cover
Contact Name
Langgeng Prima Anggradinata
Contact Email
langgeng@unpak.ac.id
Phone
+62251-8338650
Journal Mail Official
jurnalsalaka@unpak.ac.id
Editorial Address
Jalan Pakuan No. 1, Tegallega, Kota Bogor
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Salaka : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia
Published by Universitas Pakuan
ISSN : -     EISSN : 2684821X     DOI : https://doi.org/10.33751/jurnal%20salaka
Jurnal Salaka: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia adalah jurnal bahasa, sastra, dan budaya Indonesia yang memuat makalah, gagasan ilmiah, dan hasil penelitian bahasa, sastra, dan budaya dalam bentuk artikel ilmiah dari para peneliti, akademisi, seniman, budayawan, dan mahasiswa. Jurnal Salaka: Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia menerbitkan hasil penelitian dengan berbagai metode, baik kualitatif maupun kuantitatif, dan berbagai pendekatan dan teori bahasa, sastra, dan budaya dan berfokus pada kajian bahasa, sastra, dan budaya.
Articles 51 Documents
Representasi citra perempuan dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan karya Nawal El Saadawi Langgeng Prima Anggradinata
Jurnal Salaka : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia Vol 4, No 2 (2022): Volume 4 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/jsalaka.v4i2.7486

Abstract

Wacana perempuan telah hadir dalam karya sastra, termasuk karya sastra Arab. Beberapa karya sastra Arab (yang dikarang oleh laki-laki) merepresentasikan represi yang dialami perempuan. Penelitian ini bertujuan menganalisis novel Memoar Seorang Dokter Perempuan karya Nawal El Saadawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Wacana femininitas dari Simone de Beauvoir dan representasi dari Stuart Hall digunakan untuk menganalisis novel ini. Hasilnya, novel Memoar Seorang Dokter Perempuan karya Nawal El Saadawi telah melawan nilai-nilai tradisional yang diberikan kepada perempuan (Arab). Novel ini telah mengkritisi kehidupan perempuan yang direpresi, disubordinasi, dan dihegemoni dari masa kecil hingga dewasa. Novel ini juga telah merepresentasikan pembentukan stereotipe perempuan oleh lingkungan sosialnya. Selain itu, Nawal El Saadawi merekonstruksi citra perempuan dalam masyarakat Arab yang patriarkat. Novel ini mencitrakan perempuan (Arab) sebagai perempuan yang bereksistensi, berpikir kritis, dan berdaya.
Penerjemahan metafora bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dalam sebuah novel Absolute Power karya Baldacci dan terjemahannya Kekuasaan Absolute terjemahan Hidayat Saleh Renny Soelistyowati; Haries Marithasari; Guruh Ramdani
Jurnal Salaka : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia Vol 5, No 1 (2023): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/jsalaka.v5i1.8275

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis kesepadanan metafora dalam novel Absolute Power. Karya Baldacci dan terjemahannya kekuatan power diterjemahkan oleh Hidayat Saleh. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori metafora dan teori-teori terjemahan metafora. Metafora adalah bahasa figuratif yang padanannya belum tentu dapat ditemukan dalam bahasa sasaran.  Teori penerjemahan metafora digunakan untuk menganalisis terjemahan tersebut untuk mendapatkan penafsiran yang paling tepat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan teori penerjemahan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa data di semua kalimat tidak berterima secara harfiah. Ketidakberterimaan disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian semantis dan semua data memiliki magna figuratif, yaitu makna yang padanannya belum tentu dapat ditemukan dalam bahasa sasaran.
KONTROVERSI PUISI DARING DALAM POLITIK SIBER SASTRA Ardi Rai Gunawan
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.557 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i1.1142

Abstract

ABSTRAKMunculnya teknologi daring yang memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai hal, membuat berbagai kalangan masyarakat memanfaatkannya untuk bermacam keperluan. Baik untuk mereproduksi pengetahuan, ataupun sekadar mengekspresikan dagelan terhadap suatu peristiwa. Budaya bersastra Indonesia menjadi salah satu dampak dari perubahan tersebut: produksi yang semula akrab dengan medium kertas pun secara berangsur berpindah haluan ke medium digital. Keinginan seseorang dalam memproduksi sastra menjadi lebih variatif. Akan tetapi, kontroversi dari kalangan kritikus sastra dan sastrawan senior membuat gaya baru dalam produksi sastra dipertanyakan, terutama masalah kualitas karya dan penulisnya. Kubu pencipta karya sastra pun terbelah dua, antara pro terhadap siber sastra dan pro terhadap keadiluhungan sastra konvensional. Melalui kajian kepustakaan, penulis menyorot fenomena tersebut dengan menganalisis beberapa karya puisi daring, yang dewasa ini banyak pula ditulis oleh sastrawan yang telah lama menulis karya sastra konvensional. Tujuannya untuk merelevansi dua karakter karya penyair tersebut.    Kata kunci: Siber sastra,  demokrasi sastra, kontroversi sastrawan, poltik sastra
STRUKTUR DAN PERAN MITOS DALAM NOVEL CIUNG WANARA KARYA AJIP ROSIDI Ferina Meliasanti
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.011 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i1.1143

Abstract

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana struktur mitos yang terdapat dalam novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi dan bagaimana peran mitos cerita Ciung Wanara di novel tersebut dalam perkembangan budaya manusia. Sebagaimana diketahui, novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi merupakan saduran bebas ke dalam bentuk prosa berbahasa Indonesia berdasarkan cerita Ciung Wanara edisi teks C.M. Pleyte (1910) yang ditulis dengan bahasa Sunda. Novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi menceritakan kisah tentang tokoh Ciung Wanara yang merebut kembali kedudukannya sebagai salah satu penerus kekuasaan kerajaan Galuh dan memberikan hukuman kepada Dewi Pangrenyep yang telah memfitnah Pohaci Naganingrum, ibu dari Ciung Wanara. Terjadi pertarungan antara Hariang Banga dan Ciung Wanara, karena Hariang Banga murka setelah mendengar Dewi Pangrenyep dimasukan ke dalam penjara. Pada akhirnya, Hariang Banga pun menghentikan pertarungan dan mengakui bahwa Ciung Wanara benar-benar keturunan Galuh. Hariang Banga memerintah kerajaan Galuh bagian timur, sedangkan Ciung Wanara memerintah wilayah kekuasaan bagian barat. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitis dengan pendekatan objektif (struktural). Hasil analisis struktur mitos menunjukkan bahwa novel Ciung Wanara karya Ajip Rosidi merupakan kondisi alamiah dari realitas hasrat manusia (individu) dalam memeroleh atau merebut kekuasaan, dan peran mitosnya sebagai Myth of freedom (mitos pembebasan) yang muncul dalam novel Ciung Wanara sebagai negasi atas mitos cerita Ciung Wanara. Kata kunci: novel, Ciung Wanara, struktur mitos, peran mitos.
TRANSFORMASI CERITA RAKYAT JAMARUN KE PERTUNJUKAN “CAHAYA MEMINTAS MALAM/THE LIGHT WITHIN A NIGHT” Sahlan Mujtaba
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.347 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i1.1144

Abstract

ABSTRAKCerita rakyat Jamarun merupakan folklor lisan yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Di tengah keberadaannya yang mulai terlupakan dalam ingatan masyarakat, cerita rakyat Jamarun diolah menjadi pertunjukan oleh tiga kelompok teater dari dua negara (Indonesia dan Australia): Mainteater Bandung, Teater Lakon, dan La Trobe University Student Theatre and Film. Cerita rakyat Jamarun dan pertunjukan Cahaya Memintas Malam/The Light Within A Night menjadi data dalam penelitian ini. Teori yang digunakan dalam penelitian, yaitu teori tentang transformasi yang dikemukakan oleh Riffaterre. Berdasarkan hasil pembahasan ditemukan adanya konversi dan ekspansi. Konversi tidak terjadi dalam tataran alur dan tokoh di pertunjukan CMM. Alur dan tokoh yang terdapat dalam CMM justru lebih kompleks daripada yang terdapat dalam cerita rakyat Jamarun. Cerita rakyat Jamarun menyandarkan pada penceritaan naratif, sedangkan pertunjukan CMM menggunakan rentetan dialog sebagai penyampai cerita. Cara ungkap naratif memungkinkan cerita tersampaikan lebih singkat, sedangkan cerita yang menyandarkan pada dialog membutuhkan uraian lebih luas. Ekspansi cerita rakyat Jamarun ke pertunjukan CMM tampak melalui pengembangan alur, tokoh, latar, dan wacana. Pengembangan tersebut ditandai dengan munculnya adegan-adegan baru yang terkait dengan wacana yang terkandung dalam cerita rakyat Jamarun dan yang berhubungan dengan dua budaya, Indonesia dan Australia. Selain itu, didapatkan pengetahuan bahwa perbedaan latar belakang budaya tidak dapat membatasi kerja kreatif. Perbedaan budaya justru mampu memotivasi untuk menemukan perspektif dan gaya ungkap yang tidak terduga. Pemilihan cerita rakyat sebagai poros utama cerita, mampu mengenal lebih jauh cara berpikir masyarakatnya. Kata kunci: cerita rakyat jamarun, folklor, pertunjukan cahaya memintas malam, transformasi.
BAHASA SEBAGAI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Triyanto Triyanto; Fuzi Afiza Fauziyah; Muhammad Tesar Hadi
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.551 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i1.1145

Abstract

ABSTRAKTulisan ini menggambarkan kaitan antara bahasa sebagai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Pendidikan budaya berkaitan erat dengan karakter bangsa sebab sebagian nilai-nilai karakter terdapat dalam pendidikan budaya. Sekolah berperan penting sebagai wahana memperteguh nilai budaya dan karakter bangsa. Pendidikan budaya termasuk salah satu wahana untuk membentuk bahasa dan karakter siswa. Dalam pembelajaran bahasa perlu dioptimalkan baik strategi, metode, media, serta bahan ajar yang bermuatan nilai pendidikan dan kebajikan sehingga membentuk karakter peserta didik. Pendidikan bahasa sebagai budaya dan karakter bangsa bukan hanya tugas dan tanggung jawab guru bahasa, melainkan tanggung jawab semua guru bidang studi karena semua guru pasti menggunakan bahasa. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendidikan karakter siswa adalah dengan pembelajaran bahasa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunkan teknik studi pustaka untuk mengambil data dari berbagai sumber bacaan. Hasilnya, bahasa merupakan media penyampai ilmu pengetahuan dan informasi. Bahasa juga menjadi alat komunikasi antarindividu atau pun antarkelompok. Dalam praktik komunikasi yang terjadi, masyarakat menggunakan bahasa dalam “membangun kebudayaannya”. Oleh sebab itu, pembentukan karakter bangsa pun dapat dilakukan dengan sarana bahasa. Kata Kunci :Bahasa, Pendidikan Budaya, Karakter Bangsa
REPRESENTASI ETOS KERJA ORANG SUNDA DALAM UNGKAPAN DAN FOLKLOR SUNDA Yuyus Rustandi; Langgeng Prima Anggradinata
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.852 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i1.1146

Abstract

ABSTRAK Etos kerja orang Sunda direpresentasikan dalam ungkapan atau kosakata bahasa Sunda yang digunakan sehari-hari. Selain itu, folklor Sunda juga merepresentasikan etos kerja orang Sunda, misalnya cerita si Kabayan. Tulisan ini menganalisis representasi etos kerja orang Sunda dalam ungkapan dan folklor Sunda. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ungkapan yang kerap dituturkan oleh orang Sunda menunjukkan bahwa ungkapan-ungkapan yang dituturkan orang Sunda menunjukkan ekspresi kemalasan, misalnya ungkapan atau kosakata kumaha isuk, hoream, wanci pecat sawed, dll. Folklor si Kabayan merepresentasikan pula etos orang Sunda. Cerita itu menampilkan kembali dua tipe orang Sunda: (1) orang yang bekerja keras dan (2) orang yang malas. Cerita bermakna bahwa orang Sunda seharusnya bersikap sewajarnya; orang Sunda tidak boleh memiliki sifat malas dan ambisi yang tinggi karena keduanya sama-sama merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dari ungkapan dan folklor tersebut terlihat representasi identitas dan dinamika orang Sunda dalam hal etos kerja. Kata kunci: etos kerja, orang Sunda, ungkapan, folklor, si Kabayan. 
RESENSI BUKU KEGELISAHAN, REFLEKSI, DAN NOSTALGIA: MEMBACA FRISCHA ASWARINI DALAM KUMPULAN PUISI TANDA BAGI TANYA Miraviori, Areispine Dymussaga
Jurnal Salaka | Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2019): Volume I, Nomor I, Januari 2019
Publisher : Jurnal Salaka | Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.081 KB)

Abstract

BAGAIMANA jika rasa takut membawa kita untuk selalu bersembunyi di dalam memori-memori yang tak akan menyakiti? Terdapat 33 puisi dalam buku kumpulan puisi Tanda bagi Tanya (Gramedia, 2017) karya Frischa Aswarini ini, kurang lebih, menyajikan gelombang perasaan yang menjawab pertanyaan di atas. Namun, sebelum lebih jauh membahas puisi-puisi dalam buku ini, ada baiknya kita mengenal Frischa Aswarini, seorang penulis muda dari Bali yang karyanya telah cukup banyak mengikuti festival kesusastraan di Indonesia dan mancanegara, juga pengalamannya mengikuti program Canada World Youth pada tahun 2014-2015. Latar belakang Frischa ini kelak dapat memberi gambaran dalam membaca puisi-puisinya.
HASRAT EKA KURNIAWAN DALAM NOVEL SEPERTI DENDAM, RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS (KAJIAN PSIKOANALISIS JACQUES LACAN) Dedi Sahara
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.208 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i2.1280

Abstract

ABSTRAKHasrat ada sejak manusia lahir, sehingga hampir tidak mungkin manusia hidup tanpa hasrat. Hasrat dipahami sebagai harapan atau keinginan yang bersifat tidak disadari. Harapan atau keinginan ini berhubungan dengan “kepenuhan” karena manusia selalu hidup dalam kondisi kekurangan. Dalam psikoanalisis Lacan, kekurangan itu terjadi karena keterpisahan secara radikal dengan sang ibu akibat kastrasi oleh sang Ayah sebagai simbol hukum atau kebudayaan, sehingga melahirkan hasrat. Eka Kurniawan sebagai pengarang adalah subjek yang berkekurangan itu, dan karya sastra merupakan manifestasi dari hasrat pengarangnya karena menulis karya sastra merupakan kompensasi atau cara untuk menutupi kekurangan tersebut. Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan adalah psikoanalisis Lacan melalui mekanisme metafora dan metonimi dengan menganalisis rangkaian penanda seperti “penis”, “rindu”, “dendam”, “perempuan”, “pemerkosaan”, dan lainnya, yang terdapat dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasrat menjadi dan hasrat untuk memiliki dari Eka Kurniawan yang termanifestasikan dalam novelnya, yaitu hasrat untuk menjadi maskulin dan hasrat untuk memiliki phallus. Eka Kurniawan telah memanipulasi penanda phallus (via penis) itu dalam berbagai cara yang mendasar dan khas untuk membentuk dan memperkuat hasrat para laki-laki heteroseksual, melalui tokoh Ajo Kawir dan citraan perempuan dalam novelnya. Hasrat maskulinitas Eka sebagai metafora dari phallus adalah objek a yang selalu didekati olehnya.  Kata Kunci: Novel, Psikoanalisis, Lacan, Hasrat, Maskulinitas, Phallus, Eka Kurniawan.
FUNGSI WAWANCAN DALAM UPACARA ADAT PENGANTIN LAMPUNG SAIBATIN Jafar Fakhrurozi; Shely Nasya Putri
E- ISSN : 2684-8
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.074 KB) | DOI: 10.33751/jurnal salaka.v1i2.1281

Abstract

ABSTRAKDalam upacara adat pernikahan masyarakat Lampung Saibatin, terdapat prosesi pemberian gelar (adok) kepada pengantin. Pemberian adok merupakan simbol kedudukan seseorang dalam adat yang diwariskan secara turun-temurun dan dianugerahkan dengan memenuhi beberapa ketetapan adat. Dalam upacara pemberian gelar tersebut, terdapat pembacaan pantun yang disebut wawancan oleh tetua adat. Pantun tersebut disampaikan sebagai pengantar pemberian adok (gelar) bagi pengantin. Pantun tersebut memuat sepenggal riwayat hidup kedua mempelai. Pada bagian akhir, pantun berisi pemberian gelar dan harapan-harapan untuk pengantin. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat betapa pentingnya posisi pantun dalam proses pemberian adat tersebut. Tanpa pantun, pemberian gelar tidak dapat disampaikan. Penelitian ini menguraikan struktur pantun wawancan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Metode etnografi tersebut digunakan untuk mengamati prosesi adat, kehidupan pemangku adat, dan para penutur pantun. Pengumpulan data dilakukan dengan proses wawancara, observasi, dan pendokumentasian pertunjukan. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis menggunakan pendekatan struktural sehingga dapat terungkap hasil penelitian. Hasilnya, penulis menuliskan wawacan berdasarkan pesanan calon pengantin, tetapi dengan cara spontan dan berdasarkan pengalaman yang dialaminya. Dari segi teks, struktur teks wawacan yang diciptakan identik dengan pantun syair dan talibun: empat barus dan enam baris perbaitnya dengan rima a-a-a-a dan ab-ab-ab. Dari segi fungsi, wawacan memiliki fungsi dan makna sebagai pelestari bahasa dan budaya Lampung, khususnya Lampung Pesisir. Kata kunci: Pantun, Wawancan, Saibatin, Fungsi, Struktur.