cover
Contact Name
Langgeng Prima Anggradinata
Contact Email
langgeng@unpak.ac.id
Phone
+62251-8338650
Journal Mail Official
jurnalsalaka@unpak.ac.id
Editorial Address
Jalan Pakuan No. 1, Tegallega, Kota Bogor
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Salaka : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia
Published by Universitas Pakuan
ISSN : -     EISSN : 2684821X     DOI : https://doi.org/10.33751/jurnal%20salaka
Jurnal Salaka: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia adalah jurnal bahasa, sastra, dan budaya Indonesia yang memuat makalah, gagasan ilmiah, dan hasil penelitian bahasa, sastra, dan budaya dalam bentuk artikel ilmiah dari para peneliti, akademisi, seniman, budayawan, dan mahasiswa. Jurnal Salaka: Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia menerbitkan hasil penelitian dengan berbagai metode, baik kualitatif maupun kuantitatif, dan berbagai pendekatan dan teori bahasa, sastra, dan budaya dan berfokus pada kajian bahasa, sastra, dan budaya.
Articles 58 Documents
KONTROVERSI PUISI DARING DALAM POLITIK SIBER SASTRA Ardi Rai Gunawan
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.557 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i1.1142

Abstract

ABSTRAKMunculnya teknologi daring yang memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai hal, membuat berbagai kalangan masyarakat memanfaatkannya untuk bermacam keperluan. Baik untuk mereproduksi pengetahuan, ataupun sekadar mengekspresikan dagelan terhadap suatu peristiwa. Budaya bersastra Indonesia menjadi salah satu dampak dari perubahan tersebut: produksi yang semula akrab dengan medium kertas pun secara berangsur berpindah haluan ke medium digital. Keinginan seseorang dalam memproduksi sastra menjadi lebih variatif. Akan tetapi, kontroversi dari kalangan kritikus sastra dan sastrawan senior membuat gaya baru dalam produksi sastra dipertanyakan, terutama masalah kualitas karya dan penulisnya. Kubu pencipta karya sastra pun terbelah dua, antara pro terhadap siber sastra dan pro terhadap keadiluhungan sastra konvensional. Melalui kajian kepustakaan, penulis menyorot fenomena tersebut dengan menganalisis beberapa karya puisi daring, yang dewasa ini banyak pula ditulis oleh sastrawan yang telah lama menulis karya sastra konvensional. Tujuannya untuk merelevansi dua karakter karya penyair tersebut.    Kata kunci: Siber sastra,  demokrasi sastra, kontroversi sastrawan, poltik sastra
RESENSI BUKU KEGELISAHAN, REFLEKSI, DAN NOSTALGIA: MEMBACA FRISCHA ASWARINI DALAM KUMPULAN PUISI TANDA BAGI TANYA Miraviori, Areispine Dymussaga
Jurnal Salaka | Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2019): Volume I, Nomor I, Januari 2019
Publisher : Jurnal Salaka | Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.081 KB)

Abstract

BAGAIMANA jika rasa takut membawa kita untuk selalu bersembunyi di dalam memori-memori yang tak akan menyakiti? Terdapat 33 puisi dalam buku kumpulan puisi Tanda bagi Tanya (Gramedia, 2017) karya Frischa Aswarini ini, kurang lebih, menyajikan gelombang perasaan yang menjawab pertanyaan di atas. Namun, sebelum lebih jauh membahas puisi-puisi dalam buku ini, ada baiknya kita mengenal Frischa Aswarini, seorang penulis muda dari Bali yang karyanya telah cukup banyak mengikuti festival kesusastraan di Indonesia dan mancanegara, juga pengalamannya mengikuti program Canada World Youth pada tahun 2014-2015. Latar belakang Frischa ini kelak dapat memberi gambaran dalam membaca puisi-puisinya.
STRUKTUR DAN PERAN MITOS DALAM NOVEL CIUNG WANARA KARYA AJIP ROSIDI Ferina Meliasanti
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.011 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i1.1143

Abstract

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana struktur mitos yang terdapat dalam novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi dan bagaimana peran mitos cerita Ciung Wanara di novel tersebut dalam perkembangan budaya manusia. Sebagaimana diketahui, novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi merupakan saduran bebas ke dalam bentuk prosa berbahasa Indonesia berdasarkan cerita Ciung Wanara edisi teks C.M. Pleyte (1910) yang ditulis dengan bahasa Sunda. Novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi menceritakan kisah tentang tokoh Ciung Wanara yang merebut kembali kedudukannya sebagai salah satu penerus kekuasaan kerajaan Galuh dan memberikan hukuman kepada Dewi Pangrenyep yang telah memfitnah Pohaci Naganingrum, ibu dari Ciung Wanara. Terjadi pertarungan antara Hariang Banga dan Ciung Wanara, karena Hariang Banga murka setelah mendengar Dewi Pangrenyep dimasukan ke dalam penjara. Pada akhirnya, Hariang Banga pun menghentikan pertarungan dan mengakui bahwa Ciung Wanara benar-benar keturunan Galuh. Hariang Banga memerintah kerajaan Galuh bagian timur, sedangkan Ciung Wanara memerintah wilayah kekuasaan bagian barat. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitis dengan pendekatan objektif (struktural). Hasil analisis struktur mitos menunjukkan bahwa novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi merupakan kondisi alamiah dari realitas hasrat manusia (individu) dalam memeroleh atau merebut kekuasaan, dan peran mitosnya sebagai Myth of freedom (mitos pembebasan) yang muncul dalam novel Ciung Wanara sebagai negasi atas mitos cerita Ciung Wanara. Kata kunci: novel, Ciung Wanara, struktur mitos, peran mitos.
TRANSFORMASI CERITA RAKYAT JAMARUN KE PERTUNJUKAN “CAHAYA MEMINTAS MALAM/THE LIGHT WITHIN A NIGHT” Sahlan Mujtaba
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.347 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i1.1144

Abstract

ABSTRAKCerita rakyat Jamarun merupakan folklor lisan yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Di tengah keberadaannya yang mulai terlupakan dalam ingatan masyarakat, cerita rakyat Jamarun diolah menjadi pertunjukan oleh tiga kelompok teater dari dua negara (Indonesia dan Australia): Mainteater Bandung, Teater Lakon, dan La Trobe University Student Theatre and Film. Cerita rakyat Jamarun dan pertunjukan Cahaya Memintas Malam/The Light Within A Night menjadi data dalam penelitian ini. Teori yang digunakan dalam penelitian, yaitu teori tentang transformasi yang dikemukakan oleh Riffaterre. Berdasarkan hasil pembahasan ditemukan adanya konversi dan ekspansi. Konversi tidak terjadi dalam tataran alur dan tokoh di pertunjukan CMM. Alur dan tokoh yang terdapat dalam CMM justru lebih kompleks daripada yang terdapat dalam cerita rakyat Jamarun. Cerita rakyat Jamarun menyandarkan pada penceritaan naratif, sedangkan pertunjukan CMM menggunakan rentetan dialog sebagai penyampai cerita. Cara ungkap naratif memungkinkan cerita tersampaikan lebih singkat, sedangkan cerita yang menyandarkan pada dialog membutuhkan uraian lebih luas. Ekspansi cerita rakyat Jamarun ke pertunjukan CMM tampak melalui pengembangan alur, tokoh, latar, dan wacana. Pengembangan tersebut ditandai dengan munculnya adegan-adegan baru yang terkait dengan wacana yang terkandung dalam cerita rakyat Jamarun dan yang berhubungan dengan dua budaya, Indonesia dan Australia. Selain itu, didapatkan pengetahuan bahwa perbedaan latar belakang budaya tidak dapat membatasi kerja kreatif. Perbedaan budaya justru mampu memotivasi untuk menemukan perspektif dan gaya ungkap yang tidak terduga. Pemilihan cerita rakyat sebagai poros utama cerita, mampu mengenal lebih jauh cara berpikir masyarakatnya. Kata kunci: cerita rakyat jamarun, folklor, pertunjukan cahaya memintas malam, transformasi.
BAHASA SEBAGAI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Triyanto Triyanto; Fuzi Afiza Fauziyah; Muhammad Tesar Hadi
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.551 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i1.1145

Abstract

ABSTRAKTulisan ini menggambarkan kaitan antara bahasa sebagai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Pendidikan budaya berkaitan erat dengan karakter bangsa sebab sebagian nilai-nilai karakter terdapat dalam pendidikan budaya. Sekolah berperan penting sebagai wahana memperteguh nilai budaya dan karakter bangsa. Pendidikan budaya termasuk salah satu wahana untuk membentuk bahasa dan karakter siswa. Dalam pembelajaran bahasa perlu dioptimalkan baik strategi, metode, media, serta bahan ajar yang bermuatan nilai pendidikan dan kebajikan sehingga membentuk karakter peserta didik. Pendidikan bahasa sebagai budaya dan karakter bangsa bukan hanya tugas dan tanggung jawab guru bahasa, melainkan tanggung jawab semua guru bidang studi karena semua guru pasti menggunakan bahasa. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendidikan karakter siswa adalah dengan pembelajaran bahasa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunkan teknik studi pustaka untuk mengambil data dari berbagai sumber bacaan. Hasilnya, bahasa merupakan media penyampai ilmu pengetahuan dan informasi. Bahasa juga menjadi alat komunikasi antarindividu atau pun antarkelompok. Dalam praktik komunikasi yang terjadi, masyarakat menggunakan bahasa dalam “membangun kebudayaannya”. Oleh sebab itu, pembentukan karakter bangsa pun dapat dilakukan dengan sarana bahasa. Kata Kunci :Bahasa, Pendidikan Budaya, Karakter Bangsa
REPRESENTASI ETOS KERJA ORANG SUNDA DALAM UNGKAPAN DAN FOLKLOR SUNDA Yuyus Rustandi; Langgeng Prima Anggradinata
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.852 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i1.1146

Abstract

ABSTRAK Etos kerja orang Sunda direpresentasikan dalam ungkapan atau kosakata bahasa Sunda yang digunakan sehari-hari. Selain itu, folklor Sunda juga merepresentasikan etos kerja orang Sunda, misalnya cerita si Kabayan. Tulisan ini menganalisis representasi etos kerja orang Sunda dalam ungkapan dan folklor Sunda. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ungkapan yang kerap dituturkan oleh orang Sunda menunjukkan bahwa ungkapan-ungkapan yang dituturkan orang Sunda menunjukkan ekspresi kemalasan, misalnya ungkapan atau kosakata kumaha isuk, hoream, wanci pecat sawed, dll. Folklor si Kabayan merepresentasikan pula etos orang Sunda. Cerita itu menampilkan kembali dua tipe orang Sunda: (1) orang yang bekerja keras dan (2) orang yang malas. Cerita bermakna bahwa orang Sunda seharusnya bersikap sewajarnya; orang Sunda tidak boleh memiliki sifat malas dan ambisi yang tinggi karena keduanya sama-sama merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dari ungkapan dan folklor tersebut terlihat representasi identitas dan dinamika orang Sunda dalam hal etos kerja. Kata kunci: etos kerja, orang Sunda, ungkapan, folklor, si Kabayan. 
STRUKTUR, KONTEKS, DAN FUNGSI CERITA RAKYAT KARANGKAMULYAN Yang Yang Merdiyatna
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.813 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i2.1283

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilatarbelakangi keingintahuan peneliti terhadap cerita rakyat. Peneliti mengkaji cerita rakyat yang berada di daerah Karangkamulyan Kabupaten Ciamis. Penelitian ini bertujuan mengkaji dari aspek struktur, konteks, dan fungsi. Penelitian ini pun mendeskripsikan tokoh atau sosok yang muncul dari cerita, konteks, dan fungsinya. Hasil deskripsi tersebut memunculkan tokoh yang patut dijadikan panutan atau pelajaran bagi generasi muda sekarang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil kajian struktur menunjukkan fakta cerita tentang tokoh karuhun atau leluhur, putra mahkota kerjaaan, serta tokoh lainnya yang pantas untuk menjadi teladan. Tokoh tersebut mencerminkan leluhur bangsa pada umumnya dan Sunda pada khususnya yang sangat visioner dan sangat memperhatikan kepentingan bersama. Hasil kajian konteks menunjukkan cerita memiliki konteks dalam penuturan. Hasil kajian fungsi menunjukkan adanya fungsi tertentu terhadap masyarakat. Dengan demikian, kajian terhadap cerita rakyat di daerah Karangkamulyan ini menunjukkan adanya karakter tokoh yang pantas dijadikan teladan, konteks cerita dengan daerah Karangkamulyan yang memiliki keterkaitan, dan fungsi yang memiliki pengaruh terhadap masyarakat. Kata Kunci: Cerita Rakyat, Struktur, Konteks, dan Fungsi.
ANALISIS INTERTEKSTUAL KARAKTER DEWI UMA DI DALAM PUISI “U.M.A.” KARYA PUTU FAJAR ARCANA Karunia Fitriarti; Isye Mountana Monica
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.523 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v2i1.1834

Abstract

ABSTRAKPemahaman puisi tidak dapat dilepaskan dari latar belakang kemasyarakatan dan budayanya. Begitu pula dengan puisi yang memiliki latar belakang pewayangan, seperti puisi “U.M.A.” karya Putu Fajar Arcana yang terinspirasi dari kisah Sudamala. Dengan menggunakan teori resepsi sastra, teori interteks, serta beberapa pendekatan, penulis dapat menyimpulkan jika karakter Dewi Uma, yang terdapat di dalam puisi ini ternyata memiliki korelasi dengan perempuan-perempuan yang ada di Indonesia, terutama dalam perspektif gender. Segala jenis perbuatan, tingkah laku, sampai takdirnya ditentukan oleh seorang laki-laki.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sehingga data-data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif sehingga diketahui gambaran karakter yang terkait yang dianalisis.  Kata Kunci: gender, Putu Fajar Arcana, U.M.A. 
ASPEK FANTASTIK DALAM FILM GRAVE TORTURE KARYA SUTRADARA JOKO ANWAR Indrawan Dwisetya Suhendi
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.181 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i2.1284

Abstract

ABSTRAKArtikel ini bertujuan untuk mengungkapkan aspek fantastik yang terdapat dalam film Grave Torture (2012) karya Sutradara Joko Anwar. Teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori fantastik Howard Phillips Lovecraft. Rasa takut yang dieksplorasi melalui struktur naratif film dan sinematografi menjadi titik berangkat kajian. Dengan menggunakan metode deskriptif, film Grave Torture akan dideksripsikan berdasarkan aspek struktur naratif dan sinematografisnya sehingga tersaji data yang menunjukkan adanya eksplorasi rasa takut. Dari hasil analisis tersebut, satuan cerita, tokoh, ruang, waktu, kostum dan tata rias, teknik pencahayaan, serta efek suara menunjukkan adanya perlintasan dunia manusia sampai dengan alam supranatural sehingga terjadi ketaksaan ruang yang menimbulkan efek yang menyeramkan. Di samping itu, formula horor kultural-religius ditampilkan untuk lebih mengeksplorasi rasa takut dari penonton dengan budaya sama
LATAR SOSIAL DALAM NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI Geo Fanny Jacklin Padoma Nova; Agatha Trisari s; Dedi Yusar
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.118 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v2i1.1835

Abstract

ABSTRAKKarya sastra merupakan gambaran kehidupan sosial yang dituangkan ke dalam cerita dan dapat dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, penulis   tertarik dengan latar sosial yang digambarkan oleh Ahmad Tohari di dalam salah satu keryanya berjudul Bekisar Merah. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan latar sosial yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif. Penulis berusaha mendeskripsikan latar sosial yang di alami oleh tokoh utama. Dalam memperoleh data, penulis mendapatkan dengan cara studi pustaka menggunakan berbagai buku yang memiliki kaitan dengan latar sosial. Penelitian ini mendeskripsikan latar sosial yang dialami oleh tokoh utama dengan cara memaparkan unsur intrinsik dan memaparkan latar sosial yang muncul sehingga memudahkan langkah selanjutnya  untuk  mengetahui  latar  sosial  terhadap  tokoh  utama.   Kajian  ini  pun dilakukan mengunakan analisis unsur-unsur pembagunan cerita berupa unsur intrisik yang meliputi alur, tokoh, dan latar. Kesimpulannya, terdapat  enam  latar  sosial  yang  muncul dalam kajian ini: latar sosial tokoh utama kedua,  latar  sosial  penjual  nira  ketiga,  latar kehidupan masyarakat Karangsoga keempat, latar mitos atau kepercayaan kelima, latar asal- usul Lasi keenam, latar perilaku masyarakat. Latar sosial tersebut berpengaruh  terhadap tokoh utama terhadap keputusan yang Lasi ambil. Latar sosial yang muncul lebih banyak membuat Lasi lebih banyak menderita dari pada mendapatkan kebahagaian menjadi seorang perempuan simpanan. Latar pendidikan yang sangat rendah membuat pola pikir Lasi menjadi mudah di kendalikan orang lain bahkan orang-orang yang baru ia kenal. Kata Kunci: Latar Sosial, Bekisar Merah, Kajian Intrinsik.