cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice)
ISSN : 20888139     EISSN : 24432946     DOI : -
Core Subject : Health,
JMPF is the first open access journal in Indonesia specialized in both research of pharmaceutical management and pharmacy practice. Articles submitted in JMPF are peer reviewed, we accept review articles and original research articles with no submission/publication fees. JMPF receives manuscripts in both English (preferably) and Indonesian Language (Bahasa Indonesia) with abstracts in bilingual, both Indonesian and English. JMPF is also open for various fields such as pharmaceutical management, pharmacoeconomics, pharmacoepidemiology, clinical pharmacy, community pharmacy, social pharmacy, pharmaceutical marketing, goverment policies related to pharmacy, and pharmaceutical care.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 3" : 9 Documents clear
EVALUASI TERAPI ORAL TERHADAP HASIL TERAPI PASIEN ASMA Heni Lutfiyati; Zullies Ikawati; Chairun Wiedyaningsih
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.81 KB) | DOI: 10.22146/jmpf.287

Abstract

Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak ditemui dan secara klinis ditandai oleh adanya episode batuk rekuren, napas pendek, rasa sesak di dada dan mengi (wheezing). Terapi asma pada pasien dewasa diberikan secara oral, inhalasi dan parenteral. Peresepan pasien asma rawat jalan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Wilayah Magelang sebagian besar menggunakan obat yang diberikan secara oral karena mahalnya harga inhaler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi oral terhadap hasil terapi pasien asma. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengambilan data secara prospektif dari Februari sampai April 2014. Data diambil dari hasil pemeriksaan Peak Flow Meter, rekam medis dan lembar pengumpul data. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 75 pasien tetapi hanya 71 pasien yang mengikuti seluruh proses penelitian. Untuk membuktikan adanya pengaruh sebelum dan sesudah menggunakan terapi oral terhadap hasil terapi digunakan uji t paired dan uji Wilcoxon. Untuk membandingkan besarnya perubahan digunakan uji t independent dan uji Chi-square dan alternatifnya Fisher. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) sebesar 92,68± 66,70 setelah 1 bulan menggunakan terapi oral Frekuensi serangan pada awal penelitian sebagian besar pasien ≥4x/minggu sebanyak 33 pasien (46,48%), setelah 1 bulan menggunakan terapi oral frekuensi serangan sebagian besar pasien menjadi 1-2x/bulan sebanyak 48 pasien (67,61%). Penggunaan terapi oral menunjukkan kemajuan hasil terapi berupa peningkatan nilai APE dan penurunan frekuensi serangan asma. Kata kunci: asma , terapi oral, hasil terapi
PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN DARAH SETELAH PEMBERIAN LISINOPRIL MALAM ATAU PAGI HARI Annisa Nadya Utami; Lukman Hakim; I Dewa Putu Pramantara
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.281

Abstract

Lisinopril merupakan salah satu pilihan terapi hipertensi dengan mekanisme menghambat kerja dari angiotensin-converting enzyme (ACE). Penelitian mengenai pengaruh ritme sirkadian terhadap sistem renin-angiotensin membuktikan bahwa target utama dari terapi anti-hipertensi dengan lisinopril justru mengalami puncak aktivasi pada malam hari, saat waktu tidur. Penelitian bertujuan membandingkan penurunan tekanan darah antara pasien hipertensi yang mengkonsumsi lisinopril pada pagi hari dengan pada malam hari. Penelitian merupakan penelitian prospektif analitik dengan rancangan penelitian cohort. Cara pengambilan data adalah dengan metode wawancara dan data sekunder berdasarkan rekam medik terhadap pasien rawat jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Mei sampai Juli 2014. Dari 26 pasien yang diambil dalam penelitian ini yaitu pasien hipertensi rawat jalan (kelompok penggunaan lisinopril pagi 13 pasien dan lisinopril malam 13 pasien) dengan diagnosis utama hipertensi yang menggunakan lisinopril 10 mg per hari sebagai terapi hipertensi selama 1 bulan diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan penurunan tekanan darah sistole sebesar 13,00 ± 13,16 mmHg dan diastole sebesar 6,23 ± 11,34 mmHg untuk lisinopril yang dikonsumsi pada pagi hari sedangkan untuk lisinopril yang dikonsumsi malam hari menghasilkan penurunan tekanan darah sistole sebesar 12,23 ± 15,19 mmHg dan diastole sebesar 6,62 ± 11,93 mmHg. Berdasarkan uji t independen dengan tingkat kepercayaan 95%, hasil di atas tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Lisinopril pemberian satu kali sehari yang diberikan pada malam hari tidak menunjukkan penurunan tekanan darah yang lebih besar dibandingkan pagi hari pada pasien di apotek rawat jalan RSUP Dr. Sardjito. Kata kunci: hipertensi, ritme sirkadian, lisinopril, kronoterapi
PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DISPEPSIA YANG MENGGUNAKAN LANSOPRAZOL DENGAN INJEKSI RANITIDIN Okky Puspitasari Sugiyarto; Probosuseno Probosuseno; Ika Puspitasari
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.285

Abstract

Dispepsia mempengaruhi kualitas hidup pasien yang menderitanya. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup penderita dispepsia yang mendapatkan terapi lansoprazol (2 kali sehari 30mg) atau injeksi ranitidin (2 kali sehari 25mg/ml) diukur dengan menggunakan kuesioner kualitas hidup Nepean Dispepsia Indeks Indonesia (NDII). NDII terdiri dari 5 domain yaitu Tensi, aktivitas sehari-hari, makan/minum, pengetahuan dan kerja/studi. Metode penelitian adalah cross sectional dengan melakukan consecutive sampling selama periode April sampai Juni 2014. Data kualitas hidup dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner NDII saat pasien dirawat di rumah sakit. Analisa data dengan sistem pemberian skor, Chi-square, dan independent t- test. Subjek penelitian30 pasien dengan masing-masing kelompok 15 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas hidupantara pasien yang menggunakan injeksi ranitidin dengan lansoprazol pada keempat domain yaitu tensi, aktivitsa sehari-hari, makan/minum, pengetahuan, dan kerja/studi. Kata kunci: dyspepsia, lansoprazole, ranitidine injection, Nepean Dyspepsia Index
EVALUASI DOSIS WARFARIN DAN HASIL TERAPINYA PADA PASIEN RAWAT JALAN Nova Hasani Furdiyanti; I Dewa Putu Pramantara; Djoko Wahyono
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.284

Abstract

Penggunaan warfarin dimonitor berdasarkan efek farmakodinamik dari prothrombin time (PT) melalui nilai international normalized ratio (INR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan kadar warfarin dalam darah pasien, hasil terapi pasien yang mendapat terapi warfarin dilihat dari nilai INR, dan mengetahui korelasi antara perkiraan kadar warfarin dengan hasil terapi. Penelitian ini adalah penelitian observasional retrospektif yang bersifat deskriptif dan korelatif. Subjek penelitian adalah pasien rawatjalan yang mendapat terapi warfarin oral di RSUP dr. Sardjito pada Jnuari 2011 sampai Oktober 2013. Perkiraan kadar warfarin dihitung berdasarkan rumus farmakokinetika, sedangkan analisis korelasi dilakukan dengan analisis korelatif Spearman. Hasil penelitian pada 86 subjek penelitian menunjukkan perkiraan kadar warfarin rata-rata pada keadaan tunak atau pada bulan ke-1 rata-rata sebesar 0,658 ± 0,315 mg/L, nilai rata-rata sebesar 0,135 ± 0,065 mg/L, dan nilai rata-rata sebesar 0,802 ± 0,384 mg/L. Hasil pemeriksaan INR menunjukkan 54 pasien (62,79%) yang rata-rata diberi warfarin dosis 2,15 ± 0,74 mg per hari, tidak mencapai target INR. Nilai INR yang dicapai rata-rata sebesar 1,29 ± 0,30, dengan jangkauan INR 0,90 – 1,93. Sisanya sebanyak 32 pasien (37,21%) yang rata-rata diberi warfarin dosis 2,41 ± 0,80 mg per hari, mencapai target INR rata-rata sebesar 3,10 ± 0,93, dengan jangkauan nilai INR 2,01 - 5,30. Korelasi antara perkiraan kadar warfarin dalam darah dengan nilai INR tidak bermakna dengan nilai p = 0,180 (p > 0,05), sedangkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,146 menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah. Kata kunci: warfarin, kadar dalam darah, dosis, INR
PENGARUH IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY TERHADAP LUARAN KLINIK DAN EKONOMIK PASIEN ACUTE CORONARY SYNDROME Ani Pahriyani; Tri Murti Andayani; I Dewa Putu Pramantara
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.280

Abstract

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dibidang kesehatan yang sudah mulai dilaksanakan pada 1 Januari 2014 mencakup semua pelayanan kesehatan yang pembiayaannya berdasarkan tarif paket Indonesia Case Based Group (INA-CBGs). Hal ini mendorong rumah sakit agar mampu mengoptimalkan pengelolaan keuangan serta kendali mutu, salah satunya dengan pembuatan clinical pathway untuk beberapa penyakit. Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh implementasi clinical pathway (CP) terhadap luaran ekonomik dan klinik pada Acute Coronary Syndrome (ACS). Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional retrospektifpada pasien ACS rawat inap di RSUP Dr. Sardjito dari Januari 2013 sampai Mei 2014. Parameter luaran klinik menggunakan Length of Stay (LOS), readmission rate (RR) dan in-hospital mortality (1HM) serta untuk luaran ekonomik dihitung biaya total dari masing-masingtingkat keparahan penyakit. Data luaran klinik diperoleh dari catatan medik pasien selama dirawat sedangkan untuk biaya terapi riil diperoleh dari bagian jaminan kesehatan. Jumlah total subyek adalah 136, terdiri dari 68 pasien pada kelompok sebelum CP dan 68 pasien dari kelompok setelah CP. Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan rata-rata Length of Stay (LOS) pada kedua kelompok 7,44 dengan 6,31 hari, IHM tidak berbeda pada kelompok sebelum CP 12 pasien (17,6%), dan 6 pasien (9,2%) pada kelompok setelah CP, sedangkan untuk RR tidak terdapat pasien yang kembali menjalani perawatan (0%) untuk kelompok sebelum implementasi CP dan setelah implementasi CP 1 pasien (1,7%) yang menjalani perawatan kembali (p>0,05). Median biaya dari dua kelompok (sebelum dan setelah implementasi clinical pathway) adalah Rp 50.383.652 dan Rp 12.583.503 untuk keparahan I (p<0,05), Rp 11.121.616 vs Rp 13.305.502 untuk keparahan II (p>0,05), Rp 37.064.546 dan Rp 20.169.375 untuk keparahan III (p>0,05). Oleh karena itu terdapat perbedaan luaran klinik dan ekonomik sebelum dan setelah implementasi clinical pathway pada tata laksana acute coronary syndrome (ACS). Kata kunci: acute coronary syndrome, clinical pathway, luaran klinik, luaran ekonomik
PERAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION TERHADAP PERSEPSI KETERLIBATAN APOTEKER DALAM KOLABORASI ANTAR PROFESI Dzikrina Ilmanita; M. Rifqi Rokhman
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.283

Abstract

Kolaborasi antar profesi mengharuskan semua profesi memiliki persepsi yang sama terhadap ranah masing-masing profesi termasuk ranahketerlibatan apoteker. Interprofessional education (IPE) dapat digunakan untuk menyamakan persepsi tersebut. Penelitian dilakukan untuk melihat peran IPE dalam mempengaruhi persepsi mahasiswa kesehatan terhadap keterlibatan apoteker pada kolaborasi antar profesi. Penelitian dilakukan pada Februari sampai Mei 2014 menggunakan rancangan cross sectional dengan alat ukur kuesioner pada satu univeritas yang sudah menerapkan IPE dan 1 universitas lainnya yang belum menerpkan IPE. Kuesioner mengukur tiga bentuk keterlibatan apoteker dalam kolaborasi antar profesi yaitu keterlibatan apoteker dalam IPE, kewenangan apoteker, dan tanggung jawab apoteker. Pengambilan sampel dengan metode kuota sampling ditetapkan 225 responden mahasiswa kesehatan yang terbagi menjadi kelompok yang sudah dan belum mendapatkan IPE. Data dianalisis menggunakan two way anova, one way anova,dan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa yang sudah mendapat IPE secara signifikan mempunyai tingkat kesetujuan yang lebih tinggi pada 84,6% pertanyaan tentang keterlibatan apoteker dalam kolaborasi antar profesi, 33,3% pertanyaantentang tanggung jawab apoteker, dan 33,3% pertanyaan tentang kewenangan apoteker. Mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi maupun farmasi yang sudah mendapatkan IPE memiliki tingkat percaya diri yang homogen. Tingkat percaya diri mahasiswa farmasi yang sudah mendapat IPE lebih tinggi daripada mahasiswa farmasi yang belum mendapat IPE. Kata kunci: kolaborasi antar profesi, interprofessional education, apoteker, mahasiswa kesehatan
PERBANDINGAN RESPON AWAL PEMBERIAN WARFARIN PADA PASIEN OBESITAS DENGAN NON-OBESITAS Dian Oktianti; I Dewa Putu Pramantara; Djoko Wahyono
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.278

Abstract

Pendosisan dan respon terapi warfarin bervariasi antara setiap pasien tergantung dari umur, tingkat keparahan penyakit, status nutrisi, berat badan, pengobatan lain, dan ada tidaknya polimorfisme genetik dari CYP2C9 atau VKORC1.. Sesuai atau tidaknya dosis warfarin dapat dilihat dari pemeriksaan nilai international normalized ratio (INR). Penelitian bertujuan untuk membandingkan respon awal pemberian warfarin pada pasien obesitas dan non obesitas. Penelitian ini adalah penelitian retrospektif yang bersifat deskriptif dan observasional. Subyek penelitian adalah pasien rawat jalan yang menerima terapi warfarin pertama kali di RSUP dr Sardjito Yogyakarta disertai dengan pemeriksaan nilai INR. Analisis nonparametrik dengan uji Kaplan-Meier dilakukan untuk melihat lama hari yang diperlukan untuk mencapai target nilai INR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 92 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat pasien obesitas sebanyak 44 orang dan pasien nonobesitas sebanyak 48 orang. Berdasarkan uji Kaplan-Meier diperoleh median dari waktu untuk mencapai target nilai INR pada kelompok obesitas adalah 56 hari dan untuk kelompok nonobesitas adalah 57 hari tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok pasien dengan berat badan normal dan kelompok pasien obesitas untuk mencapai target nilai INR. Kata kunci: warfarin, respon awal, obesitas, nilai INR
PENGARUH PEMANTUAN APOTEKER TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI DAN KUALITAS HIDUP PASIEN TUBERKULOSIS Vina Angga Rini; Zullies Ikawati; Dyah Aryani Perwitasari
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.286

Abstract

Pemberian pemantauan pengobatan oleh apoteker pada minggu ke-0, 2, 4 dan 8 di fase intensif pengobatan tuberkulosis dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan keberhasilan terapi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan kualitas hidupdan keberhasilan terapi dengan parameter perubahan BTA. Penelitian telah dilakukan dengan memberikan pemantauan pengobatanpada 24 orang pasien dibandingkan dengan 23 pasien lainnya yang hanya mendapatkan pelayanan standar dari RSKP Respira September 2013 sampai Februari 2014. Kualitas hidup pasien pada minggu ke-2, 4 dan 8 kemudian dianalisis menggunakan uji two way anova terhadap pemberian pemantauan pengobatan, sedangkan keberhasilan terapi dengan parameter perubahan BTA pada minggu ke-8 dianalisis menggunakan uji Chi square. Analisis two way anova pemberian perlakuan menghasilkan kualitas hidup yang signifikan pada domain aktivitas dan dampak, sedangkan perbedaan waktu pemberian perlakuan memberikan hasil yang signifikan pada semua domain. Analisis Chi square hubungan antara perlakuan terhadap keberhasilan terapi tidak signifikan. Dari 24 pasien yang mendapat perlakuan sebanyak 11 pasien (45,83 %) mengalami DRP. DRP yang terjadi antara lain Adverse Drug Reaction /ADR sebanyak 12 kasus, interaksi obat 3 kasus dan overdosis 1 kasus. Pemberian pemantauan pengobatan oleh apoteker meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan, namun tidak berhubungan dengan keberhasilan terapi. Kata kunci: tuberkulosis, keberhasilan terapi, kualitas hidup, pemantauan pengobatan
HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI KUALITAS, DAN NIAT APOTEKER UNTUK MEREKOMENDASIKAN FITOFARMAKA Kestri Harjanti; Triana Hertiani; Sumarni Sumarni
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.279

Abstract

Apoteker yang mempunyai pengetahuan yang baik dan persepsi yang positif terhadap kualitas fitofarmaka diharapkan akan merekomendasikan produk fitofarmaka kekonsumen di apotek. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan danpersepsi apoteker terhadap kualitas fitofarmaka, serta pengaruhnya terhadap niat merekomendasikan produk fitofarmaka. Penelitianmerupakan penelitian korelasional dengan instrumen berupa kuesioner. Responden adalah apoteker yang bekerja di apotek yang menjual fitofarmaka di Yogyakarta. Kuesioner terdiri dari 4 bagian yaitu karakteristik responden, pengetahuan fitofarmaka, persepsikualitas fitofarmaka, dan niat merekomendasikan produk fitofarmaka. Persepsi kualitas dan niat merekomendasikan diukur denganskala Likert. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana. Data dianalisis dengan analisis deskriptif dan regresi liniersederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan apoteker di apotek kota Yogyakarta secara rata-rata adalah cukup (nilai mean 6,67). Persepsi apoteker tentang kualitas fitofarmaka adalah baik (positif) berturut-turut dari nilai dimensi tertinggi adalah keamanan, efikasi, ketersediaan, akseptabilitas, merek, dan harga. Pengetahuan apoteker tentang fitofarmaka memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi kualitas fitofarmaka. Pengetahuan dan persepsi apoteker tentang kualitas fitofarmaka masing–masing memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap niat merekomendasikan produk fitofarmaka. Kata kunci: fitofarmaka, pengetahuan, persepsi kualitas

Page 1 of 1 | Total Record : 9