cover
Contact Name
Raemon
Contact Email
raemon@uho.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
etnoreflika.antropologi@uho.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 22529144     EISSN : 2355360X     DOI : -
The ETNORELIKA journal is dedicated as a scientific periodical publication which is expected to be an arena for exchanging ideas and thoughts in the field of Anthropology in particular and the social sciences in general. Etnoreflika comes with a mission to build tradition and academic climate for the advancement of civilization and human dignity. In addition, the ETNOREFLIKA Journal deliberately took the generic word "ethnos" which aims to expand the mission of promoting and developing a spirit of multiculturalism in the life of a pluralistic Indonesian society.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020" : 9 Documents clear
WATERFRONT SEBAGAI MODAL SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS Iwan Ramadhan; Jagad Aditya Dewantara; Efriani Efriani; Yudhistira Oscar Olendo; Muhammad Fachrurrozi Bafadal
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i3.877

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pembangunan Waterfront City sebagai modal sosial ekonomi dalam fenomena perubahan yang signifikan terhadap masyarakat, terutama masyarakat sekitaran tepian Sungai Kapuas. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologis. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah, upaya yang dilakukan untuk merespon kerja sama dan partisipasi adalah bentuk kemampuan adaptasi masyakarat sekitaran Waterfront City. Kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan upaya memobilisasi sumber daya yang menjadi tambahan pendapatan masyarakat sekitar. Adanya jaringan informal yang semakin meningkat di Kawasan Waterfront City yaitu jaringan kekeluargaan, ditandai dengan adanya prinsip saling gotong royong atau tolong menolong diantara sesama masyarakat, norma yang berlaku pada masyarakat sekitaran Sungai Kapuas khususnya di Kawasan Waterfront City banyak yang bersifat lisan, saling bertoleransi diantara sesama dan mudah untuk saling membantu, karena tidak ada yang menjadi penguasa bagi masyarakat di sana. Solidaritas sangat tinggi, mereka sudah mulai memahami bagaimana rasa persatuan dan kesatuan berjalan dengan baik dan saling menguntungkan antar sesama, serta harmonis dan solid. Sebelum pembangunan Waterfront City, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar masih dikatakan cukup rendah dan hanya biasa-biasa saja. Sesudah pembangunan Waterfront City, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar mengalami perubahan akibat pembangunan tersebut, baik di bidang sosial maupun ekonominya. Dampak setelah pembangunan ini tidak hanya dampak positif, tetapi juga berdampak negatif. Adapun dampak positifnya yaitu meningkatnya penghasilan masyarakat sekitar tepian Sungai Kapuas dari usaha berjualan, sedangkan dampak negatifnya yaitu banyaknya sampah yang berserakan meskipun sudah disediakan tempat pembuangan sampah.
NILAI-NILAI BUDAYA DALAM UPACARA NENI URAN WAIR PADA MASYARAKAT TANAH AI DI KABUPATEN SIKKA NUSATENGARA TIMUR Gustav Gisela Nuwa; Maria R. Aquinoranda
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v10i3.879

Abstract

Cultural issues are the ones often discussed today, especially in the effort to preserve them. In the Tanah Ai community, it is very important to maintain ancestral heritage in the Neni Uran Wair ceremony. This research was conducted in Sikka Regency, East Nusa Tenggara, Tanah Ai Tribe. This study aims to determine the values contained in the Neni Uran Wair ceremony and the effort to preserve cultural values ​​in the Neni Uran Wair ceremony. In this study, researchers used qualitative methods using ethnographic methods. The data sources in this research were primary data and secondary data. Primary data included customary leaders, community leaders and youth, while secondary data included documents and photos of documentation. The techniques of collecting data used in this study were observation, interviews, and documentation. Meanwhile, data analysis technique included data collection, data education, data presentation and data verification. The results showed that the values ​​contained in the Neni Uran Wair ceremony were religious, cooperation values, brotherhood values, social values, and economic values. Meanwhile, the conservation efforts includes the involvement of the local government and the young generation by forming a customary group and location (Nuba and Mahe), and cultural revitalization.
PERTAMBANGAN NIKEL DAN PROBLEMATIKANYA (Studi Fenomenologi di Kabupaten Konawe Selatan) Peribadi Peribadi; Syaifuddin Suhri Kasim; Juhaepa Juhaepa; Sarmadan Sarmadan; Samsul Samsul; La Ode Montasir
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i3.889

Abstract

Kajian ini merupakan bentuk studi “before and after” atas keberadaan industrialisasi pertambangan nikel dengan berbagai problematikanya di wilayah Kabupaten Konawe Selatan. Pendekatan kualitatif dalam konteks Phenomenologi digunakan sebagai upaya mengembangkan telaah-telaah kritis reflektif atas berbagai fenomena, realitas dan hiperealitas yang mengemuka melalui instrumen pengamatan, wawancara mendalam (deep interview) dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika alam pedesaan kita di masa lalu diibaratkan sebagai seorang gadis cantik yang demikian indah dan elok dipandang mata. Kini, alam pedesaan itu tampak tak mempesona lagi, karena satwa-satwa sebagai suatu realitas ekosistem yang alamiah telah digantikan oleh satwa-satwa baru, berupa peralatan raksasa penumbang pepohonan, penggali dan pengangkut tanah nikel serta mobil-mobil karyawan perusahaan yang lalulang seolah tak pernah berhenti dan tak kenal lelah dengan ekosistem khasnya tersendiri.
KONSTRUKSI BUDAYA COLLECTIVISM UNTUK OPTIMALISASI PERTANIAN JAGUNG Mohammad Halili; Erika Citra Sari Hartanto
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i3.891

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran konstruksi budaya collectivism untuk mengoptimalkan pertanian jagung. Budaya collectivism merupakan prilaku sosial yang mengedepankan capaian kelompok dari pada capaian individu (individual’s goals). Dalam konteks ini, sistem budaya collectivism ini telah menyatukan persepsi masyarakat akan pentingnya gotong royong dari pada sistem upah misalnya dan juga merekatkan ikatan emosional (emotional attachment) antar individu, mendorong terciptanya concerns bersama, serta social sharing. Begitu nilai-nilai budaya ini tidak lagi menjadi landasan perilaku keseharian mereka, maka kegiatan bertani jagung hanya bisa dikategorikan sebagai pekerjaan yang semata-mata berkaitan dengan peluh dan lelah saja. Dengan demikian, bukanlah sesuatu yang mengherankan ketika tren masyarakat setempat saat ini cendrung mencari alternatif lain selain bertani jagung untuk memenuhi kebutuhannya. Sementara lahan desa, secara geografis, sangat mendukung untuk pengembangan pertanian jagung. Penelitian ini menggunakan pendekatan purposive/judgement sampling dengan metode interview. Pendekatan purposive/judgment sampling berarti peneliti menggunakan kriterianya sendiri untuk menentukan sampel yang akan terlibat dalam penelitian. Selain itu, pemanfaatan teknologi recording juga dilakukan untuk antisipasi data hilang dan memudahkan peneliti untuk me-recall data saat analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi budaya collectivism yang meliputi pemberian dha’erran (makanan) serta jokes (candaan) berasosiasi positif dengan kegiatan bertani jagung. Melalui konstruksi budaya ini concerns bersama dan social sharing dapat terbangun kembali. Dengan demikian, hasil pertanian jagung bisa optimal dan keinginan mereka untuk tetap bertani tetap terjaga.
PERAN FILOSOFI BUDAYA BATAK TOBA DALAM DUNIA PENDIDIKAN Agnes Novianti Permata Sari Hutahaean; Winarti Agustina
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i3.895

Abstract

Batak Toba ethnic group has a cultural philosophy in guiding their lives. To achieve this philosophy, they carry out education because they are aware of education constituting the rung to achieve the philosophy. This study aims to examine the philosophy of Toba Bataknese culture to shape the mindset of the Batak Toba ethnic group about the importance of education. The study design is qualitative one with the descriptive approach. The techniques of collection data are carried out through library research as a literature material that can present data and be accompanied with supporting document constituting an important reference in this study. The result of the study shows that the cultural philosophy of the Batak Toba ethnic group is intended to the power and the effort to achieve sahala ownership and understanding on rajawi man. The Content of sahala includes hagabeon (having children), hasangapon (honor achieved through education, and experience), and hamoraon (wealth). And the concept of a Rajawi man is a freedom of self-development, freedom to build a vision and to pursue life ambitions. The values of hagabeon, hasangapon, hamoraon and life ambition can be achieved by undergoing education in order to form a good mindset and to gain knowledge. So, it is unsurprising that the education on ethnic Batak is quite developing and advanced.
MAHKOTA SIGER SEBAGAI SARANA AKULTURASI TATA RIAS JAWA DAN SUNDA: KAJIAN BUDAYA Cita Raras Nindya Pangesti; Atiqa Sabardila
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i3.897

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeksripsikan latar belakang terjadinya akulturasi tata rias Jawa dan Sunda, (2) mendeksripsikan anggota masyarakat yang memilih akulturasi tata rias Jawa dan Sunda, (3) mendeksripsikan bentuk akulturasi tata rias Jawa dan Sunda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data penelitian ini diperoleh dari studi lapangan untuk melakukan observasi, wawancara, serta teknik dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada salah satu make-up artist dan sejumlah masyarakat di kabupaten Blora, Jawa Tengah. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang adanya percampuran atau akulturasi tata rias Jawa dan Sunda adalah karena pengaruh dari teknologi yaitu melalui peranan media sosial. Dari 30 responden, masyarakat yang paling banyak memilih tata rias Sunda siger adalah masyarakat asli dari Kabupaten Blora maupun dari kabupaten/kota di Jawa Timur. Data menunjukkan sejumlah 28 pengantin yang berdomisili Jawa dengan persentase 93%. Bentuk akulturasi dari tata rias Jawa dan Sunda adalah lebih menonjolkan pada penggunaan siger Sunda. Untuk busana sebagian besar masih menggunakan kebaya beludru atau kebaya biasa dengan ciri khas dari kebaya pengantin Solo Putri. Pada hasil tata rias yang sudah terpengaruhi oleh Sunda Siger yaitu pada warna blush on. Blush on mengikuti tata rias Sunda siger yang berwarna merah samar, berbeda dengan tata rias Solo Putri yang menggunakan warna merah merona.
PENGARUH COVID-19 TERHADAP AKTIVITAS SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT LHOKSEUMAWE Angga Syahputra; Reni Ria Armayani; Lia Salvia Syahmalluddin
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i3.898

Abstract

Dunia dikejutkan dengan kejadian yang tidak pernah ada sebelumnya. Penyebaran Corona Virus Disease-19 yang berawal dari China begitu cepat menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia. Dalam waktu singkat, banyak korban yang meninggal dunia akibat terjangkit virus ini. Guna memutus rantai penyebaran Covid-19, berbagai wilayah melakukan kebijakan untuk melindungi masyarakatnya. Sejak ditetapkan menjadi pandemi, penyebaran Covid-19 berdampak ke segala aspek kehidupan termasuk sosial-ekonomi. Kota Lhokseumawe yang berada pada posisi strategis antara Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh, juga mengeluarkan berbagai kebijakan guna melindungi masyarakatnya dari Covid-19. Lhokseumawe sendiri menjadi zona merah penyebaran Covid-19 sampai dengan Oktober 2020. Secara umum aktivitas masyarakat di Kota Lhokseumawe pasca penyebaran Covid-19 tampak tidak ada perubahan yang berarti terhadap aspek sosial-ekonomi. Untuk itu, penelitian ini dilakukan guna melihat dampak Covid-19 terhadap aspek sosial-ekonomi masyarakat Kota Lhokseumawe. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data utama didapatkan dari hasil observasi dan wawancara, sedangkan untuk melengkapi penelitian, digunakan kajian literature yang didapat dari penelitian terdahulu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, tidak ada perubahan yang berarti terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat di Kota Lhokseumawe pada masa Covid-19. Perbedaan sudut pandang dalam cara menangani Covid-19 bagi masyarakat Lhokseumawe menjadi penyebab utama tidak berpengaruhnya Covid-19 terhadap aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.
PEREMPUAN PENENUN: DARI BUDAYA KERJA HINGGA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA Darmin Tuwu; Hartia Hartia; Bahtiar Bahtiar
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i3.901

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: pertama, mengetahui budaya bekerja dan etos kerja perempuan Desa Pajam Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi, kedua, mengelaborasi kontribusi perempuan bekerja sebagai penenun dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Informan penelitian sebanyak 16 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertama, budaya bekerja dan etos kerja perempuan Desa Pajam sangat tinggi yang diperoleh dari orang tua secara turun-temurun. Peran perempuan yang bekerja sebagai penenun sangat besar, di samping sebagai pendidik anak, pengelola rumah tangga, ibu rumah tangga juga dapat berperan sebagai pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kedua, kontribusi perempuan penenun dalam menopang perekonomian rumah tangga sangat besar dalam menambah penghasilan rumah tangga, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga, dan menyelamatkan keluarga dari jeratan utang. Perempuan yang bekerja sebagai penenun mempunyai andil besar dalam menopang, mempertahankan, serta menjamin kelangsungan hidup dan kesejateraan keluarganya. Indikator kesejahteraan keluarga diukur dalam 5 hal pokok yaitu perumahan, pendidikan, sandang, kesehatan, dan pekerjaan.
KONDISI SOSIAL EKONOMI NELAYAN PENANGKAP IKAN JULUNG-JULUNG DI WILAYAH PESISIR KAMPUNG PALARENG KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Costantein Imanuel Sarapil; Eunike Irene Kumaseh; Ganjar Ndaru Ikhtiagung; Putri Lahungkasiang; Erlin Puspaputri
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v10i3.947

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi nelayan serta menganalisis usaha penangkapan ikan julung-julung dengan soma giop di Kampung Palareng. Kegiatan usaha penangkapan ikan yang sudah berlangsung lama, sehingga menarik untuk diketahui apakah usaha tersebut memberi keuntungan bagi nelayan di Kampung Palareng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Dimana penelitian kualitatif menggunakan fenomena sosial menjadi pusat perhatian. Sedangkan penelitian kuantitatif menggunakan analisa dan perhitungan. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif kualitatif, sementara untuk memperoleh nilai B/C, NPV dan PP menggunakan metode kuantitatif. Kondisi sosial nelayan di Kampung Palareng masih sangat kuat. Solidaritas yang tinggi bagi masyarakat dapat terlihat dalam kegiatan gotong royong maupun kegiatan sosial lainnya. Sebagian besar masyarakat mempunyai tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pendapatan yang tegolong tinggi bagi para nelayan. Secara finansial, analisis kelayakan usaha penangkapan ikan julung-julung diperoleh hasil BCR sebesar 0,96 dimana B/C kurang dari 1, PP 1 tahun, dan NPV sebesar Rp -12.472.049 (NPV bernilai negatif). Secara Finansial, usaha penangkapan ikan julung-julung di Kampung Palareng tidak layak untuk diteruskan. Namun, usaha penangkapan ikan julung-julung memiliki makna sosial dan budaya yang tinggi bagi kehidupan masyarakat Kampung Palareng. Baik perempuan maupun laki-laki, tua dan muda, semua bekerja sama ikut perahu penangkap ikan julung-julung dan mengikuti kegiatan pengoperasian penangkapan ikan. Hasil tangkapan dibagi untuk semua yang mengikuti kegiatan penangkapan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Nilai sosial budaya ini yang mempertahankan keberadaan usaha penangkapan ikan julung-julung di Kampung Palareng.

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol. 13 No. 1 (2024): Volume 13 Issue 1, February 2024 Vol. 12 No. 3 (2023): Volume 12, Issue 3, October 2023 Vol. 12 No. 2 (2023): Volume 12, Issue 2, June 2023 Vol. 12 No. 1 (2023): Volume 12, Issue 1, February 2023 Vol. 11 No. 3 (2022): Volume 11, Nomor 3, Oktober 2022 Vol. 11 No. 2 (2022): Volume 11, Nomor 2, Juni 2022 Vol 11 No 2 (2022): Volume 11, Nomor 2, Juni 2022 Vol 11 No 1 (2022): Volume 11, Nomor 1, Februari 2022 Vol 10 No 3 (2021): Volume 10 Nomor 3, Oktober 2021 Vol 10 No 2 (2021): Volume 10 Nomor 2, Juni 2021 Vol 10 No 1 (2021): Volume 10 Nomor 1, Februari 2021 Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020 Vol 9 No 2 (2020): Volume 9 Nomor 2, Juni 2020 Vol 9 No 1 (2020): Volume 9 Nomor 1, Februari 2020 Vol 8 No 3 (2019): Volume 8 Nomor 3, Oktober 2019 Vol 8 No 2 (2019): Volume 8 Nomor 2, Juni 2019 Vol 8 No 1 (2019): Volume 8 Nomor 1, Februari 2019 Vol 7 No 3 (2018): Volume 7 Nomor 3, Oktober 2018 Vol 7 No 2 (2018): Volume 7 Nomor 2, Juni 2018 Vol 7 No 1 (2018): Volume 7 Nomor 1, Februari 2018 Vol 6 No 3 (2017): Volume 6 Nomor 3, Oktober 2017 Vol 6 No 2 (2017): Volume 6 Nomor 2, Juni 2017 Vol 6 No 1 (2017): Volume 6 Nomor 1, Februari 2017 Vol 5 No 3 (2016): Volume 5 Nomor 3, Oktober 2016 Vol 5 No 2 (2016): Volume 5 Nomor 2, Juni 2016 Vol 5 No 1 (2016): Volume 5 Nomor 1, Februari 2016 Vol 4 No 3 (2015): Volume 4 Nomor 3, Oktober 2015 Vol 4 No 2 (2015): Volume 4 Nomor 2, Juni 2015 Vol 4 No 1 (2015): Volume 4 Nomor 1, Februari 2015 Vol 3 No 3 (2014): Volume 3 Nomor 3, Oktober 2014 Vol 3 No 2 (2014): Volume 3 Nomor 2, Juni 2014 Vol 3 No 1 (2014): Volume 3 Nomor 1, Februari 2014 Vol 2 No 3 (2013): Volume 2 Nomor 3, Oktober 2013 Vol 2 No 2 (2013): Volume 2 Nomor 2, Juni 2013 Vol 2 No 1 (2013): Volume 2 Nomor 1, Februari 2013 Vol 1 No 1 (2012): Volume 1 Nomor 1 Oktober 2012 More Issue