cover
Contact Name
Nazwar Hamdani Rahil
Contact Email
nhrahil@respati.com
Phone
+6282126797911
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl. Laksda Adisucipto, KM. 6.3 Depok
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
ISSN : 26572397     EISSN : -     DOI : -
Prosiding ini di terbitkan untuk publikasi artikel hasil penelitian, pengabdian masyarakat yang mencakup bidang kesehatan, sain s dan teknologi, ekonomi, sosial humaniora.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 222 Documents
EFEKTIVITAS BEKAM KERING TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA OBESITAS Ni Luh Adi Setianingsih, Santi Damayanti, Tia Amestiasih,
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Vol 1, No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.153 KB)

Abstract

Hasil survey Riskesdas (2018) BB lebih pada usia lebih 18 tahun sebanyak 11,5 dan obesitas 14,8 (2013) meningkat menjadi BB lebih 13,6 dan obesitas 21,8 (2018). Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menduduki peringkat nomor 18 dan DIY menduduki peringkat ke 15. O besitas akan mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Bekam merangsang r es ep to r saraf di kulit, yang menstimulasi saraf simpatis yang menyebabkan terjadinya resistensi cairan yang berdampak pada pengenceran zat kimia, mediator inflamasi, dan zat analgesia yang mengakibatkan terjadinya penurunan glukosa darah. Tujuan penelitian diketahuinya efektivitas bekam terhadap kadar gula darah obesitas. Jenis penelitian Quasi Eksperiment dengan desain pre test and post test nonequivalent control group. Teknik sampling consecutive sampling, jumlah sampel 56 responden, 28 kelompok intervensi dan 28 kelompok kontrol. Penelitian dilakukan di kampus 2 Universitas Respati Yogyakarta pada bulan Maret-April 2018. Hasil penelitian reratakadar GDS kelompok intervensi sebelum intervensi 104,71 mg/dL dan setelah intervensi 83,61 mg/dL, dengan selisih mean 21,11 mg/dL. Hasil uji Paired T-Test p value sebesar 0,000 (p value <0,05). Hasil uji Independent T-Test pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol diperoleh p value sebesar 0,002 (p value <0,05). Kesimpulan Terdapat keefektivitan bekam kering terhadap kadar gula darah pada obesitasKata Kunci: Bekam, Kadar gula darah sewaktu, obesitasThe results of the Riskesdas (2018) BB survey at more than 18 years of age as much as 11.5 and obesity at 14.8 (2013) increased to more than 13.6 and obesity at 21.8 (2018). Yogyakarta Special Region (DIY) is ranked number 18 and DIY is ranked 15th. Obesity will result in insulin resistance. Cupping stimulates nerve receptors on the skin, which stimulates the sympathetic nerves that cause fluid resistance which results in dilution of chemicals, inflammatory mediators, and analgesia which results in a decrease in blood glucose. The research objective is to know the effectiveness of cupping on obesity blood sugar levels. This type of research is Quasi Experiment with the design of the pre test and post test nonequivalent control group. Sampling consecutive sam pling technique, total sample of 56 respondents, 28 intervention groups and 28 control groups. The research was conducted at Campus 2 of Respati Yogyakarta in March -April 2018. The results of the mean GDS level of the intervention group before intervention were 104.71 mg / dL and after intervention 83.61 mg / dL, with a mean difference of 21.11 mg / dL. Paired T-Test test results p value of 0,000 (p value <0.05). The results of the Independent T -Test in the intervention group and the control group obtained a p value of 0.002 (p value <0.05). Conclusion There is effectiveness of dry cupping on blood sugar levels in obesity.Keywords: Cupping, When blood sugar levels, obesity
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERKOLESTEROLEMIA DI DUSUN KOPAT, DESA KARANGSARI, KECAMATAN PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO, DIY Nur Alvira Pasca Wati, Rizky Amanda Setyaningrum, Nugroho Susanto, Hesti Yuningrum,
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Vol 1, No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.272 KB)

Abstract

Di Indonesia terdapat sekitar 36 juta penduduk menderita penyakit jantung dan DIY menempati urutan ke-tiga dalam kasus tersebut. Penyakit jantung menempati urutan ke -lima dalam 20 besar penyakit penyebab kematian di Kulon Progo. Salah satu faktor risiko penyakit jantung adalah hiperkolesterolemia. Faktor risiko hiperkolesterolemia adalah hipertensi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan IMT. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan hiperkolesterolemia di Dusun Kopat, Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, DIY. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Subyek penelitian adalah masyarakat usia ≥40 tahun di Dusun Kopat yang berjumlah 91 orang. Teknik sampling adalah purposive sampling. Instrumen penelitian berupa tensimeter digital, easy touch, microtoise, timbangan badan, dan kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji chi square (α=5%) dan Risk Prevalence (RP), sedangkan analisis multivariat menggunakan logistic regression. Hasil penelitian didapatkan analisis bivariat yang signifikan adalah hipertensi (ρ=0.026), aktivitas ringan (ρ=0.000), dan IMT (ρ=0.000). Sedangkan yang tidak signifikan adalah status merokok saat ini (ρ=0.766), perokok berat (ρ=0.246), perokok ringan (ρ=0.556), lama merokok risiko tinggi (ρ=0.061), dan lama merokok risiko rendah (ρ=0.167). Hasil analisis multivariat paling dominan adalah aktivitas ringan (ρ=0.000, RP=33.83). Terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi,aktivitas ringan dan IMT dengan hiperkolesterolemia. Aktivitas ringan sebagai faktor dominan.Kata Kunci: Hiperkolesterolemia, Aktivitas fisik, IMTIn Indonesia there are around 36 million people suffering from heart disease and DIY ranks third in the case. Heart disease ranks fifth in the top 20 diseases that cause death in Kulon Progo. One of the risk factors for heart disease is hypercholesterolemi a. Risk factors for hypercholesterolemia are hypertension, smoking habits, physical activity and BMI. The purpose of this study was to figure out the factors associated with hypercholesterolemia in Kopat Sub-Village, Karangsari Village, Pengasih District, Kulon Progo Regency, DIY. The research design was cross sectional. The research subjects were people who were aged ≥ 40 years old in Kopat sub -village, which were 91 people. The sampling technique was purposive sampling. The research instruments were digit al tensimeter, easy touch, microtoise, scales, and questionnaires. Bivariate analysis used the chi square test (α = 5%) and Risk Prevalence (RP), while multivariate analysis used logistic regression.The result from this study showed that significant bivariate analysis was hypertension (ρ = 0.026), light activity (ρ = 0.000), and BMI (ρ = 0.000), whereas the non -significant ones were current smoking status (ρ = 0.766), heavy smokers (ρ = 0.246), light smokers (ρ = 0.556), high risk smoking duration (ρ = 0.061), and low risk smoking duration (ρ = 0.167) The most dominant multivariate analysis was light activity (ρ = 0.000, RP = 33.83). There was a significant relationship between hypertension, light activity and BMI with hypercholesterolemia. Light activity is the dominant factor.Keywords: Hypercholesterolemia, Physical activity, BMI
PENGARUH MENU PILIHAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN Nasriyanto, Sri Kadaryati,
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Vol 1, No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.018 KB)

Abstract

Salah satu kunci dari kualitas pelayanan yaitu kepuasan konsumen. Menu nonselective meningkatkan ketidakpuasan pasien dan juga sisa makanan. Sistem menu pilihan banyak diterapkan pada rumah sakit di Indonesia, sebagai daya tarik dalam pelayanan makan pasien. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui efektif dan efisiennya sebuah sistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh pemberian menu pilihan terhadap kepuasan pasien.Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian quasi eksperimental. Subjek dibagi menjadi menjadi kelompok menu pilihan dan menu standar. Penelitian selama enam bulan di RST Tk. II Dr. Soedjono Magelang. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive. Pengukuran kepuasan pasien menggunakan kuesioner kepuasan. Perbedaan tingkat kepuasan antara kedua kelompok dianalisis menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact. Sebanyak 41% subjek menyatakan puas terhadap menu standar. Sebanyak 22% subjek menyatakan puas terhadap menu pilihan. Tidak ada perbedaan kepuasan makan antara menu pilihan dan menu standar secara keseluruhan maupun berdasarkan indikator kualitas makanan (p=0,159). Ada perbedaan kepuasan makan antara kelompok menu pilihan dan menu standar berdasarkan indikator kualitas pelayanan (p=0,001). Penerapan menu pilihan di RST Tk. II dr. Soedjono Magelang perlu mempertimbangkan kualitas makanan yang disajikan sehingga dapat mendukung kepuasan makan pasien.Kata kunci: menu pilihan; rumah sakit; kepuasan; kualitas makanan; kualitas pelayanan; pasienOne of the keys to service quality is customer satisfaction. Nonselective menu increases patient dissatisfaction and plate waste. The selective menu system is widely applied to hospitals in Indonesia, as an attraction on food services to the patient. Evaluation is needed to know the effectiveness and efficiency of a system. This study aims to determine the effect of selective menu to patient satisfaction. There was a quasi-experimental study. Subjects are divided into selective menu and standard menu groups. Study for six months at RST Tk. II dr. Soedjono Magelang. Location was selected by purposive. Measurement of patient satisfaction using a satisfaction questionnaire. Differences in satisfaction level between the two groups were analysed using ChiSquare or Fisher Exact test. A total of 41% of the subjects expressed satisfaction with the standard menu. As many as 22% of subjects expressed satisfaction with the selection menu. There is no difference in satisfaction level between selection menu and standard menu based on food quality indicators (p=0.159). There is a difference in satisfaction level between selection menu and standard menu based on service quality indicators (p=0.001). Application of selection menu in RST Tk. II dr. Soedjono Magelang needs to consider the food quality so that it can support patient satisfaction.Keywords: selection menu; hospital; satisfaction; food quality; service quality; patient
STUDI KUALITATIF PERILAKU (PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN) PENCEGAHAN KANKER PARU PADA PETUGAS PARKIR DI KOTA YOGYAKARTA Ch. Yeni Kustanti, Eka Kristina Asi,
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Vol 1, No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.606 KB)

Abstract

Latar belakang: Kanker paru merupakan kanker yang paling sering terjadi dan penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh dunia. Sampai saat ini penyebab pasti kanker paru belum diketahui, tetapi berbagai tindakan dapat dilakukan untuk mengurangi resiko kanker paru, terutama pada kelompok beresiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencegahan kanker paru pada petugas parkir di Kota Yogyakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan melibatkan delapan partisipan. Sumber data diwawancarai dengan menggunakan pedoman wawancara semi structured dan hasilnya dilakukan content analysis dengan melibatkan triangulasi sumber. Hasil: Petugas parkir sudah memiliki pemahaman yang cukup baik tentang kanker paru meskipun informasi yang didapatkan masih terbatas. Sebagian petugas parkir menganggap pencegahan kanker paru diperlukan, tetapi pencegahan tersebut belum diinternalisasikan sebagai suatu keharusa n. Hal ini menyebabkan tindakan pencegahan kanker paru baru dilakukan oleh sebagian orang saja. Kesimpulan & saran: Petugas parkir memiliki pemahaman yang cukup baik tentang kanker paru tetapi tindakan pencegahan baru dilakukan oleh beberapa orang saja. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan tambahan untuk memberikan pelayanan kesehatan berupa promosi kesehatan secara kontinyu kepada kelompok beresiko seperti petugas parkir.Kata kunci: perilaku kesehatan, polusi, kanker, saluran pernafasanBackground: Lung cancer is the most common cancer and the main cause of cancer deaths around the world. Until now, the exact cause of lung cancer is not yet known, therefore the preventive measure as an effort to prevent the occurrence of lung cancer is needed. Method: This research used qualitative design with phenomenology design. The sampling technique used is purposive sampling with involve eight participants. Data source were interviewed used semi structured interview guidance and the results were content analysis in the form of source triangulation. Result: Parking officers already have a good understanding of lung cancer even though the information obtained is still limited. Some parking officers consider lung cancer prevention is needed, but the prevention has not been internalized as a necessity. This causes lung cancer prevention measures just done by some people. Conclusion & Suggestion: The parking officers have a good understanding of lung cancer but lung cancer prevention measures just done by some people. The results of this study can be used as an additional input to provide health services in the form of health promotion.Keywords: health behavior, pollution, cancer, respiratory circulation
APLIKASI LANDSLIDE EARLY WARNING SYSTEM UNTUK PENGURANGAN RESIKO BENCANA Latifah Listyalina, Ikhwan Mustiadi,
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1259.365 KB)

Abstract

Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam musiman yang sering terjadi di Indonesia, terutama saat musim penghujan pada lereng dengan tanah lapuk yang tebal. Bencana ini tidak hanya menimbulkan kerusakan dan kerugian, tetapi juga kerap menimbulkan korban jiwa. Untuk mengurangi risiko bencana tanah longsor, perlu dilakukan upaya mitigasi baik secara struktural maupun non-struktural. Umumnya mitigasi secara struktural memerlukan biaya tinggi dan waktu yang lebih lama untuk perencanaan dan pembangunan, sehingga upaya mitigasi nonstruktural dapat dijadikan upaya alternative untuk menghindari terjadinya korban jika sewaktuwaktu bencana terjadi [1].Upaya untuk mengurangi resiko tidak bisa hanya menggunakan instrumentasi berbasis telemetri saja, tetapi lebih jauh dari itu diperlukan adanya Lanslide Early Warning Sistem (LEWS) yaitu sebuah sistem peringatan dini tanah longsor yang meliputi pemahaman tentang bencana tanah longsor mulai dari tanda-tandanya, faktor pemicu, jenis longsor, bagaimana terjadinya longsor, pemahaman tentang zona aman dan zona berbahaya, pemahaman tentang tugas masing-masing dalam tim siaga yang dibentuk, memiliki prosedur tetap evakuasi yang sudah disepakati untuk memandu jalannya evakuasi, memliki pemahaman tentang alat peringatan dini tanah longsor yang terpasang, dan adanya komitmen anta r SKPD setempat untuk membina desa tangguh bencana, sehingga akan terbentuk masyarakat tanggap bencana atau bisa disebut mampu berdampingan dengan bencana.Kata kunci : Bencana Tanah Longsor, Landslide Early Warning System, Mengurangi ResikoLandslides are a frequent seasonal natural disaster occurs in Indonesia,especially during the rainy season on slopes with weathered soils thick. This disaster not only causes damage and loss, but also often causing casualties. To reduce the risk of landslides, it is necessary mitigation efforts are carried out both structurally and non-structurally. Generally mitigation structurally it requires high costs and a longer time for planning and development, so that non-structural mitigation efforts can be used as alternative efforts to avoid victims if at any time a disaster occurs [1].Efforts to reduce risk cannot only use telemetry-based instrumentation, but furthermore it is necessary to have the Lanslide Early Warning System (LEWS), a landslide early warning system that includes an understanding of landslides ranging from signs, trigger factors, types of landslides, how landslides occur, understanding of safe zones and dangerous zones, understanding of each task in the preparedness team, having a fixed evacuation procedure that has been agreed to guide the evacuation course, possessing an understanding of the landslide early warning devices installed, and the commitment between the local SKPD to foster disaster resilient villages, so that disaster respo nse communities will be formed or it can be called capable of side by side with disasters.Keywords: Landslide Disasters, Landslide Early Warning System, Reducing Risks
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA PUTRI Wahyu Rochdiat, Siti Kholifah,
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.321 KB)

Abstract

Masa remaja adalah masa usia ketika anak menjadi lebih berkonsentrasi pada bentuk tubuh. Kondisi fisik remaja putri sering dikaitkan dengan status gizi, dimana status gizi menentukan harga diri remaja putri. Harga diri yang rendah dapat mengakibatkan depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa, kenakalan remaja dan masalah kejiwaan lainnya. Belum cukup banyak penelitian tentang harga diri pada remaja putri. Studi pendahuluan di salah satu SMA di Yogyakarta, menunjukkan 11 siswi merasa malu dan minder karena memiliki berat badan yang tidak normal. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan harga diri pada remaja putri. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelational dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan yaitu stratified random sampling dengan jumlah responden 109 orang. Uji statistic yang digunakan untuk membuktikan hasil penelitian ini adalah uji Kendall?s Tau. Hasil uji statistic dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan harga diri pada remaja putri dengan nilai p value sebesar 0,000 (p < 0,05) dan nilai koefisien korelasi sebesar -0,353. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswi yang mempunyai status gizi lebih dari normal memiliki harga diri yang lebih rendah.Kata Kunci : Harga diri, Status Gizi, Remaja putriTeenage girls become focus to their body when they had their puberty. Body shape in teenage girls is often connected to nutritional status, wher e it will determine their self-esteem. Low self esteem can cause depression, commit suicide, anorexia nervosa, delinquency and other mental health problems. Not enough research about self-esteem in teenage girls in Yogyakarta. Based on the preeliminary study in one of high junior school at Yogyakarta showed that 11 students found that they felt ashamed because they had abnormal weight and they wanted to have normal weights like their other friends. The purpose in this research is to find the correlation bet ween nutritional status and self-esteem in teenage girl. The research design was correlational descriptive with cross sectional approach. The sampling techniques that was used is stratified random sampling with the amount of respondents were 109 people. Kendall?s Tau?s test was used to prove hypothesis in this research. The statistic test result in this research showed significant correlation between nutritional status and self-esteem in teenage girls with p value 0.000 (p < 0.05) and correlation coefficient is -0.353. So it can be concluded with teenage girls who have higher nutritional status (obesity) have lower self-esteem.Keywords: Self esteem, Teenage girls, Nutritional status
SIAPKAH INDONESIA DENGAN PENERAPAN CARBOHYDRATE COUNTING BAGI PASIEN DIABETES MELLITUS? Sri Kadaryati, Desty Ervira Puspaningtyas,
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.79 KB)

Abstract

Prevalensi diabetes mellitus masih tinggi di beberapa wilayah Indonesia. Salah satu pilar yang membantu penanganan diabetes mellitus adalah edukasi gizi. Mengingat pentingnya carbohydrate counting dalam penanganan diet pasien diabetes mellitus, maka ahli gizi bertanggung jawab dalam penyebaran informasi tersebut kepada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesiapan ahli gizi dalam menerapkan materi carbohydrate counting pada konsultasi gizi ditinjau dari gambaran pengetahuan dan sikap ahli gizi. Studi ini merupakan studi kualitatif dengan desain narrative yang memiliki penekanan terhadap narasi atau interpretasi. Subjektivitas ahli gizi digali sedalam mungkin melalui in-depth interview. Studi dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Oktober 2016 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan melibatkan lima ahli gizi sebagai responden. Hasil penelitian ditampilkan secara narasi. Pengetahuan ahli gizi mengenai carbohydrate counting masih kurang khususnya mengenai pengertian dan penerapan carbohydrate counting dalam diet pasien diabetes. Selain itu, sebagian besar ahli gizi merasa bahwa materi carbohydrate counting kurang penting untuk disampaikan dalam konsultasi gizi terkait dengan waktu dan tenaga yang dibutuhkan dalam konsultasi. Indonesia masih membutuhkan upaya khusus agar lebih siap menerapkan materi carbohydrate counting bagi pasien diabetes mellitus.Kata kunci : carbohydrate counting, diabetes mellitus, konsultasi gizi, pengetahuan, sikapThe prevalence of diabetes mellitus is still high in some regions of Indonesia. One of the pillars that helps in overcoming diabetes mellitus is nutritional education. Because carbohydrate counting is one of the best methods in the diet plan of diabetic patients, nutritionists are responsible for disseminating this information to the patients. This study aims to describe the readiness of nutritionists in applying carbohydrate counting to nutritional consultations in terms of the description of the knowledge and attitudes of nutritionists. This was a qualitative study with narrative design which had an emphasis on narrative or interpretative. Subjectivity of the nutritionists was explored as deeply as possible through in-depth interviews. The study was conducted in March-October 2016 at RSUD Dr. Moewardi Surakarta by involving five nutritionists. The results of the research were presented in a narrative. Nutritionists' knowledge regarding carbohydrate counting was still lacking especially regarding the understanding and application of carbohydrate counting in the diet of diabetic patients. In addition, most nutritionists felt that carbohydrate counting was less important to include in nutritional consultations related to the time and energy needed in the consultation. Indonesia still needs special efforts to be better prepared to apply carbohydrate counting for diabetic patients.Keywords: carbohydrate counting, diabetes mellitus, nutritional counseling, knowledge, attitude
PENDIDIKAN KESEHATAN 5 PILARPENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS MENINGKATKAN EFIKASI DIRI PENDERITA DIABETES MELITUS Prihatin Putri, Dewi Murdiyanti
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.703 KB)

Abstract

Latar Belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya. DM berdasarkan sifat penyakitnya yang kronik dapat mengenai seluruh bagian tubuh, sehingga memerlukan pendekatan multidisipliner.Berdasarkan hasil wawancara pada studi pendahuluan di Dusun Sonosewu kepada lima orang pasien DM, didapatkan data pasien merasa kurang yakin akan kemampuannya untuk melakukan perawatan diri, seperti pemeriksaan glukosa darah mandiri, pengontrolan diet dan olah raga atau latihan fisik. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan 5 Pilar Diabetes Melitus terhadap Efikasi Diri penderita DM di Dusun Sonosewu Kasihan Bantul Yogyakarta. Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah Quasy Experimentdengan desain penelitian menggunakan one group pre post test design. Hasil dan Pembahasan: Penelitian ini didapatkan nilai t-hitung sebesar -9,026 dengan P-value sebesar 0,000. Efikasi diri pasien DM berfokus pada keyakinan pasien untuk melakukan perilaku yang dapat mendukung perbaikan penyakitnya dan dapat meningkatkan manajemen perawatan dirinya. Peningkatan efikasi diri ditunjang dengan pemberian pendidikan kesehatan secara terstruktur. Kesimpulan: Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pendidikan kesehatan 5 pilar penatalaksanaan DM terhadap efikasi diri penderita DM di Dusun Sonosewu Kasihan Bantul Yogyakarta.Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Diabetes Melitus, Efikasi Diri Background: Diabetes Mellitus (DM) is a degenerative disease which is estimated to increase in prevalence. DM based on the nature of the disease can chronically affect all parts of the body, thus requiring a multidisciplinary approach. Based on the results of an interview on a preliminary study in Sonosewu to five DM patients, it was found that patients felt less confident in their ability to perform self-care, such as independent blood glucose examination, diet and exercise control or physical exercise. Objective: This study aims to determine the effect of health education on 5 pillars of diabetes mellitus on the self-efficacy of DM patients in Sonosewu Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Method: The research method used was Quasy Experiment with research design using one group pre post test design. Results and Discussion: This study obtained a t-count value of -9,026 with a P-value of 0,000. Self-efficacy of DM patients focuses on the patient's belief in performing behaviors that can support the improvement of his illness and can improve his care management. Increased self efficacy is supported by the provision of structured health education. Conclusion: So it can be concluded that there is an effect of 5 pillars of health education in the management of DM on the self-efficacy of DM patients in Sonosewu Kasihan, Bantul, Yogyakarta.Keywords: Health Education, Diabetes Mellitus, Self Efficacy
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESIA Lanni, Fransiska
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.658 KB)

Abstract

Letak geografis, geologis, hidrologis dan demografis Indonesia mengakibatkan Indonesia rentan terhadap bencana baik bencana alam, bencana non alam maupun bencana sosial. Secara geografis, geologis dan hidrologis, Indonesia termasuk dalam ?ring of fire?, dengan pertemuan tiga lempeng tektonik Pasifik, Eurasia dan Indo-Australia. Berada tepat di bawah garis khatulistiwa di antara dua benua dan dua samudra besar, sangat rentan terhadap bencana alam. Pada beberapa daerah terjadi jenis bencana alam yang sama secara berulang dan dengan siklus periodi k, sehingga dapat dimitigasi sebelumnya. Sinergi penanggunglangan bencana baik Pra -bencana, Saat bencana maupun Pasca-bencana sangat penting untuk mengurangi risiko baik sarana-prasarana, harta benda maupun korban jiwa. Walaupun pemerintah telah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan daerah (BPBD), keterlibatan Perguruan Tinggi dan instansi lainnya sangat penting, mengingat luasnya wilayah Negara Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau dengan karakteristik geografik dan kemampuan sumber daya yang beragam. Berbagai program kegiatan Perguruan Tinggi dengan melibatkan Dosen, Mahasiswa dan Alumni dapat dilaksanakan. Program Pra-bencana yang dapat dilakukan adalah mengembangkan Pusat Studi Bencana dan mitigasi bencana, Program Kuliah Kerja Nyata, edukasi dan pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat mandiri bencana, memasukkan bahan kajian bencana dalam kurikulum, melakukan penelitian dan kajian ilmiah, menyelenggarakan seminar, workshop, pelatihan, serta mengembangkan produk/media terkait dengan penanggunglangan bencana dan membentuk kampus siaga bencana. Program saat Bencana dan Pasca-bencana yang dapat dilakukan antara lain membentuk tim relawan, tim evakuasi, mendirikan posko peduli bencana, dapur umum dan rumah singgah, penggalangan dana, rehabilitasi dan rekontruksi. Perguruan tinggi juga dapat melakukan pengurangan atau pembebasan biaya pendidikan dan pendampingan khusus bagi mahasiswa yang terdampak, menyelenggarakan program ?sit in student? dan transfer kredit bagi mahasiswa daerah bencana sampai mengirim dosen bantu. Kata kunci: Penanggunglangan Bencana, Masyarakat Mandiri Bencana, ?sit in student?,Kampus Siaga Bencana
SELF-EFFICACY PASIEN LIFE-THREATENING ILLNESS DALAM MENJALANI TERAPI: ANALISIS PADA ENAM KASUS UTAMA Sandiwan, Ch. Yeni Kustanti, Reni Pradita, Theresia Febryna, Maria, Elviana
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (851.916 KB)

Abstract

Kasus-kasus Non-Communicable Diseases (NCDs) seperti stroke, diabetes mellitus, dan kanker dilaporkan oleh WHO menyebabkan 71% kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Selain NCDs, HIV AIDS dan tuberculosis paru juga masih menjadi beban kesehatan, khususnya di negara-negara berkembang. Kasus-kasus tersebut mempunyai berbagai tantangan dalam perawatannya, menimbulkan berbagai ketidaknyamanan, serta memerlukan pengobatan yang lama, sehingga aspek kepatuhan menjadi sangat penting bagi perawatan kesehatan pasien. Setelah menjalani berbagai perawatan dan pengobatan, bagaimana self-efficacy pasien terhadap program yang sedang dijalankan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain deskriptif, survei pada berbagai kasus Life-Threatening Illness (LTI) yaitu HIV AIDS (11%), kanker (8%), diabetes mellitus (27%), stroke (12%), tuberculosis paru (9%), dan gagal ginjal kronik (32%). Responden penelitian adalah 368 pasien di empat pusat perawatan kesehatan swasta di Yogyakarta yang dipilih secara purposive dan mengisi angket General Self-Efficacy (Ralf Schwarzer) berisi 10 pernyataan. Bandura, tokoh self-efficacy, menyampaikan bahwa budaya, usia, gender, sifat kegiatan, insentif, peran individu, dan reinforcement merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi self-efficacy seseorang. Penelitian ini lebih banyak melibatkan responden laki -laki (60%), lanjut usia akhir (44%), menikah (54%), dengan pendidikan menengah (39%), dan bekerja formal (60%). Faktor faktor gender, usia, dan status peran individu tersebut yang kemungkinan menyebabkan pasien memiliki self-efficacy yang tinggi (89%) terhadap pengobatan dan perawatan yang sedang dijalankan, meskipun ada 11% yang kurang yakin terhadap terapi. Meskipun pasien-pasien LTI telah menjalankan terapi anti -retroviral, fisioterapi, insulin, kemoterapi, fixed-dose combination, dan hemodialisis dalam kurun waktu yang cukup lama, mereka masih mempunyai keyakinan tinggi terhadap pengobatan. Persuasi sosial merupakan aspek yang harus terus -menerus disampaikan kepada pasien supaya mempunyai self-efficacy yang tinggi. Kesejahteraan psikis akan mempengaruhi keberhasilan program perawatan pasien.Kata kunci: keyakinan, perilaku kesehatan, penyakit terminalCases of Non-Communicable Diseases (NCDs) such as stroke, diabetes mellitus, and cancer reported by WHO caused 71% of deaths worldwide each year. In addition to NCDs, HIV AIDS and pulmonary tuberculosis are still a health burden, especially in developing countries. These cases have various challenges in their care, caused various inconveniences, and require long treatments, so that the compliance aspect becomes very important for patient s? health care. After undergoing various treatments, how is the patient's self -efficacy towards the program undertaking. This study was conducted using descriptive design, a survey of various cases of Life-Threatening Illness (LTI), namely HIV AIDS (11%), cancer (8%), diabetes mellitus (27%), stroke (12%), pulmonary tuberculosis (9%), and chronic renal failure (32%). The study respondents we re 368 patients in four private health care centers in Yogyakarta who were selected purposively and filled out the General Self-Efficacy (Ralf Schwarzer) questionnaire containing 10 statements. Bandura, a figure of self efficacy, said that culture, age, gender, nature of activities, incentives, individual roles, and reinforcement are things that can affect one's self -efficacy. This study mostly involved male respondents (60%), advanced elderly (44%), married (54%), with secondary education (39%), and formal work (60%). The factors of gender, age, and role status of the individual that are likely to cause patients to have high self-efficacy (89%) for treatment and care that are being carried out, although there were 11% who were less certain about therapy. Al though LTI patients have carried out anti-retroviral therapy, physiotherapy, insulin, chemotherapy, fixed -dose combinations, and hemodialysis for a considerable period of time, they still have high confidence in treatment. Social persuasion is an aspect that must be continuously conveyed to patients in order to have high self efficacy. Psychological well-being will affect the success of the patient care program.Keywords: beliefs, health behavior, terminal illness

Page 4 of 23 | Total Record : 222