cover
Contact Name
Vincent Wenno
Contact Email
vincentkalvin@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.kenosis@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi
ISSN : 24606901     EISSN : 26564483     DOI : -
Jurnal Kenosis bertujuan untuk memajukan aktifitas dan kreatifitas karya tulis ilmiah melalui media penelitian dan pemikiran kritis analitis di bidang kajian Teologi serta ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Teologi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial Keagamaan Institut Agama Kristen Negeri Ambon.
Arjuna Subject : -
Articles 117 Documents
SASI ADAT Kajian terhadap Pelaksanaan Sasi Adat dan Implikasinya ROBERT SOUHALY
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 2 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v2i2.41

Abstract

Setiap orang bagaimanapun hidupnya ia akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri.  Kebiasaan tersebut menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.  Kebiasaan-kebiasaan yang baik akan selalu dilakukan pula oleh orang lain yang semasyarakat.  Bahkan lebih jauh lagi, begitu mendalamnya pengakuan atas kebiasaan seseorang, sehingga dijadikan patokan bagi orang lain bahkan mungkin dijadikan peraturan.  Kebiasaan tersebut kemudian dijadikan dasar bagi hubungan antar orang-orang tertentu, sehingga tingkah laku atau tindakan masing-masing dapat diatur dan itu semua menimbulkan norma atau kaidah.  Kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai dengan kebutuhannya pada suatu saat, lazimnya dinamakan adat-istiadat.   Adat-istiadat yang mempunyai akibat hukum bernama hukum adat, namun  adat-istiadat juga mempunyai akibat-akibatnya apabila dilanggar oleh anggota masyarakat dimana adat-istiadat tersebut berlaku.  Adat istiadat tersebut mengikat setiap orang yang ada di dalam masyarakat untuk bersikap atau bertindak.  Salah satu adat istiadat yang mengikat itu adalah sasi adat yang sementara ini dilakukan oleh masyarakat negeri Rumahsoal kecamatan Taniwel, kabupaten Seram Bagian Barat.  Ada nilai-nilai kearifan lokal dari sasi adat ini yang mesti dijadikan sebagai nilai-nilai pendidikan untuk mengatur kehidupan masyarakat agar tetap memelihara dan menjaga kelangsungan hidup alam ciptaan ini termasuk manusia. Pelaksanaan sasi adat di negeri Rumahsoal dapat berfungsi untuk menjaga kelestarian alam dan juga untuk tetap menjaga agar hasil tanaman dapat terjaga dengan baik hingga pada saat panen, dan juga menjaga hasil tanaman dari ulah manusia yang  tidak bertanggungjawab. Dengan demikian, diharapkan pelaksanaan sasi adat ini dapat dilakukan secara terus menerus di dalam kehidupan bermasyarakat sebagai wujud penghargaan manusia terhadap alam ciptaan Tuhan tetapi juga mengajarkan manusia untuk selalu bertindak sesuai dengan  tugas dan tanggungjawab yang telah dipercayakan olah Allah kepadanya. 
Terorisme dan Anak Muda: Studi tentang Rekrutmen Jejaring Terorisme dalam Perspektif Eksistensialisme Jean Paul Sartre Faizal Yan Aulia; Rr. Siti Murtiningsih
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 7, No 1 (2021): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v7i1.248

Abstract

This article explores the changes that occur in terrorism networks, especially related to changes in recruitment targets. These changes are observed in the perspective of Jean Paul Sartre's existentialism. This article aims to find out the changes that occur in the terrorism network in relation to the methods and targets of recruitment and how the changes are interpreted in the context of Jean Paul Sartre's existentialism. There are four aspects of changes that occur in terrorism, namely organization, means of propaganda, targets of recruitment and targets of action. The younger generation involved in terrorist networks can be seen as an attempt to realize a full self-existence as a result of the denial or denial of the existence of others.AbstrakArtikel ini mengeksplorasi perubahan-perubahan yang terjadi di dalam jaringan terorisme, terutama terkait dengan perubahan sasaran rekrutmen. Perubahan-perubahan ini dilihat dalam perspektif eksistensialisme Jean Paul Sartre. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di dalam jaringan terorisme dalam kaitannya dengan metode dan sasaran rekrutmen serta bagaimana perubahan-perubahan ini ditafsirkan dalam konteks eksistensialisme Jean Paul Sartre. Ada empat aspek perubahan yang terjadi di dalam terorisme, yaitu organisasi, sarana propaganda, sasaran perekrutan dan sasaran aksi. Generasi muda yang terlibat dalam jaringan terorisme dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mewujudkan eksistensi diri yang sepenuhnya sebagai hasil dari penegasian atau penyangkalan atas eksistensi yang lain.
AMBIVALENSI DAN KRISIS IDENTITAS DALAM KUMPULAN CERPEN “CUCU TUKANG PERANG” KARYA SOEPRIJADI TOMODIHARDJO; SEBUAH TINJAUAN POSKOLONIAL BADRUL MUNIR CHAIR
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 4, No 2 (2018): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v4i2.65

Abstract

Penelitian ini akan mengeksplorasi masalah ambivalensi dan krisis identitas dalam kumpulan cerita pendek “Cucu Tukang Perang” karya Soeprijadi Tomodihardjo. Soeprijadi merupakan penulis eksil Indonesia yang kini menetap di Jerman. Tokoh-tokoh dalam cerpen-cerpen Soeprijadi yang sebagian besar merupakan imigran memunculkan pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah seputar identitas, terutama bagaimana cara mereka memandang dan mempresentasikan ide-ide mereka dalam menghadapi diaspora dan dilema kesulitan di negara tempat tinggal. Dalam berbagai teori poskolonial, masalah identitas merupakan salah satu tema yang penting. Penelitian ini akan menggunakan teori poskolonial dengan mengekspose kondisi krisis identitas yang muncul pada tokoh-tokoh dalam kumpulan cerita pendek yang disebutkan di atas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan riset kepustakaan.
YESUS SEBAGAI HAMBA Kajian Kristologi Dan Relevansinya Pada Pelayan Gereja Di Jemaat GPM Nehemia Sektor Petra MARLEN TINEKE ALAKAMAN
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 1, No 1 (2015): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v1i1.20

Abstract

Konsep Yesus sebagai hamba adalah sebuah konsep Kristologi yang mewarnai konsep Kristologi Yesus lainnya dalam teologi Perjanjian Baru. Dalam konsep ini Yesus menunjukkan sebuah teladan yang baik dalam melayani banyak orang dimana, menyadari dirinya sebagai Anak Allah dan tahu benar bahwa Ia memiliki kekuasaan tetapi Ia rela mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia melayani dengan setia dan taat bahkan ketaatan itu ditunjukkan-Nya lewat pengorbanan dan mengambil keputusan untuk meyerahkan diri-Nya disalibkan demi  banyak orang. Menjadi seorang hamba yang memimpin dan menjadi seorang pemimpin yang menghamba, itulah yang dilakukan Yesus.Dengan demikian, realita ini menjadi menarik jika dilihat dan direlevansikan pada semua pelayan atau pun pemimpin umat yang melayani dan mewartakan Injil Kerajaan Allah, khusunya pelayan gereja sektor Petra Jemaat GPM Nehemia.
Dialog Imajiner Kaum Tertindas: Tafsir Kejadian 3:1-6 dalam Konsep Carnivalesque Bakhtin Firman Panjaitan
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 6, No 1 (2020): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v6i1.88

Abstract

Dialog antara ular dengan perempuan dalam Kejadian 3:1-6 sering kali dipahami sebagai bentuk ketidakmampuan manusia melawan godaan ular, yang mengakibatkan hubungan manusia dengan Allah menjadi jauh. Bahkan dalam beberapa pandangan dogmatis lain dikatakan bahwa akibat kejatuhan tersebut ‘gambar dan rupa Allah’ dalam diri manusia menjadi rusak, meskipun teks tidak pernah menunjukkan hal tersebut. Tulisan ini hendak melihat Kejadian 3:1-6 melalui konsep Carnivalesque yang digagas oleh seorang filsuf modern, Mikhail M. Bakhtin. Dalam metode penelitian yang berfokus pada studi pustaka, diperoleh pengertian bahwa konsep Carnivalesque sangat menekankan unsur perjumpaan manusia dengan sang liyan sebagai bentuk kehidupan yang bermakna. Secara khusus konsep Carnivalesque juga menyoroti perjumpaan antara kelompok the haves not, yang memiliki cara berkomunikasi secara unik yang menghadirkan makna konotatif, karena setiap bahasa lisan dan tubuh menghadirkan maknanya sendiri-sendiri. Model perjumpaan dengan nada dan bahasa simbolis ini yang dipakai untuk menganalisis percakapan antara ular dengan perempuan. Hasil yang diperoleh dalam analisis tersebut tidak mengarah pada keterpisahan antara manusia dengan Allah, melainkan muncul kesadaran terhadap pentingnya dialog antara Allah dengan manusia, tanpa dibayangi oleh ketakutan, agar tercipta relasi yang lebih baik antara Allah dengan manusia.
INJIL BAGI SEGALA MAKHLUK Injil Menurut Kejadian 7:9-17 Dan Implikasinya Bagi Tanggung Jawab Manusia Terhadap Ciptaan Lain HERLINA RATU KENYA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 2 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v2i2.36

Abstract

Sejatinya Injil adalah kabar baik bagi segala makhluk berdasarkan kesaksian Alkitab (PL dan PB). Salah satu kisah dalam PL yang menarik perhatian saya adalah tentang Nuh dan keluarganya beserta makhluk lainnya yang Allah selamatkan dari bahaya hukuman air bah karena orientasi hidup manusia pada masa itu bertentangan dengan maksud Allah. Dalam kisah ini, Injil Nampak dalam dua kata yaitu come to terms dan never again. Keduanya merupakan tindakan Allah dalam menanggapi disoriented hidup manusia yang berdampak terhadap rusaknya kehidupan segala makhluk. Tindakan Allah ini kemudian direspon oleh Nuh dengan janji ketaatan yang disimbolkan oleh persembahan. Ketaatan Nuh dalam menjalankan delegasi Allah (Kej 8 : 17; 9 : 1-7) ibarat mawar cinta untuk segala makhluk karena mengandung dimensi penyelamatan universal. Namun dalam sejarah selanjutnya Nuh dan keturunannya kembali salahjalan.Di tengah arus salah jalan manusia - yang sudah tentu memiliki daya rusak yang sangat hebat dalam PB kita berjumpa dengan Allah yang tetap setia berpegang pada prinsip come to terms dan never again. Allah menjadi manusia yaitu Yesus Kristus yang mengampuni dan menyelamatkan dengan menunjukkan jalan sebagai arah hidup yang benar bagi manusia lewat keseluruhan hidup-Nya. Dua hal dari banyak arah benar yang Yesus berikan bagi kita adalah makan secukupnya dan memiliki secara terbatas sebagai prinsip hidup sederhana yang berdimensi penyelamatan universal.Di era modern sekarang, kita diperhadapkan dengan realitas pola dan arah hidup manusia yang digerakkan oleh materialisme, konsumerisme dan hedonism makin hari makin memprihatinkan. Serba mudah, serba cepat, asal ada uang semua bisa dengan gampang diraih dengan kemajuan iptek, merupakan bahaya besar yang mendatangkan kehancuran bagi kehidupan semua makhluk bila manusia tidak sejalan dengan Yesus Kristus, sebab untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia menggerus kekayaan alam tanpa henti. Pola hidup Yesus merupakan kompas moral bagi manusia dan bila itu dipergunakan maka kabar baik menjadi milik segala makhluk.
Tindakan Komunikatif Bagi Adi-Kaka: Implikasi Pemikiran Jurgen Habermas dalam Relasi Gandong Nusalaut dan Ambalau Jovico Onis Samallo
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 7, No 1 (2021): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v1i1.251

Abstract

This article aims to analyze inter-religious relationships based on the local wisdom of Gandong in Maluku, especially in the Nusalaut and Ambalau society as a strength in the modern era. It focuses on the social activities from the two communities as religious development in Maluku. The values of social activities become an inter-religious spirituality that is still passed down from generation to generation. Inter-religious relationships based on local wisdom (Gandong) from Nusalaut-Ambalau were analyzed using the communicative action theory approach by Jurgen Habermas. This article used a qualitative research method through interview technique, observation, and library study. Communicative actions have become an effort to maintain interreligious relationships in folklore. The growing folklore's imagination can be used by society as a preventive imagination on destructive realities.AbstrakTulisan ini bertujuan menganalisis hubungan antaragama yang berbasis pada kearifan lokal Gandong di Maluku, khusus pada masyarakat Nusalaut dan Ambalau sebagai sebuah kekuatan di era modern. Fokus pada aktivitas sosial berupa tindakan dari kedua masyarakat tersebut sebagai pengembangan beragama di Maluku. Nilai-nilai dari aktivitas sosial menjadi sebuah spiritualitas antaragama yang masih diwarisi turun-temurun dari generasi ke generasi berikut. Relasi antaragama yang berbasis pada kearifan lokal (Gandong) dari Nusalaut-Ambalau dianalisis menggunakan pendekatan teori tindakan komunikatif Jurgen Habermas. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif – deskriptif dengan teknik wawancara dan studi pustaka. Tindakan komunikatif menjadi upaya menjaga relasi antaragama dalam folklor. Imajinasi folklor yang berkembang dapat dijadikan oleh masyarakat sebagai imajinasi preventif pada realitas destruktif.
RESENSI BUKU: PEMOLISIAN KONFLIK KEAGAMAAN DI INDONESIA MENGHARMONIKAN ATAU MENDISHARMONIKAN? Weldemina Yudit Tiwery
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 3, No 2 (2017): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v3i2.14

Abstract

Agama merupakan fenomena yang menakjubkan yang mampu memainkan peran kontradiktif dalam kehidupan manusia. Agama dapat menghancurkan dan menghidupkan, meninabobokan dan membangkitkan, memperbudak dan membebaskan, mengajarkan ketaatan dan mengajarkan pemberontakan. Hubungan antarumat beragama di Indonesia agak mustahil bila dilepaskan dari problem mayoritas dan minoritas. Di kalangan mayoritas timbul perasaan tidak puas karena merasa terdesak posisi dan peranannya. Demokrasi lebih sering dipahami sebagai keberpihakan terhadap mayoritas sementara di kalangan minoritas timbul ketakutan karena merasa terancam eksistensi dan hak-hak asasinya (minority syndrom). Kondisi ini terus dirasakan sebagai pemicu belum adanya keikhlasan hati untuk sungguh-sungguh saling menerima, demikian perasaan terdesak disatu pihak dan perasaan terancam di pihak lain, membawa implikasi dalam hubungan antarumat beragama.
“Nanaku” (Suatu Perspektif Teologi Tentang Kepercayaan Terhadap Burung ”Manuhoso” Di Negeri Latuhalat dan Implikasinya) Juliana Tuhumury
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 5, No 2 (2019): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v5i2.72

Abstract

Salah satu bentuk kepercayaan masyarakat, yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh masyarakat Negeri Latuhalat, yang dianggap memiliki makna khusus bagi peristiwa yang sering dan berulang kali terjadi dalam kehidupan masyarakat disebut dengan nama “Nanaku” yang ditandai dengan kicauan Burung Manuhoso. Menurut masyarakat Negeri Latuhalat, burung Manuhoso dipercaya sebagai pembawa warta atau informasi terhadap peristiwa aib kehamilan di luar nikah atau hamil sebelum menikah dan peristiwa yang berhubungan dengan kematian seorang manusia. Implikasi Teologiya adalah  Konsep keutuhan ciptaan, manusia pada dasarnya diciptakan oleh Allah dalam hubungan yang erat dengan alam. Dengan kata lain manusia diberi mandat untuk menjaga, mengelola alam dan memanfaatkan alam dengan baik agar alam tidak rusak dan dapat bertahan hingga anak cucu kita nanti, di samping itu alam juga dapat dipergunakan manusia untuk menandai fenomena yang akan terjadinya, seperti  jika pada suatu waktu semut rangrang meninggalkan tempatnya dan pergi mencari tempat yang lebih tinggi, maka itu pertanda akan ada hujan. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode penelitian kualitatif, dengan lokasi penelitian di Negeri Latuhalat.
MENGEMBANGKAN DIALOG UNTUK PENGUATAN MISI AGAMA YANG TRANSFORMATIF YANCE ZADRAK RUMAHURU
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 1 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v2i1.31

Abstract

Artikel ini bertujuan mengembangkan pemikiran tentang dialog, secara khusus diantara umat beragama. Dialog antar agama bukan hal baru tetapi tetap relevan dan penting dikaji hingga kini karena praktik dialog yang terjadi diantara umat beragama menunjukkan bahwa hakekat dialog belum dipahami secara tepat sehingga kebanyakan dialog menampilkan pemaksaan pemikiran dari satu pihak atau kalangan yang cenderung juga mendominasi dan menghegemoni pihak lain.  Dalam kaitan itu, artikel ini menawarkan pemikiran pengembangan dengan membangun kesadaran kritis setiap orang untuk bersikap tepat dalam membangun dialog diantara pemeluk agama yang beragam ini. Dialog sebagaimana dimaksud dikaitkan pula dengan pelaksanaan misi atau dagwah terutama di kalangan Agama Kristen dan Islam sebagai agama-agama misi yang sangat memperhatikan aspek misi dan dagwah, tetapi cenderung mengabaikan eksistensi yang lain. Padahal misi yang transformatif justeru peduli terhadap kemanusiaan yang melampaui batas-batas agama, etnik, gender dan sebagainya.

Page 3 of 12 | Total Record : 117