cover
Contact Name
Maya Nuriya Widyasari
Contact Email
medica.hospitalia@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
medica.hospitalia@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Medica Hospitalia
ISSN : 23014369     EISSN : 26857898     DOI : https://doi.org/10.36408/mhjcm
Core Subject : Health,
Medica Hospitalia: Journal of Clinical Medicine adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan RSUP Dr. Kariadi dan menerima artikel ilmiah dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang diharapkan dapat menjadi media untuk menyampaikan temuan dan inovasi ilmiah dibidang kedokteran atau kesehatan kepada para praktisi dan akedemisi di bidang kesehatan dan kedokteran.
Arjuna Subject : -
Articles 446 Documents
Comparasion Of The Therapeutic Effect Between SWD And Tens On Relieving Pain In Mechanical Low Back Pain Petients Robby Kartadinata; Lanny Indriastuti
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.497 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.55

Abstract

Background : Low back pain (LBP) is the second cause of pain after headache and remains one of the most common symptoms for seeing a physician. About 90% of LBP is caused by mechanical factor. There are various physical modalities to relieve pain, such as, Short Wave Diathermy (SWD) and Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) which are proved to be useful to relieve pain. The aim of the study is to compare SWD and TENS on relieving pain in mechanical LBP patients. Methods : A pre-posttest study in 36 outpatients, with subacute mechanical LBP, ranging from 30–55 years old, were randomly divided into two even groups, the SWD group and TENS group. The subjects received either SWD or TENS on lumbosacral area for 15 minutes, 3 times a week, with the interval of 2–3 days during 2 weeks. Visual Analogue Scale (VAS) was applied for pain assessments to all subjects before and 24 hours after the sixth therapy session. Results : There was a reduction on VAS score in the SWD group from 4.56 ± 0.62 cm to 1.90 ± 0.51 cm (p<0.001). There was a reduction on VAS score in the TENS group from 4.64 ± 0.59 cm to 2.03 ± 0.50 cm (p<0.001). There was no significant difference on VAS score reduction between SWD and TENS group (p = 0.643). Conclusion : TENS therapy relieves pain in subacute mechanical LBP patients as good as SWD Therapy. Keywords : Mechanical low back pain, SWD, TENS.
Gambaran Beban Caregiver Penderita Skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Amino Gondohutomo Semarang Alifiati Fitrikasari; Agung Kadarman; Widodo Sarjana
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.226 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.56

Abstract

Latar belakang : Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang perjalanannya berlangsung kronis dan menimbulkan kemunduran. Penderita skizofrenia mempunyai hendaya yang nyata pada taraf kemampuan fungsional sehari-hari, sehingga memerlukan bantuan dan pertolongan dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya pada pihak lain (caregiver/carer). Peningkatan peran ini akan menimbulkan konsekuensi, yang akhirnya akan menimbulkan beban perawatan bagi keluarga. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan beban perawatan pada caregiver yang merawat penderita skizofrenia dengan menggunakan instrumen Burden Assessment Schedule (BAS) versi Bahasa Indonesia dan komponen beban perawatan yang paling berpengaruh. Metode : Merupakan penelitian deskriptif dengan 100 orang caregiver yang merawat penderita lebih dari 2 tahun di Poliklinik Rawat Jalan kelas III dan pasien Jamkesmas Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondohutomo Semarang. Responden diwawancara dengan kuesioner terstruktur BAS versi Bahasa Indonesia. Hasil : Didapatkan nilai skor BAS antara 18 sampai 40, dengan rerata 26,41. Sebanyak 89 responden (89%) merasa terbeban dengan kondisi penderita. Urutan domain yang paling berperan terhadap beban caregiver adalah dampak terhadap perasaan nyaman, beratnya masalah gangguan yang dihadapi, dampak terhadap hubungan dengan orang lain, apresiasi terhadap peran perawatan dan dampak terhadap kualitas hubungan perkawinan. Simpulan : Sebagian besar caregiver menganggap perawatan terhadap anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia sebagai beban dan komponen yang paling berperan adalah dampak terhadap perasaan nyaman. Kata kunci: Beban perawatan, caregiver skizofrenia, instrumen BAS versi Bahasa Indonesia.
Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Aktiitas Fagositosis Makrofag dan Kadar Vitamin C dalam Cairan Intraperitoneal Mencit Balb/C dengan Sepsis Hendra Widjaja; Ign Riwanto; Edi Dharmana
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (824.569 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.57

Abstract

Latar belakang : Sepsis masih menjadi permasalahan dalam praktek klinis karena angka mortalitas masih tinggi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh dosis bertingkat vitamin C yang dibutuhkan untuk mencapai aktivitas fagositosis optimal makrofag mencit sepsis. Metode : Penelitian ini merupakan uji laboratoris mencit Balb/C dengan pendekatan the post test only controlled group design, 20 ekor mencit sepsis dibagi 4 kelompok: kelompok kontrol (K); kelompok perlakuan mendapat vitamin C 0,52 mg/hari (P1); vitamin C 1,04 mg/hari (P2); vitamin C 2,6 mg /hari (P3) selama 3 hari, kemudian diperiksa kemampuan fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal. Tingkat aktivitas fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan Bonferroni test, dan korelasi keduanya diuji dengan uji korelasi Spearman. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna pada kemampuan fagositosis makrofag dalam kelompok (p<0,05). Uji antar kelompok menunjukkan: K–P1 (p<0,001), K–P2 (p<0,001), K–P3 (p<0,001), P1–P2 (p<0,001), P1–P3 (p<0,001), tetapi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara P2-P3 (p=0,48). Terdapat perbedaan bermakna kadar vitamin C intraperitoneal K–P2 (p<0,001), K–P3 (p<0,001), P1–P2 (p=0,003), P1–P3 (p<0,001), P2-P3 (p<0,001), kecuali pada kelompok K–P1 (p=0,131). Didapatkan korelasi positif antara kadar vitamin C intraperitoneal dengan fagositosis makrofag (r=0,58 ; p<0,001). Simpulan : Terdapat peningkatan signifikan pada fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal pada mencit Balb/C dengan sepsis yang diberi vitamin C. Dosis ideal vitamin C adalah 1,04 mg/hari, dan kadarnya meningkat sesuai dosis yang diberikan. Kata kunci: Sepsis, vitamin C, fagositosis makrofag, vitamin C intraperitoneal.
Hubungan Beberapa Faktor Demografi Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pasca Diagnosis Kanker Di RSUP Dr. Kariadi Semareang Linawati Neny Yunitasari
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.193 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.58

Abstract

Latar belakang : Kanker pada umumnya dihubungkan dengan penderitaan yang berat, menyedihkan, dan mematikan serta dampak yang sangat luas terhadap penderita maupun keluarganya sehingga dapat menimbulkan kecemasan setelah diagnosis kanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor usia, pengetahuan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasca diagnosis kanker. Metode : Desain penelitian cross sectional pada pasien pasca diagnosis kanker di RSUP Dr. Kariadi Semarang bulan Desember 2008. Kriteria inklusi adalah keganasan berdasarkan hasil patologi anatomi dan mendapat terapi radiasi/kemoterapi 1 kali. Kriteria eksklusi pasien dengan kondisi kritis, mempunyai gangguan jiwa, dan tidak melanjutkan pengobatan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Tingkat kecemasan diukur dengan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS–A) dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS). Analisis data dengan distribusi frekuensi dan uji bivariat menggunakan uji korelasi non parametric Spearman. Hasil : Didapatkan 34 subyek terdiri dari laki laki 47,1% dan perempuan 52,9%, sebagian besar berusia di atas 50 tahun. Sebagian besar pasien mempunyai pengetahuan dan tingkat sosial ekonomi rendah, serta tingkat pendidikan menengah. Pengetahuan (p<0,001), status sosial ekonomi (P=0,008), dan tingkat pendidikan (p=0,024) berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien. Sedangkan faktor usia dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan tingkat kecemasan. Simpulan : Pengetahuan, status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien. Kata kunci: Kecemasan, kanker, faktor demografi, RSUP Dr. Kariadi
Pengaruh Suplementasi Modisco Putih Telur Terhadap Perubahan Kadar Albumin pada Pasien Bedah dengan Hypoalbuminemia di RSUP Dr. Kariadi Semarang Supriyatna Supriyatna
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.576 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.59

Abstract

Latar belakang : Makanan tinggi potein dapat meningkatkan dan mempertahankan kadar albumin. Modisco putih telur (MPT) merupakan suplementasi tinggi protein tinggi kalori yang dapat meningkatkan kadar albumin darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suplementasi MPT terhadap perubahan kadar albumin darah pada pasien hipoalbuminemia. Metode : Penelitian Quasi Eksperimen pada pasien hipoalbuminemia di bangsal bedah RSUP Dr Kariadi Semarang pada bulan Agustus–September 2009 dan bulan Februari–Maret tahun 2010. Sampel diambil secara purposive terdiri dari 20 perlakuan dan 20 kontrol dengan kriteria inklusi umur 21 s/d 60 tahun, diet peroral bentuk makanan biasa atau lunak. Pasien dengan gangguan fungsi hepar dan ginjal serta menjalani operasi dalam 5 hari pengamatan dieksklusi. Kadar albumin darah sebelum perlakuan diambil dari rekam medik, evaluasi kadar albumin dilakukan pada hari ke-5. Hasil analisis dengan uji independent t test dan paired t test. Hasil : Rerata kadar albumin darah hari pertama pada kelompok perlakuan adalah 2,5 mg/dl ± 0,22 dan kelompok kontrol 2,4 mg/dl ± 0,55. Evaluasi hari ke 5 kadar albumin darah pada kelompok perlakuan sebanyak 2,7 mg/dl ± 0,47 dan kelompok kontrol 2,2 mg/dl ± 0,53. Uji statistik didapatkan perbedaan bermakna pada perubahan kadar albumin antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p=0,002). Simpulan : Terdapat perbedaan bermakna kadar albumin antara responden yang diberi MPT dengan yang tidak diberi MPT. Kata kunci: hipoalbumin, kasus bedah, modisco putih telur.
Percutaneous Ballon Mitral Valvuloplasty pada Wanita Hamil 22 Minggu Akibat Mitral Stenosis Berat dengan Penyulit Gagal Jantung Kongestif dan Hipertensi Pulmonal Berat Charles Limantoro; Sodiqur Rifqi; Adityana -; Intan Suryyana
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.758 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.60

Abstract

Latar Belakang : Gagal jantung kongestif (GJK) pada wanita hamil merupakan masalah kritis karena tingkat kesakitan dan kematian ibu dan janin yang tinggi. Salah satu penyebab utama GJK adalah stenosis mitral (SM) yang merupakan lesi katup pada penyakit jantung rematik (PJR) yang paling sering dijumpai. Perubahan- perubahan kardiovaskular yang terjadi pada saat kehamilan seringkali memunculkan berbagai gejala dan tanda gangguan katup mitral pada PJR. Kasus : Seorang wanita 36 tahun, hamil 22 minggu, kehamilan ke-6, dengan keluhan utama sesak napas, dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi. Pasien didiagnosis sebagai gagal jantung kongestif (GJK) NYHA IV, dengan hipertensi pulmonal (HP) berat, stenosis mitral (SM) sedang-berat et causa PJR. Dilakukan Percutaneous Balloon Mitral Valvuloplasty (PBMV) untuk meringankan gejala gagal jantung dan mengurangi derajat HP dan Trans Esophageal Echocardiography (TEE) untuk memastikan ada atau tidak adanya thrombus di LAA dan mitral regurgitasi. Hasil TEE didapatkan PJR dengan SM sedang-berat, trikuspid regurgitasi sedang-berat, aortic regurgitasi ringan dan HP berat. Diskusi : Perkembangan baru dalam penanganan penyakit katup meliputi Percutaneous Balloon Mitral Valvuloplasty (PBMV) untuk stenosis mitral. Penggunaannya pada pasien hamil harus diperhitungkan dengan matang, untuk memastikan kelangsungan hidup ibu dan meningkatkan kesejahteraan janin. Untuk penatalaksanaan mitral stenosis pada kehamilan dibutuhkan informasi mengenai derajat dan beratnya penyakit serta komplikasi yang terjadi pada penderita. Simpulan : Percutaneous Balloon Mitral Valvuloplasty dapat dilakukan pada wanita hamil dengan GJK dan hipertensi pulmonal dengan mempertimbangkan derajat penyakit, komplikasi dan penyulit lainnya .
Primary Percutaneous Coronary Intervention (Primary PCI), Senjata "Baru" Untuk Melawan Serangan Jantung Akut Sodiqur Rifki
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.804 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.61

Abstract

Serangan jantung akut atau infark miokard akut (acute myocardial infarction) adalah suatu momok yang mengerikan. Keluhan nyeri dadanya begitu menakutkan sehingga bisa membuat seorang perokok fanatik yang sudah puluhan tahun merokok dan tidak pernah mau mendengar saran dari siapapun, termasuk cucunya, tiba- tiba mau berhenti merokok seketika. Seorang yang pernah mengalami serangan ini mengatakan bahwa rasa ajal mau menjemput (feeling of death) itu begitu menakutkan, sehingga membuatnya tak ingin mengalaminya lagi. Dari semua pasien infark miokard, 25–35% akan meninggal sebelum mendapat pengobatan, umumnya disebabkan oleh gangguan irama jantung yang letal, yaitu fibrilasi ventrikel.1,2 Pasien yang berhasil sampai ke rumah sakit dari tahun ke tahun semakin menurun angka kematiannya. Penurunan tersebut terjadi karena beberapa hal, terutama sejak adanya perawatan CCU (Coronary Care Unit) dan dikembangkannya terapi reperfusi baik secara farmakologis dengan obat fibrinolitik maupun reperfusi mekanik dengan percutaneous coronary intervention (PCI). Sayangnya, data nasional Indonesia belum ada, tetapi analisis data register nasional di Amerika Serikat menunjukkan penurunan angka kematian pasien infark miokard yang mendapatkan terapi reperfusi jauh lebih rendah (5,7%), dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan terapi reperfusi (14.8%).
Tromboemboli Vena pada Kanker Suharti C
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.96 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i3.62

Abstract

Trombosis merupakan komplikasi yang sering terjadi padapenderita kanker , angka kejadiannya makin meningkat, dan merupakan penyebab kematian kedua pada penderita dengan kanker . Trombosis pada kanker mempunyai angka kekambuhan dan risiko perdarahan yang tinggi, dan memerlukan pengobatan dengan antikoagulan jangka panjang.Patogenesi s trombosi s pada kanker mel i put i beberapa mekanisme yang saling berhubungan termasuk antara lain faktor jaringan yang berasal dari tumor dan peranan trombosit. Faktor jaringan diekspresikan oleh sel tumor yang diinduksi oleh pengaktifan onkogen, inaktivasi gen yang menekan tumor , serta berbagai mediator termasukantara lain tumor necrosis factor interleukin -1, liganC , trombin and vascular endothelial growth factor. Selain itu juga prokoagulan kanker , yakni suatu proteasesistein yang hanya didapatkan pada sel kanker dan jaringan amnion. Faktor ekstrinsik seperti pemberian kemoterapi, agen terapi target seperti bevacizumab, thalidomide, lenalidomide, sunitinib dan sorafenib, juga sering menimbulkan kejadian trombosis. Pencegahan dan terapi yang efektif untuk tromboemboli vena dapat menurunkan angka morbiditas dan memperpanjang usia. Heparin berat molekul rendah merupakan pilihan yang efektif dan aman untuk pencegahan maupun terapi tromboemboli vena, dibanding unfractionated heparin and antagonis vitamin K. Saat ini telah terdapat panduan baru untuk pencegahan maupun terapi, yang direkomendasikan bagi penderita kanker yang dirawat dirumah sakit maupun penderita kanker yang akan menjalani tindakan bedah mayor
Aspek Biomolekuler Apoptosis, Caspase-3 & RAK pada Pemberian Morinda Citrifolia L (Mengkudu) Tikus Sprague Dawley Diabetes Nefropati yang Diinduksi Streptocotocin (STZ) Indranila KS
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.479 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i3.63

Abstract

Latar belakang : Nefropati diabetes (ND) adalah salah satu bentuk komplikasi mikrovaskuler yang sering dijumpai pada penderita diabetes mellitus (DM). Morinda citrifolia L (Mengkudu) memiliki komponen zat bioaktif bersifat imunomodulator, imunosupresif, anti inflamasi dan antiapoptosis, diharapkan dapat memperbaiki fungsi ginjal dengan pengukuran biomarker RAK, indeks apoptosis, dan caspase-3. Tujuan penelitian : Membuktikan peran Morinda citrifolia L(MC) dalam memperbaiki fungsi ginjal ND pada tikus SD yang diinduksi STZ. Metode penelitian :The post test only control group desain. Tiga puluh enam ekor tikus Sprague Dawley dibagi menjadi 6 kelompok : 2 kelompok kontrol, dan 4 kelompok perlakuan. Tikus diinduksi STZ dosisi 40 mg/kgBB selama 8 minggu, kemudian di beri MC dosis 10,20,40,80mg/dL selama 2 minggu. Pada akhir penelitian tikus diperiksa RAK, indeks apoptosis, caspase-3. Data dianalisis menggunakan Mann Whitney dan regresi linier berganda. dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil dan pembahasan :Pada penelitian ini digunakan 36 ekor tikus SD yang dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu kelompok 1 mendapat kelompok STZ + MC 10 mg, 1 kelompok mendapat kelompok STZ + MC 20 mg,1 kelompok STZ + MC 40 mg, 1kelompok STZ + MC 80 mg,1 kelompok STZ / kontrol (+ ) dan 1 kelompok kelompok kontrol (-). Hasil uji statistik menunjukkan RAK urin kelompok MC 20 mg adalah lebih rendah secara bermakna dibanding kelompok kontrol (+) dengan nilai p=0,04. Indeks apoptosis kelompok MC 20 mg adalah lebih rendah secara bermakna dibanding kontrol (+) dengan p=0,002. Ekspresi caspase-3 jaringan glomerulus yang tertinggi adalah pada kelompok yang mendapat STZ dan MC yang paling rendah adalah pada kelompok yang mendapat MC 20 mg. Korelasi antara ekspresi caspase-3 dengan indeks apoptosis pada jaringan glomerulus dan tubulus ginjal menunjukkan adanya korelasi positip kuat (p<0,001) Hal ini secara tidak langsung dapat menjelaskan apotosis yang terjadi pada jaringan nefron ginjal adalah melalui jalur caspase. Simpulan dan saran : Pemberian Morinda citrifolia L dosis 10,20,40,80mg/dL dapat menurunkan status albuminuri berdasarkan pengukuran RAK, indeks apoptosis glomerulus, ekspresi caspase-3. Pemberian ekstrak Morinda citrifolia L dapat memperbaiki fungsi ginjal paling bermakna pada konsentrasi 20 mg/dL,dan berpengaruh paling kuat untuk perbaikan ND melalui apoptosis glomerulus terhadap penurunan status albuminuria (RAK).Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada manusia, dengan dosis 100mg/kgBB, yang merupakan hasil konversi dosis 20mg/dL pada tikus. Kata kunci : nefropati diabetes, morinda citrifolia L, tikus SD, STZ, apoptosis, caspase-3, RAK
Pengaruh Pemberian Tambahan Putih Telur pada Diet Tinggi Kalori dan Protein terhadap Kadar Albumin Darah Penderita Keganasan Kepala Leher dengan Hipoalbuminemia Dian Ruspita; Suprihati -; Amriyatun -; Niken Puruhita
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.926 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i3.64

Abstract

Latar belakang : Penderita keganasan kepala leher sering mengalami hipoalbuminemia karena asupan makanan yang menurun akibat terjadi gangguan saluran cerna, nyeri, depresi, konstipasi, malabsorbsi, efek samping pengobatan. Salah satu syarat kemoterapi adalah kadar albumin yang cukup. Putih telur adalah salah satu sumber asam amino yang dapat membentuk albumin bila dikonsumsi secara proporsional. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pemberian tambahan putih telur pada diet tinggi kalori dan protein dapat meningkatkan kadar albumin d a r a h p e n d e r i t a ke g a n a s a n ke p a l a l e h e r d e n g a n hipoalbuminemia. Metode : Penelitian intervensi dengan control trial pretest–post test design di bangsal RSUP Dr Kariadi Semarang, sejak Desember 2010 – Mei 2011. Sampel adalah pasien keganasan kepala leher yang dirawat untuk mendapatkan kemoterapi yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 11 subyek untuk tiap kelompok. Kelompok penelitian adalah kelompok A yaitu kelompok diet putih telur, B yaitu kelompok diet tanpa telur dan C yaitu kelompok diet tambahan putih telur. Setelah pemberian diet putih telur ayam 5 hari kemudian dianalisis selisih kadar albumin pada hari ke–21 dan sebelum perlakuan. Analisis data menggunakan SPSS for Windows 17.0. Hasil : Empat puluh lima kasus hipoalbuminemia memenuhi kriteria inklusi dan 40 subyek yang dapat dianalisis. Selisih albumin kelompok A (0,18±0,51), B (0,02±0,61), C (0,02±0,41). Tidak didapatkan perbedaan bermakna selisih kadar albumin setelah dan sebelum perlakuan berdasarkan hasil uji one way anova (p=0,656). Simpulan : Tambahan putih telur pada diet tinggi kalori dan protein dapat meningkatkan kadar albumin darah penderita keganasan kepala leher dengan hipoalbuminemia pada hari ke-21 namun secara statistik tidak bermakna. Kata kunci: putih telur, keganasan kepala leher, hipoalbuminemia, kadar albumin.

Page 3 of 45 | Total Record : 446