Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH TERAPI KOMBINASI RELAKSASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN HEMODIALISA Ariwijaya, Rama; Fitri, Eka Yulia; Adhisty, Karolin
Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA (JKSP) Vol 3 No 1 (2020): Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.869 KB) | DOI: 10.32524/jksp.v3i1.637

Abstract

Hemodialysis is the process of removing metabolic waste from other toxic substances through a semipermeable membrane as a separator between blood and dialysate fluid which is deliberately made in a dializer. Management of hemodialysis, can cause pain in the fistula puncture area, it can cause anxiety in patients. Furthermore, the length of the hemodialysis process, the threat of death, changes in self-concept, dependence on others, difficulties in maintaining work, financially, changing roles and changing social interactions can also be a cause of the emergence of psychological effects namely anxiety in hemodialysis patients. This study aims to determine the effect of relaxation combination therapy on the anxiety level of hemodialysis patients. This research is a quantitative quasi experimental study using a pretest-posttest control group design. This research was conducted at Palembang Pusri Hospital on 40 patients based on purposive sampling technique. The results showed there was a significant influence between anxiety levels on the administration of relaxation combination therapy interventions by showing that the anxiety level of the intervention group was dominated by mild anxiety at posttest, and in the control group dominated by moderate anxiety at posttest. Data analysis using the mann-whitney test showed that there were significant differences between the anxiety levels of hemodialysis patients before and after relaxation combination therapy with p value = 0.013. This study proves that combined relaxation therapy has a significant effect in reducing anxiety levels in patients with CKD undergoing hemodialysis and can be used as nursing interventions.
RANCANG BANGUN APLIKASI PERENCANAAN PULANG MODEL LIMA BERBASIS WEB Eka Yulia Fitri; Dhona Andhini; Dian Wahyuni
Jurnal Ners Indonesia Vol 12, No 1 (2021): SEPTEMBER 2021
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jni.12.1.10-21

Abstract

Perencanaan pulangyang efektif mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien, pernyataan diagnosa keperawatan, dan perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien yang sesuai. Kesuksesan tindakan perencanaan pulang adalah menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit. Pelaksanaan perencanaan pulang oleh perawat harus dilakukan secara sistematis, terstruktur, dan berkolaborasi multidisiplin antar profesional pemberi layanan kesehatan. Namun, saat ini perencanaan pulang yang dilaksanakan belum maksimal, tidak efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pemberian perencanaan pulang bagi pasien. Penelitian ini bertujuan merancang bangun aplikasi perencanaan pulang model LIMA yang dapat membantu perawat dalam memberikan perencanaan pulang bagi pasien. Pengembangan aplikasi berbasis webyang diakses oleh perawat pada saat proses perencanaan pulang. Desain penelitian adalah penelitian rancang bangun mengembangkan aplikasi perencanaan pulang LIMA berbasis web. Hasil penelitian diharapkan dapat mempermudah perawat dalam melakukan perencanaan pulang kepada pasien.
HUBUNGAN ANTARA KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN SYSTEMIC INFLAMMATORY RESPONSE SYNDROME PADA PASIEN POST KRANIOTOMI Eka Yulia Fitri; Tri Wahyu Murni; Ai Mardhiyah
Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan: Setiap tindakan operasi akan mencetuskan terjadinya respon stres. Pada pasien yang menjalani kraniotomi respon stres yang terjadi adalah hipermetabolisme dan katabolisme, perubahan pada sistem endokrin dan metabolik sehingga mendorong terjadinya peningkatan kadar glukosa darah. Hiperglikemia dapat merusak fungsi imunitas tubuh, mengurangi proliferasi limfosit dan menurunkan aktivitas bakterial intraseluler, sehingga merusak respon inflamasi normal dan terjadi inflamasi secara sistemik (SIRS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar glukosa darah dengan derajat SIRS pada pasien post kraniotomi yang dirawat di intensive care unit pada rumah sakit X di Palembang.Metode: Penelitian ini merupakan analitik korelasi dengan desain observasional dan pendekatan kohort prospektif. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah 20 orang pasien trauma kepala yang menjalani kraniotomi dan memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dilakukan pada September sampai November 2013 dengan menilai kadar glukosa darah dan derajat SIRS pada 24 jam dan 72 jam post kraniotomi.Hasil: 90% responden mengalami peningkatan kadar glukosa baik pada 24 jam dan 72 jam post kraniotomi, 60% responden mengalami SIRS ringan pada 24 jam post kraniotomi dan 55% responden tidak mengalami SIRS pada 72 jam post kraniotomi. Uji korelasi Rank Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara peningkatan kadar glukosa darah dengan beratnya derajat SIRS (Rs= -0,112, p= 0,640 dan Rs=0,257, p= 0,274). Tidak terdapat hubungan antara peningkatan kadar glukosa darah dengan beratnya derajat SIRS pada pasien post kraniotomi yang dirawat intensive care unit pada rumah sakit X Palembang.Simpulan: Perawat mempunyai peran dalam mengidentifikasi SIRS dan faktor lain yang mempengaruhi SIRS selain kadar glukosa darah.Kata kunci: Kadar glukosa darah, kraniotomi, SIRS, trauma kepala.
Respon Stres Pada Pasien Kritis Eka Yulia Fitri
Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Respon stres baik akibat trauma fisik atau sepsis akan menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem metabolik dan hormonal dalam rangka mempertahankan homeostasis tubuh. Respon stres yang berlangsung intensif dan lama akan berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Pada pasien dalam kondisi kritis, sulit untuk melakukan mekanisme pertahanan, sehingga dapat dengan mudah mengalami ketidakseimbangan yang dapat mengancam homeostasis tubuh. Respon metabolik diawali dengan fase ebb, yang ditandai dengan hipoperfusi jaringan dan penurunan aktivitas metabolik secara keseluruhan dan berlangsung selama 12-24 jam, dan berlanjut pada fase flow dengan puncak fase ini adalah sekitar 3-5 hari. Selain itu terjadi hipermetabolisme protein dan glukosa, serta perubahan pada cairan dan elektrolit. Respon hormonal, akan diaktivasi aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) yang salah satu dampaknya adalah mencetuskan sinyal anti inflamasi sistemik, ditandai dengan penurunan kadar beberapa mediator proinflamasi. Mediator inflamasi (TNF-α, IL-1, dan IL-6) mengeluarkan substrat dari jaringan host untuk membantu aktivitas limfosit T dan B. Mediator inflamasi berperan dalam terjadinya systemic inflammatory response syndrome (SIRS), dan dapat berkembang menjadi multiple organ dysfunction syndrome (MODS).   Kata Kunci: HPA, SIRS, stres, hipermetabolisme.
PENGARUH TERAPI NATURE SOUNDS TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA PASIEN DENGAN SINDROMA KORONARIA AKUT Eka Yulia Fitri; Dhona Andhini
Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terapi nature sounds berpengaruh positif terhadap gangguan tidur yang sering dialami oleh pasien sindroma koronaria akut (SKA). Metode: Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan desain one group pretest-posttest. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling pada pasien dengan SKA yang dirawat di ruang CVCU RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang berjumlah 13 responden. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata-rata kualitas tidur (29,18±13,47,  p value 0,000) dan tingkat kebisingan (19,69±16,68, p value 0,001) sebelum dan setelah pemberian terapi nature sounds. Simpulan: Terapi nature sounds dianjurkan untuk diberikan kepada pasien SKA yang mengalami gangguan tidur karena bersifat sedatif, aman, dan mudah digunakan. Kata kunci: Hospitalisasi, kualitas tidur, nature sounds, SKA, terapi komplementer.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SYSTEMIC INFLAMMATORY RESPONSE SYNDROME DI RUANG ICU RSUD LAHAT Burman Hedi; Eka Yulia Fitri; Hikayati Hikayati
Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakTujuan: Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) merupakan respon inflamasi sistemik yang diakibatkan adanya insults atau stimulus yang berbahaya bagi tubuh. Deteksi sedini mungkin adanya tanda SIRS merupakan upaya penting yang bertujuan menurunkan tingginya angka mortalitas pasien kritis di ruang ICU. SIRS  yang tidak segera ditangani akan mengakibatkan  sepsis, sepsis berat, syok septik dan Multiple Organ Dysfuntion Syndrome (MODS),  Multiple Oran Failure (MOF) hingga menyebabkan kematian.Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik korelasi menggunakan metode observasional dan pendekatan cross sectional  untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SIRS meliputi usia, jenis kelamin, kasus infeksi, kasus non infeksi serta kasus bedah dan kasus non bedah. Populasi penelitian adalah pasien yang dirawat di ICU, pengambilan sampling menggunakan metode consecutive sampling berjumlah 47 responden. Hasil: Hasil penelitian didapat kejadian SIRS sebanyak 66%, usia dewasa akhir ? 61 tahun sebanyak 57,4%, jenis kelamin laki-laki 63%, kasus infeksi 51,1% dan kasus bedah 61,7%. Hasil anasisis  menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% (p value = 0,05)  menunjukkan adanya hubungan bermakna antara usia dengan kejadian SIRS (p value = 0,009), jenis kelamin dengan kejadian SIRS (p value = 0,007), kasus infeksi dengan kejadian SIRS (p value = 0,010) dan kasus bedah dengan kejadian SIRS (p value = 0,014).Simpulan: Faktor usia, jenis kelamin, kasus infeksi serta kasus bedah perlu dipertimbangkan untuk identifikasi SIRS sebagai deteksi dini sepsis.Kata kunci: Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), usia, jenis kelamin, kasus infeksi dan non infeksi, kasus bedah dan non bedah
Faktor yang berhubungan dengan systematic inflammatory response syndrome pada pasien yang dirawat di ICU Eka Yulia fitri; Putri Widita Muharyani; Dhona Andhini
Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan: Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap terjadinya SIRS pada pasien yang dirawat di ICU dengan cepat dan penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien yang berisiko atau pasien yang berada dalam kondisi kritis dapat membantu mencegah perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan kesempatan untuk sembuh.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa saja faktor yang berhubungan dengan systemic inflammatory response syndrome pada pasien yang dirawat di ruang ICU. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data rekam medis pasien yang dirawat di ICU periode tahun 2016 pada RSUP Dr. Mohammad Hoesin dan RS Bhayangkara Palembang, berjumlah 31 sampel. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan secara statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia (p value = 0,011), jenis kelamin (p value = 0,009), kasus bedah (p value = 0,029), kasus trauma (p value = 0,033), dan terapi ventilator mekanik (p value = 0,029) dengan kejadian SIRS. Sedangkan faktor skor GCS dan kadar glukosa darah tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian SIRS pada pasien yang dirawat di ICU. Simpulan: Pengkajian terhadap usia, jenis kelamin, kasus bedah dan trauma, serta pemantauan terhadap terapi ventilator mekanik sangat perlu dilakukan agar dapat mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami SIRS. Kata kunci: ICU, infeksi, SIRS, trauma. Abstract Aim: In ICU hospitalized’s patients, a quick recognition of some factors that maybe influence toward SIRS and appropriate early theraphy to it can  prevent patients from bad condition. The purpose of this research was to determine some factors of systemic inflammatory response syndrome in ICU hospitalized patients. Methods: This research was conducted as a corelative descriptive using cross sectional design. Samples was taken from medical record of 31 patients who were hospitalized at ICU in Dr. Mohammad Hoesin Palembang Hospital and Bhayangkara Hospital.  Results: Statistical analysis showed that there were a relationship between age (p value = 0,011), sex (p value = 0,009), surgery (p value = 0,029), trauma (p value = 0,033), and also mechanical ventilator (p value = 0,029) wih SIRS.Whereas there were not a relationship between GCS’s score and blood glucose level with SIRS..  Conclusion: It is necessary to assess and observe of age, sex, surgery case, trauma case, and mechanical ventilator theraphy in ICU hospitalized’s patients in order to identify high risk of SIRS. Key words: ICU, infection, SIRS, trauma.
PENGARUH PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA WANITA PEKERJA SEKS TIDAK LANGSUNG Hafiza Khoradiyah; Jum Natosba; Eka Yulia Fitri
Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan: Infeksi menular seksual (IMS) merupakan suatu gangguan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit yang dapat ditularkan melalui hubungan seks (baik melalui vagina, oral maupun anus) dengan berganti-ganti pasangan. Penelitiaan ini dalah pendidikan kesehatan salah satunya dengan metode peer education untuk meminimalisir penyebaran dan komplikasi yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peer education terhadap pengetahuan tentang infeksi menuar seksual pada wanita pekerja seks tidak langsung.   Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental dengan pre dan post tests one groups. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita pekerja seks tidak langsung di panti pijat kota Palembang yang berjumlah 44 orang.   Hasil: Hasil analisis menggunakan uji t-paired menunjukkan bahwa peer education berpengaruh terhadap pengetahuan WPS tidak langsung dengan p value = 0,001 baik pada peer educator maupun pada anggota.   Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian bahwa peer education dapat dijadikan sebagai salah satu metode mempengaruhi pengetahuan WPS tidak langsung terhadap penyakit IMS dan diharapkan penerapan peer education dapat lebih sering diterapkan dan menjadi salah satu program pelayanan kesehatan dinas sosial dan dinas kesehatan untuk mencegah penyebaran dan komplikasi penyakit IMS.
Pengaruh Hypnoparenting Terhadap Status Gizi Balita Arie Kusumaningrum; Eka Yulia Fitri
Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan: Dampak dari gizi kurang yang terjadi pada balita yaitu terhambatnya perkembangan otak, pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, perkembangan mental serta meningkatnya angka kesakitan dan kematian balita. Karena masalah ini dihawatirkan bangsa Indonesia akan mengalami loss generation (Depkes RI, 2002). Suatu metode hipnosis yaitu hypnoparenting dapat mengubah berbagai perilaku negatif anak yang menolak makan guna meningkatkan asupan nutrisi dan status gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh hypnoparenting terhadap status gizi balita di Indralaya dengan parameter BB/U, TB/U dan BB/TB.   Metode: Desain penelitian ini adalah quasy experiment dengan non randomised pre test post test design. Populasi pada penelitian ini adalah balita di wilayah kerja puskesmas Indralaya dan sampel didapatkan secara purposive sampling sebanyak 21 responden (10 intervensi, 11 kontrol).   Hasil: Dari penelitian ini didapatkan hasil karakteristik umur rata-rata responden 45,57±18,92, berat badan 15,81±4,00, tinggi badan 99,00±7,69 dan laki-laki 8 (38,09%) dan perempuan 13 (61,90%). Analisis statistik non parametrik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata status gizi sebelum dan sesudah dilakukan hypnoparenting dan tidak terdapat perbedaan rata-rata status gizi antara  kelompok intervensi dan kelompok kontrol.   Simpulan: Perlu adanya investigasi lebih lanjut tentang rentang waktu pelaksanaan hypnoparenting yang efektif dan penelitian lanjut kehadiran peneliti pada saat hypnoparenting.   Kata Kunci: balita, gizi, hypnoparenting
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SYSTEMIC INFLAMMATORY RESPONSE SYNDROME PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI ICU Eka Yulia Fitri; Putri Widita Muharyani; Dhona Andhini
Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan: Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap terjadinya SIRS pada pasien yang dirawat di ICU dengan cepat dan penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien yang berisiko atau pasien yang berada dalam kondisi kritis dapat membantu mencegah perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan kesempatan untuk sembuh.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa saja faktor yang berhubungan dengansystemic inflammatory response syndrome pada pasien yang dirawat di ruang ICU. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal daridata rekam medis pasien yang dirawat di ICU periode tahun 2016 pada RSUP Dr. Mohammad Hoesin dan RS Bhayangkara Palembang, berjumlah 31 sampel. Hasil: Hasil penelitian menunjukkansecara statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia (p value = 0,011), jenis kelamin (p value = 0,009), kasus bedah (p value = 0,029), kasus trauma (p value = 0,033), dan terapi ventilator mekanik (p value = 0,029) dengan kejadian SIRS. Sedangkan faktor skor GCS dan kadar glukosa darah tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian SIRS pada pasien yang dirawat di ICU. Simpulan:Pengkajian terhadap usia, jenis kelamin, kasus bedah dan trauma, serta pemantauan terhadap terapi ventilator mekanik sangat perlu dilakukan agar dapat mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami SIRS. Kata kunci:ICU, infeksi, SIRS, trauma.