cover
Contact Name
Moch. Yusuf. P
Contact Email
otentik@univpancasila.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
otentik@univpancasila.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Hukum Kenotariatan Otentik's
Published by Universitas Pancasila
ISSN : 26555131     EISSN : 26853612     DOI : -
Jurnal Hukum Kenotariatan Otentik's merupakan jurnal yang memuat artikel-artikel mengenai hukum kenotariatan. Jurnal ini diterbitkan oleh Program Studi Kenotariatan Program Magister Universitas Pancasila, dan dimaksudkan untuk menjadi media pengembangan dan penyebarluasan pemikiran di bidang hukum kenotariatan. Artikel-artikel yang dimuat di dalam jurnal ini merupakan karya tulis ilmiah konseptual maupun hasil ringkasan laporan penelitian dari para dosen, mahasiswa, peneliti, ataupun peminat bidang hukum kenotariatan.
Arjuna Subject : -
Articles 58 Documents
Peran Majelis Kehormatan Notaris Terhadap Terbukanya Rahasia Jabatan Notaris Dalam Menjalankan Jabatan Publik Anang Alfiansyah
Otentik's : Jurnal Hukum Kenotariatan Vol 1 No 1 (2019): Januari
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A notary, both as a public official and as a person who is trusted for his mandate, must uphold the confidentiality of his position, including legal deeds and documents and all information he or she obtains in the process of drafting such deeds and documents, as regulated in Article 19 paragraph (1) point (f) of the UUJN/2014, and as stated in the notarial oath. The confidentiality of his or her position can be revoked if he or she shares a copy of the deed or make official statements in relation to the deed to and by the request of law enforcement officers, including Investigator, Prosecutor, and Judge. This can result in a notary being disbarred as regulated in Article 16 paragraph (11) of the UUJN/2014, or even imprisoned as regulated in Article 322 paragraph (1) of the Criminal Code, except when the privilege is revoked due to legal orders and is carried out by the notary for the common good and law enforcement process, while still upholding the oath and the rights to confidentiality (denial rights and renunciation of Notary). In line with such reality, the Notary Honorary Council (MKN) will determine whether they approve or disapprove the request for a copy of the deed and/or all relevant information as stated in the request from Investigator, Prosecutor, Judge to MKN. However, before MKN makes any decisions, they should conduct an examination of the notary as a form of legal protection for MKN against the confidentiality of the notary’s position, concerning the contents of the deed and all information/ statements obtained by the notary from the parties entrusting him in the making of the deed.
Dinamika Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa Dalam Konteks Hukum Bisnis Internasional Andi Ardillah Albar
Otentik's : Jurnal Hukum Kenotariatan Vol 1 No 1 (2019): Januari
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alternative dispute resolution is a dispute resolution mechanism that offers advantages compared to disputes resolving through a court mechanism. Now, international business activities are more complex, and there are also many potential disputes among business people. Therefore, the existence of a dispute resolution mechanism is important to provide, especially a more effective and efficient dispute resolution mechanism. Now the mechanism contained in the Dispute Resolution Alternative is more diverse, including the mechanisms of consultation, conciliation, negotiation, mediation, arbitration, and even online arbitration. Unfortunately, Indonesia, through Law No. 30 of 1999, still cannot respond to the needs and existence of the online arbitration.
Kajian Mengenai Kegiatan Verifikasi Lapangan Atas Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Dedeh Diarti
Otentik's : Jurnal Hukum Kenotariatan Vol 1 No 1 (2019): Januari
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fee for acquisition of right of land and building (BPHTB) is a central tax that diverted into the local tax as provided in Law No. 28 of 2009. For BPHTB collection purpose, local government shall establish regional regulation concerning BPHTB. Based on that, then the Bogor Government issued Law No. 15 of 2010 on BPHTB. The collection of BPHTB, since 2011, was transferred to Local Revenue Office of Bogor. For such collection, then the office also issued a regulatioan on field verification of land and building subjected to collection of BPHTB. Field Verification aims to examine the correctness and to investigate the validity of tax object and documents received with actual field condition, especially on matters relating to the sale price of the land and building which are transacted.
Pengaruh Hukum Adat Dalam Proses Peralihan Hak Tanah Ulayat Pada Pembangunan Perluasan Bandara Di Jayapura Rachmi Syarfina
Otentik's : Jurnal Hukum Kenotariatan Vol 1 No 1 (2019): Januari
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to explain the transfer process of rights of communal land of Ifar Besar Sentani Tribe for the construction purpose of Main Class I Sentani Airport, Jayapura, Papua, and also to explain the influence of customary law that arises when the communal land diverted for the benefit of the public. This research uses empirical juridical research method. Transfer of rights of communal land of Ifar Besar Sentani Tribe for public interest or purpose, in the case of the construction of runway extension Sentani Airport, is not resolved yet due to the factor or influence from the indigenous law of Ifar Besar Sentani Tribe.
Kemandirian Badan Usaha Milik Negara: Persinggungan Antara Hukum Privat Dan Hukum Publik Yoyo Arifardhani
Otentik's : Jurnal Hukum Kenotariatan Vol 1 No 1 (2019): Januari
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The legal status of state-owned enterprises (BUMN) cannot be separated from the state finance conception. In addition to the dualism of legislation that applies with regard to state finances, there are also intersections between private law and public law. The use of a civil action mechanism, internal supervision and the application of the private law domain to state-owned enterprises based on the Limited Liability Company Law on indications of mismanagement of state-owned enterprises, so that the Directors of BUMN may be criminally responsible for the losses of state-owned enterprises. The judicial review of the Supreme Audit Board (BPK) law is based on the view that the state's financial scope is only the state budget, while the state's assets outside the state budget, such as the assets separated from state-owned enterprises are not state finances. The issue of the constitutionality of the BPK's authority in examining state financial management carried out on state-owned enterprises is deemed inconsistent with the objectives of BUMN which are expected to be independent, prioritizing the principles of good corporate governance, even though the Constitutional Court in Decision Number 48 and Number 62/PUU-XI/2013 rejected the application and the BPK still has the authority to supervise state-owned enterprises.
IMPLIKASI PMH DALAM PEMBUATAN AKTA PERJANJIAN NOMINEE OLEH NOTARIS DARI ASPEK PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA DAN PIDANA (STUDI KASUS PUTUSAN MA NOMOR 3403 K/PDT/2016) ADJENG DIAN ANDARI
Otentik's : Jurnal Hukum Kenotariatan Vol 1 No 2 (2019): Juli
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Notaris sebagai pejabat yang mempunyai kewenangan untuk membuat akta otentik mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban yang diembannya sesuai dengan UUJN. Tanggung jawab notaris untuk membuat akta tersebut contohnya dalam bentuk akta perjanjian simulasi berupa akta perjanjian nominee yang diduga melakukan perbuatan melawan hukum karena telah melakukan penyelundupan hukum dalam akta yang dibuatnya, seperti yang terjadi pada perkara Putusan Mahkamah Agung Nomor 3403 K/Pdt/2016. Putusan perkara tersebut diteliti untuk mendapatkan jawaban bagaimana implikasi perbuatan melawan hukum dalam pembuatan Akta Perjanjian Nominee oleh Notaris, dan bagaimana pertanggungjawaban perdata dan pidana tentang Perbuatan Melawan Hukum dalam pembuatan Akta Perjanjian Nominee oleh Notaris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif secara teknis analisis dengan pendekatan Undang-Undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach) yang hasilnya dipaparkan secara deskriptif. Sehingga, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap putusan perkara tersebut dapat dibuktikan bahwa implikasi perbuatan melawan hukum dalam pembuatan Akta Perjanjian Nominee oleh Notaris adalah timbulnya akibat hukum berupa sanksi yang merupakan bentuk pertanggungjawaban Notaris terkait jabatannya sesuai peraturan perundang-undangan secara Perdata, Pidana dan Administrasi. Selanjutnya, implikasi terhadap perbuatan melawan hukum dalam pembuatan Akta Perjanjian Nominee tersebut secara perdata dapat dikenakan sanksi berupa akta tersebut dinyatakan batal demi hukum dan adanya uang paksa serta hukuman untuk secara tanggung renteng membayar biaya perkara, secara Pidana perkara tersebut dapat pula dilaporkan karena Notaris telah menyembunyikan kebenaran materiil dan memasukkan keterangan palsu ke dalam aktanya, dan dapat dikenakan sanksi secara administratif karena telah melanggar UUJN dan Kode Etik Notaris.
KEPASTIAN HUKUM AKTA PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI YANG DIBATALKAN PUTUSAN PENGADILAN Edi Kurniawan La Ode
Otentik's : Jurnal Hukum Kenotariatan Vol 1 No 2 (2019): Juli
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengikatan Perjanjian Jual Beli (PPJB) sering dilakukan untuk memberi kepastian hukum bagi para pihak dalam proses peralihan hak atas tanah sebelum dilakukan AJB dihadapan PPAT. Dalam Putusan Perkara Nomor: 1092 K/Pdt/2013 juncto Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor: 168/Pdt/2012/PT-Mdn, status Akta PPJB yaitu Akta Nomor 5 tanggal 27 Juni 2011 antara Penjual dengan pembeli tidak dapat ditingkatkan menjadi AJB karena Pihak Penjual yaitu Masmin Bangun meninggal dunia sementara pihak pembeli telah menempati objek perjanjian. Kemudian berdasarkan putusan pengadilan, pihak yang diminta persetujuannya dalam akta PPJB yaitu istri dari almarhum Masmin bangun selaku penjual dinyatakan sebagai istri tidak sah sehingga tidak berwenang dalam melakukan perbuatan hukum dalam PPJB tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah Yuridis Normatif. Tahap pertama peneliti akan mengumpulkan bahan bahan hukum terkait permasalahan yang dikaji. Penelitian dengan menggunakan pendekatan perundangundangan yang dijelaskan secara deskriptif berdasarkan permasalahan dari berbagai aturanaturan hukum dan literatur. Kerangka teori yang digunakan sebagai acuan analisis dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum dan teori perlindungan hukum. Berdasarkan hasil penelitian, penulis telah menjelaskan mengenai kedudukan akta PPJB berdasarkan Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 168/Pdt/2012/PT-Mdn yang menyatakan akta PPJB cacat hukum sehingga jual beli tanah sengketa yang dilakukan pada tanggal 27 juni 2011 di buat dihadapan Aswin Ginting SH, Notaris/PPAT di kabanjahe yaitu Akta Nomor 5 Perjanjian Pengikatan Jual Beli terhadap sebidang tanah pertapakan diuraikan dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 160/Padang Mas adalah Akta Batal Demi Hukum dan tidak mempunyai Kekuatan Hukum yang mengikat yang berakibat hukum terhadap bentuk akta maupun perjanjian yang diperbuat setelah meninggalnya Masmin Bangun terkait perjanjian pengikatan jual beli tersebut tidak sah keberadaannya dan batal demi hukum. Dari kesimpulan penelitian ini, penulis menyarankan dalam hal adanya putusan Pengadilan yang menyatakan jual beli batal demi hukummaka perjanjian jual beli dianggap tidak pernah ada dan tidak memiliki akibat hukum sejak dari awalnya, oleh karena itu Hakim tidak boleh sekedar memutuskan bahwa perjanjian batal demi hukum, namun juga memerintahkan tindakan-tindakan yang mengembalikan para pihak ke keadaan semula.
ANALISIS YURIDIS PENETAPAN TARIF REKOMENDASI UNTUK PEROLEHAN PERSETUJUAN PERPANJANGAN HAK GUNA BANGUNAN DI ATAS HAK PENGELOLAAN (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 127 K/TUN/2017) Fitri Sagita Angelina
Otentik's : Jurnal Hukum Kenotariatan Vol 1 No 2 (2019): Juli
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Badan hukum perdata yang menjalankan kegiatan usahanya di atas lahan yang beradadi Kawasan Industri Pulogadung, dibawah pengelolaan PT. JIEP, yang menetapkanbiaya pemanfaatan lahan di atas tanah Hak Pengelolaan, yang secara sepihak tanpamelalui proses sosialisasi, komunikasi dan koordinasi terlebih dahulu dengan parapengguna tanah/perusahaan investor, yang sangat memberatkan dan merugikankarena untuk memperpanjang sertifikat hak guna bangunan, diharuskan membayarsesuai dengan appraisal. Persoalan dalam hal ini bagaimana pemberian penetapantarif rekomendasi untuk perolehan persetujuan perpanjangan sertifikat hak gunabangunan diatas hak pengelolaan oleh PT. JIEP, dan bagaimana akibat hukum daripenetapan tarif rekomendasi PT. JIEP terhadap perpanjangan hak guna bangunandiatas hak pengelolaan. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatifyang didukung dengan wawancara. Sehingga, didapat simpulan bahwa pemberianpenetapan tarif rekomendasi untuk perolehan persetujuan perpanjangan sertifikat hakguna bangunan di atas hak pengelolaan oleh PT. JIEP, seharusnya tunduk dan tetapmengacu pada Pergub Nomor 182 Tahun 2015 tentang Tata Cara PemberianRekomendasi atas Permohonan Sesuatu Hak di atas Bidang Tanah Hak Pengelolaan,Tanah Desa dan Tanah Eks Kota Praja Milik/Dikuasai Pemerintah Propinsi DKIJakarta, dan akibat hukumnya akan berdampak kepada adanya tindakan korupsi,merugikan pengguna tanah/perusahaan industri yaitu pembubaran perseroan terbatas,pemutusan hubungan kerja para karyawannya.
PERLUASAN KEWENANGAN NOTARIS SEBAGAI PIHAK PENYAMPAI INFORMASI DAN KENDALA IMPLEMENTASI PENATAUSAHAAN DOKUMEN TERKAIT PEMILIK MANFAAT DARI KORPORASI BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2018 Esra Stephani
Otentik's : Jurnal Hukum Kenotariatan Vol 1 No 2 (2019): Juli
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kewenangan umum notaris adalah membuat akta autentik. Namun, lahirnya Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2018 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme dengan alasan sebagai saran alternatif dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisme membuat kewenangan notaris menjadi lebih luas yaitu sebagai pihak penyampai informasi dan menatausahakan dokumen terkait pemilik manfaat dari korporasi tersebut. Maka timbul permasalahan bagaimana perluasan kewenangan notaris sebagai pihak penyampai informasi pemilik manfaat dari korporasi dan bagaimana kendala implementasi penatausahaan dokumen oleh notaris terkait pemilik manfaat dari korporasi. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian yang bersifat yuridis normatif. Perluasan kewenangan notaris tersebut tergolong dalam kewenangan notaris yang akan ditentukan kemudian berdasarkan aturan hukum lain yang akan datang kemudian sebagaimana dalam Pasal 15 ayat (3) UUJN. Perpres No. 13/2018 juga menentukan kriteria pemilik manfaat korporasi. Notaris wajib memverifikasi data pemilik manfaat dan menyampaikan informasinya kepada menteri terkait melalui AHU Online. Selain itu, notaris juga wajib menatausahakan dokumen terkait pemilik manfaat dari korporasi tersebut setiap tahunnya. Sedangkan pada praktiknya di lapangan, sebuah perusahaan atau korporasi, bisa saja membuat akta pendirian dan perubahannya di notaris yang berbeda-beda. Menjadi persoalan/kendala implementasi yang terjadi sekarang ini bagaimana mungkin 1 (satu) orang notaris diwajibkan untuk menatausahakan dokumen terkait pemilik manfaat dari suatu korporasi dalam jangka waktu paling singkat 5 (lima) tahun, sedangkan perusahaan tidak selalu membuat akta perubahan perseroannya di 1 (satu) notaris yang sama.
AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP ANAK DARI PERKAWINAN BEDA AGAMA Anggreany Haryani Putri; Andang Sari
Otentik's : Jurnal Hukum Kenotariatan Vol 1 No 2 (2019): Juli
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di dalam pasal 2 ayat 1 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan perkawinan akan sah apabila dilakukan menurut hukum agama masing-masing, yang artinya kedua calon mempelai agamanya harus sama. Jika perkawinan itu dilangsungkan dengan berbeda agama, jelas akan menimbulkan permasalahan yang rumit. Pastinya adalah masalah hak asuh anak. Apalagi jika terjadi perceraian akibat perkawinan beda agama, hal ini berdampak buruk terhadap fisik maupun psikologi anak. Salah satu akibat hukum perceraian adalah adanya hak pengasuhan anak. Timbul masalah apabila kedua orang tua si anak berbeda agama. Apakah mengikuti agama si ayah atau agama si ibu. Jadi jika ingin melangsungkan perkawinan, calon suami dan calon istri haruslah beragama yang sama agar tidak timbul masalah di kemudian hari. Karena pada dasarnya apabila anak yang memiliki ayah dan ibu yang berbeda keyakinan akan kebingungan untuk mengikuti agama yang mana, dan yang lebih mengenaskan adalah terjadi tarik-menarik antara ayah dan ibu agar anak-anak yang dilahirkan mengikuti salah satu keyakinan tersebut. Perkawinan akan langgeng dan tenteram apabila terjadi kesesuaian pandangan hidup dan prinsip antara suami dan istri, jangankan karena perbedaan agama, perbedaan budaya, atau perbedaan tingkat pendidikan antara suami istri, hal ini pun bisa mengakibatkan kegagalan perkawinan.