cover
Contact Name
Muhammad Alif
Contact Email
muhammad.alif@uinbanten.ac.id
Phone
+6281381871727
Journal Mail Official
holistic.alhadis@uinbanten.ac.id
Editorial Address
Gedung Fuda Lt. Dasar UIN SMH Banten Jl. Jenderal Sudirman No. 30 Kota Serang Banten 42118
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Holistic Al-Hadis : Jurnal Studi Hadis, Keindonesiaan, dan Integrasi Keilmuan
ISSN : 24608939     EISSN : 26227630     DOI : https://doi.org/10.32678/holistic
The Journal seeks to place Hadith as its central focus of academic inquiry and to encourage comprehensive consideration of its many facets; to provide a forum for the study of Hadith in its global context; to encourage interdisciplinary studies of the Hadith that are crossnational and comparative; to promote the diffusion, exchange and discussion of research findings; and to encourage interaction among academics from various traditions of learning.
Articles 85 Documents
Nikah Mut'ah dalam Perspektif Hadis Karlina Karlina
Holistic al-Hadis Vol 4 No 1 (2018): January - June 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i1.3224

Abstract

Discussion about Mutʻah marriage (Temporary Marriage) has been debated, both from Syiʻah and Sunni. The majority of Sunni opines it was originally permitted but then it was forbidden because of command of Khalifa ‘Umar Ibn al-Khaṭṭāb. There was a claim that the ban was happened in Khaibar war. While Syiʻah claims that Mutʻah Marriage is permitted until the last day (Judgment Day) and there is opinion claiming the marriage is not mansūkh (deleted). The example, the opinion of Ibn ‘Abbās revealing that verse 24 of surah An-Nisa is muhkamat and not deleted eventhough Ibn Baṭṭāl revealed that the people of Mecca and Yemen narrated that Ibn ‘Abbās forbade it. Based on the background above, the formulations of the problem are: 1. How is the hadith Mutʻah in the sight of Ibn Ḥajar Al-‘Asqalāniy? 2. How is the hadith Mutʻah in the sight of Muḥammad Baqīr Al-Majisi? The purpose of the research are: 1. Gaining an intensive, thorough and accurate understanding about Mutʻah Marriage from the two great muslim people Ibn Ḥajar Al-‘Asqalāniy and Muḥammad Baqīr Al-Majlisi teoriticallys, to give the answer of problem in this research. 2. Avoiding unreasonable and misguided fanatical attitudes from understanding both Sunni and Syiʻah. The method used in this research are library research method which collets data and information with the various of material then by using descriptive analysis method using Rijāl al-Ḥadith and Fiqh al-Ḥadith method. The results of this research are: 1. Ibn Ḥajar Al-‘Asqalāniy said in his lecture that Mutʻah Marriage was officially permitted and afterwards Rasūlullāh SAW forbade it at the time of Fatḥu Makkah and with the ḥadith writing off the statement that Mutʻah Marriage is permitted. 2. Muḥammad Baqīr Al-Majlisi said in his speech that Mutʻah Marriage is possible to do eventhough the ban was from Khalifa ‘Umar, while the permissibility of Mutʻah marriage is from Rasūlullāh (Prophet) and the command which comes from Alquran and done by the people of apostolic era.
Etika Jual Beli dalam Perspektif Hadis dan Implementasinya di Lingkungan Pasar Tradisional Rau Serang Sri Septiani
Holistic al-Hadis Vol 5 No 2 (2019): December 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v5i2.3238

Abstract

Diantara yang paling banyak dijadikan rujukan umat Islam dewasa ini adalah aktifitas Nabi Muhammad Saw.Untuk menghindari sisi negatif tabiat pasar, Nabi Muhammad Saw. mencoba meletakkan aturan-aturan dan etika yang harus ditegakan oleh pelaku-pelaku pasar. Beberapa bentuk jual beli yang diajarkan beliau di pasar di antaranyaa dalah adil dalam takaran dan timbangan, jujur dan transparan dalam bertransaksi, tidak melakukan juall-beli najasy (menjual barang dengan memuji barang dagangannya dengan pura-pura menawar agar orang lain terpancing membelinya) dan tidak menjual barang haram. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1). Bagaimana pemahaman para penjual di Pasar Tradisional Rau Serang terkait hadis-hadis tentang etika jual beli ?, 2). Bagaimana implementasi terkait hadis-hadis tentang etika jual beli di lingkungan Pasar Tradisional Rau Serang?. Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui pemahaman para penjual di PasarTradisional Rau Serang terkait hadis-hadis tentang etika jual beli, 2) Untuk mengetahui implementasi terkait hadis-hadis tentang etika jual beli di lingkungan Pasar Tradisional Rau Serang? Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua metode yaitu metode penelitan pustaka (library research) untuk memaparkan kajian yang menyangkut tema yang menjadi pembahasan utama, Dan metode penelitian lapangan (field research), untuk metode yang kedua ini living hadis ditempuh dengan beberapa langkah, yaitu mengadakan observasi terhadap sasaran penelitian dan wawancara, sedangkan metode pembahasannya adalah kualitatif. Hasil dalam penelitian ini adalah, bahwa kebanyakan para penjual pasar Rau tidak mengetahui teks hadis terkait etika kejujuran, larangan sumpah palsu, larangan menyembunyikan cacat dan larangan mengurangi timbangan, sedangkan untuk etika larangan menjual barang haram, penulis menyimpulkan bahwa hamper semua penjual di Pasar Rau mengetahui hadis tersebut. Kemudian untuk pengamalannya, penulis menyimpulkan bahwa hadis-hadis terkait etika jual beli belum sepenuhnya diamlakan oleh para penjual di Pasar Rau.
Peran Perempuan dalam Organisasi Aisyiyah Riska Aulia
Holistic al-Hadis Vol 4 No 2 (2018): December 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v4i2.3227

Abstract

Peran perempuan adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan kepada perempuan. Peran adalah yang harus dilakukan perempuan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri dan orang lain. Masyarakat terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dan ada ungkapan yang menyatakan: “Masyarakat harus kuat. Yang kuat itu lelaki,” karena merasa kuat itulah maka pendukung moto ini berlaku sewenang-wenang dalam menetapkan peraturan dan hukum yang menjadikan lelaki tuan dan perempuan bagaikan pelayannya. Lelaki memiliki kebebasan dan perempuan diikat rantai, walaupun tekadang dengan rantai emas. Perempuan menghadapi tekanan bertumpang tindih, disamping peran domestik dalam keluarga yang harus mereka jalankan, mereka juga harus bertugas sebagai pencari nafkah. Peran ganda perempuan ini merupakan hal yang paling berat dihadapi oleh kaum perempuan. Nyai Walidah atau yang lebih terkenal dengan Nyai Ahmad Dahlan adalah tokoh ‘Aisyiyah yang turut andil dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Hal ini mengantarkannya kepada pemikiran keagamaan yang luas terutama mengenai perempuan. Maka dari itu pentingnya tanggapan dari kaum aktivis perempuan terkait peran perempuan dalam Islam. Pandangan ‘Aisyiyah terhadap peran perempuan di anggap sangat penting, peran perempuan harus membawa perubahan yang besar bagi negeri ini akan tetapi tidak meninggalkan ranah domestik yang harus dijalani perempuan serta mengutamakan kewajibanya sebagai istri dan ibu bagi anak dan suaminya dan kewajiban anak terhadap orang tuanya.
Analisis Hadits tentang Sanksi atas Pelaku Tindakan Pungutan Liar serta Keterkaitannya dengan Tindak Pidana Korupsi Muhammad Alwi HS
Holistic al-Hadis Vol 6 No 1 (2020): June 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v6i1.1077

Abstract

President Joko Widodo in tackling acts of bribery, finally issued Presidential Decree (Decree) number 87 Year 2016 About Clean Sweep Task Force on Illegal Payments. While in Islamic discourse, actually the act of illegal levies was known at the beginning of the development of Islam, this was later banned by the Prophet. By using the theory of takhrij, the author examines the hadiths related to illegal levies (al-Maks), using descriptive-analytic as the knife of analysis. From the various hadiths put forward, it can be said that acts of extortion include major sins, so that the perpetrator will not enter heaven, and he will go to hell. The severity of the sentence was caused by the act of illegal levies in which there was an element of injustice. As for the link between illegal levies and acts of corruption, that acts of illegal collection are part of acts of corruption in which there is an element of injustice. Both perpetrators of illegal levies and corruption, both of which are classified as people will not enter heaven.
ANCAMAN BAGI PEMBUAT GAMBAR DAN PATUNG DALAM HADIS MENURUT AHMAD HASSAN Repa Hudan Lisalam
Holistic al-Hadis Vol 8 No 1 (2022): January - June (2022)
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v8i1.6139

Abstract

Abstrac: This article discusses the thoughts of A. Hassan regarding the meaning of the hadith which contains the threat of punishment in the afterlife for the maker of ṣūrah (image or statue). The aim is to find out the method used by A. Hassan in understanding the hadith. The method used in this article is library research, namely by collecting various writings in the form of books and journals from relevant previous research. The results of this study are that the method used by A. Hassan in understanding the hadith about ṣūrah is al-jam'u wa at-taufiq, namely by compromising between the hadith containing threats to the maker of ṣūrah with the hadith containing the Prophet's permission to Aisyah to play with dolls and make pillows from picture cloth. In addition, A. Hassan also tends to use a socio-historical approach when understanding the hadith about ṣūrah so that A. Hassan in the end concludes that the threat contained in the hadith of the Prophet for the maker of ṣūrah is limited to images or statues that have the potential to be worshiped or made into idols given that many Muslims at that time were previously idol worshippers. Thus the threat in the hadith is a form of Islamic preventive action so that Muslims at that time do not fall back into the practice of worshiping idols like in the jahiliyyah period.
INTERPRETASI HADIS FITNAH PEREMPUAN:: Penerapan Qira'ah Mubadalah Faqihuddin Abdul Kodir Yuli Imawan
Holistic al-Hadis Vol 8 No 1 (2022): January - June (2022)
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v8i1.5539

Abstract

Abstract: The dichotomous issue between women and men is something that cannot be taken lightly because the resulting social impacts are often detrimental to one party and benefit the other. It is common for women to appear as aggrieved parties. Moreover, the dichotomous paradigm was born from the textual meaning of the Hadith text, which only appears in the text. Therefore, this study tries to interpret the Hadith which implicitly mentions women as the biggest slander for men. This research is library research with a descriptive qualitative method. The interpretation of Hadith using the Mub method is to produce that the meaning in the Hadith is not in the slander inherent in women but to be self-reliant and be wary of each other because the potential for slander is also attached to men. Abstrak: Persoalan dikotomis antara perempuan dan laki-laki merupakan hal yang tidak bisa dianggap enteng, karena dampak sosial yang dihasilkan sering kali menganggap perempuan rendah bahkan sebagai sumber keburukan yang menyebabkan kearah kemafsadatan. Lebih-lebih paradigma dikotomis tersebut lahir dari pemaknaan teks Hadis secara tekstual, yang tampak hanya pada teksnya saja. Oleh karena itu penelitian ini mencoba menginterpretasikan Hadis yang secara implisit menyebut perempuan sebagai fitnah terbesar bagi laki-laki. Dalam studi ini penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mejabarkan hasil intepretasi Hadis tentang fitnah perempuan. Interpretasi Hadis menggunakan metode Mubadalah menghasilkan bahwa makna dalam Hadis tersebut bukan pada fitnah yang melekat pada perempuan, akan tetapi untuk saling menjadi diri dan saling waspada, karena potensi fitnah juga melekat pada laki-laki.
THE URGENCY OF ISLAMIC MORAL EDUCATION DURING EARLY CHILDHOOD IN THE PERSPECTIVE OF HADITH Alfiah Nursangadah Saputri; Zulkipli Lessy; Eni Siskowati; Rahmat Illahi
Holistic al-Hadis Vol 8 No 1 (2022): January - June (2022)
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v8i1.5630

Abstract

Education plays an important role in determining the goodness and badness of humans, and Islamic ethics (akhlaq) is the main standard of human quality. In this view, those are an indicator of the success or failure in education. Islamic ethics and moral are essentially a basic value in assessing the nature of a person. The level of education is sometimes not an absolute measure of the tranquility of one's life, but shows how Islamic ethics or moral plays out. For this reason, at an early age children should learn about religion and be provided with a guide for their moral development. The purpose of this study is to find out how the urgency of Islamic ethics education on early childhood and how the hadith illustrates this in children. The research employs the research library method as it depends on investigating written resources such as journals and books. The results of this study showed that Islamic ethics education must be required to begin at an early age because childhood is the most appropriate period to instill good habits. The hadith narrated by Bukhari Muslim on Islamic ethics education in children demonstrates that parents have an important role and contribute significantly in implanting moral values in their children. There are two factors that influence Islamic ethics development in children. First, internal factor includes the innate such as physical, intellectual, and the potential of spirituality. Second, external factors encompass roles of the parents at home, teachers at school, and community leaders in society.
PENGEMBANGAN PAHAM KONTEKSTUAL PADA KAJIAN HADIS DI INDONESIA:: Systematic Literature Review Fiki Khoirul Mala
Holistic al-Hadis Vol 8 No 1 (2022): January - June (2022)
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v8i1.5884

Abstract

Pemahaman kontekstual pada kajian hadis dilakukan untuk memperkuat kredibilitas hadis dalam membaca teks keagamaan yang muncul 14 abad yang lalu di daerah Arab. Tujuan dari penelitan ini adalah menghasilkan sebuah model kajian kontekstualisasi yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia sebagai salah petunjuk dan jalan dalam proses pemahaman hadis yang lebih ramah terhadap tradisi dan budaya dari suatu daerah Islam. Penelitian ini dibangun dengan pendekatan desk-based research yaitu dengan mengumpulkan data pada database penelitian yang relevan yang didapat dari search engine melalui penelusuran dengan kata kunci atau frasa yang terkait dengan hadis dan Indonesia. Tinjauan literatur secara sistematis (systematic literature review) dilakukan dalam membangun model ini, literatur yang didapat digunakan sebagai dasar melakukan analisis dan perancanangan, untuk model yang digunakan dalam memahami kajian kontekstual hadis di Indonesia. Penelitian ini menghasilkan tahapan dalam proses kontekstualisasi yang harus dilakukan oleh para sarjana keilmuan hadis.
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM HADIS: Telaah Bahasa dan Konteks Rizani Hadian
Holistic al-Hadis Vol 8 No 1 (2022): January - June (2022)
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v8i1.5681

Abstract

Tulisan ini berisi ulasan tentang hadis kepemimpinan perempuan yang diambil dari lima kitab hadis yaitu Bukhari, Ahmad bin Hambal, Turmuzi, Nasa'i dan Ibnu Hibban. Berdasarkan analisis sanad, hadis tersebut termasuk kategori sahih. Sedangkan matan hadis, dengan memperhatikan asbab wurud, aspek bahasa, dan konteksnya, dapat dipahami bahwa maknanya tidak berlaku umum. Hadis yang menyatakan bahwa kaum yang dipimpin oleh perempuan tidak akan beruntung, konteksnya mengacu kepada kerajaan Kisra Persia yang dipimpin oleh raja perempuan saat itu. Dari aspek bahasa, kosa kata yang digunakan juga mengandung makna khusus. Kekhususan maknanya ini tidak sejalan dengan universalitas kandungan Alquran tentang kepemimpinan perempuan dan syarat sebagai pemimpin. Dengan demikian, tidak bisa digeneralisir bahwa perempuan tidak boleh memimpin atau kepemimpinan perempuan membawa kehancuran. الملخص تناول هذا البحث تحليلا عن قيادة المرأة فى حديث النبي صلى الله عليه وسلم الذى وجد فى رواية البخاري وأحمد ابن حنبل والترمذي والنسائي وابن حبان. واستنادا إلى سند الحديث يعرف أنه من الحديث الصحيح. أما من جهة متنه، والاهتمام بأسباب وروده والكلمات المستخدمة فيه وسياقه، فيفهم أن معناه لا يعم على الأزمان والأمكان. فالحديث الذي يبين أن القوم الذى تولته المرأة لا يفلح، سياقه يدل على ملك كسرى بالفرس. من التحليل اللغوي يبدو أن كلماته محتوية على المعنى الخاص. وهذا الخاص لا يليق بشمولية ما فى القرآن من قيادة المرأة وشرط فى القيادة. فلا يصح أن نقول بوجه عام أن المرأة لا يجوز أن تكون مالكة أو أن قيادة المرأة تؤدى إلى الهلاك.
KONTRIBUSI MUHAMMAD MAHFUDZ AT-TARMASI DALAM MENGEMBANGKAN HADIS DI INDONESIA Laili Noor Azizah; Istianah -
Holistic al-Hadis Vol 8 No 1 (2022): January - June (2022)
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v8i1.5852

Abstract

Artikel ini membahas kontribusi Muhammad Mahfudz at-Tarmisi dalam mengembangkan Kajian Hadis di Indonesia. Beliau sebagai ulama’ hadis Nusantara pertama sebagai muhaddits. Ia mendapat Ijazah pengajaran Shahih Bukhari yang isnad-nya langsung ke Imam Bukhari dan mendapat gelar sebagai Pembangkit Ilmu Diroyah Hadis. Riset ini menggunakan metode studi literatur dengan mengkaji karya-karya Muhammad Mahfudz at-Tarmisi di bidang hadis. Hasil temuannya bahwa Muhammad Mahfudz at-Tarmisi adalah seorang ulama’ yang mempunyai kontribusi yang besar dalam mengembangkan hadis di Indonesia. Dalam kitabnya yang berjudul al-Minhah al-Khairiyyah yang memuat 40 hadis Nabi yang dikenal dengan nama Arba’in al-Tarmisi. Al-Tarmsi mencoba mengakomodir seluruh kitab hadis masyhur Kutub al-Sittah dengan cara mengambil hadis pertama dan terakhir yang terdapat di dalam kitab Shahih Bukhari. Kemudian dalam kitabnya yang berjudul Manhaj Dzaw al-Nadhar bi Syarkh Mandzumati ‘Ilm al-Atsar, Al-Tarmasi mensyarah semua bait syair yang terdapat dalam kitab al-Fiyah al-Suyuthi. Melalui karya tersebut reputasi al-Tarmasi dikenal hingga kancah Internasional bahkan dijadikan sebagai referensi di berbagai Universitas, seperti: Mesir, Maroko, Mekah dan Indonesia.