Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search
Journal : Jurnal Kedokteran Diponegoro

FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Nisrina Darin Nahda; Fathur Nur Kholis; Natalia Dewi Wardani; Hardian Hardian
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 6, No 4 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.947 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i4.18383

Abstract

Latar Belakang : Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular penyebab kematian. Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi depresi. Ada beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, ada komplikasi dan penyakit komorbid serta efek samping obat diduga berhubungan dengan kejadian depresi.Tujuan:  Untuk membuktikan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap kejadian depresi pada pasien Tuberkulosis di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Metode : Penelitian belah lintang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Maret s/d Juni 2016. Subyek penelitian adalah 52 orang pasien tuberkulosis yang menerima terapi rawat jalan dan rawat inap. Variabel bebas adalah umur, jenis kelamin, komplikasi tuberkulosis dan penyakit komorbid, serta efek samping obat. Variabel terikat adalah  kejadian depresi yang diukur dengan skor DASS. Skor DASS ³14 dikategorikan sebagai depresi, < 14 sebagai tidak depresi. Uji t-tidak berpasangan, c2,  korelasi Rank-Spearman dan uji rgreswi logistik multivariat digunakan untuk analisis data.Hasil : Rerata±SB skor DASS subyek penelitian adalah 16,1±10,92. Berdasarkan kategori skor DASS dijumpai subyek dengan depresi  adalah 27 orang (51,9%). Rerata umur subyek depresi adalah 49,3±18,15 dan tidak depresi adalah 36,2±11,88 tahun (p=0,04). Ada korelasi positif derajat sedang antara umur dengan skor DASS (koefisien korelasi=0,47; p<0,001).  Adanya  komplikasi tuberkulosis dan penyakit komorbid berhubungan secara bermakna dengan kejadian depresi pada pasien Tuberkulosis (p<0,001). Hasil analisis uji regresi logistik multivariat hanya komplikasi tuberkulosis dan penyakit komorbid yang berpengaruh terhadap kejadian depres i(OR= 20,1; 95% IK= 3,4 s/d117,6; p=0,001).Kesimpulan : Adanya komplikasi dan penyakit komorbid berpengaruh terhadap kejadian depresi pada penderita Tuberkulosis.
DISTRIBUSI GEOGRAFIS DAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN KARSINOMA HEPATOSELELULER ETIOLOGI VIRUS HEPATITIS B DI RS.DR KARIADI Muhammad Nadhim RP; Ch. Suharti Ch. Suharti; Hardian Hardian
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.84 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15494

Abstract

Latar Belakang : Karsinoma hepatoseluler (KHS) menduduki peringkat kelima dari seluruh keganasan di seluruh dunia. KHS merupakan 10-20% dari seluruh penyakit hepar di Indonesia. Belum terdapat data distribusi geografis pasien KHS etiologi virus Hepatitis B di Jawa Tengah.Tujuan : Mengetahui distribusi geografis dan hubungan lokasi asal pasien dengan tingkat keparahan KHS etiologi virus Hepatitis B di RSUP Dr Kariadi Semarang.Metode : Penelitian retrospektif melalui rekam medis pasien KHS yang dirawat di RSUP Dr Kariadi Semarang tahun 2013-2015. Variabel yang dianalisis meliputi Distribusi tempat tinggal pasien (desa/kota), Karakteristik Klinik : usia, jenis kelamin, ,Tingkat keparahan: skor Child-Pugh,Staging BCLC, dan kadar AFP . Data diolah menggunakan program SPSS, tingkat kemaknaan p<0,05.Hasil : Didapatkan 103 pasien KHS dengan distribusi geografis asal pasien terbanyak dari Demak (22,3%), Semarang (17,5%), Grobogan (14,6%). Rasio laki-laki : perempuan 4,4 : 1, rerata umur 47±12,8, Child-Pugh A, 14 (13,6%) , Child-Pugh B, 54 (52,4%), Child-Pugh C 35 (34,0%) , 7 (6,8%) BCLC A (early stage), BCLC B (intermediate stage)41 (39,8%) . BCLC C (advanced stage) 21 (20,4%) . 34(33%) BCLC D (terminal stage) atau stadium akhir. AFP 70% > 400. Tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara distribusi geografi pasien (desa/kota) dengan karakteristik klinik dan tingkat keparahan.Simpulan : Didapatkan gambaran distribusi geografis pasien dengan KHS yang berobat di RSUP Dr Kariadi dengan urutan 3 terbanyak adalah Demak , Semarang, Grobogan. Tidak didapatkan hubungan antara distribusi geografis pasien dengan karakteristik klinik dan tingkat keparahan KHS ( Usia, Jenis Kelamin, Staging BCLC , Kadar Child-Pugh dan Kadar AFP). 
PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH SETELAH MENGONSUMSI COCA-COLA REGULER DAN COCA-COLA ZERO PADA POPULASI NON-DIABETES Gabriella Carolina Hutapea; Ariosta Ariosta; Hardian Hardian
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14450

Abstract

Latar belakang : Diabetes melitus (DM) tipe II dan obesitas merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh sejumlah faktor gaya hidup diantaranya adalah aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol, pola diet. Coca-cola merupakan salah satu minuman yang digemari dan mengandung tinggi karbohidrat yang diduga meningkatkan risiko obesitas dan kejadian DM tipe II. Coca cola zero merupakan solusi yang diberikan oleh coca cola untuk mengurangi peningkatan glukosa darah.Tujuan : Mengetahui perbedaan kadar glukosa darah setelah mengonsumsi 1 kaleng (330ml) coca-cola reguler dan coca-cola zero pada populasi non diabetes.Metode : Penelitian eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Rancangan penelitian menggunakan two group Pre-test and Post-test group design (cross over). Data diambil dari mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Diponegoro pada bulan April 2016. Analisa data menggunakan paired t-test dan uji Wilcoxon.Hasil : Subyek penelitian sebanyak 14 sampel, 6 laki-laki dan 8 perempuan.Perbandingan delta semua menggunakan uji Wilcoxon karena distribusi data tidak normal.Hasil didapatkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada perbandingan delta GDPP 1jam-GDP (p=0,009) dan delta kadar GDPP 2jam-GDPP (p=0,005) antar kelompok coca-cola reguler dan kelompok coca-cola zero, sedangkan pada perbandingan delta GDPP 2jam-GDP antar kelompok coca-cola reguler dan kelompok coca-cola zero didapatkan perbedaan tidak bermakna (p=0,4).Kesimpulan : Didapatkan perbedaan bermakna pada kadar glukosa darah post-prandial 1 jam setelah konsumsi 1 kaleng (330ml) coca-cola reguler dan coca cola zero.
PERBANDINGAN FUNGSI KOGNITIF PADA PENDERITA HIPERTENSI TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL Adinda Wafdani Putri; Ratih Vierda Octaviani; Hardian Hardian
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.715 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18527

Abstract

Latar Belakang Hipertensi yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah pada tubuh manusia, termasuk salah satunya pembuluh darah pada otak. Terganggunya pembuluh darah pada otak dapat menyebabkan kemunduran kemampuan kognitif. Tujuan Untuk mengetahui apakah ada perbedaan fungsi kognitif pada penderita hipertensi terkontrol dan tidak terkontrol.Metode Penelitian observasional dengan rancangan belah lintang menggunakan data primer pasien yang memiliki riwayat penyakit hipertensi dan datang ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi pada bulan April sampai Juni 2016. Variabel bebas adalah status hipertensi pasien dan variabel terikat adalah nilai fungsi kognitif yang diukur dengan skor MoCA-Ina. Normalitas data diuji dengan uji Saphiro-Wilk (n=28). Hipotesis penelitian diuji dengan uji t tidak berpasangan apabila berdistribusi normal, dan uji Mann-Whitney bila distribusi tidak normal. Perbandingan katergori skor fungsi kognitif antara kelompok hipertensi terkontrol dan tidak terkontrol diuji dengan uji Chi-Square.Hasil Terdapat 36 pasien dengan riwayat hipertensi, sebanyak 28 pasien masuk ke dalam kriteria inklusi. Dari 28 pasien tersebut, sebanyak 12 pasien memiliki riwayat hipertensi terkontrol dan 16 pasien dengan riwayat hipertensi tidak terkontrol. Pada subjek dengan hipertensi tidak terkontrol sebanyak 87,5% mengalami gangguan fungsi kognitif, sedangkan pada kelompok terkontrol yang mengalami gangguan fungsi kognitif berjumlah lebih sedikit yaitu 66,7%. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan distribusi riwayat hipertensi dengan fungsi kognitif berdasarkan kategori skor MoCA-Ina adalah tidak bermakna (p=0,354).Kesimpulan Tidak ada perbedaan yang signifikan fungsi kognitif pada penderita hipertensi terkontrol dan hipertensi tidak terkontrol.