cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 41 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik" : 41 Documents clear
PENGARUH LATIHAN BEBAN PADA LANSIA TERHADAP KADAR TNF-α Kilapong, Russell B. J. D.; Supit, Siantan; Rampengan, J. J. V.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.9337

Abstract

Abstract: In elderly, the biological function of the systems in human body will decrease. Physical exercise is a systematical and programmed exercise to increase the body function and skills. Overtraining will influence the inflammatory response marked by the release of proinflammatory cytokines inter alia TNF-α. This was an experimental study with a post test design. Respondents were elderly in Panti Werdha Bethania Lembean trained for physical exercise by using dumbbells of 1-2 kg for 10-15 minutes, 3 times a week. Of 25 respondents, before the physical exercise there were 4 respondents with TNF-α above normal level (>100 pg/ml) and 21 respondents within normal level (10-100 pg/ml). After the 5-week physical exercise, there were 21 respondents with decreased TNF-α level and 4 respondents with increased TNF-α level. Moreover, there were no elderly with TNF-α level <10 pg/ml before and after physical exercise. Conclusion: Among elderly in Panti Werdha Bethania Lembean the averages of TNF-α level before and after physical training were within normal limit. However, there was a decrease of the average level of TNF-α after physical training.Keywords: physical training, elderly, TNF-αAbstrak: Pada lanjut usia (lansia), setiap individu akan mengalami penurunan fungsi biologis dari berbagai sistem dalam tubuh. Latihan fisik merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam meningkatkan fungsional tubuh dan keterampilan. Latihan olahraga berat akan merangsang respon inflamasi yang ditandai dengan pelepasan sitokin pro-inflamasi antara lain TNF-α. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan post test design. Penelitian dilakukan terhadap lansia di Panti Werdha Bethania Lembean selama 5 minggu. Latihan beban 1-2 kg selama 10-15 menit dilakukan 3 kali seminggu. Dari 25 responden, sebelum latihan beban terdapat 4 orang dengan kadar TNF-α di atas batas normal (>100 pg/ml) dan 21 orang dalam batas normal (10-100 pg/ml). Setelah melakukan latihan beban terdapat 21 responden dengan penurunan kadar TNF-α dan 4 responden dengan kenaikan kadar TNF-α. Sebelum dan sesudah latihan beban tidak terdapat responden dengan kadar TNF-α <10 pg/ml. Simpulan: Pada lansia Panti Werdha Bethania Lembean rerata kadar TNF-α sebelum dan sesudah latihan beban masih dalam batas normal. Walaupun demikian, terdapat penurunan rerata kadar TNF-α sesudah latihan beban.Kata kunci: latihan beban, lansia, TNF-α
GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) JAMAAH MESJID AL- FATAH MALALAYANG Lasabuda, Trigisa; Wowor, Pemsi M.; Mewo, Yanti
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.10146

Abstract

Abstract: Obesity is one manifestation of nutritional problems, which need attention. Obesity is a state of excess body fat in absolute terms and relative. In 2000, the Directorate of Community Nutrition Ministry of Health recorded a total population of Indonesia are categorized as obese estimated 76.7 million (17.5%). Many factors play a role in the occurrence of obesity are largely an interaction between genetic factors and environmental factors, such as physical activity, social, economic, and nutrition. The obesity increases the risk of cardiovascular disease because its related with the metabolic syndrome or insulin resistance syndrome or / hyperinsulinemia, glucose intolerance / diabetes mellitus (DM), dyslipidemia, hypertension and other. This study uses a quantitative research design and cross-sectional approach which takes place from July to August, 2015. The total sample of 20 people were taken to the al-Fatah mosque Malalayang aged 9-21 years. The results of the research showed that respondent with weight less amounted to 8 respondent, respondents with normal weight is 10 respondents and it was the highest, respondent with pre-obesity is only one respondent, while respondent with obesity II also only 1 respondents. Conclusion: The results of this study concluded that the image of the body mass index (BMI) mosque al - Fatah Malalayang respondents with less weight have percentage of 40%, respondents with normal weight have a percentage of 45%, respondents with more weight percentage of 15%, the respondents with pre-obese weight have percentage of 5%, and the respondent with weight obesity II have a percentage of 10%.Keywords: obesity, body mass index (BMI), diabetes mellitus (DM).Abstrak: Obesitas merupakan salah satu manifestasi dari masalah gizi lebih, yang perlu mendapatkan perhatian. Pada tahun 2000, Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI mencatat jumlah penduduk Indonesia yang masuk kategori obesitas diperkirakan 76.7 juta (17.5%) . Banyak faktor yang berperan dalam terjadinya obesitas yang sebagian besar merupakan interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, sosial ekonomi, dan nutrisi. Keadaan obesitas meningkatkan risiko penyakit-penyakit kardiovaskular karena keterkaitanya dengan sindrom metabolik atau atau sindrom resistensi insulin/hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/Diabetes Melitus (DM), dyslipidemia, hipertensi dan lainnya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dan pendekatan cross sectional yang berlangsung dari Juli – Agustus 2015. total sampel berjumlah 20 orang yang diambil pada jamaah Masjid Al- Fatah Malalayang yang berusia 19 – 21 tahun. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiki berat badan kurang berjumlah 8 responden, responden dengan berat badan normal 9 responden dan merupakan yang terbanyak, responden dengan pra obesitas 1 responden, sedangkan responden dengan badan obesitas II 2 responden. Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gambaran Indeks Massa tubuh (IMT) masjid al – fatah malalayang responden dengan berat badan kurang memiliki persentase sebesar 40%, responden dengan berat badan normal memiliki persentase sebesar 45%, responden dengan berat badan lebih memiliki persentase sebesar 15%, responden dengan berat badan pra obesitas memiliki persentase sebesar 5%, Responden dengan berat badan obesitas II memiliki persentase sebesar 10%.Kata kunci: obesitas, indeks massa tubuh (IMT), diabetes mellitus (DM).
HUBUNGAN BISING DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA GAME CENTRAL AREA DI AREA MANADO TRADE CENTER Rantung, Ria M.; Lintong, Fransiska; Danes, Vennetia R.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.10316

Abstract

Abstract: Noise is commonly found in work areas. The facilities used in the Game Centers such as speakers in large numbers cause noise that directly affects workers and other people who are in the area of Game Center in the forms of communication disorder, impaired concentration, and impaired hearing comfort. This study aimed to determine the relationship of noise and hearing disorders among workers of Games Central Area in Manado Trade Center (MTC). This was an analytical observational study with a cross-sectional design. Respondents were 20 workers in Game Central Area MTC who filled the informed consent, questionnaires, and fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Data were statistically analyzed by using Chi-square test with SPSS. The results showed that of the 20 respondents, there were 3 (15%) with hearing loss, 2 (10%) with mild deafness, and 1 (5%) with moderate deafness. The chi-square test showed that there was a significant relationship between the level of noise and hearing disorders in the left and right ears with a p-value 0.002 <α = 0.05. Conclusion: There was a signicant relationship between the level of noise and hearing disorders among workers of Games Central Area in Manado Trade Center.Keywords: noise, hearing lossAbstrak: Kebisingan merupakan salah satu faktor yang tidak luput dari lingkungan pekerjaan. Fasilitas yang digunakan dalam Game Center seperti speaker dalam jumlah banyak menimbulkan bising yang berpengaruh langsung pada tenaga kerja maupun orang lain yang berada di area tersebut yaitu berupa gangguan komunikasi, gangguan konsentrasi, dan gangguan kenyamanan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebisingan dan gangguan pendengaran pada pekerja Game Central Area di Manado Trade Center (MTC). Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain potong lintang. Responden ialah 20 pekerja Game Central Area MTC yang bersedia mengisi informed consent, kusioner, serta dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-square dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan, dari 20 responden terdapat 3 orang (15%) mengalami gangguan pendengaran, 2 orang (10%) tuli ringan, dan 1 orang (5%) tuli sedang. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi- square mendapatkan adanya hubungan bermakna antara tingkat kebisingan dan gangguan pendengaran baik pada telinga kiri maupun kanan dengan nilai p = 0,002 < α = 0,05. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran baik pada telinga kiri maupun kanan pada pekerja Game Central Area di Manado Trade Center.Kata kunci: bising, gangguan pendengaran
EFEK SERBUK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) Artho, Lilian N.; Wuisan, Jane; Najoan, J. A.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.9518

Abstract

Abstract: Coffee is known as food and drink as well as alternative medicine for various types of wounds. One of the most coffee plants in Indonesia is Robusta coffee (Coffea canephora). This study aimed to determine whether Robusta coffee powder could accelerate the wound healing process. This was an experimental study using four rabbits as subjects. Incisions were made on the rabbit backs, right and left, with a length of 5 cm. Wounds on the left backs, the untreated/control group, were only covered with sterile gauze. Wounds on the right backs, the treated group, were applied with robusta coffee powder and covered with sterile gauze. Robusta coffee powder and gauze were replaced two times a day. Wounds were macroscopically observed for 2 weeks. The results showed that at day 7, the wounds were still equally opened, dry, looked not too deep, and there was a crust on each wound surface. The lengths of the treated wounds were shorter than of the control wounds. At day 14, the edges of the treated wounds looked closer, the crusts were still attached to the wound surfaces and were smaller than of the control wounds. Conclusion: Robusta coffee powder (Coffea canephora) could accelerate the healing process of incised wounds on rabbit skin.Keywords: wound healing, wound incision, robusta coffee powder, coffea canephoraAbstrak: Kopi bukan hanya dikenal sebagai makanan dan minuman saja tetapi bisa juga sebagai obat alternatif dalam menangani berbagai jenis luka. Salah satu jenis tanaman kopi yang paling banyak di Indonesia ialah kopi Robusta (Coffea canephora). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah sebuk kopi robusta mempunyai efek untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan 4 ekor kelinci sebagai hewan coba. Luka insisi dibuat pada punggung kanan dan kiri kelinci dengan panjang 5 cm. Luka pada punggung kiri merupakan luka kontrol yang tidak diberi perlakuan, hanya ditutupi dengan kasa steril. Luka pada punggung kanan merupakan luka perlakuan dengan diberi serbuk kopi robusta lalu ditutup kasa steril. Serbuk kopi robusta dan kasa diganti dua kali sehari. Pengamatan dilakukan selama 2 minggu dengan membandingkan gambaran makroskopik kedua luka. Hasil penelitian memperlihatkan pada hari ke 7 kedua luka masih sama-sama terbuka, kering, tampak sudah tidak terlalu dalam, dan terdapat kerak yang menempel pada permukaan luka. Ukuran luka perlakuan lebih pendek dari luka kontrol. Hari ke 14 kedua luka sudah mulai menutup, kerak masih menempel pada permukaan luka dan ukuran kerak luka perlakuan lebih kecil dari luka kontrol. Simpulan: Serbuk kopi robusta (Coffea canephora) memiliki efek untuk mempercepat penyembuhan luka insisi pada kulit kelinci.Kata kunci: penyembuhan luka, luka insisi, kopi robusta, coffea canephora
DETEKSI Blastocystis Spp PADA TINJA ANAK PENDERITA DIARE DENGAN MENGGUNAKAN METODE COPRO ELISA Parmini, Ni Wayan; Bernadus, Janno B. B.; Sorisi, Angle M. H.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.10478

Abstract

Abstract: Diarrhea is one of the main cause of infant mortality in developing countries. Blastocystis spp can cause acute infection as well as manifest as chronic diarrhea in infants due to damaged intestinal mucosa. This study aimed to detect Blastocystis spp in the feces of children with diarrhea. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Population consisted of all feces of children suffering from diarrhea. There were 33 samples in this study examined with the copro Elisa test. The results showed that of the 33 samples there were 60.6% of negative criteria and 39.4% of positive criteria. The highest percentage age group with diarrhea was ≤1 year of age (48.5%), while the lowest one was age group of 5-9 years (9.1%). Male sex was the dominant one. Conclusion: Most of the faeces of children with diarrhea belonged to the negative criteria tested with Copro Elisa.Keywords: Blastocystis Spp, children, diarrheaAbstrak: Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian balita di negara berkembang. Blastocystis spp dapat menyebabkan infeksi akut dan dapat bermanifestasi menjadi diare kronik pada balita akibat rusaknya mukosa usus dan malabsorbsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi Blastocystis spp pada tinja anak penderita diare. Jenis penelitian ini deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ialah semua tinja anak yang menderita diare. Jumlah sampel diperoleh sebanyak 33 buah dan dilakukan pemeriksaan Copro Elisa. Hasil pemeriksaan dengan Copro Elisa memperlihatkan dari 33 sampel diperoleh kriteria negatif 60,6% dan kriteria positif 39,4%. Kelompok usia yang terbanyak menderita diare ialah usia ≤1 tahun (48,5%), sedangkan yang terendah pada usia 5-9 tahun (9,1%). Untuk jenis kelamin didapatkan jenis kelamin laki-laki 60,6%, dan jenis kelamin perempuan 39,4%. Simpulan: Sebagian besar tinja anak yang menderita diare termasuk kriteria negative dengan pemeriksaan Copro Elisa.Kata kunci: Blastocystis spp, anak, diare
PENGARUH KELEBIHAN BERAT BADAN / OVERWEIGHT TERHADAP TERJADINYA DISFUNGSI SEKSUAL PRIA Husain, Annisa; Tendean, Lydia; Queljoe, Edwin de
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.10143

Abstract

Abstract: Overweight takes place due to non-proportional between consumed foods and physical activities. In developing countries, about 60% or about 10.6 million men in Asian countries suffered from overweight. Overweight may disturb sexual performance, which is erectile dis-function. The objective of this study is to determine the relationship between overweight and erectile dis-function. This study is classified as descriptive observational research. It has been conducted in Malalayang Bus Terminal Manado. Thirty (30) respondents, which are city transportation (mikrolet) drivers suffered from overweight, have been interviewed using questionnaire employing IIEF-5 (International Index of Erectile Function)questionnaire. The study reveals that the erectile function among 30 respondents, 21 respondents (70%) are categorized as normal, 4 respondents (13%) are slightly disturbed, and 5 respondents (17%) are slightly to moderate. It can be concluded that overweight influences men erectile function.Keywords: erectile dis-function and overweight.Abstrak: Overweight merupakan suatu permasalahn yang mendunia. Di negara berkembang, jumlah pria dengan overweight terbanyak berada di kawasan Asia yaitu 60% populasi atau sekitar 10,6 juta jiwa. Overweight dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan, termasuk didalamnya masalah dalam pemilihan jenis makanan, pola makan, porsi perkali makan dan tingkat aktivitas pada masing-masing individu. Kelebihan berat badan / overweight dapat menggangu kehidupan seksual pria dalam hal ini disfungsi ereksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kelebihan berat badan / overweight dengan disfungsi ereksi. Penelitian dilakukan di Terminal Malalayang, Kecamatan Malalayang, Kota Manado, dengan jumlah sampel 30 orang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian obsevasional deskriptif. Fungsi ereksi dapat dinilai dengan menggunakan kuesioner IIEF-5 (International Index of Erectile Function). Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 pria overweight terdapat 21 orang (70%) normal, 4 orang (13%) denagn disfungsi ereksi ringan, dan 5 orang (17%) dengan disfungsi ereksi ringan-sedang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa overweight memiliki pengaruh terhadap terjadinya disfungsi ereksi pria.Kata kunci: disfungsi ereksi, overweight
PERBANDINGAN KECEMASAN SISWA YANG MELAKUKAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA DI SMA SWADHARMA MOPUGAD DAN SMA SWADHARMA WERDHI AGUNG KECAMATAN DUMOGA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Magitojaya, I Gusti Bagus; Sinolungan, Jehosua S. V.; David, Lydia
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.10152

Abstract

Abstract: Nowadays, phenomeneon of juvenile delinquency has been spreading widely. Particularly to students, they usually perform juvenile delinquency that would harm themselves and finally trouble their minds due to consquences they are going to face. This study aimed to investigate the comparison of anxiety levels among students who performed juvenile delinquency. This was an analytical observational study with a cross sectional design. Subjects were 86 students of Swadharma Mopugad High School and Swadharma Werdhi Agung Senior High School obtained by using simple random sampling. Data were analyzed by using T independent test with α=0.005. The T independent test showed a t value of 0.457 and a p value of 0.649 (> 0.005) which indicated that there was no significant difference of anxiety levels among students who performed juvenile delinquency in both high schools. Conclusion: There was no significant difference between anxiety levels of students who performed juvenile delinquency in Swadharma Mopugad Senior High School and Swadharma Werdhi Agung Senior High School.Keywords: juvenile delinquency, anxietyAbstrak: Fenomena kenakalan remaja makin meluas dewasa ini. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kecemasan pada siswa yang melakukannya mengingat sanksi yang bisa diperoleh akibat perbuatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kecemasan siswa yang melakukan perilaku kenakalan remaja. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan potong lintang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu simple random sampling. Subyek penelitian ialah siswa kelas XI SMA Swadharma Mopugad dan siswa kelas XI SMA Swadharma Werdhi Agung dengan jumlah total 86 siswa. Data dianalisis dengan uji T Independent (α = 0,005). Hasil uji T Independent mendapatkan nilai t sebesar 0,457, p = 0,649, yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada siswa yang melakukan kenakalan remaja di SMA Swadharma Mopugad dan SMA Swadharma Werdhi Agung. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang bermakna pada siswa yang melakukan kenakalan remaja di SMA Swadharma Mopugad dan SMA Swadharma Werdhi Agung.Kata kunci: kenakalan remaja, kecemasan
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BATITA UMUR 1-3 TAHUN DI DESA MOPUSI KECAMATAN BOLAANG MONGONDOW INDUK SULAWESI UTARA 2014 Sahalessy, Risa K. F.; Kapantow, Nova H.; Mayulu, Nelly
eBiomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.3.2015.9362

Abstract

Abstract: Nutritional transition is very important to reduce infectious disease prevalence and under nourishment. Whenever we have a balance food intake, our nutrition status will be good. This study aimed to obtain the relation between the energy intake and the nutrition status based on the anthropometric indices: W/A, H/A, W/H, and IMT/A. This was an analytical study with a cross sectional design, using the purposive sampling method. Total samples were 90 children aged under 3 years. Data were collected by using interview about food recall, body weight, and height. The results showed that 62 children (68.9%) had normal nutritional status by using index IMT/A; good nutrition with W/A in 66 children (73.3%); H/A normal in 41 children (45.6%); and W/H normal in 71 children (78.9%). The Spearman’s rank test showed a coefficient value (r) equal to -0,245 and p 0.02 < 𝛼 = 0.05. Conclusion: In most of the children aged under 3 years there was a significant relationship between energy intake and nutrition status (W/A).Keywords: energy intake, nutrition statusAbstrak: Transisi gizi sangat penting untuk menurunkan prevalensi penyakit infeksi dan W/Akekurangan gizi. Status gizi dikatakan baik apabila asupan makanan seimbang. Asupan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit, sebaliknya, asupan makanan yang kurang dapat menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan indeks antropometri BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan potong lintang. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 batita yang memenuhi kriteria sampel. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner food recall, timbangan berat badan, dan alat ukur tinggi badan.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62 batita (68,9%) memiliki status gizi IMT/U nomal; 66 batita (73,3%) BB/U gizi baik; 41 batita (45,6%) TB/U normal; dan 71 batita (78,9%) BB/TB normal. Uji satistik Spearman’s rank mendapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,245 dan nilai p 0,02 <α=0,05. Simpulan: Pada sebagian besar batita umur 1-3 tahun terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dan status gizi (BB/U).Kata kunci: asupan energi, status gizi
PERAN BATATA (Ipomea batatas L) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR Sampetoding, Channesya; Pasiak, Taufiq F.; Tanudjaja, George
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.9365

Abstract

Abstract: Theoretically, batata, Ipomea batata L (Lam) theoritically can be used in wound healing since it acts as antiseptic, antibiotic, and anti-inflammatory agents. Batata ingredients can also stimulate epithelialization in wound bed. This study aimed to obtain the role of batata juice in burn wound healing noticed from the inflammatory response aspect. This was an experimental study conducted in the research laboratory of Faculty of Medicine Univeristy of Sam Ratulangi. Samples were six rabbits divided into 2 groups: treatment group with batata juice, and control group without treatment. The histological examination showed that the quality of inflammatory tissue of the treatment group was denser, settled, and associated with edema expansion compared to the control group with diminished inflammatory components, edema, and vasodilatation, meanwhile, there were angiogenesis, improvement of dermis, and regrowth of epidermis. Conclusion: Batata juice was not superior in healing burns than the natural responses.Keywords: batata (Ipomeas batata L), burns, skin, inflammation, wound healingAbstrak: Batata, Ipomea batata L (Lam) secara teoritik berfaedah untuk penyembuhan luka, yang bekerja sebagai antiseptik, antibiotik, dan anti inflamatorik. Batata berkhasiat dalam penyembuhan luka karena kandungannya yang secara bermakna merangsang pembentukan epitel jaringan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan peran batata terhadap penyembuhan luka bakar dilihat dari kualitas komponen radang pada jaringan luka. Sampel terdiri dari 6 ekor kelinci yang dibagi atas 2 kelompok: kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan diberi jus batata pada luka bakar sedangkan kelompok kontrol tanpa perlakuan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan menggunakan metode eksperimental. Hasil identifikasi mikroskopik menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan kualitas komponen radang jaringan luka bakar lebih padat dan menetap disertai perluasan sembab kolagen dibandingkan kelompok kontrol dimana komponen radang dan sembab berkurang, dilatasi pembuluh darah berkurang, pertumbuhan kapiler baru, jaringan dermis yang membaik, dan epidermis yang mulai tumbuh kembali. Simpulan: Jus batata tidak memperlihatkan penyembuhan luka bakar yang lebih baik dibandingkan dengan penyembuhan luka oleh tubuh sendiri.Kata kunci: batata (Ipomeas batata L), luka bakar, kulit, radang, penyembuhan luka
ANALISIS LAMA WAKTU TUNGGU PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT PROPINSI SULAWESI UTARA Bustani, Neti M.; Rattu, A. Joy; Saerang, Josephine S. M.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.10456

Abstract

Abstract: Hospital has a mission to provide qualified health services and affordable by the community in order to improve public health; one of them was the short waiting time of patients. This study aimed to analyze the waiting time length (the arrival process, service, human resources) of outpatient services in the Public Eye Health Department of North Sulawesi. This study used a qualitative method by conducting interviews at 7 informants as the primary data; the secondary data were obtained from direct observation / observation in the Public Eye Health Department of North Sulawesi. The results showed that the patients' arrivals occurred before the registration counter was opened and most patients came with their families. During the service process there were some problems inter alia the patient did not bring his/her file/guarantee completely; the number of the registration booths were limited due to lack of staff; disrupted internet connection; as well as limited human resources who were experts in the field of refraction and medical records. Conclusion: The waiting time in the Public Eye Health Department of North Sulawesi was still quite long (> 60 minutes) due to the overload patients, lack of personnel at the registration booth, disrupted internet connection, delayed of distribution of medical record files, limited available rooms, and limited human resources that were expertised in the field of refraction and medical recordsKeywords: waiting time, patients, the Public Eye Health Department of North SulawesiAbstrak: Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya melalui waktu tunggu pasien yang cepat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lama waktu tunggu (proses kedatangan, pelayanan, sumber daya manusia) pelayanan pasien rawat jalan di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara pada 7 orang informan sebagai data primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari pengamatan langsung/ observasi di BKMM Provinsi Sulut. Hasil penelitian mendapatkan kedatangan pasien di BKMM sudah terjadi sebelum loket pendaftaran dibuka dan kebanyakan pasien datang dengan diantar oleh keluarganya. Selama proses pelayanan ada beberapa kendala yang terjadi antara lain pasien tidak membawa berkas/jaminan yang lengkap, jumlah loket pendaftaran yang terbatas karena kurangnya petugas, ruangan yang kurang memadai, adanya gangguan koneksi internet, serta keterbatasan sumber daya manusia yang ahli dibidang refraksi dan rekam medik. Simpulan: Waktu tunggu di BKMM Provinisi Sulut masih tergolong lama (> 60 menit) yang disebabkan jumlah pasien yang banyak, kurangnya petugas di loket pendaftaran dan BPJS, gangguan koneksi internet, pendistribusian berkas rekam medik yang sering terlambat, keterbatasan ruangan yang ada, dan keterbatasan SDM yang mempunyai keahlian di bidang refraksi dan rekam medikKata kunci: waktu tunggu, pasien, BKMM