relasi pronomina dan afiksasi ini membahas tentang struktur kata ganti dan penggunaan afiks pada bahasa Mooi. Struktur kata ganti pada bahasa Mooi meliputi pronomina persona, pronomina milik, pronomina penanya dan pronomina penujuk. Bentuk pronomina dalam bahasa Mooi mengenal bentuk gender dan akan mengalami perubahan bunyi apabila berdampingan dengan kata ganti orang ke I, II, dan III. Sedangkan afikasasi pada bahasa Mooi meliputi prefiks, konfiks, konfiks penanda waktu dan konfiks persona. Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah metode deskriptif sinkronis, dengan teknik pengumpulan data adalah teknik cakap dan simak. Teknik analisis data yaitu teknik analisis generalisasi yang meliputi beberapa tahapan dari penentuan bentuk dan satuan dalam korpus sampai pada pemeriksaan generalisasi morfologi.
Kekuasaan Semantik dalam Analisis Wacana Kritis Debat Capres-Cawapres Wati Kurniawati; Ririen Ekoyanantiasih; Santy Yulianti; Menuk Hardaniawati; S. S.T. Wisnu Sasangka; Winci Firdaus
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 11, No 1 (2022): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v11i1.4966

Abstract

The use of language in relation to the ideology brought by the party in its political speech is important to study in relation to the life of the nation and state. The formulation of the problem in this research is how to use the language of politicians based on semantic power. The purpose of this study is to identify the language of politicians in terms of semantic power. This research uses descriptive and qualitative research methods. The data is taken from transcripts of Jokowi-Amin and Probowo-Sandiaga political speeches. The results showed that speech texts produced by political party figures had utilized linguistic features, such as text structure, vocabulary, language style or figure of speech, sentences, cohesion, coherence, transitivity, and pronouns. Textually, discourse and social show semantic features that are used to launch a social process: the formation of a positive image of a party in fighting for the interests of the people. The social processes and practices channeled by the political party figures are closely related to their social background, politics, and cultural values in particular and Indonesia in general. Verbal discourse in Jokowi-Amin, Prabowo-Sandiaga speeches was expressed in the form of a series of transitive active sentences and intransitive active sentences. Sentences that are expressed are sentences in the form of invitation sentences, exclamatory sentences, sentences of hope, sentences of promises, and sentences of statements. The speech discourses expressed by the orators also contain the use of language styles, namely hyperbole, metaphor, personification, and repetition. AbstrakPenggunaan bahasa yang berkaitan dengan ideologi yang dibawa oleh partai dalam pidato politiknya sangat penting untuk dikaji, terutama dalam kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana penggunaan bahasa para politikus berdasarkan kekuasaan semantik. Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi bahasa para politikus yang ditinjau dari kekuasaan semantik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan kualitatif. Data diambil dari transkrip pidato politik Jokowi-Amin dan Probowo-Sandiaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks pidato yang diproduksi oleh tokoh-tokoh partai politik telah memanfaatkan fitur-fitur linguistik, seperti struktur teks, kosakata, gaya bahasa atau majas, kalimat, kohesi, koherensi, ketransitifan, dan kata ganti. Secara tekstual, wacana dalam pidato politik tersebut menunjukkan fitur-fitur semantik yang digunakan untuk melancarkan suatu proses sosial: pembentukan citra positif suatu partai dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Proses dan praktis sosial yang disalurkan oleh tokoh-tokoh partai politik tersebut berkaitan erat dengan latar belakang sosial, politik, dan budaya mereka. Wacana verbal dalam pidato Jokowi--Amin, Prabowo--Sandiaga diekspresikan dalam bentuk rangkaian kalimat aktif transitif dan kalimat aktif intransitif. Kalimat-kalimat yang diungkapan adalah kalimat yang berbentuk kalimat ajakan, kalimat seruan, kalimat harapan, kalimat janji, dan kalimat pernyataan. Wacana pidato yang diungkapkan oleh para orator tersebut juga mengandung pemakaian gaya bahasa, yaitu gaya bahasa hiperbola, metafora, personifikasi, dan repetisi.
Sistem Nama Diri Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar Dede Kosasih; Dian Hendrayana; Winci Firdaus; Denny Adrian Nurhuda
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 12, No 1 (2023): Ranah: jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v12i1.6106

Abstract

The background of this research is the curiosity about the practice of giving personal names in the Kasepuhan Ciptagelar indigenous people. In the name string generally implies faith and wisdom (wisdom) and can reflect prayer, ideals (expectation). This means that the name given (bears) will be in accordance with the demands (expectations) of the community at the time it was made. The purpose of this study is to photograph the practice of giving personal names in the Kasepuhan Ciptagelar indigenous people and to examine the factors and values underlying this practice. This study uses a qualitative methodological approach, namely descriptive analytical method. The data source in this study is the Kasepuhan Ciptagelar indigenous people in three generations. Data collection techniques in this study were participant observation and observation and note-taking techniques. Data analysis techniques begin with collecting data, reducing data, conducting analysis based on classification. The results of this study show that the pattern of giving and changing names is caused by several reasons. First, driven for psychological reasons, in the form of hopes such as for the sake of glory, fame, profit and avoidance of disaster as well as inner satisfaction. Second, related to socio-cultural values that have roots in the past. From the diachronic study, the pattern of naming the Kasepuhan Ciptagelar indigenous people has experienced a shift, although the shift or change is relatively not that massive. This is because the Kasepuhan Ciptagelar indigenous people still adhere to traditions and customs that have been passed down from generation to generation. AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan praktik pemberian nama diri di masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar. Dalam untaian nama itu umumnya menyiratkan keyakinan dan kebijaksanaan (wisdom) serta dapat merefleksikan doa, cita-cita (expectation). Artinya bahwa nama yang diberikan (disandangnya) tersebut akan sesuai dengan tuntutan (harapan) masyarakat pada masa dibuatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memotret praktik pemberian nama diri dalam masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar dan akan mengkaji faktor-faktor dan nilai-nilai apa saja yang melatarbelakangi praktik tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan metodologi kualitatif yakni metode deskriptif analitis. Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar dalam tiga generasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipan serta teknik simak dan catat. Teknik analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, mereduksi data, melakukan analisis berdasarkan klasifikasi. Hasil dari penelitian ini bahwa pola pemberian maupun pergantian nama disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, didorong karena alasan psikologis, berupa harapan seperti demi kejayaan, ketenaran, keuntungan dan terhindar dari malapetaka serta kepuasan batiniah. Kedua, yaitu berkaitan dengan nilai sosio-kultural yang mempunyai akar ke masa silam. Dari kajian secara diakronis pola pemberian nama masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar telah mengalami pergeseran, walaupun pergeseran atau perubahan itu relatif tidak begitu masif. Hal ini dikarenakan masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar masih pengkuh (kuat) memegang tradisi dan adat istiadat yang sudah diwariskan secara turun-temurun.