cover
Contact Name
Indra Setia Bakti
Contact Email
indrasetiabakti@unimal.ac.id
Phone
+6285261340228
Journal Mail Official
jspm@unimal.ac.id
Editorial Address
Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh. Kampus Bukit Indah Jln. Sumatera No.8, Kec. Muara Satu Kota Lhokseumawe, Prov. Aceh, Indonesia
Location
Kota lhokseumawe,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM)
ISSN : -     EISSN : 27471292     DOI : 10.29103/jspm
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) is an open access, and peer-reviewed journal. Our main goal is to disseminate current and original articles from researchers and practitioners on various contemporary social and political issues: 1) inclusive education, 2) sustainable development, 3) conflict and peace building, 4) elite and social movement, 5) gender politics and identity, 6) digital society and disruption, 7) civil society, 8) e-commerce and new market, 9) community development, 10) politics, government, and public policy, 11) media and social transformation, 12) democracy, globalization, radicalism, and terrorism, 13) local culture, 14) lifestyle and consumerism, 15) revolution of industry 4.0
Articles 151 Documents
Service Innovation Accelerates the Issuance of Population Documents for Displaced Persons in Pekanbaru City Fitri Diana; Adianto Adianto
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.9785

Abstract

Service innovation provided by the Regional Government through the Population and Civil Registration Service are breakthroughts in public services which are creative idea and modification that are able to provide benefits to the community. Through Disdukcapil, the government provides population administration services in recording e-KTP to the public. One of the Disdukcapil that provides population administration services is Pekanbaru City Disdukcapil through the Sipintar Innovation (Service System to Complete the Identity of Displaced Persons). The purpose of this study was to determine the implementation of Sipintar innovation in Pekanbaru City Disdukcapil and identify factors that hinder the implementation of Sipintar innovation. This research uses bugge's theory of innovation success attributes in Winda (2021), where there are six indicators, namely: Governance and Innovation, Sources of the Ideas for Innovation, Innovation Culture, Capabilities and Tools, Objectives, Outcomes, Expense and Obstacles, Collecting Innovation Data for Single Innovation. This type of research is qualitative research with a phenomenological approach. The collection of necessary data, both primary and secondary data, is collected through interviews, observations, documentation, then analyzed so that conclusions can be drawn from existing research problems.  The result of this study is that the existing innovations have not been optimally implemented because there are still inhibiting factors in its implementation, namely the low socialization of face-to-face / direct innovations, the limitations of e-KTP recording devices, and also network disruptions when recording e-KTP.Inovasi pelayanan yang diberikan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan terobosan dalam pelayanan publik yang merupakan ide kreatif maupun modifikasi yang mampu memberikan manfaat kepada masyarakat. Melalui Disdukcapil pemerintah memberikan layanan administrasi kependudukan dalam perekaman e-KTP kepada masyarakat. Salah satu Disdukcapil yang memberikan pelayanan administrasi kependudukan adalah Disdukcapil Kota Pekanbaru melalui Inovasi Sipintar (Sistem Pelayanan Untuk Melengkapi Identitas Orang Terlantar). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan inovasi Sipintar di Disdukcapil Kota Pekanbaru dan mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan inovasi Sipintar. Penelitian ini menggunakan teori atribut keberhasilan inovasi oleh Bugge dalam Winda (2021), yang mana terdapat enam indikator, yaitu: Governance and Innovation, Sources of the Ideas for Innovation, Innovation Culture, Capabilities and Tools, Objectives, Outcomes, Expense and Obstacles, Collecting Innovation Data For Single Innovation. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data-data yang diperlukan baik data primer maupun sekunder dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi, kemudian dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan dari masalah penelitian yang ada.  Hasil penelitian ini adalah inovasi yang ada belum optimal dilaksanakan karena masih terdapat faktor penghambat dalam pelaksanaannya yaitu rendahnya sosialisasi inovasi secara tatap muka/langsung, keterbatasan alat perekam e-KTP, dan juga adanya gangguan jaringan saat melakukan perekaman e-KTP.
EKSPLORASI EKOWISATA DANAU AIR HITAM BINAWIDYA KOTA PEKANBARU Aguswan Aguswan; Widia Astuti; Trio Saputra
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.9287

Abstract

Black water lake is a former sand mining excavation which is located on the black water road, Binawidya village, Binawidya district, Pekanbaru city. The former sand mining excavation which has changed its shape into a lake has become a public concern to be used as a tourist area. This research is aimed at exploring natural resources (lakes) and surrounding plants to be developed into ecotourism areas that can provide value for the benefits of environmentally friendly tourism activities by prioritizing aspects of nature conservation, socio-cultural and community economics.Based on the information and information obtained from the people around the Binawdiya Black Water Lake, that the former sand dugout has formed a lake approximately 20 years ago. And at this time the existence of the black water lake has not been utilized and developed by the government and local communities in the area.By conducting ecotourism exploration of the Black Water Lake, in-depth information can be obtained to reveal new ecotourism areas and further exploitation needs to be carried out by seeking benefits for the potential of the area or ecotourism developed after exploration.Danau air hitam merupakan bekas galian tambang pasir yang terletak dijalan air hitam kelurahan Binawidya kecamatan Binawidya Kota Pekanbaru. Bekas galian tambang pasir yang telah berubah bentukya menjadi  sebuah danau menjadi perhatian masyarakat untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Penelitian ini ditujukan untuk mengeksplorasi langsung sumber daya alam (danau ) dan tumbuhan disekelilingnya untuk  dikembangkan menjadi kawasan ekowisata yang dapat memberikan nilai mamfaat kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, sosial budaya dan ekonomi masyarakat.Berdasaarkan informasi dan keterangan yang diperoleh dari masyarakat disekeliling Danau air hitam binawdiya, bahwa bekas galian pasir yang telah membentuk sebuah danau kurang lebih sejak 20 tahun yang lalu. Dan pada saat ini keberadaan danau air hitam belum dimamfaatkan dan dikembangkan oleh pemerintah maupun masyarakat lokal pada kawasan tersebut. Dengan dilakukannya eksplorasi ekowisata danau air hitam dapat diperoleh informasi secara mendalam untuk mengungkap kawasan baru ekowisata dan selanjutnya perlu dilakukan eksploitasi dengan mencari mamfaat atas potensi wilayah atau ekowisata yang dikembangkan setelah melakukan eksplorasi.
PERANAN LEMBAGA ADAT ACEH DALAM PENANGANAN KDRT DI KOTA LHOKSEUMAWE Hidayat Hidayat; Budi Bahreisy; Muh. fahrudin Alawi
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10293

Abstract

Law of the Republic of Indonesia Number 23 of 2004 concerning the Elimination of Domestic Violence Article 1 defines domestic violence (KDRT) as: "Any action directed at women who in this case are victims, which will have an impact on misery or suffering physically. physical, sexual or psychological. In Aceh Qanun Number 10 of 2008 concerning Traditional Institutions, one of the functions of which is to solve social problems, including domestic violence. Customs are part of social institutions that function as institutions that are able to solve various problems that arise in society. The formulation that can be determined based on the background above is what are the factors that cause domestic violence and what is the role of Acehnese traditional institutions in resolving domestic violence in Lhokseumawe City. The purpose of this study was to analyze and provide knowledge about the role of traditional institutions in resolving domestic violence in Lhokseumawe City and to find out the procedures for implementation by Acehnese traditional institutions in resolving domestic violence in Lhokseumawe City. This type of research is empirical research with a qualitative approach, namely by conducting interviews or field studies to traditional institutions in the city of Lhokseumawe and literature studies.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pasal 1 mendefinisikan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai: “Setiap perbuatan yang ditujukan kepada perempuan yang dalam hal ini menjadi korban, yang akan berdampak pada kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis Dalam Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008 tentang Lembaga Adat, salah satu peranannya adalah untuk menyelesaikan masalah sosial, termasuk kekerasan dalam rumah tangga.Adat adalah bagian dari lembaga sosial yang berfungsi sebagai lembaga yang mampu menyelesaikan berbagai masalah Rumusan yang dapat ditentukan berdasarkan latar belakang di atas adalah apa faktor penyebab KDRT dan bagaimana peran lembaga adat Aceh dalam penyelesaian KDRT di Kota Lhokseumawe. dan memberikan pengetahuan tentang peranan lembaga adat dalam penyelesaian KDRT di Kota Lhokseumawe serta untuk mengetahui tata cara pelaksanaan lembaga adat Aceh dalam penyelesaian KDRT di Kota Lhokseumawe. Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara atau studi lapangan kepada lembaga adat di kota Lhokseumawe dan studi literatur.
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT KRAMAT TUNGGAK PASCA BERDIRINYA MASJID JAKARTA ISLAMIC CENTRE Maila D.H. Rahiem; Cut Dhien Nourwahida
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10378

Abstract

Kramat Tunggak, which operated from 1970 to 1999, was Southeast Asia's largest prostitute district. Following the demise of the localization, an Jakarta Islamic Centre (JIC) mosque was built. Changes in the function of the area have an impact on the quality of life in the neighborhood. The research examined the social changes that have happened among the residents of Kramat. This study employed a descriptive qualitative methodology. The data was acquired through observation, in-depth interviews, and a review of relevant documents. Eight Kramat Tunggak  locals, one Jakarta Islamic Centre Mosque manager, and one RT chair participated in this study. The study discovered that several social changes occurred in Kramat Tunggak following the establishment of the Islamic Centre Mosque. Kramat Tunggak's people have undergone social transformations: 1) increased comfort and security of the residential area, as well as the tranquility of the community in carrying out life activities; 2) creating new jobs for the community, particularly as traders; 3) increased community participation in religious activities; 4) the community is liberated to engage in activities and interact in the Kramat Tunggak neighborhood. Encouraged by these advances, the residents of Kramat Tunggak should continue to make excellent use of the Jakarta Islamic Centre Mosque and the resources it provides to improve their social, cultural, religious, and economic life.Kramat Tunggak, yang beroperasi dari tahun 1970 hingga 1999, merupakan lokalisasi pelacuran terbesar di Asia Tenggara. Menyusul ditutupnya lokalisasi, masjid Jakarta Islamic Centre dibangun. Perubahan fungsi kawasan berdampak pada kualitas kehidupan di lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Kramat Tunggak pasca berdirinya Masjid Jakarta Islamic Centre. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Peneliti mewawancarai 8 orang masyarakat Kramat Tunggak, 1 orang pengurus Masjid Jakarta Islamic Centre dan 1 orang ketua RT. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Kramat Tunggak Pasca Berdirinya Masjid Jakarta Islamic Centre antara lain: 1) meningkatnya kenyamanan dan keamanan daerah tempat tinggal, serta ketenangan masyarakat dalam menjalankan aktivitas kehidupan; 2) memberikan wadah lapangan pekerjaan bagi masyarakat terutama sebagai pedagang dengan adanya masjid Islamic Centre; 3) meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan keagamaan; dan 4) masyarakat menjadi lebih leluasa berkegiatan dan berinteraksi di sekitar wilayah Kramat Tunggak. Didorong oleh kemajuan ini, warga Kramat Tunggak harus terus memanfaatkan Masjid Islamic Centre dengan baik dan sumber daya yang disediakannya untuk meningkatkan kehidupan sosial, budaya, agama, dan ekonomi mereka.
Depoliticization of the Uleebalangs Descendants Due to a History of Past Violent Conflicts Teuku Kemal Fasya; Rizki Yunanda; Dedi Fariadi
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10161

Abstract

The study deals with the tragedy of violence that victimized the Uleebalangs and their descendants. This event happened at the beginning of Indonesia's independence (late 1945 to 1946) and continued when the DI/TII movement emerged between 1953 and 1962, known as Prang Cumbok ( war of Cumbok ). This research was conducted on the descendants of Uleebalangs who know the stories of violence experienced by their families in the city of Lhokseumawe, in the province of Aceh. This fact is interesting to examine because it is valuable in reconstructing the historical truth of the massacre of the Uleebalangs by the PUSA group. The study was conducted using a qualitative ethnographic approach. Data collection was carried out through live in, observation, in-depth interviews, focus group discussions (FGD) and document reviews. The data analysis process was carried out interactively through six different steps; data collection, data verification, data models, data coding, thematic data networks, meaning and conclusion. The results of this study indicate that the tragedy of Prang Cumbok is one of the dark stories that happened in Aceh at the beginning of Indonesia's independence. This tragedy has been forgiven by most of the families of the victims, but it has not been forgotten. Therefore, a fair historical reconstruction of the Cumbok tragedy is central to sustainable development planning in Aceh.Studi Penelitian ini membahas tentang tragedy kekerasan yang menjadikan Uleebalang dan keluarganya sebagai korban. Peristiwa itu terjadi pada awal kemerdekaan (akhir 1945 hingga 1946) dan berlanjut ketika Gerakan DI/TII muncul (1953-1962), yang terkenal dengan sebutan perang Cumbok. Beberapa studi kasus kekerasan pernah dialami oleh beberapa keluarga keturunan Ulee Balang di Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh. Kenyataan ini menarik dikaji  untuk merekonstruksi kebenaran sejarah pembantaian Ulee Balang oleh kelompok PUSA. Studi dilakukan dengan pendekatan kualitatif etnografis. Pengumpulan data dilakukan melalui Live in, observasi, wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus (FGD) dan studi dokumen. Proses analisis data dilakukan secara interaktif melalui tahapan; pengumpulan data, verifikasi data, pola-pola data, pengodean data, jaringan tematik data, makna dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Tragedi perang Cumbok merupakan salah satu sejarah kelam yang terjadi di Aceh pada awal kemerdekaan Indonesia. Tragedi tersebut telah dimaafkan oleh sebagian besar keluarga korban, namun tidak dilupakan. Perlu ada rekonstruksi sejarah tragedi Cumbok yang adil untuk kepentingan perencanaan pembangunan berkelanjutan di Aceh.
INTEGRASI TRADISI DAN PENAFSIRAN AL-QURAN SERTA PERUBAHAN HUKUM: KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM Ali Abubakar
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10843

Abstract

The purpose of this paper is to explain the postulates of the influence of traditions on the interpretation of legal verses of the Qur’an. Here, the relationship between the text of the Qur’an and interpretation is explained; explains the character of the Qur'an as a proposition and the area of interpretation of the scholars in it, including the position of the Sunnah (Traditions) itself as an interpretation. After that, an example of the influence of traditions in the interpretation of the Qur’an which influences the development of law/fiqh is shown to show how the interpretation of the ulamas produce fiqh development due to changes in traditions, across time and geography. This study uses a qualitative method while the analysis tool is the sociological theory of law. This study concludes that the influence of traditions on the interpretation of legal verses of the Qur’an is very real because the position of the Qur’an itself is a guide for humans that must be derived from special and different sociological realities. In the interpretation of the Sunnah or legal Hadith, which is the Companions' reportage of the Prophet Muhammad, the influence of tradition is even stronger because the Sunnah itself is partly a recording of the 7th century AD Arab tradition. As a result, the results of interpretation must vary and form laws that have different characteristics between traditions. In a sociological context, law cannot be separated from local values that developed in societyTulisan ini bertujuan menelusuri postulat pengaruh tradisi pada penafsiran ayat-ayat hukum. Di sini dijelaskan hubungan teks al-Quran dengan penafsiran; menjelaskan karakter al-Qur'an sebagai dalil dan wilayah penafsiran ulama di dalamnya, termasuk posisi Sunah (Traditions) sendiri sebagai tafsir. Setelah itu ditunjukkan contoh pengaruh tradisi dalam penafsiran al-Quran yang berpengaruh pada perkembangan hukum/fikih untuk menunjukkan bagaimana penafsiran ulama dalam melahirkan fikih berkembang karena terjadinya perubahan tradisi, lintas waktu dan geografis. Kajian ini menggunakan metode kualitatif sedangkan alat analisisnya adalah teori sosiologi hukum. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengaruh tradisi pada penafsiran ayat-ayat hukum dalam al-Quran sangat nyata karena posisi al-Quran sendiri merupakan petunjuk bagi manusia yang pasti diturunkan realitas sosiologis khusus dan berbeda satu sama lain. Pada penafsiran Sunah atau Hadis hukum, yang merupakan reportase Sahabat atas Nabi Muhammad, pengaruh tradisi lebih kuat lagi karena Sunah itu sendiri sebagiannya merupakan rekaman dari tradisi Arab abad ke-7 Masehi. Akibatnya, hasil tafsir pasti beragam dan membentuk hukum-hukum yang memiliki ciri khas yang berbeda antartradisi. Dalam konteks sosiologis, hukum tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai lokal yang berkembang dalam masyarakat.
PROGRAM BANTUAN SOSIAL LISTRIK GRATIS BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN KRUENG SABEE KABUPATEN ACEH JAYA Mirna Audina; Akmal Saputra
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.9422

Abstract

This article aims to explain the impact of the free electricity social assistance program for the poor in Aceh Jaya District. This program has been running since 2014 until now. The aim of this program is providing access to electricity while reducing the economic burden of expenses for the poor. This research uses a qualitative method with data collection techniques through in-depth interviews as well as supported by documents that support this research, especially documents that make and implement policies. Data analysis techniques were carried out through several stages, namely data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of the study show that the free electricity social assistance program, in the form of a new electricity installation or installation as well as electricity vouchers has a significant impact. The community is greatly assisted by the program currently being implemented by the government. On the other hand, the free electricity social assistance program also has another impact on the poor, namely the emergence of community dependence on the free electricity social assistance program.Program bantuan sosial listrik gratis adalah pemberian bantuan sosial yang disalurkan kepada masyarakat kurang mampu berupa voucher listrik dan pemasangan instalasi listrik. Syarat penerima bantuan sosial listrik gratis adalah keluarga miskin. Program listrik gratis ini berjalan di Aceh Jaya dari tahun 2014 sampai sekarang. Tujuan dari bantuan sosial listrik gratis ini adalah untuk memberikan akses listrik kepada rumah tangga miskin dan mengurangi beban keluarga miskin dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di wilayah kabupaten tersebut. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dampak  positif dari suatu program bantuan sosial listrik gratis dan dampak negatif dari program bantuan sosial listrik gratis dan mengidentifikasikan terkait ketergantungan bantuan sosial listrik gratis. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Krueng Sabee kabupaten Aceh Jaya dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendakatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak positif dari bantuan listrik gratis adalah terbentuknya minimal masyarakat tidak hidup dalam gelap-gelapan karna sudah ada listrik dan dampak negatif  bantuan listrik bagi masyarakat miskin adanya ketergantungan keluarga miskin terhadap bantuan ini.
LANGUAGE ACQUISITION OF 4-5-YEAR-OLD TODDLERS: INDONESIAN AND ENGLISH IN THE COVID-19 ERA Zurriyati Zurriyati; Alemina Br Perangin-angin; Fika Emylia Effendi; Khairunnisa Tambunan
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10944

Abstract

The novel coronavirus, also known as COVID-19, has caused a global pandemic, resulting in widespread social distancing measures for all ages, including toddlers. Such policies have significantly impacted toddlers' language acquisition, particularly in terms of their lack of interaction with peers and teachers at Early Childhood Education (PAUD) schools. In light of this, the current study sought to discover how toddlers aged 4-5 fared regarding language acquisition during their early childhood. To accomplish the goal mentioned earlier, the authors of this study attempted to provide maps with animal and fruit images in both Indonesian and English. Toddlers have had fewer opportunities to interact with their peers at school due to the current circumstances, which include the spread of the new coronavirus and strict social restrictions, resulting in a decrease in vocabulary acquisition through minimal interaction. As a result, this study was carried out to evaluate the language acquisition process of early childhood students. The current study used a descriptive research design with an early childhood student sample. This study's data collection methods included observation and interviews. The results of this study revealed that, while the toddlers could name the pictures given to them when they were younger, their English language skills remained very low.Novel coronavirus, juga dikenal sebagai COVID-19, telah menyebabkan pandemi global, mengakibatkan tindakan jarak sosial yang meluas di segala usia, termasuk balita. Kebijakan tersebut berdampak signifikan pada penguasaan bahasa balita, terutama dalam hal kurangnya interaksi dengan teman sebaya dan guru di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sehubungan dengan hal ini, penelitian saat ini berusaha untuk menemukan bagaimana nasib balita berusia 4-5 tahun dalam hal penguasaan bahasa selama masa kanak-kanak mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, penulis penelitian ini mencoba menyediakan peta dengan gambar hewan dan buah dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Balita memiliki lebih sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya di sekolah karena keadaan saat ini, termasuk penyebaran virus corona baru dan pembatasan sosial yang ketat, mengakibatkan penurunan perolehan kosa kata melalui interaksi yang minimal. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi proses pemerolehan bahasa siswa usia dini. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan sampel siswa PAUD. Metode pengumpulan data penelitian ini meliputi observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa, meskipun balita dapat menyebutkan gambar yang diberikan kepada mereka saat masih kecil, kemampuan bahasa Inggris mereka masih sangat rendah.
Istana Maimoon : Menelusuri Transformasi Socio-Cultural Melalui Sejarah Megah Kesultanan Deli di Medan Cut Rizka Al Usrah; Muhammad Alhada Fuadilah Habib
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10750

Abstract

Social transformation refers to significant changes in the institutions, social norms, and values embedded in society. This change occurs over a long period and impacts the emergence of new social, economic, and political patterns in a community. Istana Maimoon, located in Medan, the capital city of North Sumatra Province, is an example of the social transformation that occurs in the midst of society. The palace is a historical landmark and the legacy of the Deli Sultane, one of the most magnificent palaces still standing in Indonesia. The purpose of social transformation, as noted by Appiah-Kubi, is to create a more just, sustainable society that fulfills the needs and aspirations of all members. Built-in 1888, Istana Maimoon was designed by an Italian architect and dominated by the typical Malay Yellow color. It covers an area of 2,772 square meters and consists of two floors divided into three parts: the main building, the left wing, and the right wing. The palace is influenced by European culture, as seen in the crystal lamps and furniture such as chairs, tables, and wardrobes, while the influence of Islamic.Culture is evident in the curved shapes on some parts of the palace’s roof. The palace’s architecture also features Dutch and Spanish styles, such as wide and tall doors and windows. In front of the palace stands the Masjid Al Maksum or the Great Mosque of Medan. Istana Maimoon is governed by a Deli Sultan who holds a monarchical system of governance. Currently, the Deli Sultanate is ruled by Sultan Mahmud Lamanjiji Perkasa Alam, the XIV Sultan of Deli who has been in power since 2005. Over time, Istana Maimoon has undergone transformations, adapting to the changing times, yet still maintaining its historical and cultural significance.Transformasi social merujuk pada perubahan signifikan dalam institusi, norma social, dan nilai yang tertanam dalam masyarakat. Perubahan ini terjadi dalam jangka waktu yang lama dan berdampak pada munculnya pola-pola social, ekonomi, dan politik yang baru disebuah komunitas. Istana Maimoon, yang terletak di Medan, Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, adalah contoh dari transformasi social yang terjadi di tengah Masyarakat. Transformasi social merujuk pada perubahan signifikan dalam institusi, norma social, dan nilai yang tertanam dalam masyarakat. Perubahan ini terjadi dalam jangka waktu yang lama dan berdampak pada munculnya pola-pola social, ekonomi, dan politik yang baru disebuah komunitas. Istana maimoon, yang terletak di Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara adalah contoh dari transformasi social yang terjadi di tengah Masyarakat. Istanan ini merupakan landmark sejarah dan warisan Kesultanan Deli merupakan salah satu istana paling megah yang masih berdiri di Indonesia.Tujuan dari transformasi sosial, seperti yang dicatat oleh Appiah-Kubi, adalah untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, lestari, dan memenuhi kebutuhan dan aspirasi semua anggotanya. Dibangun pada tahun 1888, Istana Maimoon dirancang oleh seorang arsitek Italia dan didominasi oleh warna kuning khas Melayu. Istana ini mencakup luas area 2.772 meter persegi dan terdiri dari dua lantai yang terbagi menjadi tiga bagian: bangunan utama, sayap kiri, dan sayap kanan. Istana ini dipengaruhi oleh budaya Eropa, seperti yang terlihat pada lampu kristal dan perabotan seperti kursi, meja, dan lemari, sementara pengaruh budaya Islam terlihat pada bentuk-bentuk melengkung pada beberapa bagian atap istana. Arsitektur istana juga menampilkan gaya Belanda dan Spanyol, seperti pintu dan jendela yang lebar dan tinggi. Di depan istana terdapat Masjid Al Maksum atau Masjid Agung Medan. Istana Maimoon diperintah oleh seorang Sultan Deli yang memiliki sistem pemerintahan monarki. Saat ini, Kesultanan Deli diperintah oleh Sultan Mahmud Lamanjiji Perkasa Alam, XIV Sultan Deli yang telah berkuasa sejak tahun 2005. Seiring waktu, Istana Maimoon telah mengalami transformasi, beradaptasi dengan perubahan zaman, namun tetap mempertahankan makna sejarah dan budayanya.
HUMAN RIGHTS CONCEPTUALITY IN ISLAMIC AND WESTERN REALITY TERMINOLOGY Alfian Alfian; Teuku Muzaffarsyah
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) Vol 4, No 1 (2023): Dinamika Sosial Pada Masyarakat
Publisher : FISIP Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jspm.v4i1.10238

Abstract

Human rights are generally understood as rights that absolutely become basic rights where people inherently have rights because of their position as human beings which include aspects of nation, location, language, religion, ethnicity, and other statuses. There is a principled difference between human rights seen from an Islamic and western point of view. In fact, the root of the problem between Islamic and Western civilizations is not from the Islamic religion or not, but because of the different structural foundations that are used as a basis for both. Islam is against the social class system in any form. Meanwhile, the West always claims that the concept of human rights originates from their civilization. On the other hand, the Islamic world also claims that this concept originates from the original teachings of Islam. In applying the principle of justification, a paradigm shift is required from the exclusionist interpretation of international human rights law. However the authors mention that the points of similarity are far more general than the differences. Points of difference do not have to be avoided, but reconstructed in order to find common ground. In this way, Islam is compatible with the dynamics and developments of the times.Hak Asasi Manusia secara umum dipahami sebagai hak yang mutlak menjadi hak dasar dimana manusia secara inheren memiliki hak karena kedudukannya sebagai manusia yang meliputi aspek bangsa, tempat, bahasa, agama, suku, dan status lainnya. Ada perbedaan prinsip antara hak asasi manusia dilihat dari sudut pandang Islam dan Barat. Padahal, akar permasalahan antara peradaban Islam dan Barat bukanlah dari agama Islam atau bukan, melainkan karena perbedaan landasan struktural yang dijadikan landasan keduanya. Islam menentang sistem kelas sosial dalam bentuk apapun. Sedangkan Barat selalu mengklaim bahwa konsep hak asasi manusia berasal dari peradaban mereka. Di sisi lain, dunia Islam juga mengklaim bahwa konsep ini bersumber dari ajaran Islam yang asli. Dalam menerapkan asas pembenaran, diperlukan pergeseran paradigma dari penafsiran yang ekslusif terhadap hukum HAM internasional. Namun penulis menyebutkan bahwa poin kesamaan jauh lebih umum daripada perbedaannya. Titik perbedaan tidak harus dihindari, tetapi direkonstruksi untuk menemukan titik temu. Dengan demikian, Islam sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman.