Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

KARAKTERISASI FASE VEGETATIF PADI BERAS HITAM ASAL KECAMATAN MANDOR DI TANAH PMK OKTAVIANI, OKA; WASIAN, WASIAN; RIANTO, FADJAR
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

KARAKTERISASI FASE VEGETATIF PADI BERAS HITAM ASAL KECAMATAN MANDOR DI TANAH PMK OlehOka Oktaviani(1), Wasi’an(2), Fadjar Rianto(3)(1)   Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura(2)   Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura ABSTRAKKarakterisasi padi beras hitam lokal di Kalimantan Barat sangat di perlukan untuk memberikan informasi awal yang dibutuhkan dalam konservasi dan perakitan varietas baru. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ciri atau karakter morfologi dari 2 varietas padi beras hitam lokal asal Kecamatan Mandor pada fase vegetatif, dan untuk membedakan antar 2 varietas padi beras hitam. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 2 (dua) perlakuan A=Tampi dan B=Sekilap. Setiap perlakuan diulang 12 kali dan setiap ulangan terdiri dari 4 (empat) tanaman sampel. Variable yang diamati adalah tinggi bibit, panjang daun, lebar daun, permukaan daun, sudut daun bendera, warna leher daun, warna helaian daun, warna pelepah daun, bentuk lidah daun, sudut batang, jumlah total anakan dan pengamatan lingkungan. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakter padi jenis Tampi tinggi bibit 28 cm pendek, panjang daun sedang, lebar daun sedang, permukaan rambut sedang, sudut daun bendera tegak, warna leher daun hijau muda, warna helaian daun hijau, warna pelapah daun hijau, bentuk lidah daun 2-cleft, sudut batang sedang dan jumlah total anakan sedang. Sekilap tinggi bibit 28 cm pendek, panjang daun sedang, lebar daun sedang, permukaan rambut sedang, sudut daun bendera sedang, warna leher daun hijau muda, warna helaian daun hijau, warna pelapah daun hijau, bentuk lidah daun 2-cleft, sudut batang tegak dan jumlah total anakan rendah. Kata kunci: karakterisasi, padi beras hitam, Tampi, Sekilap, morfologi vegetatif
POPULASI KUTU PUTIH Planococcus citri DAN Dysmicoccus brevipes PADA BERBAGAI TANAMAN INANG Norma, Norma; Syahputra, Edy; Rianto, Fadjar
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2019): Januari 2019
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan populasi serangga tidak selalu sama, hal ini dikarenakan perkembangan populasi dipengaruhi oleh lingkungan dan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk menetukan tanaman inang yang sesuai untuk perkembangan populasi P. citri dan D. brevipes dan membedakan perkembangan P. citri dan D. brevipes pada masing-masing tanaman inang. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pestisida Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak selama 5 bulan, yaitu bulan Juli sampai bulan November 2017. Penelitian ini menggunakan 2 jenis kutu putih yaitu P. citri dan D.brevipes. Empat tanaman inang yang digunakan adalah bibit jeruk manis (Citrus sinensis.L.), tunas kentang (Solanum tuberosum L.), buah labu kuning (Cucurbita moschata Duch.), dan buah golden mama (Cucurbita moschata). Hasil penelitian menunjukkan ukuran tubuh imago P. citri dan D. brevipes yang dipelihara pada buah labu kuning lebih panjang dan lebar dibandingkan pada buah golden mama, bibit jeruk dan tunas kentang. Rata- rata populasi P. citri yang dipelihara pada empat tanaman inang yaitu buah labu kuning 295,2 ekor,bibit jeruk 120,4 ekor, tunas kentang  37 ekor, dan buah golden mama 168,5 ekor. Rata- rata populasi D. brevipes yang dipelihara pada empat tanaman inang yaitu buah labu kuning 425,8 ekor, bibit jeruk 29 ekor, tunas kentang 84,2 ekor, dan buah golden mama 143,5 ekor. Laju pertumbuhan populasi P. citri dan D. brevipes pada empat tanaman inang menunjukkan pertumbuhan yang paling cepat dipelihara pada buah labu kuning dengan koefesien regresi pada P. citri yaitu 66,18 dan D. brevipes yaitu 83,42. Hasil penelitian menunjukkan tanaman inang yang sesuai untuk perkembangan populasi P. citri dan D. brevipes yaitu buah labu kuning karena laju pertumbuhan populasi paling cepat dan ukuran tubuh paling besar.
FLUKTUASI POPULASI DAN KEPARAHAN SERANGAN WALANG SANGIT (Leptocorisa oratorius F.) PADA TANAMAN PADI DI DESA SEJIRAM KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS NOFIARDI, EDI; SARBINO, SARBINO; RIANTO, FADJAR
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perubahan populasi walang sangit, kerusakan dan penurunan hasil akibat serangan walang sangit. Penelitian dilaksanakan di Desa Sejiram Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Lama penelitian 2 bulan dari bulan Mei  sampai Juni 2016. Penelitian dilakukan dengan pendekatan survei. Populasi walang sangit ditentukan pada pengayunan di petak pengamatan di tiga sawah dengan agroekosistem yang berbeda, yaitu padi monokultur, tumpang sari padi dengan jeruk dan tumpang sari padi dengan karet. Penangkapan walang sangit dilakukan pada luasan petak pengamatan 1 m2 dengan 5 kali ulangan yaitu 17 MST, 18 MST, 19 MST, 20 MST dan 21 MST. Variabel pengamatan meliputi jumlah populasi walang sangit  pada semua periode penangkapan, jumlah bulir padi rusak atau hampa dan berat bulir per petak pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan populasi walang sangit tertinggi terjadi pada 18 MST, saat padi sedang mengalami fase pembungaan dan matang susu. Populasi tertinggi terdapat pada sawah tumpang sari padi dengan karet sebesar 18 individu per petak dan terendah pada padi monokultur sebesar 13,8 individu per petak. Populasi walang sangit pada fase tersebut yang akan menyebabkan kerusakan bulir padi pada saat panen. Keparahan serangan walang sangit belum menampakan penurunan hasil pada tiap sawah pengamatan dikarenakan perbedaan varietas dan cara pengelolaannya.   Kata kunci : Agroekosistem, kerusakan,  padi, populasi walang sangit  
DIVERSITY OF RICE LEAF PHILOSPHERE BACTERIA AS BIOCONTROL AGENT PATOGEN Pyricularia oryzae, CAUSE OF BLAS DISEASE Yaskur, Yaskur; Rianto, Fadjar; Syahputra, Edy
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 3 (2018): AGUSTUS 2018
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTRice (Oryza sativa L.) is one of the world's major food crops. Its used as food most for almost all Indonesian people. Productivity of rice plants tend to fluctuate, one of them caused by Pyricularia oryzae. It caused as leaf blast or blast disease on rice. The aim of this research is to get the rice phyllosphere bacteria which possibly have potential as the biocontrol agent to P. oryzae. This research was conducted at Plant Disease Laboratory Faculty of Agriculture, University of Tanjungpura Pontianak. The study was divided into three term, which were leaf sampling, microbial isolation and antagonism testing. There were found 21 isolates of rice leaf filosphere bacteria, there were 12 isolates have capability to decrease growth of pathogens, and 14 isolates had chitinolytic activity. The 5 isolates as a superior biocontrol agent were not as plant pathogenic based on HR test om tobacao.Keywords: Antagonism, Exploration, Fhyllosphere, Chitinolytics.
UJI TAPIS ISOLAT KHAMIR FILOSFER SEBAGAI AGENS BIOKONTROL PATOGEN ANTRAKNOSA PADA PISANG, Colletotrichum musae (Berk. dan Curt.) Arx. Kurnia, Lulu; Rianto, Fadjar; Syahputra, Edy
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 3 (2018): AGUSTUS 2018
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTColletotrichum musae (Berk and Curt.) Arx. is a pathogen that causes anthracnose disease in bananas. Biological control is an alternative because it is friendly to the environment and reduces the negative impact of synthetic pesticides. The objective of this study was to obtain yeast isolates from bananas potentially used as biocontrol agents. The research was conducted at the Laboratory of Faculty of Agriculture Faculty of University of Tanjungpura Pontianak from September 2017 to February 2018. All the obtained yeast isolates were tested as antagonistic potential against C. musae through dual culture method and viability test of conidia C. musae. The hypovirulent test of yeast isolates that have potential as biocontrol agents are carried out on cucumber. The isolation result obtained 9 isolates of yeast. Based on antagonistic test, yeast isolates had inhibition between 53,42-78,67%. Viability test of conidia C. musae on media that has been shed in yeast cells as much as 106 cells/mL one day earlier showed that conidia still germinate 97.5-100%. Calculation of Severity Index of Disease in hypovirulent test for all isolates of yeast showed 0%. Keywords: antagonist, Colletotrichum musae, hypovirulen, spore germination, yeast
Tabah Black Rice Mutant Performance as the results of Cobalt-60 Gamma 200 Gray Radiation in the Tidal Rice Field ., Osini; Rianto, Fadjar; ., Darussalam
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 9, No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this study to get information on the performanceof morphological and agronomic characteristics of black rice mutant Tabah. Tabah black rice have been irradiated with Co-60 200 Gray . The study was carried out on theBalai Benih Induk, Sungai Kakap Kabupaten, Kubu Raya, from November 2017 -May 2018. The black rice seedling planted ontidal rice field.Observed performance of plant held on the sample, were 40 sample plants. Eachhole be planted by 1 seedling.Planting distane was 25 x 25 cm.The results of the study shows that the average height of seedlings was 33.31 cm. The average of leaf length is 45.58 cm, leaf widthwas 1.62 cm. Medium and hairy leaf surface, erect leaf angle shape, medium flag leaf angle, flat and drooping, light green leaf neck color, white leaf ear color, dark green leaf color, and stout black rice leaf midrib, green. The average length of the leaf ligulaewas 2.34 cm, white and the shape of the ligulae leaves 2-cleft. The number of tillers that appeared on average were 11.58 tillers,  the ability to breed, which was little to moderate. The average plant height was 119.45 cm, the shape of the stem is erect, the color of the item was yellow, and the stiffness of the stem was strong. The panicle emerge of the whole panicle comes out, and the neck was moderate, has an average length of 26.67 cm. compact and medium panicle type, panicle shaft droops. The color of the grain tip has a brown criterion, the average seed length is 9.9 mm / 1 cm. The average seed width is 2.92 mm. The average seed thickness is 1.92 mm. the weight fertilized grain of 100 seeds 2.6g. Average plant age 151.Keywords: Agronomic Characteristics, Black Rice, Mutant, Radiation, Mophological Characteristi
INVIGORASI BENIH PADI MENGGUNAKAN MIKROBA FUNGSIONAL Herawati, Ety; Rianto, Fadjar; Palupi, Tantri
Jurnal Agrotek Tropika Vol 9, No 2 (2021): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 9, MEI 2021
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v9i2.4935

Abstract

Penggunaan benih bermutu rendah dengan viabilitas dan vigor yang rendah akan menghasilkan produktivitas yang rendah. Untuk benih yang sudah mengalami kemunduran perlu dilakukan peningkatan vigor benih. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan viabilitas dan vigor benih padi yang mengalami penurunan kualitas melalui perlakuan hidrasi dengan cara direndam di dalam larutan mikroba fungsional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2019 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura dan UPT PSB Provinsi Kalimantan Barat. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dengan empat ulangan. Faktor yang diuji adalah perlakuan perendaman benih dalam larutan mikroba fungsional yang terdiri dari 12 perlakuan, dengan daya kecambah benih: 93% (kontrol tanpa isolat), 93% + 4A isolat, 75 % (kontrol tanpa isolat), 75% + isolat WH24, 75% + isolat WH31C, 75% + 4A isolat, 75% + IAA, 63% (kontrol tanpa isolat), 63% + isolat WH24, 63% + isolat WH31C, 63% + 4A isolat, dan 63% + IAA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi menggunakan larutan mikroba fungsional mampu meningkatkan viabilitas dan vigor benih padi yang telah mengalami kemunduran (daya berkecambah 75%), dan bahkan dapat menyamai viabilitas dan vigor benih bermutu dengan daya berkecambah 93%. Perendaman dalam larutan isolat 4A pada benih padi dengan daya berkecambah 75% adalah perlakuan terbaik dalam meningkatkan indek vigor dengan nilai yang lebih tinggi yaitu 81,5%, dibandingkan dengan benih kontrol 93% yaitu sebesar 65,5%.
Studi Serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri Padi (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) di Singkawang ardianto, ardianto; Rianto, Fadjar; Syahputra, Edy
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 10, No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKGejala serangan mirip penyakit Hawar daun bakteri (HDB) padi telah ditemukan di beberapa tempat di Singkawang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi patogen penyakit mirip HDB yang dilaporkan telah menyebar di Singkawang. Penelitian yang dilakukan meliputi mengukur tingkat serangan dan sebaran penyakit HDB pada daerah yang ada kasus serangan, serta karakterisasi patogen penyebab penyakit. Serangan penyakit tertinggi mencapai 26.6% dengan insiden serangannya 81% dan serangan terendah 3.3% dengan insiden serangannya 23%. Didapatkan 10 dari 15 isolat bakteri yang mencirikan koloni bakteri Xoo. Hasil identifikasi (isolasi) pada media selektif Wakimoto, uji Gram dan uji Postulat Koch menunjukan bahwa patogen penyebab penyakit HDB adalah Xoo.
Seleksi Potensi Trichoderma spp. Sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman SOFIAN, NANA; Rianto, Fadjar; Zakiatulyaqin, -
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Trichoderma spp. bersifat kosmopolit. Genus ini mudah untuk ditemukan pada berbagai habitat. Diantara spesies Trichoderma mempunyai potensi dimanfaatkan sebagai pupuk hayati. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat Trichoderma spp. yang mempunyai     potensi sebagai pupuk hayati. Sampel yang berasal dari rizosfer, serasah, tanah di saluran irigasi persawahan disolasi menggunakan media Martin Agar. Sampel yang berasal dari jaringan akar dan batang beberapa tanaman (kelapa sawit, kelapa dalam, pisang, dan gulma) diisolasi pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dengan cara disterilisasikan permukaan jaringan terlebih dahulu. Cendawan yang tumbuh yang mengindikasikan Trichoderma spp. dimurnikan kembali menggunakan media PDA, diperoleh 74 isolat Trichoderma  spp. Isolat-isolat ini diuji kemampuannya melarutkan P dan K, mendegradasi selulosa, dan menghasilkan senyawa indol. Hasil uji kemampuan melarutkan P menggunakan media Pikovskaya dengan sumber P terikat Ca diperoleh 42 isolat, sumber P yang terikat Fe sebanyak 43 isolat. Uji kemampuan melarutkan K digunakan media Aleksandrop dengan sumber K dari batuan feldspar diperoleh 24 isolat. Uji kemampuan  mendegradasi selulosa menggunakan media CMC dan diperoleh 60 isolat. Uji kemampuan produksi IAA menggunakan media PDB  tidak ditemukan isolat Trichoderma spp. yang  menghasilkan senyawa indol. Terdapat 6 isolat Trichoderma spp. yang unggul sebagai pupuk hayati (melarutkan P, K dan degradasi selulosa), yaitu RKSC, RRB3, RRB2, RRA, RRB7, RRA3. Uji hipovirulensi terhadap 6 isolat menggunakan bibit timun menunjukan 2 isolat RKSC & RRB3 tergolong patogen dan isolat lainnya RRB3, RRB2, RRA, RRB7, RRA3 tergolong nonpatogen. 
ISOLASI DAN POTEGENISITAS Fusarium Oxysporum PENYEBAB PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA BAWANG MERAH DI TANAH GAMBUT KALIMANTAN BARAT Riki Warman; Fadjar Rianto; Iwan Sasli
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v24n3.2021.p289-297

Abstract

Pathogenicity of  Fusarium oxysporum causes wilt disease in shallots at peat soils in West Kalimantan. Fusarium wilt is a disease that can attack all phases of shallots growth. This disease develops easily in peatlands due to the low pH, high humidity and high carbon availability. The aim of this study was to examine the level of pathogenicity of Fusarium oxysporum isolated from shallots from mineral soils in Bengkayang Regency, West Kalimantan. Experiment research method  used a completely randomized design consisting of 5 treatments with concentrations of F. oxysporum spores (105 spores ml-1, 107 spores ml-1, 109 spores ml-1, 1011 spores ml-1, and control (whitout F. oxysporum inoculation). Each treatment was repeated 6 times. Inoculation of the F. oxysporum  was carried out by spraying evenly on the growing media at a dose of 100 ml of conidia suspension per 1 kg of growing media before planting. The variables observed were the incubation period of the disease (days), the incidence of disease (%), disease severity (%), the rate of infection and the value of area under the disease progress curve (AUDPC). The results showed that  pathogenicity of  concentration of 1011 spores ml-1 caused the fastest incubation period (12.57 days after planting) and the highest disease incidence (90%), significantly different from 105 spores ml-1 and 107 spores ml-1, but not significant compared to with a concentration of 109 spores ml-1. The concentration of 1011 spores ml-1 also caused the highest disease severity, 76.88%, the highest infection rate were 6.54% per day during the observation period. The value of area under the disease progress curve of the 1011 spore ml-1 concentration was the highest (216.6% per day) compared to other concentration levels. The concentration of 109 spores ml-1 was sufficient to accelerate the incubation period of fusarium wilt disease in shallots if planted in peat soil, whereas in the control treatment there wasno Fusarium wilt disease attack. Key words: disease incidance, disease progress curve, incubation period, infection rate, peat soilABSTRAKLayu fusarium merupakan penyakit dapat menyerang seluruh fase pertumbuhan tanaman bawang merah. Penyakit ini berkembang dengan mudah di lahan gambut karena pH rendah, kelembaban tinggi dan tingginya ketersediaan karbon. Penelitian  bertujuan menguji tingkat patogenitas Fusarium oxysporum yang diisolasi dari bawang merah yang berasal dari tanah mineral di Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Percobaan  menggunakan rancangan acak lengkap terdiri dari 5 taraf perlakuan konsentrasi spora F. oxysporum (105 spora ml-1, 107 spora ml-1, 109 spora ml-1, 1011 spora ml-1, dan kontrol (tanpa inokulasi F. oxysporum). Setiap perlakuan di ulang 6 kali. Inokulasi jamur F. oxysporum dilakukan dengan cara disemprotkan secara merata pada media tanam dengan dosis 100 ml suspensi konidia per 1kg media tanam sebelum penanaman. Variabel yang diamati yaitu periode inkubasi penyakit (hari), insiden serangan penyakit (%), keparahan penyakit (%), laju inveksi dan nilai kurva perkembangan penyakit layu fusarium (AUDPC). Hasil penelitian  menunjukkan bahwa konsentrasi 1011 spora ml-1 menyebabkan masa inkubasi tercepat (12,57 hari setelah tanam) serta insiden penyakit tertinggi (90%), berbeda secara nyata dengan 105 spora ml-1dan 107 spora ml-1, tetapi tidak signifikan dibandingkan dengan konsentrasi 109 spora ml-1. Konsentrasi 1011 spora ml-1 juga menyebabkankan tingkat keparahan penyakit tertinggi, 76,88%, tingkat infeksi terbesar (6,54% per hari) sepanjang periode pengamatan. Nilai area di bawah kurva kemajuan penyakit dari konsentrasi 1011 spora ml-1adalah yang tertinggi (216,6% per hari) dibandingkan dengan tingkat konsentrasi lainnya. Namun, konsentrasi 109 spora ml-1 cukup untuk mempercepat masa inkubasi penyakit layu fusarium pada bawang merah, sedangkan pada perlakuan kontrol (tanpa inokulasi jamur F. oxysporum) tidak terjadi serangan penyakit layu Fusarium. Kata Kunci: insiden penyakit, kurva perkembangan penyakit, periode inkubasi, laju infeksi, tanah gambut